TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah sikap tahu seseorang yang terjadi setelah melakukan
pengindraan berupa indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba
terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut ensiklopedia bebas
berbahasa, secara sederhana pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui
oleh manusia tentang benda, sifat, keadaan dan harapan-harapan.11
Pada tahun 1956, Benyamin S. Bloom, dkk mengembangkan tujuan
pendidikan ke dalam tiga ranah, yaitu: kognitif (berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan
berpikir), afektif (berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri) dan psikomotor
(berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin). 12,13 Ketiga hal ini
dipublikasikan dengan judul “Taxonomy of Educational Objectives: The
Classification of educational Goals”, yang biasa dikenal dengan nama Taksonomi
Bloom. Taksonomi ini menunjukkan bahwa terdapat 6 buah tingkatan knowledge,
comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation .13
Dalam psikologi belajar ada komponen penting yang perlu mendapat
perhatian juga disamping aspek kognitif, khususnya proses kognitif. Aspek tersebut
adalah komponen pengetahuan. Masing-masing pengetahuan memiliki ciri-ciri
penting yang perlu diperhatikan ketika mempelajarinya karena mungkin saja terdapat
ciri-ciri yang sama dalam dua ilmu yang berbeda. Maka dari itu terdapat revisi
taksonomi Bloom (taksonomi tujuan pendidikan) menjadi taksonomi belajar,
mengajar dan asesmen yang diperkenalkan oleh Anderson dan Krathwhol.
2.3.2 Etiologi
Avulsi merupakan kasus trauma dental yang paling sering terjadi
dibandingkan dengan kasus trauma dental lainnya, yaitu sekitar 16%. Penyebab gigi
avulsi yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah ketika mereka melakukan
aktifitas di sekolah. Selain itu, penyebab gigi avulsi yang sering terjadi adalah ketika
mereka melakukan olahraga seperti bermain sepak bola dan bola basket, berkelahi
dan kecelakaan mobil.8
2.3.4 Penatalaksanaan
Gigi avulsi adalah salah satu kasus trauma dental yang memerlukan
perawatan darurat. Penanganan yang tepat akan mempengaruhi prognosisnya. Ketika
terjadi avulsi pada gigi, kita dapat melakukan hal berikut ini: 16,18
1. Tenangkan anak yang bersangkutan.
2. Carilah gigi yang lepas dan peganglah pada bagian mahkotanya. Jangan
menyentuh bagian akar.
3. Jika gigi kotor, cucilah dibawah air mengalir dan jangan digosok dengan
tujuan agar tetap lembab dalam waktu maksimal 10 detik dan letakkan kembali gigi
ke soketnya. Ketika gigi sudah diposisinya semula, gigitlah saputangan untuk
menjaga agar gigi tetap ditempatnya.
4. Jika tidak memungkinkan untuk mereposisi giginya, letakkan gigi yang
avulsi tersebut ke dalam segelas susu atau tempat penyimpanan lain dan bawa anak
ke klinik gawat darurat. Gigi juga bisa diletakkan di dalam mulut antara pipi dan gusi
jika anak dalam keadaan sadar. Jika pasien terlalu muda, gigi tersebut bisa ditelannya.
Oleh karena itu, sebaiknya beri instruksi kepada anak untuk meludah disuatu wadah
kemudian letakkan gigi di wadah tersebut. Hindari pemakaian air sebagai tempat
penyimpanannya.
5. Jika ada tempat penyimpanan khusus seperti Hanks Balanced Storage
Medium (HBSS atau saline), media tersebut lebih baik digunakan.
2.3.5 Perawatan
Perawatan untuk avulsi gigi adalah dengan melakukan replantasi. Sebelum
melakukan replantasi, sebaiknya soket dicuci dengan larutan saline supaya tetap
bersih.4,19 Keberhasilan replantasi tergantung pada tenggang waktu antara terjadinya
avulsi dengan replantasi, luas kerusakan ligamen periodontium, derajat kerusakan
alveolar, dan efektivitas stabilisasi. Faktor waktu sangat menentukan keberhasilan
replantasi. Keberhasilan itu dapat dicapai apabila pengembalian gigi pada tempatnya
dilakukan tidak lebih dari 30 menit sesudah terjadi cedera. Jika lebih dari 2 jam, maka
resorbsi akar hampir tidak terhindarkan lagi.20 Bila avulsi pada gigi terjadi dalam
waktu kurang dari 30 menit, perawatan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah
dengan pengembalian gigi yang avulsi serta mengembalikan stabilisasi gigi tersebut
namun bila lebih dari 30 menit maka perawatan saluran akar dan splinting harus
dilakukan.21
Dalam keadaan darurat replantasi sering dilakukan oleh orang nonprofesional,
misalnya memasukkan gigi kembali yang dilakukan oleh orang tua atau teman pasien.
Secara biologis kondisi ligamen periodontium dan sementum sangat rawan jika
dikaitkan dengan perlekatan kembali. Apabila ligamen periodontium mengalami
cedera atau ada sementum yang terbuka, kemungkinan besar akan terjadi ankilosis
Trauma Dental
Definisi
Etiologi
Gambaran Klinis Tingkat
Penatalaksanaan Pengetahuan dan
Penatalaksanaan
Definisi
Etiologi
Gambaran Klinis
Penatalaksanaan