Anda di halaman 1dari 32

LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

____________________________________________________________________

MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK KONTROL

LABORATORIUM KONTROL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

____________________________________________________________________
1
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK KONTROL

(TRANDUCER/SENSOR)

LABORATORIUM KONTROL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

____________________________________________________________________
2
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL I
Percobaan 1
SENSOR CAHAYA (LDR)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami karakteristik sensor cahaya ( LDR : Light Dependent Resistor )

2. TEORI
Sensor cahaya adalah komponen elektronika yang dapat/berfungsi mengubah suatu
besaran optik (cahaya) menjadi besaran elektrik. Sensor cahaya berdasarkan
perubahan elektrik yang dihasilkan dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Photovoltaic : Yaitu sensor cahaya yang dapat mengubah perubahan besaran
optik (cahaya) menjadi perubahan tegangan. Salah satu sensor cahaya jenis
photovoltaic adalah solar cell.
2. Photoconductive : Yaitu sensor cahaya yang dapat mengubah perubahan besaran
optik (cahaya) menjadi perubahan nilai konduktansi (dalam hal ini nilai
resistansi). Contoh sensor cahaya jenis photoconductive adalah LDR, Photo
Diode,Photo Transistor. “

Pada percobaan rangkaian aplikasi kali ini akan menggunakan sensor cahaya yaitu
LDR. Aplikasi rangkaian dengan LDR kali ini ialah Rangkaian Pendeteksi
Cahaya. Pada rangkaian ini menggunakan lampu LED sebagai indicator deteksi
cahaya.
3. ALAT dan BAHAN :
1. LDR
2. LED
3. Resistor 100 Ohm
4. Resistor 470 Ohm
5. Potensiometer
6. Transistor SC 828
7. Baterai 9 Volt

____________________________________________________________________
3
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar Rangkaian Pedeteksi Cahaya :

Gambar I.1.1 Rangkaian Aplikasi Sensor LDR

Prinsip Kerja Rangkaian :


Light Dependent Resistor atau yang biasa disebut LDR adalah jenis resistor yang
nilainya berubah seiring intensitas cahaya yang diterima oleh komponen tersebut.
Ketika LDR tidak diberikan suatu cahaya maka LED pun akan menyala dan
sebaliknya ketika LDR diberikan suatu cahaya atau pada kondisi terang maka LED
akan mati atau tidak menyala. Pada saat cahaya terang LDR menjadi konduktor yang
baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil pada saat cahaya
terang. Potensiometer digunakan untuk mengatur kepekaan LDR dalam rangkaian ini.
Dalam rangkaian ini menggunakan resistor untuk memberikan hambatan agar
komponen yang diberi tegangan tidak dialiri dengan arus yang besar, serta dapat
digunakan sebagai pembagi tegangan. Dalam rangkaian ini menggunakan transistor
SC 828 yang digunakan sebagai saklar yang terhubung ke LED.

____________________________________________________________________
4
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Kesimpulan
Prinsip kerja LDR yaitu nilai resistansinya akan bertambah besar apabila tidak
terkena cahaya dan akan berkurang resistansinya apabila terkena cahaya.

Ide pengembangan :
- Sistem Counter Penghitung barang
Prinsip kerja dengan memanfaatkan sensor cahaya yang terhubung dengan rangkaian
counter, jadi saat ada barang yang menutup sensor maka sensor akan mengirimkan
sinyal ke rangkaian counter yang dapat ditampilkan ke display counter.
- Aplikasi system alarm otomatis
Prinsip kerjanya sensor cahaya dihubungkan dengan alarm/buzzer sebagai tanda
alarm. Sensor bisa diletakan di jendela, sehingga saat jendela terbuka dan sensor
mendeteksi cahaya maka alarm akan berbunyi sebagai tanda.
- dll

____________________________________________________________________
5
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Percobaan 2
SENSOR TEMPERATUR (LM35)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami karakteristik sensor temperature LM 35.

2. TEORI

Gambar I.2.1 LM35DZ

LM35DZ adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92).
Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100°
Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni
10 milivolt per 1 derajad Celcius, maka komponen ini sangat cocok untuk
digunakan sebagai eksperimen.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan 60
mikroampere sehingga sangat mudah diaplikasikan pada sistem berbasis tegangan
digital maupun analog. LM35 memiliki tingkat efek self-heating yang rendah yakni
0,08 derajad Celcius. LM35 cukup murah.
Self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya arus
yang bekerja melewatinya. Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus
diperhitungkan dan disiasati dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan

____________________________________________________________________
6
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

kesalahan pengukuran. self-heating menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih


tinggi dibandingkan suhu yang sebenarnya.

