Anda di halaman 1dari 37

A.

Latar Belakang

Human immunodeficiciency virus (HIV) merupakan virus yang dapa melemahkan

sistem kekebalan tubuh dan Aquired Imune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh
bukan bawaan. HIV dalam tubuh manusia berada di sel darah putih tertentu yaitu sel T4 yang

terdapat pada cairan tubuh dan hubungan seksual merupakan jalur utama penularan

HIV/AIDS yang paling umum ditemukan (Kusmiran, 2011: 130). Penyakit HIV/AIDS

merupakn bagian dari penyakit kelamin karena dapat ditularkan melalui hubungan seksual

(kelamin), tetapi tidak selalu ditularkan melalui jalur hubungan seksual. Kasus HIV/AIDS pada
pecandu narkotik karena disebabkan sebagai besar pecandu narkotik juga melakukan seks

yang memicu terjadinya penularan HIV/AIDS (Kusmiran, 2011: 134).


Cara penularan yaitu bila cairan yaitu dari seseorang yang sudah terinfeksi HIV masuk

kedalam sistem peredaran darah memalui luka terbuka, sariawan, jarum suntik atau luka

yang diakibatkan pada hubungan seksual yang kadang tidak disadari oleh penderita ataupun
pasangannya. Virus HIV kemudian kontak dengan sel darah putih, selaput virus pecah dan

RNA nya keluar dan gen virus HIV masuk ke dalam inti sel yang dapat menimbulkan dua
kemungkinan yang pertama virus tetap tidur dan tidak kehilangan gejala aktif atau

kemungkinan yang kedua virus membiak dalam sel limfosit, sel limposit akan mati sehingga
kekebalan tubuh akan menurun (Saifuddin dan Rachimhadhi, 2006: 557).

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik
suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum

remaja bahkan yang telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang
bukan pasangannya. Biasanyanya dilakukan dengan orang yang bukan pasangannya.
Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi

kejenuhan. Seks bebas sangat tidak layak dilakukan mengingat resiko yang sangat besar

yang diantaranya adalah terinfeksi virus HIV yang menyebabkan AIDS, ataupun penyakit
menular seksual lainnya.

1
Indonsesia merupakan negara yang mengalami epidemi yang berkembang paling

cepat diasia. Walaupun prevalensi HIV diantara orang dewasa secara umum masih rendah,
seperti pengguna narkoba dan pekerja seks komersial (Dirjen pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2003).


Proporsi kasus HIV/AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun
(51,1%), kelompok umur 30-39 tahun (29,3%), kelompok umur 40-49 tahun 98,5%) dan
kelompok Umur 15-19 tahun yaitu sekitar 3%. Proporsi kasus HIV/AIDS yang terbanyak pada

usia 20-29 tahun tersebut mengimplikasikan bahwa terjadi transmisi dan penularan virus HIV
pada kurun waktu 5-10 tahun sebelumnya.
Hasil Survei Terpadu Biologis Perilaku (STBPI) menunjukan hal yang semakin

memperihatinkan. Prevalensi HIV rata-rata pada kelompok wanita pekerja seks komersial

adalah 7,8% sedangkan pada kelompok pengguna narkoba adalah 52,4%, artinya 1 diantara
2 penggunaan narkoba adalah positif HIV pada kelompok waria adalah 32,4% dan pria

berisiko tinggi (pelanggan pekerja seks) adalah 7,8% (Dirgen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2013).

Beberapa penelitian, menunjukan 76,3% wanita mengaku pernah melaukan hubungan

pranikah dan 33,8 diantaranya mengaku pernah berhubungan dan lebih dari satu pasangan.
Penelitian di Bandung tahun 2011 menunjukan dar pelajar SMP, 20,53 persen pernah
melakukan ciuman bibir, 7,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 4,9 persen pernah

berhungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L, Sp.OG, seks bebas
memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual, (PMS), maka tidak

heranlah persentasi tertinggi penderita HIV/AIDS adalah kelompok umur 20-29 tahun.

Prevelansi HIV/AIDS di Kalimantan Tengah dalam 3 tahun terakhir terus terjadi


peningkatan. Periode Juni 2010 terjadi sebanyak 48 kasus, periode juni 2011 sebanyak 69
kasus, periode juni 2012 sebanyak 92 kasus dan periode juni 2013 sebanyak 119 kasus.

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita HIV/AIDS di Kalimantan Tengah terus

ditingkatkan. Pelayanan penderita HIV/AIDS di kaliamntan tengajh berpusat di BLUD RS Dr.


Doris Sylvanus Palangka Raya. Sampai periode juni 2013 tercatat 119 penderita HIV/AIDS

yang mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis melalui program Vocuntary


Counselling and Testing (VCT) . melalui program ini penderita HIV/AIDS, keluarga dan

masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi mulai dari cara penularan, cara

pencegahan, cara pengobatan, layanan konseling serta testing HIV. Memalui pelayanan ini
diharapkan penderita HIV/AIDS dapat hidurp prduktif di samping sebagai salah satu upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS melalui konseling (BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka

Raya)

2
Berdasarkan studi pendahuluan yang menulis lakukan pada tanggal 22-25 juni 2013 di

poliklinik VCT BLUD RS Dr. Doris Syvanus Palangka Raya tercatat ada 48 pasien
yangdinyatakan positif HIV/AIDS yang menjalani pengobatan rutin dan 28 pasien yang masih

menjalani rangkaian pemeriksaan (skrining) HIV/AIDS. Wawancara pada 10 orang akan


dilakukan pemeriksaan laboratorium karena dicurigai tertular HIV/AIDS didapatkan hasil
sebagai berikut; sebanayak 4 orang pernah melakukan seks bebas (3 orang berganti-ganti
pasangan dan 1 orang hanya dengan 1 pasangan), sebanyak 2 pernah melakukan seks bebas

dengan berganti-ganti pasangan dan pengguna napza dan sebanyak 1 orang tidak pernah
tidak pernah melakukan seks bebas. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 9 orang yang di
curigai menderita HIV/AIDS hanya satu orang yang tidak melakukan seks bebas dan

menggunakan napza.

Berdasarkan fakta-fakta dan studi pendahuluan yang telah penelitian lakukan, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang keterkaitan antara seks bebas dan penggunaan

napza dan judul yang peneliti tetapkan adalah “Hubungan Seks Bebas dan Penggunaan

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) dengan kejadian HIV/AIDS di Poliklinik VCT

BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2014.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien


dengan Gangguan Sistem Imun yang mengalami HIV/AIDS.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem


Imun yang mengalami HIV/AIDS.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem

Imun yang mengalami HIV/AIDS.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem


Imun yang mengalami HIV/AIDS.

d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Gangguan

Sistem Imun yang mengalami HIV/AIDS.


e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Imun

yang mengalami HIV/AIDS.

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan


Sistem Imun yang mengalami HIV/AIDS.

3
C. MANFAAT PENULISAN

Tujuan yang ingin di capai dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui Konsep Dasar dari pembahasan masalah HIV/AIDS.


2. Mengetahui Konsep Medik.

3. Memahami arti dari Memanajemen Asuhan Keperawatan HIV/AIDS.


4. Memahami rencana Tindakan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Imun

yang mengalami HIV/AIDS.


5. Hasil penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan

bagi mahasiswa keperawatan.

4
A. Konsep Dasar Penyakit HIV-AIDS

1. Definisi HIV-AIDS

AIDS atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit

yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat
kehilangan kekebalan tubuh, pendrita AIDS mudah terkena berbagai jenis inveksi bakteri,
jamur,parasite dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain penderita AIDS sering kai

menderita keganasan khususnya sarcoma Kaposi dan limvoma yang hanya menyerang otak.

Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lenti virus. Retrovirus

mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus
DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang pajang. Seperti retrovirus yang lain, HIV

menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan terutama yang

menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan
sistem imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari

CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan
CD4+ dan limfosit.

Secara struktural, morfologi bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi

pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA.
HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional dan struktural. Tiga gen

tersebut, yaitu gag, pol dan env. Gag berarti group antigen, pol memiliki polymerase, dan
env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffman, Rockhstorh, Kamps, 2006). Gen gag

mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, itegrasi. Gen
env mengode komponen struktural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang
ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu rev, nef, vpu, dan vpr.

5
2. Anatomi dan Fisiologi HIV-AIDS

A. Imunitas
B.

Lapisan pertama pertahanan tubuh merupakan kumpulan


dari pertahanan non-spesifik, termasuk fagosit seperti
makrofag. Jika kewalahan, aktivasi kekebalan sistem tubuh
yang kuat akan menyusul. Kekebalan tubuh memiliki tiga sifat

kunci yang tidak terlihat dengan pertahanan non-spesifik:

1. Kekhususan

Tidak seperti mekanisme seperti respon peradangan dan aksi fagosit makrofag,
yang dipicu oleh berbagai macam ancaman, sebuah respon imundiarahkan terhadap

satu antigen saja.

