PERENCANAAN
JEMBATAN
(1 JP)
BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
OUTLINE
- Bagian-bagian Jembatan
- Kriteria Desain Jembatan
- Proses Tahapan Perencanaan Jembatan
- Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan
- Konsep Analisis Bangunan Atas Jembatan
- Jalan Pendekat (Oprit)
BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN
BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN
EXPANSION JOINT
BANGUNAN
LANDASAN
PENGAMAN
JEMBATAN
PERLENGKAPAN
PONDASI JEMBATAN
KEPALA JEMBATAN
PILAR
PONDASI
Langsung
Dangkal
sumuran
PONDASI
Tiang pancang
(beton, baja)
Dalam
Caisson
TIANG PANCANG
Tiang uji
Panjang tiang
alat pancang
Tumpu Kalendering
Material tiang pancang
daya dukung tanah
Penyambungan tiang
TIANG PANCANG
Panjang tiang
Daya dukung tanah
Kalendering
Geser Alat pancang
Material tiang pancang
Penyambungan tiang
Loading test
BANGUNAN BAWAH
Kepala Jembatan Jenis Cap
(Abutment) Dinding penuh
Cap
Dinding penuh
Pilar Satu kolom
Dua kolom
Tiga kolom atau lebih
BANGUNAN ATAS JEMBATAN
Pelat beton bertulang,
Pelat Flat slab, voided slab B
E
Gelagar beton bertulang T
Gelagar beton pratekan O
Gelagar Gelagar beton pelengkung N
BANGUNAN Gelagar baja
ATAS Gelagar baja komposit
Rangka baja
Rangka Rangka baja pelengkung B
Rangka baja khusus A
J
Jembatan cable stayed A
Khusus Jembatan gantung
Pelengkung
LANDASAN &
SAMBUNGAN SIAR MUAI Landasan karet
Landasan logam
Sendi
Landasan Landasan khusus
Rol (pot bearing,
Mekanikal)
Asphaltic plug
Tertutup
Karet
Mekanikal Logam
JALAN PENDEKAT
Tinggi tanah timbunan
Drainase
Timbunan
Pelindung talud
Tangga inspeksi
JALAN PENDEKAT
Drainase
Galian
Pelindung tebing
BANGUNAN PENGAMAN
Bronjong
BANGUNAN Menaikkan Bottom
Beton
Dasar sungai Controler
PENGAMAN Pas.Batu
Pas. Batu
Pelindung Bronjong
Timbunan, tebing Matrass
Shotcrete
JEMBATAN BETON BERTULANG
JEMBATAN GELAGAR BETON
PRATEKAN
JEMBATAN BAJA KOMPOSIT
JEMBATAN GELAGAR BAJA BUKAN
KOMPOSIT
JEMBATAN RANGKA BAJA
JEMBATAN RANGKA BAJA DARURAT
JEMBATAN GANTUNG
PELENGKUNG
JEMBATAN CABLED STAYED
(KABEL CANCANG)
JEMBATAN BALOK
PELENGKUNG
LEBAR JEMBATAN DAN BEBAN
a. Struktur bangunan atas jembatan diutamakan menggunakan sistem gelagar beton bertulang atau box culvert
serta gelagar pratekan untuk bentang pendek, sedangkan untuk kondisi lainnya dapat mengunakan gelagar
1) Perencanaan kekuatan struktur bangunan atas menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan
Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan untuk perencanaan kenyamanan bangunan atas
3) Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang
diizinkan yaitu simple beam < L/800 dan kantilever L/400 – menggunakan SLS
4) Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi sekitar lingkungan berada
khususnya pada aspek selimut beton, kekedapan beton, atau tebal elemen baja dan
galvanisnya terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material.
PARAMETER KRITERIA DESAIN JEMBATAN (lanjutan)
4. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi
lingkungan, antara lain: tebal minimal selimut beton yang digunakan adalah 30 mm (daerah
normal) dan tebal 50 mm (daerah agresif).
5. Galvanis dan cat direncanakan berdasarkan perilaku korosif dari lingkungan sekitar jembatan.
PARAMETER KRITERIA DESAIN JEMBATAN (lanjutan)
e. Pondasi Tiang Bor: Diameter 0,8 s/d 1,2 meter, kedalaman optimal 18 s/d 30 meter.
