ASKEP ASFIKSIA
OLEH :
KELOMPOK 10
1. ANI CANDRA LESTARI
2. IIN PUTRI AULIA
3. BANU WIRIAWAN
4. KARTIKA PERTIWI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
1
2
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatus ”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi S1- Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, FITRI
ROMADONIKA yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak
masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
tepat pada waktunya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan
ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap
kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,20111) .penilaian statistik dan
pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini
dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang mendapatkan bahwa skor
Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir
akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Haupt (2001) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan
pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan
kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia
merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi
sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir
(james,2009). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce
dan Amakawa(2011) Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan
otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa patofisiologi asfiksia ?
5. Apa komplikasi Asfiksia ?
6. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Asfiksia
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Asfiksia
3. Mengetahui komplikasi Asfiksia
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
5
3. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
otot
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan, eksSeluruh tubuh
kulit biru kemerahan
5. Manisfestasi klinis
a. Pada kehamilan
menurut penelitian sebelumnya oleh Dwi Ari 2016, denyut jantung
lebih cepat dari 100 x/menit atau kurang dari 100x/menit, halus dan
ireguler serta adanya pengeluaran mekonium:
Jika DDJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia.
Jika DDJ 160x/menit ke atas dan ada mekonium : janin sedang
asfeksia.
Jika DDJ 100x/menit ke bawah ada mekonium: janin dalam gawat.
b. Pada bayi tela lahir:
Bayi pucat dan kebitu biruan.
Usaha bernafas minimal atau tidak ada.
Hipokia
Asidosis metabolic dan respirator
Perubahan fungsi jantung
Kegagalan sistem multi organ
6. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
9
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada asfiksia neonatorum menurut Arif
Weni,2009.
a. Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti
ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30
mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3
kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan.Pernapasan
atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan
dengan & frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi
tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini
tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau
gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu
30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera
dilakukan.diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit,
10
Mata: buka mata bayi dan lihat apakah adanya tanda infeksi atau
pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan
salf mata .
Telinga: Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
Hidung dan mulut: Periksa bibir langitan sumbing,refleks hisap,
dinilai saat bayi menyusui.
Leher: periksa adanya pembesaran kelenjar tryroid.
Dada: Periksa bunyi nafas dan detak jangtung. Liat adakah
tarikan dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
Abdomen: Palpasi apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
Genetalia: Untuk laki periksa apakah testis udah turun kedalam
skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah
vagina berlubang dan uterus berlubang.
Penggung: Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa
refleks di punggung dengan cara menggoreskan jari kita di
punggung bayi, bayi akan mengikuti gerakan dari goresan jari
kita.
Anus: periksa lubang anus bayi.
Ekstermitas: Hitung jumlah jari tangan bayi.
Kulit: Lihat warna kulit dan bibir serta tanda lahir.
2. Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1. DS: Faktor penebab Bersihan jalan nafas
Mayor:tidak tersedia tidak efektif
Minor: dipsnea Terjadinya gangguan
Sulit berbicara masukan oksigen
Ortopnea
DO: Terjadinya mekanisme
pernafasan mitra uterus
Ketidakmampuan bayi
untuk membersihkan jalan
nafas.
efektif.
2. DS: Faktor penyebab Pola nafas tidak
a. Ibu klien mengatakan efektif.
badan bayinya kebiru Terjadinya gangguan
biruan. masukan oksigen
b. Ibu klien mengatakan
adanya suara tambahan Rendahnya oksigen
pada anaknya.
Tubuh menggunakan alat
DO: bantu nafas untuk
a. Ekspansi dada klien tidak memenuhi kebutuhan
simetris. oksigenasi lahir
b. Adanya bunyi nafas pada
klien. Pola nafas tidak efektif
c. Bayi nampak sianosis.
3. DS: Rendanya kadar oksigen Resiko
a. Klien mengatakan suhu dalam darah ketidakseimbangan
tubuh ananya naik turun. suhu tubuh.
b. Klien mengatakan badan Proses metabolisme tubuh
bayi tidak ada kenaikan BB. mengalami penurunan.
DO:
a. Adanya penurunan berat Produksi energi tubuh jadi
badan . menurun
b. Ketidakseinbangan suhu
tubuh Resiko ketidakseimbangan
suhu tubuh
4. DS: Proses metabolisme tubuh Kerusakan
Mayor: pasien mengatakan mengalami penurunan. pertukaran gas
saat melihat anaknya
bernafas sangatcepat. Resiko ketidakseimbangan
Minor: penglihatan kabur dan suhu tubuh
pusing.
DO: Gangguan perifisi ventilasi
a. PCO2meningkat/menurun
b. PO2menurun Nafas cuping
c. Takikardi hidung,sianosis,hipoksia
d. pH arteri
meningkat/menurun Gangguan pertukaran gas
e. bunyi nafas bertambah.
f. Sionasis
g. Diaforesis
h. Nafas caping hidung
i. Gelisah
j. Pola nafas abnormal:
cepat/lambat,reguler/reg
ular
dalam/dangkal.\warna
kulit abnormal
15
k. Kesadarn menurun
5. DS: Apneu Resiko syndrome
Minor: kematian bayi
a. Kelainan daun telinga. DJJ dan TD meningkat mendadak.
b. Lipatan pada kelopak
mata Janin tidak bereaksi
c. Kelainan pada jari terhadap rangsangan
d. Lekukan pada kulit atau
dimple. Resiko syndrome kematian
e. Ekstra puting susu bayi mendadak.
DO:
Mayor:
a. Kelainan apabila yang
tidak dikoreksi akan
menggu fungsi tubuh.
b. Mengurangi angaka
harapan hidup.
7. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
mucusa
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipovetilisa.
16
9. Implementasi
Merupakan pengelolaan dari perujudan intervensi meliputi
kegiatan validasi, rencana keperawatan, mendokumentasi rencana,
memberikan askep dalam pengumpulan data, serta melakukan edukasi
dokter dan ketentuan RS (Wijaya dan Putri,2013).
10. Evaluasi
Merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemtis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan (Wijaya dan Putri,2013).
BAB III
PENUTUP
20
1. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat
lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan
untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
21
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.