2. Daya ingat

Tidak seperti mekanisme pertahanan umum, sebuah respon imun terhadap antigen

khusus biasanya akan menghasilkan daya ingat imunologis terhadap antigen tersebut.
Ini berarti bahwa respon imun terhadap paparan berikutnya pada antigen yang sama
umumnya lebih cepat dan lebih kuat.

3. Toleransi
Berbagai sel sistem imun bersifat agresif dan berpotensi sangat merusak. Kontrol

terhadap aktivitas mereka penting untuk perlindungan jaringan tubuh yang sehat. Saat

sel-sel imun mengalir mengelilingi tubuh, mereka mengecek protein penanda pada
membran-membran sel. Sel-sel tubuh yang sehat menampilkan penanda “diri” dan
diabaikan oleh sel-sel imun yang berpatroli. Namun sel-sel yang bukan termasuk

selnya, seperti sel kanker atau patogen, memiliki pola penanda yang berbeda, yang

secara cepat mengaktivasi sel imun dan biasanya menimbulkan penghancuran


terhadap sel-sel yang bukan dirinya.

B. Limfosit
Limfosit menyusun 20-30% sel-sel darah putih yang beredar tetapi pada suatu saat

banyak dari mereka ditemukan di dalam jaringan limfatik dan jaringan lain daripada di

dalam jaringan darah. Mereka meliputi sel-sel pembunuh alami terlibat dalam
pengamatan imunologis, sel-T (yang paling banyak) dan sel-B.
Sel-T dan sel-B bertanggung jawab terhadap kekebalan (pertahanan khusus). Untuk

setiap jutaan antigen yang mungkin dijumpai selama hidup, terdapat sel-T dan sel-B yang
sesuai yang diprogramkan untuk merespon tentang antigen itu. Oleh karena itu, terdapat
6
sangat banyak jumlah sel-T dan sel-B yang berada di dalam tubuh, masing-masing

mampu merespon terhadap hanya satu antigen saja (kekhususan antigen).

1. Limfosit T
Limfosit T diaktifkan oleh kelenjar timus yang terletak di antara jantung dan
sternum. Hormon timosin, dihasilkan oleh timus, bertanggung jawab untuk
meningkatkan proses, yang menyebabkan proses limfosit T yang benar-benar

terdiferesiansi, matur, dan fungsional. Penting untuk dipahami bahwa telah diprogram
hanya untuk menenali satu jenis antigen, jadi saat terpapar oleh antigen selanjutnya,
tubuh tidak akan bereaksi dengan antigen lain, betapapun bahayanya antigen

tersebut. Dengan demikian, limfosit T yang dibuat, misalnya untuk mengenali virus

cacar air tidak akan bereaksi terhadap virus campak, sel kanker, atau bakteri
tuberkulosis. Limfosit T membiarkan immunitas diperantarai sel.

2. Limfosit B

Limfosit B diproduksi dan diposes di dalam sumsum tulang. Perannya dalam

produksi antibodi (imunoglobulin) adalah protein yang dirancang untuk berikatan

dengan antigen dan menghancurkannya. Seperti limfosit T, tiap limfosit B juga


diprogram hanya untuk satu antigen khusus; antibodi yang dilepaskan bereaksi
terhadap satu jenis antigen saja.

C. Imunitas Diperantarai Sel


Limfosit T yang telah diaktifkan di dalam kelenjar timus dilepaskan ke sirkulasi. Saat

limfosit T terpapar antigennya untuk pertama kali, limfosit T menjadi tersensitisasi. Jika

antigen berasal dari luar tubuh, antigen perlu ditampilkan pada permukaan sel penampil
antigen. Sel penampil antigen yaitu makrofag, merupakan bagian pertahanan non-
spesifik karena makrofag menelan dan mencerna antigen tanpa membeda-bedakan,

namun juga berpartisipasi dalam respons imun. Setelah makrofag mencerna antigen,

makrofag membawa sebagian besar sisa antigen didalam membran selnya dan
menampilkannya pada permukaannya (Gambar 13.2). Dalam perjalanannya disekitar

tubuh, makrofag tetap menampilkan sisa antigen, makrofag akhirnya terpapar dengan
limfositT yangbekerja spesifik pada antigen tertentu.

Jika antigenmerupakan sel tubuh yang abnormal, seperti sel kanker, sel ini juga akan

tampil sebagai materi asing pada membran selnya yang akan menstimulasi pembelahan
dan proliferasi limfosit T (ekspansi klonal). Empat jenis limfosit T khusus adalah sebagai
berikut.

7
1. Sel T sistotoksik

Sel ini secara langsung menon-aktifkan sel yang membawa antigen. Sel ini
melekatkan diri pada sel target dan melepaskan toksin yang sangat kuat dan efektif

karena kedua sel ini sangat berdekatan. Peran utama limfosit T sitotoksik adalah
menghancurkan sel tubuh yang abnormal, misal sel yang terinfeksi dan sel kanker.
2. Sel T helper
Sel ini penting untuk memperbaiki fungsi bukan hanya imunitas diperantarai sel

(cell-mediated immunity), tetapi juga imunitas yang diperantarai antibodi (antibody-


mediated immunity). Peran utama sel ini dalam imunitas ditekankan pada situasi ketika
sel ini dihancurkan, seperti pada penyakit AIDS oleh HIV. Saat jumlah limfosit T yang

paling umum, fungsi utamanya meliputi: produksi zat kimia khusus yang disebut

sitokin (misal interleukin dan interferon yang menunjang serta meningkatkan limfosit T
sitotoksik juga makrofag) dan bekerja sama dengan limfosit B menghasilkan antibodi;

walaupun limfosit B bertanggung jawab sebagai penghasil antibodi, limfosit B harus

distimulus oleh limfosit T helper terlebih dahulu.

3. Sel T supresor

Sel ini bekerja sebagai “rem”, menghentikan limfosit T dan B yang aktif. Sel ini
membatasi efek yang kuat dan berpotensi membahayakan respons imun.
4. Sel T memori

Sel yang hidup lama ini bertahan hidup setelah ancaman dinetralkan dan
memberikan imunitas diperantarai sel dengan berespons secara cepat terhadap

paparan antigen yang sama lainnya.

http://www.thedominican.net/2014/06/aids-control-in-the-caribbean.html

8
D. Imunitas Diperantarai Antibodi (Hurmonal)

Limfosit B,tidak seperti limfosit T, yang bebas beredar ditubuh,terbatas berada


dijaringan limfosit (misal: limpa dan nodus limfe). Limfosit B tidak seperti limfosit T,

mengenal dan berikatan dengan antigen tanpa harus diperkenalkan oleh sel penampil
antigen, Setelah antigen dideteksi dan berikatan dengan limfosit B, dengan bantuan
limfosit T helper, limfosit B membesar dan mulai membelah. Limfosit B memproduksi dua
jenis sel fungsional yang berbeda, yaitu sel plasma dan sel memori B.

1. Sel plasma
Sel ini menyekresikan antibody ke darah.Antibodi dibawa oleh jaringan,sementara
limfosit B sendiri tetap berada di dalam jaringan limfoid.Hidup sel plasma tidak lebih

lama dari 1 hari dan menghasilkan hanya 1 jenis antibody yang bekerja untuk antigen

tertentu saja yang awalnya berikatan dengan limfosit B.Antibodi bekerja dan berikatan
dengan antigen,menamakan antigen tersebut sebagai target untuk sel pertahanan

(seperti limfosit T sitotoksik dan makrofagi,berikatan dengan toksin

bakteri,menetralkannya,dan mengaktifkan komplemen.terdapat 5 jenis antibodi,yang

diringkas di table berikut ini :

Jenis Antibodi Fungsi

IgA Ditemukan pda secret tubuh seperti ASI dan saliva,serta mencegah

antigen menembus mebran epitelium serta menyerang jaringan yang

lebih dalam.

IgD Dibuat oleh sel B dan ditampilkan pada permukaannya.Antigen

terikat disini untuk mengaktifkan sel B.

IgE Ditemukan pada membran sel(misal:basofil),dan jika berikatan

dengan antigen akan mengaktifkan respons imun.antibodi ini sering

ditemukan saat alergi.

IgG Merupakan jenis antibodi yang paling banyak dan paling

besar.Antibodi ini menyerang banyak patogen dan menembus

plasenta untuk melindungi janin.

IgM Dihasilkan dalam jumlah besar saat respons primer dan merupakan

aktivator komplemen yang kuat.