3. Jenis fondasi yang digunakan diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk juga dimensi-dimensinya,
4. Fondasi dari tiang pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 diisi dengan beton bertulang non-shrinkage (semen type II)
5. Faktor keamanan (Safety Factor). Bila analisa menggunakan data tanah dari sondir, maka:
b. Untuk fondasi Sumuran, SF Daya dukung tanah = 20, SF Geser = 1,5 dan SF Guling = 1,5
PARAMETER KRITERIA DESAIN JEMBATAN (lanjutan)
3. Kalendering terakhir:
a. Tiang Pancang 1 – 3 cm / 10 pukulan untuk end point bearing dengan jenis hammer yang sesuai sehingga dapat
1. Tinggi timbunan jalan pendekat tidak boleh melebihi H (tinggi timbunan) izin sebagai berikut:
a. H kritis = (c Nc + D Nq) /
2. Bila tinggi timbunan melebihi H izin harus direncanakan sistem perkuatan tanah dasar.
Pendahuluan Survei Pendahuluan Survei Detail Tahap Perencanaan Penyelesaian Akhir
PROSES TAHAPAN
PERENCANAAN JEMBATAN
TAHAPAN PERENCANAAN
Definisi masalah - Keperluan, hambatan, proses, tujuan
Menentukan alternatif - Sistem keseluruhan, struktural, lainnya
- Perencanaan struktural,beban,analisis,
Rencana awal pengaturan dimensi, dll.
Evaluasi awal - Efektifitas, keamanan dan kelayanan,
ekonomi, keserasian
Pemilihan
Modifikasi
Rencana akhir - Perencanaan struktural, dll
Evaluasi akhir
Dokumentasi - Gambar, spesifikasi
- Lelang, konstruksi, supervisi,
Pelaksanaan
sertifikasi
Penggunaan
DETAIL TAHAP PERENCANAAN
Tahap 1 Kumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjelaskan fungsi jembatan, geometri dan beban
Tahap 2 Gunakan informasi yang terkumpul dalam tahap 1 untuk menentukan semua hambatan geometrik pada struktur
yang diusulkan
Tahap 3 Dengan kreativitas tentukan daftar rencana alternatif terbaik. Dalam batas hambatan geometrik yang ditentukan
dalam tahap 2, dipilih 2 atau 3 kombinasi bang.bawah/pondasi/bang.atas yang memenuhi pokok perencanaan secara baik
Tahap 4 Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk alternatif terbaik dari tahap 3. Rencana-rencana sementara
tersebut memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai kekuatan dan tujuan stabilitas
Tahap 5 Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut. Perkiraan biaya tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif (bila ada) yang ekonomis dapat diterima
Tahap 6 Selesaikan rencana sementara yang menghemat biaya dan buatlah: gambar rencana, laporan perencanaan dan
perkiraan biaya yang baru
TAHAP 1
PENGUMPULAN DATA
Lebar jembatan dan jumlah jalur
Lebar trotoir
Alinyemen jembatan
Geometri sungai
karakteristik aliran sungai
besaran-besaran tanah
perlengkapan umum
beban jembatan
jarak bebas vertikal dan horizontal
Bangunan atas yang tersedia
TAHAP 2
PENENTUAN HAMBATAN GEOMETRIK
Rancangan percobaan
Jenis dan dimensi bangunan atas dan bangunan bawah tipikal :
* Bangunan atas kayu
* Bangunan atas baja, komposit
* Bangunan atas beton bertulang
* Bangunan atas beton prategang
* Bangunan bawah tanah dengan pondasi langsung,
sumuran dan tiang pancang
Pilihan alternatif
SURVEI DAN PENYELIDIKAN
SURVEI
– Survei pendahuluan
– Survei topografi
PENYELIDIKAN
– Penyelidikan tanah
– Penyelidikan hidrologi dan hidrolika
SURVEI PENDAHULUAN
Penentuan data primer
– Penentuan lokasi dan alinyemen jembatan
– Karakteristik aliran sungai
– Harga satuan dasar
Pengumpulan data sekunder
– Peta geologi
– Peta topografi
– Peta quarry
– LHR
– Data curah hujan
SURVEI TOPOGRAFI
Pengukuran dilaksanakan berdasarkan hasil survei pendahuluan
Area pengukuran secara umum ditentukan
– 200 m arah jalan masuk ke jembatan
– 200 m arah jalan keluar jembatan
– 50 m ke arah hulu
– 50 m ke arah hilir
– Untuk sungai berkelok paling sedikit 2 kelokan ke arah hulu dan 1 kelokan ke arah hilir
PENYELIDIKAN TANAH
Pada bentangan jembatan< 20 m dapat dilakukan dengan penyelidikan tanah yang sederhana
seperti dutch cone (sondir)
Pada bentangan jembatan > 20 m digunakan dengan bor dan SPT (Standard Penetration test)
SONDIR
Keuntungan
– Adalah sangat cepat-khusus bila digunakan peralatan
pendataan elektronik untuk merekam tekanan ujung
dan atau tahanan sisi.