Catatan : Untuk lebih detil mengenai karakteristik sensor suhu LM35, maka Anda
bisa download datasheetnya

Gambar I.2.2 Skematik dasar LM35DZ

Gambar di atas adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ.
Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor
yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius.
Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad Celcius. Dan jika
Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius. Tegangan keluaran
ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal
seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti
rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.

Rangkaian dasar tersebut cukup untuk bereksperimen atau untuk aplikasi yang tidak
memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi
yang sesungguhnya. Terbukti, Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan
suplai diubah-ubah (naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang
secara logika hal ini sepertinya benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah
diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat kepresisian, maka tingkat akurasi alat
ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi
penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada
perubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan. Untuk
____________________________________________________________________
7
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

memperbaiki kinerja rangkaian dasar di atas, maka ditambahkan beberapa komponen


pasif dan penguat seperti yang ditunjukkan pada gambar I.2.3.

3. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar I.2.3

Gambar I.2.3 Rangkaian aplikasi sensor LM35

Prinsip Kerja Rangkaian :


Dua buah resistor 150K yang diparalel membentuk resistor 75K dan diseri dengan
kapasitor 1uF merupakan rangkaian RC-Seri rekomendasi dari pabrik pembuat
LM35. Sedangkan resistor 1K5 dan kapasitor 1nF membentuk rangkaian passive low-
pass filter dengan frekuensi 1 kHz. Tegangan keluaran filter kemudian diumpankan
ke penguat tegangan tak-membalik dengan faktor penguatan yang dapat diatur
menggunakan resistor variabel.

Dengan rangkaian ini, terbukti tegangan keluaran rangkaian ini jauh lebih stabil
dibandingkan tegangan keluaran rangkaian dasar di atas. Dengan demikian akurasi
pengukuran telah dapat ditingkatkan. Tegangan keluaran opamp dapat langsung
____________________________________________________________________
8
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

diolah atau diumpankan ke rangkaian ADC untuk kemudian datanya diolah lebih
lanjut oleh mikrokontroler.

Kesimpulan
Tegangan keluaran dari LM35 terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt
per 1 derajad Celcius

Ide Pengembangan
Aplikasi-aplikasi seperti termometer digital, kontrol suhu mesin pasteurisasi, kontrol
suhu mesin penetas telur atau kontrol fan radiator mobil.

____________________________________________________________________
9
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Percobaan 3
SENSOR GERAK (PIR)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami karakteristik sensor PIR

2. TEORI

Gambar I.3.1 Blok Diagram PIR

PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared. Akan
tetapi, tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan
fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai dengan
namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah
pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Benda yang bisa
dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia.
Sensor gerak dengan modul pir sangat simpel dan mudah diaplikasikan karena Modul
PIR membutuhkan tegangan input DC 5V cukup efektif untuk mendeteksi gerakan
hingga jarak 5 meter. Ketika tidak mendeteksi gerakan, keluaran modul adalah LOW.
Dan ketika mendeteksi adanya gerakan, maka keluaran akan berubah menjadi HIGH.
Adapun lebar pulsa HIGH adalah ±0,5 detik. Sensitifitas Modul PIR yang mampu

____________________________________________________________________
10
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

mendeteksi adanya gerakan pada jarak 5 meter memungkinkan kita membuat suatu
alat pendeteksi gerak dengan keberhasilan lebih besar.
Dengan output yang hanya memberikan 2 logika High dan Low ini kita dapat
membuat aplikasi sensor gerak yang berfariatif. Misal kita ingin langsung aplikasikan
pada alarm, kita tinggal membuat rangkaian driver untuk mengaktifkan alarm
tersebut. Atau misal ingin digunakan untuk mengaktifkan lampu, maka tinggal di
buat driver untuk memberikan sumber tegangan ke lampu. Modul sensor gerak PIR
memiliki output yang langsung bisa di hubungkan dengan komponen digital TTL
atau CMOS dan juga dapat lansung dihubungkan ke mikrokontroler.

Di dalam sensor PIR ini terdapat bagian-bagian yang mempunyai perannya masing-
masing, yaitu Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan
comparator.

Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari
pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas
nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat
celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan.
Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor
yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor
yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus
listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik? Karena pancaran sinar inframerah
pasif ini membawa energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang
terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell.
Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja? Hal ini disebabkan
karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif.
IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar
inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang
dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja
yang dapat dideteksi oleh sensor.
____________________________________________________________________
11
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar I.3.2 Sapuan Sensor

Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran
sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu
yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi
menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar
inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan
arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan
output.
Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR
akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut.
Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan
dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan disekitarnya. Ketika
manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkam
pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga
menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara
menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda beda.
Karena besaran yang berbeda inilah comparator menghasilkan output.

____________________________________________________________________
12
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar I.3.3 Jangkauan Sensor

Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan
dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antar 8
sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang
yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas
ketika musim panas.

3. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar I.3.4
Gambar Rangkaian Pedeteksi Gerak :

Gambar I.3.4 Rangkaian Aplikasi sensor PIR

____________________________________________________________________
13
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Prinsip Kerja
Ketika sensor PIR mendeteksi adanya gerakan, maka keluaran akan berubah menjadi
HIGH. Adapun lebar pulsa HIGH adalah ±0,5 detik. Tegangan keluaran sensor ±3.3
Volt dan itu akan menyebabkan transistor menjadi aktif sehingga relay akan ON.

Kesimpulan
Ketika tidak mendeteksi gerakan, keluaran sensor adalah LOW. Dan ketika
mendeteksi adanya gerakan, maka keluaran akan berubah menjadi HIGH. Adapun
lebar pulsa HIGH adalah ±0,5 detik. Sensitifitas Modul PIR mampu mendeteksi
adanya gerakan pada jarak 5 meter.

____________________________________________________________________
14
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK KONTROL

(OPRATIONAL AMPLIFIER)

LABORATORIUM KONTROL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

____________________________________________________________________
15
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL II
Percobaan Op-Amp
Op Amp Sebagai Penguat dan Defference Amplifier

1. TUJUAN PRAKTIKUM
 Mempelajari penggunaan operational amplifier
 Mempelajari rangkaian‐rangkaian standar operational amplifier

2. TEORI
Operational Amplifier, sering disingkat dengan sebutan Op Amp, merupakan
komponen yang penting dan banyak digunakan dalam rangkaian elektronik
berdaya rendah (low power). Istilah operational merujuk pada kegunaan op
amp pada rangkaian elektronik yang memberikan operasi aritmetik pada
tegangan input (atau arus input) yang diberikan pada rangkaian.
Op amp digambarkan secara skematik seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar II.1.1. Skematik Op-Amp

Gambar di atas menunjukkan dua input, output, dan koneksi catu daya pada op
amp. Simbol ”‐” menunjukkan inverting input dan ”+” menunjukkan
non‐inverting input. Koneksi ke catu daya pada op amp tidak selalu
digambarkan dalam diagram, namun harus dimasukkan pada rangkaian yang
sebenarnya.

____________________________________________________________________
16
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar II.1.2 Op-Amp 741

Rangkaian op amp ini dikemas dalam bentuk dual in‐line package (DIP). DIP
memiliki tanda bulatan atau strip pada salah satu ujungnya untuk menandai arah
yang benar dari rangkaian. Pada bagian atas DIP biasanya tercetak nomor
standar IC. Perhatikan bahwa penomoran pin dilakukan berlawanan arah jarum
jam, dimulai dari bagian yang dekat dengan tanda bulatan/strip.
Pada IC ini terdapat dua pin input, dua pin power supply, satu pin output, satu
pin NC (no connection), dan dua pin offset null. Pin offset null memungkinkan
kita untuk melakukan sedikit pengaturan terhadap arus internal di dalam IC
untuk memaksa tegangan output menjadi nol ketika kedua input bernilai nol.
Pada percobaan kali ini kita tidak akan menggunakan fitur offset null.
Perhatikan bahwa tidak terdapat pin ”ground” pada op amp ini, amp menerima
referensi ground dari rangkaian dan komponen eksternal.
Meskipun pada IC yang digunakan pada eksperimen ini hanya berisi satu buah
op amp, terdapat banyak tipe IC lain yang memiliki dua atau lebih op amp
dalam suatu kemasan DIP. IC op amp memiliki kelakukan yang sangat mirip
dengan konsep op amp ideal pada analisis rangkaian. Bagaimanapun, terdapat
batasan‐batasan penting yang perlu diperhatikan. Pertama, tegangan maksimum
power supply tidak boleh melebihi rating maksimum, biasanya ±18V, karena
akan merusak IC. Kedua, tegangan output dari IC op amp biasanya satu atau
dua volt lebih kecil dari tegangan power supply. Sebagai contoh, tegangan
swing output dari suatu op amp dengan tegangan supply 15 V adalah ±13V.
Ketiga, arus output dari sebagian besar op amp memiliki batas pada 30mA,
____________________________________________________________________
17
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