9
2. Sel B memori

Seperti sel T memori,sel ini tetap berada dalam tubuh untuk waktu lama setelah
episode awal saat pertama kali terpapar antigen,dan dengan cepat berespons

terhadap pemaparan antigen yang sama berikutnya dengan menstimulasi produksi sel
plasma penyekresi antibodi.Saling ketergantungan antara kedua sistem imun.
2. Imunitas Didapat
Repons imun terdapat suatau antigen setelah paparan pertama (imunisasi primer)

disebut sebagai respns awal. Paparan kedua dan selanjutnya menimbulkan respons
sekunder.
a. Repons utama

Paparan sistem imun terhadap suatau antigen untuk pertama kali

menimbulkan peningkatan kadar antibodi yang perlahan dan lambat, memuncak 1-


2 minggu setelah infeksi, respons yang terlambat ini mencerminkan waktu yang

dibutuhkan untuk mengaktivasi sistem sel-T, yang kemudian menstimulasi divisi

sel-B. kadar antibodi mulai turun ketika infeksi sudah dibersihkan, tetapi jika sistem

imun telah merespons dengan baik, kadar antibodi akan memiliki FF yang

menghasulkan populasi sel-B dengan daya ingat yang panjang, membuat individu
kebal terhadap infeksi berikutnya.
b. Respons kedua

Pada paparran selanjutnya terhadap antigen yang sama, repons imun lebih
cepat dan 10-15 kali lebih kuat, karena daya ingat sel-B yang dihasilkan setelah

infeksi pertama yang secara cepatmemisahkan dan memproduksi antibodi,

memulainya dengan segera.


Imunitas bisa didapat secara alami atau buatan, kedua bentuk ini dapat aktif
atau pasif.imunitas aktif berarti bahwa individu telah berespons terhadap antigen

dan menghasilkan antibodinya sendiri, limfosit diaktivasi, dan sel memori yang

dibentuk memberikan resistansi dalam jangka panjang. Pada imunitas pasif,


individu diberikan antibodi yang dihasilkan oleh orang lain. Antibodi akhirnya

hancur sehingga imunitas pasif biasanya berlangsung relatif singkat.


c. Imunitas aktif didapat secara alami

Tubuh dapat distimulasi untuk menghasilkan antibodinya sendiri dengan cara

sebagai berikut:
1) Mengalami penyakit
Selama perjalanan penyakit, Limfosit B berkembang menjadi sel plasma

yang menghasilkan antibodi dalam jumlah yang cukup untuk mengatasi infeksi.
Setelah pulih, sel B memori tetap mampu menghasilkan lebih banyak sel plasma
10
yang meghasilkan antibodi spesifik, memberikan imunitas untuk infeksi yang

akan datang oleh mikroba yang sama.


2) Mengalami infeksi subklinis

Kadang infeksi mikroba tidak cukup berat untuk menunjukan gejala klinis
penyakit, tetapi menstimulasi sel B memori yang cukup untuk menciptakan
imunitas. Pada kasus lain, infeksi subklinis dapat sangat ringan untuk
menstimulasi respons yang adekuatagar imunitas terjadi.

d. Imunitas aktif didapat secara buatan


Jenis imunitas ini terjadi dalam berespons terhadapat pemberian mikroba
yang mati atau hidup yang secara buatan (artifisial), dilemahkan (vaksin), atau

toksinyang dinon-aktifkan (toksoid). Vaksin dan toksoid tetap memiliki sifat antigen

yang menstimulasi pembentukan imun, tetapi tidak dapat menyebabkan penyakit.


Banyak penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunitas buatan.

e. Imunitas aktif didapatkan secara alami

Jenis imunitas ini diproleh sebelum lahir melalui antibodi yang menembus

plasenta ke janin dan pada bayi melalui ASI. Berbagai antibodi diberikan,

bergantung pada imunitas aktif ibu. Limfosit bayi tidak distimulasi dan imunitas
berumur pendek.
f. Imunitas pasif didapat secara buatan

Pada jenis imunitas ini, antibodi siap saji, didalam serummanusia atau hewan,
diinjeksikanke resipien. Sumber antibodi didapat berasal dari seorang individu yang

telah sembuh dari infeksi atau hewan (biasanya kuda) yang telah diimunisasi aktif

secara buatan. Imunoglobulin spesifik dapat diberikan secara profilaksis untuk


mencegah perkembangan penyakit pada orang yang telah terpapar infeksi atau
secara terapeutiksetelah penyakit terjadi.

Imunitas didapat

Aktif Pasif

Alami Buatan Alami Buatan

Vaksin,toksoid Dari ibu


Penyakit Imunoglobulin (serum
klinis,infeksi dengan antibodi) 11
subklinis
B. Konsep Medik Penyakit HIV-AIDS

1. Etiologi dan Faktor Resiko HIV-AIDS

HIV ialah retrovirus yang disebut lymphadenopathy associated virus (LAV) atau human
T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga disebut human T-cell lymphotrophic virus
(retrovirus). LAV ditemukan oleh Montagnier dkk, pada tahun 1983 di Prancis, sedangkan
HTLV -111 ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama

ini ternyata banyak ditemukan di Afrika Tengah.sebuah penelitian pada 200 monyet hijau

Afrika, 70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. Nama
lain virus tersebut ialah HIV

HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak Karena HIV-1 terdiri atas dua untaian RNA

dalam inti protein yang dilindungi envelop lipid asal sel hospes. Virus AIDS bersifat

limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih spesifik yag

disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat
mengakibatkan penurunan jumlah limfosit T-helper secara progresif dan menimbulkan

imunodefisiensi, yang selanjutnya terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,

jamur, virus dan parasite serta neoplasma.

Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, virus tersebut akan berada dalam tubuh

korban dalam seumur hidup. Badan penderita akan mengadakan reaksi terhadap infasiv virus
dengan jalan membentuk antibody spesifik, yaitu antibody HIV yang agaknya tidak dapat

menetralisasi virus tersebut dengan cara yang biasa sehingga penderita tetap akan

merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan virusnya
pada orang lain disekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oelh virus AIDS hanya
sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit akan tetapi pada beberapa orang

perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-bown.

Virus HIV menular menular melalui 6 cara penularan, yaitu ;

a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS


Hubungan seksual secara vagina, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan dapat menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani,

cairan vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan
tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama brhubugan juga dapat teadi lesi

12
mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang dapat menjadi jalan HIV untuk masuk

ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000)


b. Ibu pada janinnya
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan. Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%-0,7%. Jika ibu baru terinfeksi HIV dan
belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20-35%, sedangkan jika
gejala AIDS sudah jelas pada ibu, kemungkinan mencapai 50% (PELKESI, 1995).

c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar ke seluruh tubuh.

d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril


Alat pemeriksa kandungan seperti speculum, tenakulum, dan alat-alat lain yang
darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk

orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI,1995).

e. Alat-aat untuk menorah kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat

tato, memotong rambut, dan sebagainya dapat menularkan HIV karena alat tersebut
mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntk yang digunakan di fasilitas kesehatan maupun yang digunakan oleh
pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, para

pemakai IUD umumnya secara bersama-sama juga menggunakan tempat

penyamar,pengaduk, dan gelas pengplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk


menularkan. HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan,
toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan di pipi, berjabat tangan, hidup

serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.

2. Patofisiologi

HIV adalah virus RNA yang dilapisi struktur dasar dengan lapisan luar terdiri dari lemak

dan glikoprotein sedangkan bagian dalam inti terdiri dari duan untaian rantai RNA tunggal
yang mengikat bersama-sama berasal dari protein 24 (p24). Bagian membrane luar HIV

terdiri dari elemen struktur spesifik yang berperan penting dalm menginfeksi dan
perkembangan proses penyakit itu yang paling penting dari HIV yaitu virus dilapisi

glikoprpotein 120 (gp120), yang digunakan untuk interaksi virus dengan sel reseptor tubuh

13
termasuk limfosit CD4+, makrofag dan monosit. Virus HIV menginfeksi tubuh melalui 8 tahap

yaitu :

a. Pengikatan oleh virus


Pada permukaan membrane sel tubuh manusia terdiri dari struktur protein ynag

kompleks yang berfungsi sebagai reseptor. Virus HIV mengikat 2 jenis reseptor sel
tubuh yaitu reseptor CD4++ dan kemokin reseptor seperti CXCR4 (CXC

chemokinreseptor 4 atau chemokine reseptor 5) CCR5 yang berfungsi untuk membantu


virus memasuki sel targetnya. Kemudian, virus HIV akan menginfeksi sebuah sel limfosit

dimulai dengan melampirkan virus melalui gp120 dengan membrane sel sehingga virus

dapat masuk ke dalam sel.

b. Memasuki sel

Setelah virus masuk ke dalam tubuh, inti virus dan RNA masuk ke dalam sel, dengan

tujuan untuk membuat kembali material genetic virus, melapisi RNA atau melarutkan

nukleokapisid sehingga RNA virus masuk ke dalam sitoplasma tubuh.


c. Reverse transcription

Perubahan material genetic virus RNA menjadi DNA terjadi melalui dikeluarkan

enzim reverse transcription yang oleh virus HIV. Enzim reverser transcription membawa

urutan rantai RNA virus yang masuk kedalam sel dan mentranscripsi urutan menjadi

pelengkap urutan DNA ynag berguna untuk membuat protein virus dan menyalin RNA

virus oleh sebab itu, virus dapat beraplikasi.

d. Mengintegrasikan ke dalam krmosom DNA tubuh

Selama tahap ini, DNA virus secara acak masuk ke dalam DNA sel manusia dengan

mengunakan enzim integrase yang terdapat dalam virus. Setelah DNA yang di
intergrasikan ke dalam material genetic menjadi fase laten sampai beberapa tahap.

e. Sistesis DNA virus

Pada saat aktivasi sel yang terinfeksi, DNA virus ditranskri brsama dengan DNA ke
dalam messeger RNA (mRNA). Kode mRNA berfungsi untuk memproduksi protein dan

enzim virus. RNA virus yang baru juga menyediakan matrial genetic untuk generasi virus
berikutnya. Setelah diproduksi, mRNA virus ditransportasikan keluar nucleus dan

dimasukan kedalam sitoplasma sel manusia.


f. Tranlasi dan produksi dari protein virus

Menerjemahkan atau tranlasi mRNA virus dari hasil produksi urutan polipepida.
Masing-masing dari mRNA sesuai dengan protein atau enzim yang disiapkan untuk

membangun partikel virus HIV baru.