– Cara mengijinkan rekaman tahanan sampai menerus
dalam lapis yang ditinjau.
– Sangat berguna dalam tanah sangat lembek dimana
pengambilan contoh tidak terganggu akan sangat sulit.
– Mengijinkan sejumlah korelasi antara tahanan konus
dan besaran teknik yang diperlukan.
Kerugian
– cara ini hanya untuk tanah berbutir halus (lempung,
lanau, pasir halus) dimana bahan tidak mempunyai
tahan-an masif terhadap penetrasi konus.
– interpretasi jenis tanah berdasarkan tahanan konus
memerlukan cukup pengalaman, atau pengambilan
contoh untuk tes korelasi.
SPT
Keuntungan
– sangat ekonomis dalam ukuran biaya persatuan keterangan yang
diperoleh
– mengijinkan dilakukan pengujian penetrasi dan pengambilan contoh
– mengijinkan korelasi besaran bahan terhadap database SPT luas yang
teus berkembang
– mempunyai peralatan pengujian yang mempunyai umur pelayanan
panjang
– langsung mengijinkan pengujian lain untuk melengkapi SPT bila
pengeboran menunjukkan bahwa diperlukan penyempurnaan dalam
pengumpulan contoh dan data.
Kerugian
– Pengujian sulit diulang dan tergantung pada banyak kesalahan dalam
praktek termasuk keterampilan operator.
– Tidak dapat diandalkan untuk kerikil dan tanah yang mengandung batu-
batuan besar. Dalam kerikil lepas "split spoon" cenderung menggelincir ke
dalam rongga-rongga sehingga memberikan tahanan penetrasi rendah
"split spoon" juga cenderung memutar koral bulat pada waktu masuk
kedalam rongga, jadi menghasilan pembacaan rendah. Bila ‘split spoon’
tersumbat oleh kerikil, dapat diharapkan tahanan sangat besar terhadap
penekanan.
TES PENETRASI KONUS DINAMIK
Keuntungan
– lebih cepat dan lebih ekonomis dibanding denganpengeboran atau
SPT terutama berguna dalam pemetaan susunan lapisan tanah
selama tingkat permulaan eksplorasi bila jumlah pengeboran
umumnya terbatas. Selama penyelidikan rinci beberapa ahli biologi
dapat mengutamakan agar mengganti lubang bor tunggal oleh
sejumlah tes konus dinamik tanpa meningkatkan biaya dan
memperoleh keterangan lebih relevan antara pengeboran
– memberi penetrasi menerus dari susunan lapisan yang diuji, sering
meng-ungkapkan terdapatnya lapisan yang tidak terlihat atau
teramati dalam pengambilan contoh tanah.
Kerugian
– tidak diperoleh contoh tanah atau hanya contoh tanah tercuci yang
diperoleh dan demikian susunan lapisan tidak dapat diidentifikasi
secara pasti oleh penetrasi saja
– terdapatnya kerikil atau batu besar dalam susunan lapisan tanah
dapat memberikan hasil menuju pada yang salah. Akibatnya
interpretasi hsil yang diperoleh dari tes penetrasi konus dinamik
memerlukan pengalaman yang cukup besar, khususnya dalam
daerah-daerah dimana korelasi antara tahanan penetrasi dan
besaran teknik tanah akan dikembangkan.