yang berarti bahwa resistansi beban yang ditambahkan pada output op amp
harus cukup besar sehingga pada tegangan output maksimum, arus output yang
mengalir tidak melebihi batas arus maksimum.

Berikut ini merupakan beberapa rangkaian standar op amp. Untuk penurunan


persamaannya dapat merujuk ke buku teks kuliah. Jika ingin mendesain
rangkaian sederhana, pilihlah resistor dalam range sekitar 1k Ohm sampai 200k
Ohm.

Gambar II.1.3. Penyangga

Gambar II.1.4. Inverting-Amp

____________________________________________________________________
18
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar II.1.5. NonInverting-Amp

Gambar II.1.6. Defference-Amp

____________________________________________________________________
19
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

3. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar II.1.7, gambar II.1.8, gambar II.1.9

Gambar Rangkaian Penguat :

Gambar II.1.7 Rangkaian Penguat NonInverting

Gambar II.1.8 Rangkaian Penguat Inverting

____________________________________________________________________
20
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar II.1.9 Rangkaian Deff Amp

____________________________________________________________________
21
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK KONTROL

(ELEMEN – ELEMEN CONTROL)

LABORATORIUM KONTROL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

____________________________________________________________________
22
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL III
Percobaan 1
TRANSISTOR

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari cara kerja transistor sebagai saklar

2. TEORI
Penemuan transistor pada tahun 1948 oleh 3 ilmuwan fisika Amerika William
Shockley, John Bardeen, dan Walter Brattain, secara total merevolusi dunia
elektronika .Dalam waktu sekejap peranan transistor telah menggantikan tabung
vakum yang digunakan dalam peralatan elektronik. Penemuan selanjutnya
menciptakan industry bermodal sangat besar yaitu memproduksi peralatan-peralatan
terkenal seperti radio saku, kalkulator, computer, dan pesawat televisi.
Ada 2 macam transistor:
1.Transistor bipolar
2.Transistor efek medan (FET /Field Efek transistor)

Transistor dapat bertindak sebagai suatu rangkaian penghubung. Tegangan keluaran


Vo adalah sama dengan tegangan kolektor – emitor Vce, ketika Vi=0 maka tidak ada
panjar basis-emitor. ( Vbe=0),oleh karena itu, arus basis Ib adalah sama dengan nol
(Ib=0) persamaannya:

Vcc=IcRc + Vo atau Vo=Vcc – IcRc

Karena Ic=0, ketika Vi=0, maka persamaan diatas kita peroleh bahwa ketika
Vi=0,Vo=Vcc. Jika Vi dinaikkan tetapi tidak melebihi suatu nilai tertentu Vi maka
pertambahan Ib sangat kecil dan karena itu Vo hanya kurang sedikit. Pada keadaan
dimana Vi lebih kecil, hampir semua tegangan sumber Vcc ada diantara Colektor-
____________________________________________________________________
23
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Emmitor (Vce), dan pada penghambat beban Rc hampir tidak ada tegangan. Pada
keadaan ini transistor berfungsi sebagai penghambat yang memiliki hambatan
yang sangat besar dan disebut transistor dalam keadaan "terputus" atau "mati" (cut
off atau off dalam bahasa inggris).
Jika mulai dari Vi =V1, tegangan masukkan Vi dinaikkan sampai mencapai nilai
tertentu V2 , maka arus kolektor Ic yang dihasilkan cukup besar. Menaikkan terus
tegangan masukkan Vi hanya sedikit pengaruhnya pada Ic, dan karena itulah
sedikit pengaruhnya pada V0, pada keadaan dimana Vi ≥ V2 transistor berfungsi
sebagai penghambat yang hambatannya sangat kecil dan disebut transistor dalam
keadaan “terhubung” atau “jalan “ (saturation atau on dalam bahasa inggris).
Jadi dengan ,mengubah tegangan masukkan Vi, transistor dapat dibuat dalam dua
keadaan “ terputus” atau “terhubung” , fenomena inilah yang kita manfaatkan
nantinya yaitu transistor sebagai saklar.