14
g. Pertumbuhan virus dalam sel tubuh

Dalam tahap ini virus membentuk partikel virus baru yang dibuat dari protein virus
(gp120 dan gp41) dan enzim. Polipeptida dipecah menjadi partikel kecil oleh enzim

proptease dan mengambil protein membrane sel tubuh yang mengandung virus untuk
membentuk virus baru sehingga CD4++ limfosit menjadi rusak dan fungsinya menurun
sehingga terjadi penurunan kekebalan tubuh dan virus semakin banyak diproduksi.
h. Maturasi

Tahap terahir dari siklus hidup virus HIV adalah maturasi. Maturasi dibutuhkan agar
virus menjadi menular. Setelah tumbuh dari sel tubuh manusia, enzim protease dalam
partikel virus baru menjadi aktif dan memecahkan polipeptida ke dalam subunit

fungsional yang sesuai atau protein dan enzim. Proses tahapan ini menghasilkan

generasi firus yang matur dan menular.

3. Manifestasi Klinis

https://kelompokhiv.wordpress.com/foto-foto-dan-tanda-dan-gejala-penyakit-hiv-aids/

15
Gejala dini yang sering dijumpai berupa ekstantem, malaise, demam yang menyerupai

flu biasa. Sebelum tes serologi positif, gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan
lebih dari 10%dari berat badan semula, keringat malam, diare kronis, kelelahan,

limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa fase inveksi HIV, yaitu :

a. Infeksi HIV stadium pertama


Pada fase pertama terjadi pembentuksn antibody dan memungkinkan juga terjadi

gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
b. Presisten generalized limphadenopati

Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, dan keringat pada

waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan

oleh jamur candida di mulut.

c. AIDS relative complex (ARC)

Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai

terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh.
Disini penderita menunjukan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun,

ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.

d. Full blown AIDS

Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap

infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru

pneumositik, sarcoma Kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman

opurtunistik, dan gangguan pada sistem saraf pusat sehingga penderita pikun sebelum

saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum
waktunya.

4. Masalah Keperawatan

a. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan status sosio-ekonomi


rendah

Domain 1. Promosi Kesehatan


Kelas 2. Manajemen Kesehatan

Perilaku kesehatan cenderung berisiko


Definisi: hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang

memperbaiki status kesehatan.

16
Batasan Karakteristik:

1) Gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan


2) Gagal mencapai pengendalian optimal

3) Tidak menerima perubahan status kesehatan


Factor yang berhubungan:
Status sosio-ekonomi rendah
b. Isolasi social berhubungan dengan gangguan kesehatan

Domain 12. Kenyamanan


Kelas 1. Kenyamanan fisik
Isolasi social

Definisi : kesendirian yang dialai oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain

dan sebagai suatu pernyataan negative atau mengancam


Batasan karakteristik :

1) Ingin sendirian

2) Kesendirian yang ditentukan oleh orang lain

3) Menarik diri

4) Perasaan beda dari orang lain


Factor yang berhubungan :
Gangguan kesehatan

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (mis., gaya gesek,tekanan,
imobilitas fisik)

Domain 11. Keamanan/perlindungan

Kelas 2. Cedera fisik


Kerusakan integritas kulit
Definsi : kerusakan pada epidermis dan/dermis

Batasan karakteristik :

1) Benda asing menusuk permukaan kulit


2) Kerusakan integritas kulit

Factor yang berhubungan :


mekanik (mis., gaya gesek,tekanan, imobilitas fisik)

17
d. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (mis., anemia, kehamilan, penyakit)

Domain 4. Aktifitas/istirahat
Kelas 3. Keseimbangan energy

Keletihan
Definisi : keletihan terus menerus dan penurunan kapasitas untuk kerja fisik dan mental
pada tingkat yang lazim
Batasan karakteristik :

1) Gangguan konsentrasi
2) Kelelahan
3) Kurang energy

4) Peningkatan keluhan fisik

5) Tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya


6) Tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya

Factor yang berhubungan :

Kerusakan fisiologis (mis., anemia, kehamilan, penyakit).

e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah baring

Domain 4. Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Intoleransi aktifitas

Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau


menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin

dilakukan

Batasan Karakteristik :
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan

3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

Factor yang berhubungan :


Tirah baring

f. Diare berhubungan dengan penyalahgunaan zat


Domain 3. Eliminasi dan Pertukaran

Kelas 2. Fungsi Gastriointestinal

Diare
Definisi : Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk.

18
Batasan karakteristik :

1. Ansietas
2. Nyeri abdomen

3. Malabsorpsi
4. Iritasi gastrointestinal
5. Ada dorongan untuk defekasi

Factor yang berhubungan :


Penyalahgunaan zat

g. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Domain 2. Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Kekurangan volume cairan

Definisi: penurunan cairan intravascular,interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu

pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

Batasan Karakteristik:

1) Kelemahan

2) Membrane mukosa kering

3) Haus

4) Kulit kering
5) Peningkatan suhu tubuh

6) Penurunan berat badan tiba-tiba

7) Penurunan tekanan darah


8) Penurunan tekanan nadi
9) Penurunan turgor kulit

10) Penurunan turgor lidah

Factor yang berhubungan:


Kehilangan cairan aktif

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus structural.
Hasil postif palsu dan negative palsu jarang terjadi.

b. Untuk penularan ventrikal (antibodi HIV positif) dan serokonversi (antibodi HIV negatif),

dengan serologi tidak berguna dan RNA HIV harus diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada
amflikasi asam nukleat.
c. Untuk memantau progesi penyakit, viral load (VL) dan hitung CD4 diperiksa secara teratur
(setiap 8-12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum pengobatan menentukan kecepatan
19
penurunan CD4, dan pemeriksaan paska pengobatan (didefinisikan sebagai VL <50

kopi/ml). menghitung CD4 menentukan kemungkinan komplikasi, dan menghitung CD4


>200 sel/mm2 menggambarakan resiko yang terbatas.

d. ELISA (enzyim liked immunosorbent assay) adalah metode yang digunakan menegakkan
diagnosis HIV dengansensitivitasnya yang tinggi, yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini
memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
e. Western blod adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan

sensitivitasnya yang tinggi, yaitu sebesar 99,6-100%.pemeriksaan cukup sulit, mahal, dan
membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
f. PCR (polymerase chain reaction),digunakan untuk :

1) Tes HIV pada bayi, karena zat antiaternal masih ada pada bayi yang dapat

menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang menderita HIV akan
membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit tersebut. Zat kekebalan itulah

yang diturunkan pada bayi memlalui plasenta yang akan mengaburkan hasil

pemeriksaan, seolah-olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut.

2) Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok resiko tinggu.

3) Tes pada kelompok beresiko tinggi sebelum terjadi sero konversi.


4) Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah untuk HIV-2.
g. Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok beresiko dilaksanakan 2 kali

pengujian dengan ragen yang berbeda.


h. Pemeriksaan dengan rapid test (dipstick).

6. Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS. Jadi perlu dilakukan pencegahan human
immudeficiency virus (HIV) untuk mencegah terpajannya, dapat dilakukan dengan :

a. Melakukan abstiensi seks atau melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang

tidak terinfeksi.
b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak

terlindungi.

c. Menggunakan pelindungan jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas statusnya
HIV-nya.

d. Tidak bertukar jarum suntuk, jarum tato, dan sebagainya.

e. Mencegah infeksi ke janin/byi baru lahir.

Apabila terinfeksi HIV maka pengendaliannya, yaitu :

20
1. Pengendalian infeksi opurtunistik, bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan

memulihkan infeksi opurtunistik, nosocomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi


yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus

dipertahankan bagi pasien di lingkungan perwatan kritis.