PENYELIDIKAN HIDROLOGI MORFOLOGI SUNGAI PENYELIDIKAN HIDROLIKA
Untuk menentukan debit banjir rencana yang Frekuensi banjir besar yang terjadi, untuk Untuk memprediksi gerusan pada daerah
kemudian dibandingkan dengan banjir 50 aliran sungai tertentu yang
Berdasarkan : tahunan atau 20 tahunan
Debit banjir yang akan terjadi dan banjir mungkin akan terjadi digunakan
tahunan yang pernah terjadi untuk untuk:
Daerah tangkapan hujan (catchment memperkirakan gerusan
area) Lamanya curah hujan yang pernah terjadi
Lingkungan Kedalaman Pondasi jembatan
Kecepatan aliran air rata-rata
Curah hujan Kedalaman sungai pada aliran sungai Jenis bangunan pengaman
Kondisi aliran sungai utama
Benda hanyutan
Periode banjir Diameter batuan dasar sungai
Kohesi
Kondisi dasar sungai
Bangunan yang ada pada aliran sungai
tersebut, beserta jarak terdekat dan
pengaruh terhadap bangunan bawah
jembatan yang akan direncanakan
Usulan jenis banguna pengaman yang
dipelukan sesuai dengan kondisi sungai
PERSYARATAN UMUM
PERENCANAAN JEMBATAN
PERATURAN-PERATURAN
PERENCANAAN JEMBATAN
Keadaan batas :
- Keadaaan Batas Ultimit
- Keadaan Batas Layan
RENCANA TEGANGAN KERJA KEADAAN BATAS ULTIMIT
– Pendekatan elastis yang digunakan untuk Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang
memperkirakan kekuatan atau stabilitas menyebabkan sebuah jembatan menjadi tidak aman
dengan membatasi tegangan dalam struktur
sampai tegangan ijin Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
-Kehilangan keseimbangan statis deformasi tidak dibatasi
– Tegangan kerja ≤ tegangan ijin = - Kerusakan sebagian jembatan
tegangan ultimit/FK - Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu
– Faktor keamanan yang tidak merata yaitu bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi runtuh
- Kehancuran dari bahan fondasi yang menyebabkan
faktor keamanan yang diterapkan secara pergerakan yang berlebihan atau kehancuran bagian
berbeda untuk tiap beban dalam kombinasi utama jembatan
menjadi rencana tegangan kerja gabungan
KEADAAN BATAS DAYA LAYAN
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika
reaksi jembatan sampai pada suatu nilai,
sehingga :
Perubahan bentuk
Kerusakan permanen
Getaran
Penggerusan
FAKTOR BEBAN KEADAAN BATAS
Faktor Beban dan Faktor Beban Keadaan Batas Ultimit
Notasi Faktor Beban Keterangan Maksimum Minimum
Baja, Aluminium 1.1 0.90
Berat sendiri Beton pracetak 1.2 0.85
KMSU Beton cor di tempat 1.3 0.75
Kayu 1.4 0.70
Beban Mati Tambahan Kasus umum 2.0 0.70
KMAU Kasus khusus 1.4 0.80
Pengaruh Susut KSRU - 1.0
Pengaruh Pratekan, KTBU - 1.0 ( 1.15 pada saat transfer)
Tekanan tanah vertikal 1.25 0.8
Tekanan tanah, KTEU Tekanan tanah lateral
- aktif 1.25 0.8
- pasif 1.40 0.7
- Diam (at rest) 1.25 0.8
Pengaruh tetap pelaksa-
naan, KPLU - 1.25 0.80
FAKTOR BEBAN KEADAAN BATAS
Faktor Beban dan Faktor Beban Keadaan Batas Ultimit
Notasi Faktor Beban Keterangan Maksimum Minimum
Beban Lajur D, KTDU - 1,8 0 (tidak ada)
Beban Truk, KTTU - 1,8 0 (tidak ada)
Gaya Rem, - 2.0 0 (tidak ada)
Gaya Sentrifugal - 2.0 0 (tidak ada)
Beban Pejalan Kaki - 2.0 0 (tidak ada)