Gambar 3.1 Simbol Transistor Bipolar

Dalam penggunaannya transistor dapat dirangkai dalam konfigurasi common emitter


(emitor dibumikan), common base (basis dibumikan ), atau common collector.

3. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar III.1.1

____________________________________________________________________
24
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar Rangkaian:

Gambar III.1.1 Saklar Transistor sederhana

____________________________________________________________________
25
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Percobaan 2
RELAY

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari pengendalian Relay dengan penguatan
2. TEORI
Relay merupakan salah satu komponen yang dapat digunakan dalam pensaklaran
(switching). Switching dapat dilakukan terhadap suatu beban dengan tegangan dan
daya tinggi berdasarkan input sinyal yang lebih rendah. Pensaklaran dengan
menggunakan relay dilakukan secara mekanik dengan memanfaatkan medan magnet
yang dibangkitkan oleh solenoid berdaya rendah. Relay ini menghubungkan
rangkaian beban ON atau OFF dengan pemberian energi elektromagnetis. Relay
mempunyai variasi aplikasi yang luas baik pada rangkaian listrik maupun elektronis.
Relay biasanya hanya mempunyai satu kumparan, tetapi relay dapat mempunyai
beberapa kontak. Relay elektromekanis berisi kontak diam dan kontak bergerak.
Kontak yang bergerak dipasangkan pada plunger. Kontak ditunjuk sebagai normally
open (NO) dan normally close (NC). Apabila kumparan diberi tenaga, terjadi medan
elektromekanis. Aksi pada medan pada gilirannya menyebabkan plunger bergerak
pada kumparan menutup kontak NO dan membuka kontak NC. Jarak gerak plunger
pendek sekitar ¼ in atau kurang.

3. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar III.2.1

____________________________________________________________________
26
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Gambar III.2.1 Transistor sebagai penggerak Relay

____________________________________________________________________
27
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Percobaan 3
OPTOISOLATOR (MOC3020)

1. TUJUANPRAKTIKUM
Mempelajari dan mengetahui cara kerja pensaklaran dengan OPTOISOLATOR.

2. TEORI
Optokopler atau optoisolator merupakan gabungan LED dan OPTO TRIAC.
Keuntungan optokopler atau optoisolator adalah pemisahan secara listrik antara
rangkaian masukan dan rangkaian keluaran. Dengan optokopler atau optoisolator
hubungan yang ada antar masukan dan keluaran seberkas cahaya.
Sensor optokopler berfungsi seperti sebuah saklar foto elektrik. Pada saat arus
mengalir melalui LED, maka dioda pemancar akan memancarkan cahaya infra merah
yang akan diterima oleh opto triac. Hal ini akan mengakibatkan sambungan pada opto
triac terhubung dan seakan bersifat seperti saklar tertutup. Optokopler atau
optoisolator bekerja pada kepresisian yang tinggi.

3. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar III.3.1

Gambar III.3.1 OptoIsolator MOC3020

____________________________________________________________________
28
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK KONTROL

(MULTIVIBRATOR)

LABORATORIUM KONTROL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

____________________________________________________________________
29
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL IV
Percobaan 1
ASTABIL

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati bentuk keluaran IC555 sebagai rangkaian Astabil

2. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar IV.1.1

Gambar IV.1.1 Rangkaian Astabil

____________________________________________________________________
30
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

Percobaan 2
MONOSTABIL

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati bentuk keluaran IC555 sebagai rangkaian Monostabil

2. ALAT dan BAHAN :


Komponen yang dibutuhkan sesuai yang terlihat pada gambar percobaan pada
gambar IV.2.1

Gambar IV.2.1 Rangkaian Monostabil

____________________________________________________________________
31
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3
LABORATORIUM KONTROL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
____________________________________________________________________

MODUL V

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM

 Buat Prototype Aplikasi Sistem Control Automatic (analog


) sesuai dengan Bidang Anda dan yang ada di sekitar lingkungan anda.
 Kerjakan dengan Berkelompok dan selalu Konsultasikan dengan dosen
pengajar.
 Demokan di Akhir Pertemuan Praktikum (Sebagai nilai akhir praktikum).

____________________________________________________________________
32
Edy Setiawan, ST., MT
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Praktikum Prodi D4-K3

Anda mungkin juga menyukai