2. Terapi AZT (azimotidin), disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS. Obat ini menghambat enzim pembalik transcriptase. AZT tersedia
untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4-nya ≥3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien HIV

positif asimtomatik dan sel T4 >500mm3.


3. Terapi antiviral baru. Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun
dengan menghambat replikasi virus/memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesya.

Obat-obat ini adalah:

a. Didanosine
b. Ribavirin

c. Diedoxycytidine

d. Recombinant CD4 dapat larut

4. Vaksin dan rekonstruksii virus. Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agens

tersebut seperti interferon.


5. Penyuluhan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,
menghindari stress, gizi yang kurang, alcohol, dan obat-obatan yang mengganggu fungsi

imun.
6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat

replikasi HIV.

21
C. Manajemen Asuhan Keperawatan HIV-AIDS

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan masa lalu


1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit sebelumnya

2) Usia
3) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus).

4) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan tuberkulosis.


5) Riwayat dan perawalan anemia.

b. Sosial

1) Ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko tinggi untuk

masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).

2) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.

3) Riwayat kesehatan pasangan.

c. Aktivitas/Istirahat
1) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).

2) Merokok (Jumlah batang per hari).

3) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko terinfeksi

toxoplasma.

4) Mudah lelah,

5) Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,

6) Malaise

7) Perubahan TD postural

8) Pucat dan sianosis.


d. Asupan Nutrisi

1) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman ringanlainnya,

2) Disfagia
3) turgor kulit buruk

4) lesi pada rongga mulut


5) kesehatan gigi / gusi yang buruk

6) dan edema.
7) Pusing

8) kesemutan pada ekstremitas


9) konsentrasi buruk

10) apatis

11) dan respon melambat.

22
e. Integritas ego.

1) Alopesia
2) Lesi cacat

3) Menurunnya berat badan


4) Putus asa
5) Depresi
6) Marah

7) Menangis.
8) Feses encer
9) diare pekat yang sering

10) nyeri tekanan abdominal

11) abses rektal.

23
2. Intervensi Keperawatan
NANDA NOC NIC

Perilaku kesehatan cenderung berisiko Keparahan ketagihan zat Perawatan Penggunaan Zat
berhubungan dengan status sosio- Definisi: Terlarang: Putus Obat
ekonomi rendah dibuktikan dengan Keparahan tanda dan gejala putus dari Definisi :
kecanduan obat, rokok atau alcohol Perawatan pada pasien yang
Batasan Karakteristik : Setelah dilakukan tindakan, diharapkan mengalami detoksifikasi obat
1. Gagal melakukan tindakan klien mampu untuk memenuhi
mencegah masalah kesehatan indicator sebagai berikut: Aktivitas-aktivitas :
2. Gagal mencapai pengendalian 1. Monitor intake dan output
optimal 1. Perilaku mencari zat [4] 2. Monitor gejala-gejala putus zat
3. Tidak menerima perubahan status 2. Diare [4] (mis., fatigue, gangguan sensori,
kesehatan 3. Demam [4] iritabilitas, kekerasan, depresi,
4. Kelelahan [4] serangan panic, mencari obat,
5. Kelemahan [4] insomnia, agitasi, nyeri oto,
6. Kadar alcohol dalam darah [4] perubahan selera makan,
7. Tremor [4] menguap, kelemahan, sakit
kepala, hidung berair, pupil
Keterangan: dilatasi, menggigil, cemas,
[1] : Berat berkeringat, nausea, muntah,
[2] : Cukup berat tremor, psikosis dan ataksis)
[3] : Sedang 3. Berikan nutrisi adekuat (mis.,
[4] : Ringan memberikan cairan secara
[5] : Tidak ada berkala dan intake makanan yang
tinggi kalori
Kepercayaan Mengenai Kesehatan: 4. Dorong pasien untuk
Ancaman yang Dirasakan berpartisipasi dalam dukungan
Definisi: tindak lanjut (mis., terapi
Keyakinan pribadi bahwa masalah kelompok sebaya, konseling
kesehatan yang mengancam individu maupun konseling
merupakan hal yang serius dan keluarga, serta program-program
memiliiki potensi konsekuensi negative edukasi terkait pemulihan
terhadap gaya hidup. terhadap zat terlarang)
Setelah dilakukan tindakan, diharapkan 5. Tawarkan bantuan dukungan
klien mampu untuk memenuhi (mis., penyediaan makanan dan
indicator sebagai berikut: tempat tinggal, psikoterapi
terstruktur)
1. Merasakan ancaman kesehatan [4]
2. Merasakan kerentanan terhadap 6. Instruksiskan pasien dan keluarga
masalah kesehatan yang progresif akan proses penggunaan dan
[4] ketergantungan zat.
3. Kekhawatiran mengenai penyakit
atau cedera [4] Pendidikan kesehatan
4. Kekhawatiran mengenai potensi Definisi :
komplikasi [4] Mengembangkan dan menyediakan
5. Merasakan keparahan penyakit atau instruksi dan pengalaman belajar
cedera [3] untuk memfasilitasi prilaku adaptasi
6. Merasakan keparahan komplikasi yang disengaja yangberkondusif bagi
[4] kesehatan pada individu, keluarga,
7. Merasakan ancaman atau kelompok atau komunitas.
ketidaknyamanan dan penyakit atau
cedera [4]
8. Merasakan ancaman kematian [4]

24
Keterangan: Aktivitas-aktivitas :
[1] : Sangat lemah 1. Tentukan pengetahuan
[2] : Lemah kesehatan dan gaya hidup
[3] : Sedang perilaku saat ini pada individu,
[4] : Kuat keluarga, atau kelompok
[5] : Sangat kuat. sasaran.
2. Bantu individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai
kesehatan.
3. Rumuskan tujuan dalam
program pendidikan kesehatan
[tersebut].
4. Tekankan manfaat kesehatan
positif yang langsung atau
[manfaat] jangka pendek yang
bias diterima oleh perilaku gaya
hidup positif dari pada
[menekankan pada] manfaat
jangka panjang atau efek
negative dan ketidakpatuhan.
5. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk menolak
perilaku yang tidak sehat atau
berisiko dari pada memberikan
saran untuk menghindari atau
mengubah perilaku.
6. Berikan diskusi kelompok dan
bermain peran untuk
mempengaruhi keyakinan
terhadap kesehatan, sikap dan
nilai-nilai.
7. Libatkan individu, keluarga, dan
kelompok dalam perencaan dan
rencana implementasi gaya
hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan.
8. Manfaatkan sistem dukungan
social dan keluarga untuk
meningkatkan efektifitas gaya
hidup atau modifikasi perilaku
kesehatan.
9. Tekankan pentingnya pola
makan yang sehat, tidur,
berolahraga, dan lain-lain bagi
individu, keluarga dan kelompok
yang meneladani nilai dan
perilaku ini dari orang
lain,terutama pada anak-anak.

Penigkatan Efikasi Diri


Definisi:
Penguatan kepercayaan diri individu
terkait dengan kemampuannya untuk
melaksakan perilaku sehat.

25
Aktivitas-aktivitas :
1. Identifikasi hambatan untuk
merubah perilaku
2. Berikan informasi mengenai
perilaku yang diinginkan
3. Bantu undividu untuk
berkomitmen terhadap rencana
tindakan untuk merubah
perilaku
4. Berikan lingkungan yang
mendukung perilaku yang
diinginkan untuk mempelajari
pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk
berperilaku.
5. Berikan contoh/tunjukkan
perilaku yang diinginkan
6. Libatkan dalam bermain peran
untuk melatih perilaku

Isolasi sosial berhubungan dengan Adaptasi terhadap disabilitas fisik Menghadirkan diri
kesehatan dibuktikan dengan Definisi : Definis :
Tindakan personal untuk beradaptasi Berada bersama seseorang baik
Batasan karakteristik : terhadap tantangan terkait dengan secara fisik maupun psikologi pada
1. Ingin sendiri funsi yang signifikan akibat terjadinya saat seseorang membutuhkan
2. Kesendirian yang ditentukan oleh disabilitas fisik. [kehadiran orang lain]
orang lain
3. Perasaan berbeda dengan orang Setelah dilakukan tindakan, diharapkan Aktivitas-aktivitas
lain klien mampu untuk memenuhi 1. Tunjukan perilaku menerima
indicator sebagai berikut: 2. Bina rasa percaya dan
penghargaan positif
1. Beradaptasi terhadap keterbatasan 3. Sentuh pasien dalam rangka
secara fungsional [4] mengekspresikan kepedulian
2. Menggunakan strategi untuk dengan cara yang tepat
mengurangi stress yang 4. Beri jarak bagi pasien dan
berhubungan dnegan disabilitas [4] keluarga sesuai dengan
3. Identifikasi cara-cara untuk kebutuhan [mereka]
meningkatkan rasa kendali diri [4] 5. Bantu pasien untuk menyadari
4. Mengidentifikasi rencana untuk bahwa anda siap membantu
memenuhi aktifitas hidup haria [4] tapi tidak mendorong
ketergantungan tingkah laku
Keterangan : 6. Temani pasien dengan tujuan
[1] : tidak pernah dilakukan untuk mendukung keamanan
[2] : jarang dilakukan dan menurunkan rasa takut
[3] : kadang-kadang dilakukan [pasien].
[4] : sering dilakukan
[5] : dilakuakn secara konsisten Peningkatan sistem dukungan
Definisi :
Tingkat rasa takut Fasilitasi dukungan bagi pasien oleh
Definisi : keluarga, teman-teman dan
Keparahan rasa takut yang diwujudkan, masyarakat
ketegangan atau ketidaknyamanan
yang muncul dari sumber yang tidak Aktivitas-aktivitas :
bias diidentifikasi 1. Identifikasi tingkat dukungan
keluarga, dukungan keuangan,
Setelah dilakukan tindakan, diharapkan dan sumber daya lainnya
klien mampu untuk memenuhi
indicator sebagai berikut:

26
1. Distress [4] 2. Monitor situasi keluarga saat ini
2. Kekurangan kepercayaan diri [4] dan jaringan dekungan [yang
3. Kekhawatiran berlebihan [4] ada]
3. Anjurkan hubungan dengan
Keterangan : orang-orang yang memiliki
[1] : Berat minat dan tujuan yang sama
[2] : Cukup berat 4. Sediakan layanan dengan sikap
[3] : Sedang peduli dan mendukung libatkan
[4] : Ringan keluarga, dan orang terdekat,
[5] : Tidak ada dan teman-teman dalam
perawatan dan perencanaan
5. Identifikasi sumber daya yang
tersedia terkait dengan
dukungan pemberi perawatan

Bantuan perawatan diri


Definisi :
Membantu orang lain untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari

Aktivitas-aktivitas :
1. Berikan lingkungan yang
terapeutik dengan memastikan
[lingkungan] yang hangat, santai,
tertutup dan [berdasarkan]
pengalaman individu.
2. Bantu pasien menerima
kebutuhan [pasien] terkait
dengan kondisi
ketergantungannya
3. Dorong pasien untuk melakukan
aktivitas, sehari-hari sampai batas
kemampuan [pasien]

Kerusakan integritas kulit Integritas jaringan : kulit dan membran Memandikan


berhubungan dengan factor mekanik mukosa Definisi :
(mis., gaya gesek, tekanan, imobilitas Definisi : Membersihkan tubuh dengan tujuan
fisik) dibuktikan dengan Kebutuhan strukturan dan fungsi untuk mendapatkan relaksasi,
fisiologis kulit selaput lender secara kebersihan, dan kesembuhan
Batasan karakteristik : normal
1. Benda asing menusik Aktivitas-aktivitas :
2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan, diharapkan 1. Bantu [memandikan pasien]
klien mampu untuk memenuhi dengan menggunakan kursi
indicator sebagai berikut: untuk mandi,bak mandi, mandi
dengan berdiri, dengan
1. Keringat [4] menggunakan cara yang tepat
2. Tekstur [4] atau sesuai dengan keinginan
3. Integritas kulit [4] [pasien]
2. Bantu dalam hal perawatan
Keterangan : parineal jika memang diperlukan
[1] : Sangat terganggu 3. Berikan lubrikan tau krim pada
[2] : Banyak terganggu area kulit yang kering
[3] : Cukup terganggu 4. Berikan bedak kering pada
[4] : Sedikit terganggu lipatan kulit yang dalam
[5] : Tidak terganggu 5. Monitor kondisi kulit saat mandi

27
Posisi tubuh : berinisiatif sendiri Peningkatan latihan
Definisi : Definisi :
Tindakan personal untuk merubah Memfasilitasi aktifitas secara teratur
posisi tubuh sendiri secara mandiei untuk meningkatkan atau
dengan atau tanpa alat bantu mempertahankan kesehatan dan
tingkat kebugaran
Setelah dilakukan tindakan, diharapkan
klien mampu untuk memenuhi Aktivitas-aktivitas :
indicator sebagai berikut: 1. Dukung individu untuk memulai
atau melanjutkan latihan
1. Bergerak dengan posisi berbaring 2. Lakukan latihan bersama individu,
ke posisi berdiri [4] jika diperlukan
2. Bergerak Dari satu sisi kesisi lain 3. Instruksikan individu terkait
sambil berbaring [4] dengan tipe aktivitas fisik yang
3. Bergerak dari depan kebelakang sesuai dengan derajat kesehatan,
sambil berbaring [4] kolaborasi dengan dokter dan
4. Bergerak dari belakang ke depan atau ahli terapi fisik
sambil berbaring [4] 4. Intruksikan individu yang
mengharuskan berhenti atau
Keterangan : mngubah program latihan
[1] : Sangat terganggu
[2] : Banyak terganggu Pengaturan posisi
[3] : Cukup terganggu Definisi :
[4] : Sedikit terganggu Menempatkan pasien atau bagian
[5] : Tidak terganggu tubuh tertentu dengan sengajan
untuk menuingkatkan kesejahteraan
fungsi fisiologis dan psikologis.

Aktivitas-aktivitas :
1. Berikan matras yang lembut
2. Dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahan posisi
3. Minimalisir gesekan dan cedera
ketika memposisikan dan
membelikan tubuh pasien
4. Jangan memposisikan [pasien]
dengan penegakkan pada luka

28
Keletihan berhubungan dengan Kelelahan: efek yang mengganggu Peningkatan latihan
kelesuan fisiologis (mis., anemia, Definisi : Definisi :
kehamilan, penyakit) dibuktikan Keparahan efek gangguan yang Memfasilitasi aktivitas fisik secara
dengan diamati atau dilaporkan dari kelelahan teratur untuk meningkatkan atau
kronis terhadap fungsi sehari-hari mempertahankan kesehatan dan
Batasan karakteristik : tingkat kebugaran.
1. Gangguan konsentrasi Setelah dilakukan tindakan
2. Kelelahan keperawatan, diharapkan kelelahan: Aktivitas-aktivitas :
3. Kurang energy efek yang mengganggu mencapai 1. Hargai keyakinan individu terkait
4. Peningkatan keluhan fisik kriteria hasil sebagai berikut: fisik
5. Tidak mampu mempertahankan 2. Gali hambatan untuk melakkan
aktivitas fisik pada tingkat yang 1. Gangguan dengan aktivitas sehari- latihan
biasanya hari [4] 3. Dukung individu untuk memulai
6. Tidak mampu mempertahankan 2. Gangguan pada rutinitas [4] atau melanjutkan latihan
rutinitas yang biasanya 3. Nafsu makan menurun [4] 4. Lakukan latihan bersama individu,
4. Perubahan status nutrisi [4] jika diperlukan
5. Gangguan aktivitas fisik [4] 5. Libatkan keluarga/orang yang
6. Pesimis tentang status kesehatan memberikan perawatan dalam
saat ini [4] merencanakan dan meningkatkan
program latihan.
Keterangan : 6. Informasikan individu mengenai
[1] : Berat manfaat kesehatan dan efek
[2] : Cukup berat fisiologis latihan.
[3] : Sedang
[4] : Ringan Pengurangan kecemasan
[5] : Tidak ada Definisi :
Mengurangi tekanan, ketakutan,
Status kesehatan pribadi firasat, maupun ketidaknyamanan
Definisi : terkait dengan sumber-sumber
Keseluruhan fungsi fisik, psikologis, bahaya yang tidak teridentifikasi.
sosial dan spiritual dari orang dewasa
usia 18 tahun atau lebih Aktivitas-aktivitas :
1. Gunakan pendekatan yang
Setelah dilakukan tindakan tenang dan meyakinkan
keperawatan, diharapkan status 2. Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan pribadi mencapai kriteria terhadap perilaku klien
hasil sebagai berikut: 3. Pahami situasi krisis yang terjadi
dari perspektif klien
1. Kebugaran fisik [4] 4. Berada di sisi klien untuk
2. Tingkat energi [4] meningkatkan rasa aman dan
3. Tingkat kenyamanan [4] mengurangi ketakutan
4. Berat badan [4] 5. Berikan aktivitas yang bergantian
5. Status nutrisi [4] bertujuan untuk mengurangi
6. Hubungan sosial [4] tekanan
6. Bantu klien mengidentifikasi
Keterangan : situasi yang memicu kecemasan
[1] : Sangat terganggu
[2] : Banyak terganggu Peningkatan sistem dukungan
[3] : Cukup terganggu Definisi :
[4] : Sedikit terganggu Fasilitasi dukungan bagi pasien oleh
[5] : Tidak terganggu keluarga, teman-teman dan
masyarakat