Beban tumbukan pada 1.0
tiang penyangga - lihat peraturan
0 (tidak ada)
Settlement - Tidak diterapkan
Pengaruh suhu - 1.2 0.8
Beban angin - 1.2 0 (tidak ada)
Pengaruh gempa - 1.0 1.0
FAKTOR BEBAN KEADAAN BATAS
Faktor Beban dan Faktor Beban Keadaan Batas Ultimit
Notasi Faktor Beban
Keterangan Maksimum Minimum
Gorong-gorong 1.0
0
(Periode ulang 50 tahun)
UMUR RENCANA
Umur rencana jembatan permanen pada umumnya diperkirakan 50 tahun, kecuali:
Kriteria umum
Kekuatan unsur struktural dan stabilitas keseluruhan
Kelayanan struktural
Keawetan
Kemudahan konstruksi
Ekonomis dapat diterima
Bentuk estetika
PEMBEBANAN
PENGELOMPOKAN
Aksi Tetap
Beban Lalu Lintas
Aksi Lingkungan
Aksi-aksi Lainnya
KLASIFIKASI
Aksi tetap
Aksi transient
BEBAN JEMBATAN
Ketahui Aksi Yang Terkait
Cek kombinasi
S/4,2 S/3,4
Pelat lantai beton di atas:
(bila S > 3,0 m lihat Catatan 1) (bila S > 4,3 m lihat Catatan 1)
balok baja I atau balok beton
S/4,0 S/3,6
pratekan
(bila S > 1,8 m lihat Catatan 1) (bila S > 3,0 m lihat Catatan 1)
balok beton bertulang T
S/4,8 S/4,2
balok kayu
(bila S > 3,7 m lihat Catatan 1) (bila S > 4,9 m lihat Catatan 1)
CATATAN 1 Dalam hal ini, beban pada tiap balok memanjang adalah reaksi beban roda dengan menganggap lantai antara gelagar sebagai balok sederhana.
CATATAN 2 Geser balok dihitung untuk beban roda dengan reaksi 2S yang disebarkan oleh S/faktor 0,5.
CATATAN 3 S adalah jarak rata-rata antara balok memanjang (m).
BEBAN TERBAGI RATA
Beban terbagi rata UDL (Uniform Distribution Load) mempunyai intensitas q kP dimana besarnya q
tergantung pada panjang total yang dibebani L sebagai berikut:
L£ 30 m : q = 9,0 kPa
L > 30 m : q = 9,0 (0,5 + 15/L) kPa
BEBAN TERBAGI RATA (BTR) vs
PANJANG YANG DIBEBANI
10
9
8
7
6
BTR
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Panjang dibebani (m)
BEBAN GARIS
Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m, maka
beban “D” harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100%
Untuk lebar jalur kendaraan lebih dari 5,5 m, maka harus digunakan tabel
penentuan lebar lajur, dan penggunaan lebar beban merata dan garis
disesuaikan dengan jumlah lajur yang telah ditentukan ( n x 2,75)
PENYEBARAN PEMBEBANAN ARAH
MELINTANG
b
nl x 2,75
FAKTOR BEBAN DINAMIS UNTUK BEBAN
GARIS TERPUSAT (BGT)
50
40
30
FBD
20
10
0
0 50 100 150 200
Bentang (m)
Beban Rem
Besaran gaya rem yang digunakan adalah 5% terhadap beban garis dengan mengikuti
ketentuan besaran jumlah lajur yang digunakan dan letak gaya rem berada 1,8 m di atas
lantai kendaraan
Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang bentang melebihi 30 m, digunakan rumus
1: q = 9 kPa.
Faktor beban ultimit terkurangi sebesar 40% boleh digunakan untuk pengaruh beban lalu
lintas vertikal
Pembebanan lalu lintas 70% dan faktor pembesaran di atas 100% BGT dan BTR tidak
berlaku untuk gaya rem
Pembebanan untuk Pejalan Kaki
Direncanakan dengan beban nominal 5 kPa
Berlaku untuk jembatan pejalan kaki dan trotoar
Trotoar untuk jembatan ringan atau ternak harus direncanakan untuk memikul beban hidup terpusat sebesar
20 kN.
GAYA TUMBUKAN
FAKTOR BEBAN
GAYA REM KTBS = 1,0 KTBU = 2,0
GAYA SENTRIFUGAL KTRS = 1,0 KTRU = 2,0
KOMBINASI NO.
AKSI
1 2 3 4 5 6 7
Aksi tetap x x x x x x x
Beban lalu lintas x x x x - - x
Pengaruh temperatur - x - x - - -
Arus/hanyutan/daya apung x x x x x - -
Beban angin - - x x - - -
Pengaruh gempa - - - - x - -
Beban tumbukan - - - - - - x
Beban pelaksanaan
Tegangan berlebihan yang - - - - - x -
0 25 25 40 50 30 50
diperbolehkan %
Keadaan batas fatik dan fraktur
Keadaan batas fatik disyaratkan agar jembatan tidak mengalami
kegagalan akibat fatik selama umur rencana.
– Pada keadaan batas ini, dapat terjadi kelebihan tegangan ataupun kerusakan
struktural, tetapi integritas struktur secara keseluruhan masih terjaga
Keadaan batas ekstrem
96
Tipe bangunan atas jembatan
Gelagar Baja & Balok
Kayu Cast in Place
Lantai Kayu / Baja
Balok Box
Rangka Kayu
Beton
(Truss)
Composite :
Baja Gelagar Baja + Lantai Beton
Gelagar Beton Bertulang
Pra-Fabrikasi Balok
(Girder Bridge) Biasa
Pelengkung Balok
Beton Pratekan
(Arch) Balok
Baja Box
Post-tensioned Balok
Pasangan Batu Beam Units
97
Pemilihan bentang
Bentang ekonomis jembatan ditentukan oleh penggunaan / pemilihan Tipe Main
Structure & Jenis Material yang optimum.
Apabila tidak direncanakan secara khusus maka dapat digunakan bangunan atas jembatan
standar Bina Marga sesuai bentang ekonomis dan kondisi lalu lintas air di bawahnya.
98
Bentang dan posisi kepala jembatan
99
• Posisi kepala jembatan pada sungai 100
Penentuan lebar, kelas dan muatan jembatan
Penentuan Lebar Jembatan
LHR Lebar jembatan (m) Jumlah lajur
LHR < 2.000 3,5 – 4,5 1
2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2
3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2
8.000 < LHR < 20.000 7,0 – 14,0 4
LHR > 20.000 > 14,0 >4
103
Tinggi jagaan / Clearance
• Nilai Clearance ditentukan sebagai berikut :
• C = 0,5 m ; untuk jembatan diatas sungai pengairan
• C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa
hanyutan
• C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan
ketika banjir
• C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui
kondisinya.
• C = 5,0 m ; untuk jembatan jalan layang
• C = 15, 0 m ; untuk jembatan diatas laut
Tanjakan atau turunan menuju
jembatan.
• Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta turunan tersebut
disyaratkan sebagai berikut :
– Perbandingan 1 : 30 untuk kecepatan kendaraan > 90
km/jam
– Perbandingan 1 : 20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90
km /jam
– Perbandingan 1 :10 untuk kecepatan kendaraan < 60
km/jam
Prinsip analisis struktur
Analisa Limit State (Analisa Kondisi Batas Daya )
a) keadaan batas Ultimit (ULS, ultimate limit state)
b) keadaan batas Layan (SLS, serviceability limit state)
106
Standar perencanaan teknis
1. Peraturan Perencanaan Jembatan:
Pembebanan jembatan, SK.SNI T-02-2005 (Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005)
Perencanaan Struktur Beton jembatan, SK.SNI T-12-2004 (Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004)
Perencanaan Struktur baja jembatan SK.SNI T-03-2005 (Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005
2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk jbt, Rev SNI 03-2883-1992
3. Bridge Design Manual BMS’92
Bertujuan menjamin tingkat keamanan, kegunaan dan tingkat penghematan yang masih
dapat diterima dalam perencanaan struktur
Mencakup perencanaan jembatan jalan raya & pejalan kaki
Jembatan bentang panjang lebih dari 100 m dan penggunaan struktur yang tidak umum
atau yang menggunakan material dan metode baru harus diperlakukan sebagai jembatan
khusus 107
Pembebanan rencana
Perhitungan pembebanan rencana mengacu pada SK.SNI T-02-2005,
meliputi Beban rencana permanen, Lalu lintas, Beban akibat lingkungan,
dan Beban pengaruh aksi-aksi lainnya.
1) Beban Rencana Permanen
Berat sendiri (baja tulangan, beton, tanah)
Beban mati tambahan (aspal)
Pengaruh penyusutan dan rangkak
Tekanan tanah. Koefisien tekanan tanah nominal harus dihitung dari
sifat-sifat tanah (kepadatan, kelembaban, kohesi sudut geser dll ) 108
Pembebanan rencana (cont.)
3) Beban Pengaruh Lingkungan
Beban Perbedaan Temperatur
Perbedaan temperatur diambil sebesar 120C untuk lokasi jembatan lebih rendah dari 500m di atas
permukaan laut
Beban Angin
Tew = 0.0006 Cw (Vw)2 Ab (kN) untuk penampang jembatan
Tew = 0.0012 Cw (Vw)2 (kN/M) untuk kendaraan yang lewat
Beban Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Pemodelan beban gempa
menggunakan analisa pendekatan statik ekivalen beban gempa, sbb:
Teq = Kh . I . WT dimana Kh = C . S
Gaya aliran sungai
Hanyutan
Tekanan Hidrostatik dan Gaya Apung 109
Pembebanan rencana (cont.)
4) Beban Pengaruh Aksi-Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan
Gesekan pada perletakan termasuk pengaruh kekakuan geser
kekakuan geser dari perletakan elastomer.
Beban pelaksanaan
Beban pelaksanaan terdiri dari beban yang disebabkan oleh
aktivitas pelaksanaan itu sendiri dan aksi lingkungan yang
mungkin timbul selama pelaksanaan. 110
Konsep perencanaan struktur bawah
jembatan
111
112
113
114
115
• Diagram
beban rem
116
117
118
119
120
Jembatan Rangka
100 %
d
2m
30 % 15 % 15 % 7,5 %
TEW TEW
Pilar dinding
Ujung dibuat bundar, sesuaikan dengan
alinemen aliran air
Pondasi
Baja
Sumuran
DIMENSI PONDASI TIPIKAL
Tiang Pancang
Pondasi
Uraian Sumuran Baja Tiang pipa T.P.Beton T.P.beton
langsung
Tiang H baja Pracetak Pratekan
Diameter nominal 100X100 to
- 3000
400X400
300-600 300-600 400-600
(mm)
Kedalaman maksi- tidak tidak
5 15 30 60
mum (m) terbatas terbatas
Kedalaman optimum
0,3 - 3 7-9 7 - 40 7 - 40 12 - 15 18 - 30
(m)
Beban maksimum
ULS (KN) untuk 20.000 + 20.000 + 3.750 3.000 1.300 13.000
keadaan biasa
Variasi optimum
Beban ULS (KN) - - 500-1.500 600-1.500 500-1.000 500-5.000
PONDASI LANGSUNG
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
PERSYARATAN :
*Cukup kuat daya dukung ada < daya
dukung izin
* Aman terhadap geser n > 1,5
* Aman terhadap guling n > 1,5 h tanah timbunan
* D > kedalaman scouring maksimum
* h < tinggi izin timbunan
D tanah asli
PONDASI SUMURAN
Dipergunakan bila tanah pondasi :
* Cukup keras
* Daya dukung tanah > 3 kg/cm2
* Kedalaman > 4 m dari dasar sungai / tanah dasar setempat
* Bebas dari pengaruh scouring vertikal
PERSYARATAN:
h
•Cukup kuat -
•daya dukung terjadi < Daya
dukung izin
•d > 3 M
D •h < h izin timbunan
•D > kedalaman scouring
Max scouring (s)
D’ •Bila D < s < D’, maka perlu
d
protection
KEDALAMAN PONDASI PENGAMAN