Aktivitas-aktivitas :
1. Identifikasi respon psikologis
terhadap situasi dan ketersediaan
sistem dukungan

29
Kebugaran fisik 2. Identifikasi tingkat dukungan
Definisi : keluarga, dukungan keuangan,
Kinerja kegiatan fisik dengan tenaga dan sumber daya lainnya.
3. Anjurkan hubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan orang-orang yang memiliki minat
keperawatan, diharapkan kebugaran dan tujuan yang sama
fisik mencapai kriteria hasil sebagai 4. Libatkan keluarga, orang
berikut: terdekat, dan teman-teman
dalam perawatan dan
2. Kekuatan otot [4] perencanaan
3. Ketahanan otot [4] 5. Identifikasi sumber daya yang
4. Kinerja aktivitas fisik [4] tersedia terkait dengan dukungan
5. Fungsi kardiovaskuler [4] pemberian perawatan.
6. Fungsi pernafasan [4]
7. Kebugaran aerobik [4]
8. Indeks masa tubuh [4]

Keterangan :
[1] : Sangat terganggu
[2] : Banyak terganggu
[3] : Cukup terganggu
[4] : Sedikit terganggu
[5] : Tidak terganggu

Intoleran aktivitas berhubungan Tingkat kelelahan Peningkatan mekanika tubuh


dengan tirah baring dibuktikan Definisi :
dengan Keparahan kelelahan secara umum Definisi :
berdasarkan pengamatan atau laporan
Batasan Karakteristik: Memfasilitasi penggunaan postur
1. Dispnea setelah beraktivitas Setelah dilakukan tindakan dan pergerakan dalam aktivitas
2. Keletihan keperawatan, diharapkan tingkat sehari-hari untuk mencegah
3. Ketidaknyamanan setelah kelelahan mencapai kriteria hasil kelelahan dan ketegangan atau injuri
beraktivitas sebagai berikut: muskuloskeletal

Aktivitas-aktivitas:
1. Kelelahan [4]
1. Kolaborasikan dengan fisioterapis
2. Kelesuan [4]
dalam mengembangkan
3. Kehilangan selera makan [4]
peningkatan mekanika tubuh,
4. Gangguan konsentrasi [4]
sesuai indikasi
5. Penurunan motivasi [4]
2. Kaji kesadaran pasien tentang
6. Gejala sindrom kelelahan kronis/
abnormalitas muskuloskeletalnya
Post exetional malaise [4]
dan efek yang mungkin akan
timbul pada jaringan otot dan
Keterangan :
postur
[1] : Berat
3. Bantu untuk mendemonstrasikan
[2] : Cukup berat
posisi tidur yang tepat
[3] : Sedang
4. Gunakan prinsip mekanika tubuh
[4] : Ringan
ketika menangani pasien dan
[5] : Tidak ada
memindahkan peralatan
5. Monitor perbaikan postur
1. Kegiatan sehari-hari (ADL) [4]
(tubuh)/mekanika tubuh pasien
2. Performa gaya hidup [4]
6. Berikan informasi tentang
3. Kesadaran [4]
kemungkinan posisi penyebab
4. Saturasi oksigen [4]
nyeri otot atau sendi.
5. Fungsi imun [4]
6. Metabolisme [4]

30
Keterangan :
[1] : Sangat terganggu
[2] : Banyak terganggu
[3] : Cukup terganggu
[4] : Sedikit terganggu
[5] : Tidak terganggu

Toleransi terhadap aktivitas


Definisi :
Respon fisiologis terhadap pergerakan
yang memerlukan energi dalam
aktivitas sehari-hari

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan, diharapkan toleransi
terhadap aktivitas mencapai kriteria
hasil sebagai berikut:

1. Saturasi oksigen ketika beraktivitas


[4]
2. Kemudahan bernapas ketika
beraktivitas [4]
3. Warna kulit [4]
4. Kekuatan tubuh bagian atas [4]
5. Kekuatan tubuh bagian bawah [4]
6. Kemampuan untuk berbicara ketika
melakukan aktivitas fisik [4]

Keterangan :
[1] : Sangat terganggu
[2] : Banyak terganggu
[3] : Cukup terganggu
[4] : Sedikit terganggu
[5] : Tidak terganggu

Status nutrisi: energy


Definisi :
Sejauh mana nutrisi menyediakan
energi untuk sel

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan, diharapkan status nutrisi:
energi mencapai kriteria hasil sebagai
berikut:

1. Stamina [4]
2. Daya tahan [4]
3. Kekuatan cengkeraman tangan [4]
4. Bentuk tonus [4]
5. Penyembuhan jaringan [4]
6. Resistensi infeksi [4]

31
Keterangan : Manajemen obat
[1] : Sangat menyimpang dari rentang Definisi :
normal Fasilitasi penggunaan dan efektifitas
[2] : Banyak menyimpang dari rentang resep yang aman serta penggunaan
normal obat bebas
[3] : Cukup menyimpang dari rentang
normal Aktivitas-akivitas:
[4] : Sedikit menyimpang dari rentang 1. Tentukan obat apa yang
normal diperlukan, dan kelola menurut
[5] : Tidak menyimpang dari rentang resep dan/atau protokol
normal 2. Monitor efek samping obat
3. Kaji ulang pasien dan/atau
keluarga secara berkala
mengenai jenis dan jumlah obat
yang dikonsumsi
4. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan dengan
cara yang tepat
5. Berikan pasien dan anggota
keluarga mengenai informasi
tertulis dan visual untuk
meningkatkan pemahaman diri
mengenai pemberian obat yang
tepat
6. Tentukan dampak penggunaan
obat pada gaya hidup pasien

Dukungan spiritual
Definisi :
Membantu klien untuk merasakan
keseimbangan dan hubungan
dengan kekuatan yang lebih besar

Aktivitas-aktivitas:
1. Gunakan komunikasi terapeutik
dalam membangun hubungan
daling percaya dan caring
2. Dorong individu untuk meninjau
ulang masa lalu dan berfokus
pada kejadian dan hubungan
yang memberikan dukungan dan
kekuatan spiritual
3. Berikan privasi dan waktu-waktu
yang tenang untuk
(dilakukannya) kegiatan spiritual
4. Dengarkan perasaan klien
5. Tunjukkan empati terhadap
ekspresi perasaan klien
6. Pastikan pada individu bahwa
perawat selalu ada untuk
mendukung individu melewati
masa yang menyakitkan
7. Terbuka pada perasaan individu
terkait dengan penyakit dan
kematian

32
Diare berhubungan dengan Manajemen Diri : Penyakit Kronik Perawatan Pengguna Zat Terlarang
penyalahgunaan zat dibuktikan Definisi : Definisi :
dengan Tindakan seseorang untuk mengelola Perawatan bagi klien dan anggota
penyakit kronis, pengobatannya dan keluarga yang menunjukkan disfungsi
Batasan karakteristik : untuk mencegah perkembangan akibat penyalahgunaan maupun
1. Ansietas penyakit dan komplikasinya. ketergantungan zat terlarang.
2. Nyeri abdomen
3. Malabsorpsi Setelah dilakukan tindakan, diharapkan Aktivitas-aktivitas :
4. Iritasi gastrointestinal klien mampu untuk memenuhi 1. Instruksikan pada pasien
5. Ada dorongan untuk defekasi indicator sebagai berikut: mengenai gejala atau perilaku
yang meningkatkan kemungkinan
1. Menerima diagnosa [4] kambuh (misalnya, kelelahan,
2. Mencari informasi tentang penyakit depresi, ketidak jujuran, dan
[4] kepuasan).
3. Memantau tanda dan gejala 2. Bantu pasien dalam
penyakit [4] mengembangkan diri,
4. Memantau tanda dan gejala mendorong upaya positif dan
komplikasi [4] motivasi
5. Melaporkan tanda dan gejala [4] 3. Pantau penggunaan narkoba
6. Memantau efek terapi obat [4] selama pengobatan (misalnya,
7. Memantau efek samping obat [4] skrining urin dan analisis napas).
8. Mencegah kebiasaan yang 4. Identifikasi dan atasi pola
potensial meningkatkan penyakit hubungan disfungsional dalam
[4] hubungan social pasien keluarga
9. Menyesuaikan kehidupan rutin atau lainnya (misalnya, saling
untuk mengoptimalkan kesehatan ketergantungan dan
[4] memungkinkan).
10. Menggunakan strategi untuk 5. Koordinasikandan fasilitasi
mengontrol nyeri [4] strategi konfrontasi kelompok
11. Menyeimbangkan aktivitas dan untuk mengatasi penggunaan
istirahat [4] dan pertahanan peran bermain
12. Menggunakan sumber informasi dalam penggunaan zat (misalnya,
yang terpercaya [4] penolakan).
13. Menggunakan sumber-sumber 6. Bangun program multidisiplin
yang ada di komunitas [4] dengan baik (misalnya, terapi
rawat jalan jangka pendek,
Keterangan : program detoksifikasi, perawatan
[1] : Tidak pernah menunjukkan dirumah berbasis komunitas).
[2] : Jarang menunjukkan 7. Instruksikan klien maupun
[3] : Kadang-kadang menunjukkan keluarga mengenai obat-obatan
[4] : Sering menunjukkan yang digunakan selama
[5] : Secara konsisten menunjukkan perawatan.
8. Informasikan klien bahwa
Respon Pengobatan frekuensi dan volume
Definisi : penyalahgunaan zat terlarang
Efek yang terapeutik dan merugikan bias mengakibatkan disfungsi
dari peresepan obat yang bervariasi antara satu orang
dengan orang lain.
Setelah dilakukan tindakan, diharapkan 9. Pantau penyakit menular
klien mampu untuk memenuhi (misalnya, HIV-AIDS, hepatitis B
indicator sebagai berikut: dan C, dan TBC), mengobati dan
memberikan bantuan untuk
1. Interaksi pengobatan [4] memodivikasi perilaku.
2. Interaksi pengobata [4]

33
Keterangan : Manajemen Diare
[1] : Berat Definisi :
[2] : Cukup berat Manajemen dan penyembuhan diare
[3] : Sedang
[4] : Ringan Aktivitas-aktivitas :
[5] : Tidak ada 1. Tentukan riwayat diare
2. Evaluasi profil pengobatan
1. Efek terapeutik yang diharapkan [4] terhadap adanya efek samping
2. Perubahan gejala yang diharapkan pada gastrointestinal
[4] 3. Instruksikan pasien atau anggota
3. Perubahan kimia darah yang keluarga untuk mencatat warna,
diharapkan [4] volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja.
Keterangan : 4. Identifikasi factor yang bias
[1] : Sangat terganggu menyebabkan diare (misalnya,
[2] : Banyak terganggu mediaksi, bakteri, dan pemberian
[3] : Cukup terganggu makanan lewat selang).
[4] : Sedikit terganggu 5. Instruksikan pasien untuk
[5] : Tidak terganggu memberitahu staf setiap kali
mengalami episode diare.

Manajemen Lingkungan
Definisi :
Manipulasi lingkungan pasien untuk
kepentingan terapi, daya tarik
sensorik, dan kesejahteraan
psikologis.

Aktivita-aktivita:
1. Identifikasi kebutuhan
keselamatan pasien berdasarkan
fungsi fisk, dan kognitif serta
riwayat perilaku di masa lalu.
2. Damping pasien selama tidak ada
kegiatan bangsal, dengan tepat.
3. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien, jika
suhu tubuh berubah.

Kekurangan volume cairan Integritas jaringan: Kulit & Membran Manajemen cairan
berhubungan dengan kehilangan Mukosa Definisi :
cairan aktif dibuktikan dengan Definisi : Meningkatkan keseimbangan cairan
Keutuhan struktur dan fungsi fisiologis dan pencegahan komplikasi yang
Batasan Karakteristik : kulit dan selaput lender secara normal. dihasilkan dari tingkat cairan tidak
1. Kelemahan normal atau tidak diinginkan.
2. Membrane mukosa kering Setelah dilakukan tindakan, diharapkan
3. Penurunan berat badan tiba-tiba klien mampu untuk memenuhi Aktivitas-aktivitas :
4. Penurunan tekanan darah indicator sebagai berikut: 1. Monitor status hidrasi (misalnya,
5. Penurunan tekanan nadi membrane mukosa lembab,
6. Penurunan turgor kulit 1. Suhu kulit [4] denyut nadi adekuat, dan
7. Peningkatan suhu tubuh 2. Hidrasi [4] tekanan darah ortostastik).
3. Perfusi jaringan [4] 2. Monitoer hasil laboratorium yang
4. Integritas kulit [4] relevan dengna retensi cairan
(misalnya, peningkatan berat
jenis, peningkatan BUN,
penurunan hematocrit, dan
peningkatan kadar osmoslalitas
urin).

34
Keterangan : 3. monitor tanda-tanda vital pasien.
[1] : Sangat terganggu 4. Monitor berat badan pasien
[2] : Banyak terganggu sebelum dan setelah dialysis.
[3] : Cukup terganggu 5. Tawarkan makanan ringan
[4] : Sedikit terganggu (misalnya, minuman ringan dan
[5] : Tidak terganggu buah-buahan segar/jus buah).
6. Konsultsikan dengan dokter jika
1. Wajah pucat [4] tanda-tanda dan gejala kelebihan
2. Lesi mukosa membrane [4] volume cairan menetap atau
memburuk.
Keterangan :
[1] : Berat Manajemen Nutrisi
[2] : Cukup berat Definisi :
[3] : Sedang Menyediakan dan meningkatkan
[4] : Ringan intake nutrisi yang seimbang.
[5] : Tidak ada
Aktivitas-aktivitas :
Hidrasi 1. Tentukan status gizi pasien dan
Definisi : kemampuan [pasien] untuk
[ketersediaan] Air yang cukup dalam memenuhi kebutuhan gizi.
kompetemen intraseluler dan 2. Tentukan apa yang menjadi
ekstraseluler tubuh preferensi makanan bagi pasien
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis
Setelah dilakukan tindakan, diharapkan nutrisi yang dibutuhkan untuk
klien mampu untuk memenuhi memenuhi persyaratan gizi
indicator sebagai berikut: 4. Monitor kalori dan asupan
makanan
1. Intake cairan [4] 5. Anjurkan pasien untuk memantau
2. Output urin [4] kalori dan intake makanan
(misalnya, buku harian makanan)
Keterangan : 6. Tawrkanmakanan ringan yang
[1] : Sangat terganggu padat gizi
[2] : Besarly compromised 7. Monitor kecenderungan kenaikan
[3] : Cukup terganggu dan penurunan berat badan
[4] : Sedikit terganggu
[5] : Tidak terganggu Monitor Tanda-Tanda Vital
Definisi :
1. Penuruna tekanan darah [4] Pengumpalan dan analisis data
2. Diare [4] kardiovaskular, pernapasan, dan suhu
3. Peningkatan suhu tubuh [4] tubuh untuk menentukan dan
4. Kehilangan berat badan [4] mencegah komplikasi.
5. peningkatan hematocrit [4]
Aktivitas-aktivitas :
Keterangan : 1. Identifikasi kemungkinan
[1] : Berat penyebab perubahan tanda-
[2] : Cukup berat tanda vital
[3] : Sedang 2. Monitor warna kulit, suhu dan
[4] : Ringan kelembaban
[5] : Tidak ada 3. Monitor tekanan darah, denyut
nadi dan 1. pernapasan sebelum,
selama, dan setelah beraktivitas
dengan tepat.
4. Monitor tekanan darah, suhu,
nadi dan status pernafasan
dengan tepat.
5. Monitor tekanan nadi yang
melebar atau menyempit

35
A. KESIMPULAN

Human immunodeficiciency virus (HIV) merupakan virus yang dapa melemahkan sistem
kekebalan tubuh dan Aquired Imune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh bukan bawaan. Penyakit

HIV/AIDS merupakn bagian dari penyakit kelamin karena dapat ditularkan melalui hubungan
seksual (kelamin), tetapi tidak selalu ditularkan melalui jalur hubungan seksual. Cara penularan

yaitu bila cairan yaitu dari seseorang yang sudah terinfeksi HIV masuk kedalam sistem peredaran
darah memalui luka terbuka, sariawan, jarum suntik atau luka yang diakibatkan pada hubungan

seksual yang kadang tidak disadari oleh penderita ataupun pasangannya. Virus HIV kemudian

kontak dengan sel darah putih, selaput virus pecah dan RNA nya keluar dan gen virus HIV masuk
ke dalam inti sel yang dapat menimbulkan dua kemungkinan yang pertama virus tetap tidur dan

tidak kehilangan gejala aktif atau kemungkinan yang kedua virus membiak dalam sel limfosit, sel

limposit akan mati sehingga kekebalan tubuh akan menurun.

B. SARAN

Mahasiswa keperawatan mampu membaca sebaiknya mengetahui manajemen asuhan

keperawatan pada HIV/AIDS. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu


pengimplementasikan bagaimana cara melakukan pendidikan kesehatan terkait masalah tersebut,

memahami asuhan keperawatannya, dan menlakukan penanganan terhadap penyakit HIV/AIDS.

36
Daftar Pustaka

Springhouse Corporation (2011). Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan, ed. 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines for

individualizing client care across the life span, 9th ed. Philadelphia: FA Davis.
Kuswiyanto,S.Si., M.Kes (2016). Buku Ajar Virologi untuk Analis Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.
Anne Waugh & Allison Grant, 2014. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi, Edisi 12. Singapore : Elsevier

T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru, Budi Anna Keliat, Monica Ester, 2015. Diagnosis

Keperawatan Definisi & Klasisfikasi 2015-2017, Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai