Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASKEP ASFIKSIA

OLEH :
KELOMPOK 10
1. ANI CANDRA LESTARI
2. IIN PUTRI AULIA
3. BANU WIRIAWAN
4. KARTIKA PERTIWI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

1
2

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatus ”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi S1- Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, FITRI
ROMADONIKA yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak
masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
tepat pada waktunya.

Sabtu, 13 April 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
3

Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan
ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap
kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,20111) .penilaian statistik dan
pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini
dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang mendapatkan bahwa skor
Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir
akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Haupt (2001) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan
pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan
kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia
merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi
sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir
(james,2009). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce
dan Amakawa(2011) Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan
otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa patofisiologi asfiksia ?
5. Apa komplikasi Asfiksia ?
6. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Asfiksia
2. Mengetahui etiologi dan manifestasi klinis Asfiksia
3. Mengetahui komplikasi Asfiksia
4

4. Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia


5. Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
6. Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
5

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat


segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk
melalui dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan
imbiasnya disertai dengan keadaan ipoksia, hiperkarbia, dan asidosis.
Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernafasan
bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembngkan paru (Sudarti
dan Fauzizah,2013)
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,
beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan
asfiksia.

2. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia,
antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
b. Faktor Plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
c. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan
kongenital dan lain-lain.
d. Faktor Persalinan meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
6

3. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
otot
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan, eksSeluruh tubuh
kulit biru kemerahan

a. Asfiksia Berat nilai APGAR 0-3


Didapatkan frekuensi jantung <100 x/menit, tonus otot buruk,
sianosis, keadan pada bayi dengan asfiksia berat memerluakan
resusitasi segera secara tepat dan pemberian oksigen secara terkendali,
apabila bayi dengan asfiksia berat maka berikan terapi oksien 2 sampai
4 ml per kg berat badan karena pada bayi asfikia berat dapat disertai
asidosis.
b. Asfiksia sedang nilai APGAR 4 – 6
Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian
oksigen sampai bayi dapat kembali bernafas normal.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan nilai 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus
otot baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat.
Respirasi baik.
d. Bayi normal nilai APGAR 10
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janian yang
menimbulkan tanda:
 Denyut jantung lebih dari 100x/menit atau daro 100 menit tidak
beraturan.
7

 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.


 Apnea
 Pucat
 Sianosis
 Penurunan terhadap stimulus.
4. Komplikasi Asfeksia
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia
padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
8

5. Manisfestasi klinis
a. Pada kehamilan
menurut penelitian sebelumnya oleh Dwi Ari 2016, denyut jantung
lebih cepat dari 100 x/menit atau kurang dari 100x/menit, halus dan
ireguler serta adanya pengeluaran mekonium:
 Jika DDJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia.
 Jika DDJ 160x/menit ke atas dan ada mekonium : janin sedang
asfeksia.
 Jika DDJ 100x/menit ke bawah ada mekonium: janin dalam gawat.
b. Pada bayi tela lahir:
 Bayi pucat dan kebitu biruan.
 Usaha bernafas minimal atau tidak ada.
 Hipokia
 Asidosis metabolic dan respirator
 Perubahan fungsi jantung
 Kegagalan sistem multi organ
6. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
9

bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut


jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada asfiksia neonatorum menurut Arif
Weni,2009.
a. Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti
ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara
terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30
mmHg. Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan ke dalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini akan terlihat
jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3
kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan.Pernapasan
atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan
dengan & frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi
tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini
tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau
gangguan organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu
30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera
dilakukan.diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai
gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit,
10

sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen. Bila bayi


memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti
gerakan tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2
menit sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada
ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu
dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali permenit
dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan
dinyatakan tidak berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi
penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi
endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa
dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat.
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dengan
menggunakan kasa steril.
d. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
e. Apabila bayi tidak menangis rangsangan tartil dengan cara menepuk
kaki, mengelus dada, perut atau punggung. Jika bayi masi blum
menangis setelah dilakukan rangsangan tartil maka dilakukan nfas
buatan mulut atau dengan ventilasi tekana positif.
Langkah ventilasi:
a) Pemasangan sungkup, perhatikan letaknya.
b) Ventilasi 2 kali denagn tekanan 20 cm airamati gerakan.
c) Bila dada bayi mengembung, lakukan vantilasi 2o kali dengan
tekanan 2 cm air dalam 30 detik.
d) Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan teratur atau
tidak.
f. Pertahankan suhu tubuh agar tidak memburuk keadaan asfiksia dengan
cara:
a) Membungkus bayi dengan kain hangat.
11

b) Badan bayi harus keadaankering


c) Jangan mandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby
oil untuk membersihkan tubuhnya.
d) Kepala bayi di tutup dengan kain.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatorum


1. Pengkajian
a. Data subjektif adala informasi yang di catat mencangkup identitas,
kebutuhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
paien/klien (anamnesis) (Wildan dan Hidayat,2008)
a) Biodata menurut Romauli 2011 antara lain:
 Nama bayi : untuk mengetahui kapan bayinya lahir.
 Tanggal lahir : untuk mengetaui kapan bayi lahir.
 Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan.
 Nama orang tua: untuk mengetahui identitas ortu bayi.
 Umur: untuk mengetahui kurun aktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan 20 sampai 30
tahun.
 Pendidikan : untuk mengetau tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap prilaku kesehatan seseorang.
 Alamat: untuk mengetahui ibu tinggal dimana menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersama. Alamat juga
perlu bila mengadakan kunjungan kepada prilaku.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui alasn pasien yang dirasakan pada saat
pemerikaan (Romauli,2011), pasien dengan asfiksia memiliki
frekuensi jantung <100 kali/menit atau >100x/menit, tonus otot
kurang baik, sianosis /pucat (Ridha,2014).
c) Antenatal Care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur ataub tidak, sejak hamil
berapa minggu, tepat ANC dan riwayat kehamilannya
(Wiknjosastro,2009).
d) Penyuluhan
Apakah ibu sudah dapat penyuluhan tentang gizi, aktifitas sebelum
hamil dan tanda bahaya kehamilan (Saifuddin,2010).
e) Imunisasi tetanus tosoid (TT)
12

Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan berapa kali yang


nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus (Wiknjosastro,2009).
f) Menurut muslihatun, (2009) kebiasan ibu sewaktu hamil:
i. Pola nutrisi: dikaji untuk mengetahui ibu hamil mengalami
gangguan nutrisi atau tidak, pola nutrisi yang perlun di kaji
meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makan pantangan.
ii. Pola eliminasi: dikaji untuk beberapa kali ibu BAK dan BAB,
terkait obesitas atau tidak.
iii. Pola istirahat: untuk mengetahu hambatan ibu yang mungkin
muncul jika didpatkan data yang sedang tentang pemenuhan
istirahat.
iv. Personal hygiene: dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan,
sangat penting agar tidak terkena infeksi.
v. Psikologi budaya: untuk mengetahui apakah ibu pantang
makana dan kebiasaan selama hamil yang tidak diperbolehkan
dalam dadat masyarakat setempat.
vi. Perokok dan pemakai obat obatan dan alkhol yang
mengakibatkan abortus dan kerusakan.
b. Data obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan
fisik, dan data penunjang (Wildan dan Hidayat,2008).
i. pemeriksaan khusus
Dilakuakan dengan pemeriksaan APGAR pada menit pertama ke 5
dan 10.
ii. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan keseluruhan, kepala, badan, ekstermitas, tonus otot,
tingkat aktifitas, wara kulit dan bibir tangis bayi.
Pemeriksaan tanda tanda:
 Laju nafas 40–60 x/menit, periksa kesilutan bernafas.
 Laju jantung 120–160x/menit.
 Suhu normal 36, 5oC.
iii. Pemeriksaan fisik sistemis menurut Indrayani dan Moudy (2013):
 Kepala: Pemeriksaan kepala, ubun ubun( raba adanya cekungan
atau cairan dalam ubun ubun), sutura (pada peraba sutura masih
terbuka), molase, periksa hubungan dalam letak dengan mata dan
kepala. Ukur lingkat kepala dimulai dari lingkaran skdipito
sampai frontal.
13

 Mata: buka mata bayi dan lihat apakah adanya tanda infeksi atau
pus. Bersihkan kedua mata bayi dengan lidi kapas DTT. Berikan
salf mata .
 Telinga: Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
 Hidung dan mulut: Periksa bibir langitan sumbing,refleks hisap,
dinilai saat bayi menyusui.
 Leher: periksa adanya pembesaran kelenjar tryroid.
 Dada: Periksa bunyi nafas dan detak jangtung. Liat adakah
tarikan dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau tidak).
 Abdomen: Palpasi apakah ada kelainan dan keadaan tali pusat.
 Genetalia: Untuk laki periksa apakah testis udah turun kedalam
skrotum. Untuk perempuan periksa labia mayor dan minor apakah
vagina berlubang dan uterus berlubang.
 Penggung: Untuk mengetahui keadaan tulang belakang periksa
refleks di punggung dengan cara menggoreskan jari kita di
punggung bayi, bayi akan mengikuti gerakan dari goresan jari
kita.
 Anus: periksa lubang anus bayi.
 Ekstermitas: Hitung jumlah jari tangan bayi.
 Kulit: Lihat warna kulit dan bibir serta tanda lahir.

2. Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1. DS: Faktor penebab Bersihan jalan nafas
Mayor:tidak tersedia tidak efektif
Minor: dipsnea Terjadinya gangguan
Sulit berbicara masukan oksigen
Ortopnea
DO: Terjadinya mekanisme
pernafasan mitra uterus

Rendahnya kadar oksigen

Terdapat banyak air


ketuban dn mekanisme
dalam paru paru.

Ketidakmampuan bayi
untuk membersihkan jalan
nafas.

Bersihan jalan nafas tidak


14

efektif.
2. DS: Faktor penyebab Pola nafas tidak
a. Ibu klien mengatakan efektif.
badan bayinya kebiru Terjadinya gangguan
biruan. masukan oksigen
b. Ibu klien mengatakan
adanya suara tambahan Rendahnya oksigen
pada anaknya.
Tubuh menggunakan alat
DO: bantu nafas untuk
a. Ekspansi dada klien tidak memenuhi kebutuhan
simetris. oksigenasi lahir
b. Adanya bunyi nafas pada
klien. Pola nafas tidak efektif
c. Bayi nampak sianosis.
3. DS: Rendanya kadar oksigen Resiko
a. Klien mengatakan suhu dalam darah ketidakseimbangan
tubuh ananya naik turun. suhu tubuh.
b. Klien mengatakan badan Proses metabolisme tubuh
bayi tidak ada kenaikan BB. mengalami penurunan.
DO:
a. Adanya penurunan berat Produksi energi tubuh jadi
badan . menurun
b. Ketidakseinbangan suhu
tubuh Resiko ketidakseimbangan
suhu tubuh
4. DS: Proses metabolisme tubuh Kerusakan
Mayor: pasien mengatakan mengalami penurunan. pertukaran gas
saat melihat anaknya
bernafas sangatcepat. Resiko ketidakseimbangan
Minor: penglihatan kabur dan suhu tubuh
pusing.
DO: Gangguan perifisi ventilasi
a. PCO2meningkat/menurun
b. PO2menurun Nafas cuping
c. Takikardi hidung,sianosis,hipoksia
d. pH arteri
meningkat/menurun Gangguan pertukaran gas
e. bunyi nafas bertambah.
f. Sionasis
g. Diaforesis
h. Nafas caping hidung
i. Gelisah
j. Pola nafas abnormal:
cepat/lambat,reguler/reg
ular
dalam/dangkal.\warna
kulit abnormal
15

k. Kesadarn menurun
5. DS: Apneu Resiko syndrome
Minor: kematian bayi
a. Kelainan daun telinga. DJJ dan TD meningkat mendadak.
b. Lipatan pada kelopak
mata Janin tidak bereaksi
c. Kelainan pada jari terhadap rangsangan
d. Lekukan pada kulit atau
dimple. Resiko syndrome kematian
e. Ekstra puting susu bayi mendadak.
DO:
Mayor:
a. Kelainan apabila yang
tidak dikoreksi akan
menggu fungsi tubuh.
b. Mengurangi angaka
harapan hidup.

6. DS: Janin kekurangan O2 dan Resiko cedera


Mayor : kadar CO2 meningkat
 Yang mengenai perut bisa
terjadi karena terjatuh Suplai O2 ke paru akan
yang mengenai tanah dan menurun
lanatai, dan juga karena
pukulan atau sebuah Resiko cedera
tendangan langsung pada
perut. Traumnya seperti
terjadinya keguguran,
pendarahan pervagina,
kontraksi rahim .
Minor:
 Kesejahtraan janin, bila
rekaman kardiotokografi
normal, kondisi ibu stabil,
tidak ada kontraksi, hasil
pemeriksaan laboratorium
juga dalam batas normal,
tidak ada pendarahan
pervagina, tidak ada
rembesan air ketuban.

7. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
mucusa
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipovetilisa.
16

c. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kurangnya


suplay.
d. Gangguan pertukaran gas berdasarkan gangguan aliran darah ke
elveoli,elveoli edema,elveolu perkusi.
e. Resiko syndrome kematian bayi mendadak berdasarkan prematuritas
organ.
f. Resiko cedera berdasarkan hipoksia jaringan.
8. Intervensi
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak NOC: NIC:
efektif  Respiratory status: Airway suction
Definisi : ketidakmampuan ventilation a. Pastikan kebutuhan
untuk membersihkan sekret  Respyratory status: airway oral/trachel
atau obstruksi dari saluran patency . suctioning.
pernafasan untuk Kriteria hasil: b. Auskultasi suara
mmpertahankan kebersian a. Mendemostrasikan batuk nafas sebelum dan
jalan nafas,. efektf dan suara nafas yang sesudah suctioning.
bersif, tidak ada sionosis dan c. Beriakan O2 dengan
Batas Karakteristik: dipsneu (mampu menggunakan nasal
a. Tidak ada batuk mengeluarkan sputum, mampu untuk memfasilitasi
b. Suara napas tambahan bernafas dengan mudah,tidak suksion nasotrakeal
c. Perubahan irama ada pursaid lips). d. Gunakan alat yang
tambahan b. Menunjukan jalan nafas yang steril setiap
d. Sianosis paten (klien tidak merasakan melakukajn
e. Dipsneu tercekik,irama nafas, frekuensi tindakan.
f. Gelisah pernafasan dalam rentang e. Monitor status
g. Batuk tidak efektif normal, tidak ada suara okigen pasien
h. Sputum berlebihan abnormal).
i. Mekonium didalam c. Mampu mengidentifikasi dan
nafas(pada neonatus) mencegah faktor yang tepat
menghambat jalan nafas.

2. Pola nafas tidak efektif NOC: NIC:


Definisi : inspirasi dan atau  Respiratory status: Airway management
eksresi yang tidak memberi ventilation a. Identifikasi pasien
ventilasi.  Respyratory status: airway perlunya
patency . pemasangan alat
Batas karakteristik:  Vital sign status. jalan nafas buatan.
a. Perubahan kedalaman Kreteria hasil: b. Lakukan fisioterapi
pernfasan. a. Menunjukan jalan nafas yang dada bila perlu.
b. Perubahan ekskurasi paten (klien tidak merasakan c. Auskultasi suara
dada tercekik,irama nafas, frekuensi nafas, catat ada
c. Bradipneu pernafasan dalam rentang suara tambahan.
d. Penurunan tekanan d. Lakukan suction
17

eksresi normal, tidak ada suara pada mayo


e. Dipsneu abnormal). e. Atur intek untuk
f. Pernafasan bibir b. Tanda vital dalam rentang cairan
g. Takipneu normal (tekanan darah, nadi, mengoptimalkan
h. Pernafasan cuping hidup pernafasan). keseimbangan.
f. Monitor repirasi dan
status O2.

3. Resiko ketidakseimbangan NOC: NIC:


suhu tubuh.  Termuregulasi Newborn Care
Definisi: beresiko  Termuregulasi Newborn a. Pengeturan suhu:
mengalami kegagalam Kriteria hasil: mencapai atau dan
dalam tubuh kisaran normal. a. Suhu kulit normal. mempertahankan
Faktor resiko: b. Suhu badan 36 -37 C 0 suhu tubuh dalam
a. Perubahan laju c. TTV dalam batas normal rangge normal.
metabolisme d. Tidak hanya menggigil b. Pantau bayi baru
b. Dehidrasi e. Hidrasi edukuat lahir sampai stabil
c. Usia ekstrem f. Keseimbangan asam basa c. Pantau warna dan
d. Penyakit yang DBN suhu kulit
mempengaruhi serkulsi d. Pertahankan pans
suhu. tubuh bayi
e. Tidak beraktivitas. e. Tempatkan bayi baru
f. Sedasi lahir padea ruanagn
g. Aktivitas yang isolasi atau di bawah
berlebihan. pemanas.berikan
pengobatan dengan
tepat untuk
mencegah atau
kontrol menggigil.
f. Tingkatkan edukuat
masukan cairan da
nutrisi.
4. Gangguan pertukaran gas. NOC: NIC:
Definisi: kelebihan atau Respyratori status: Gas Airway managemen
defisit pada oksigenasi dan exchange a. Buka jaloan nafas,
atau eliminasi Respyratory status: ventillation gunakan teknik chin
karbondioksida pada Vital sign status lift atau jaw thrust
membran alveolar kapiler Kriteria hasil: bila perlu.
Karakteristik: a. Mendemostrasikan b. Posisiskan pasiem
a. pH darah arteri peningkatan ventilasi dan umtuk
abnormal. oksigen yang edukuat memaksimalkan
b. pH arteri abnormal. b. Memelihara kebersihan paru ventilasi
c. Pernafasan abnormal. paru dan bebas dari tanda c. Pasang moya bila
d. Warna kulit abnormal distres pernafasan. perlu
e. Konfusi c. Mendemostrasikan batuk d. Lakukan fsioterapi
f. Sianosis pada neonatus efektif dan suara nafas yang dada jika perlu
saja bersih, tidak ada sianosis dan e. Keluarkan sekret
g. Diaforesis dypsneuyang akan mampu dengan batuk atau
18

h. Dispnea bernafas dengan mudah, tidak suction


i. Sakit kepala saat bangun ada pursed lips. f. Auskultasi suara
j. Hiperkabnia d. TTV dalam rentang normal. nafas, catat danya
k. Hipoksemia suara tmbahan.
l. Hipoksia
5. Resiko synderome NOC: NIC:
kematian bayi mendadak. Parent infant attachment Teaching infant safety
Definisi: terdapat resiko Parenting performenca 0 smapai 3 mount:
kematian bayi berusia Pretem infant organization a. Ajaklan keluarga
dibawah1 tahun secara Kriteria hasil: untuk tidak merokok
mendadak. a. Menjaga keamana atau dekat bayi
Faktor resiko: mencegah cedera fisik anak b. Ajarkan ornag tua
a. Perawatan prenatal yang dari 2 tahun atau pengasuh
lambat b. RR 30 sampai 60x/menit menggunakan
b. Bayi yang dihangatkan c. Tidak ada perubahan wanra tempat yang aman
brlebihan kuli bayi c. Kaji faktor resiko
c. Bayi yang dibendung d. Tidak adanya termogulasi prenatal seperti usia
terlalunketat e. Mampu bereaksi dengan tbu terlalu muda
d. Bayi yang tidur dengan pengasuh d. Amankan bayi pada
posisi telungkup f. Menghindari merokok saat hewn perliharaan
e. Bayi yang tidur posisi kehamilan e. Ajarkan orang tua
miring g. Mengatur posisi bayi dan pengasuh
Kemungkinan dapat di terlentang saat tidur bagaimana
ubah: h. Memperoleh asuhan antenatal mencegah jatuh.
a. Berat badan lahir rendah yang edukuat sejak awal
b. Prematuritas edukuat.
c. Usia ibu yang muda
Tidak dapat di ubah:
a. Bayi usia 2 sampai 4
bulan
b. Jenis kelamin pria
c. Musim syndrome bayi
mati mendadak
6. Resiko Cedera. NOC: NIC:
Definisi: Beresiko Ris Kontrol Environment
mengalami cedera sebagai Kriteria Hasil: management atau
akibat kondisi lingkungan a. Klien terbebas dari cedera menejemen
yang berinteraksi b. Klien mampu menjelaskan linhkungan.
dengansumber adaftip dan cara tau metode untuk a. Sediakan lingkungan
sumber defensif individu. mencegah injury yang aman untuk
Faktor resiko: c. Klien dapat menjelaskan factor pasien
a. Eksternal:biologis, zat injury atau cedera b. Identifikasi
kimia, mnusia, cara d. Klien mampu menjelaskan kebutuhan pasien,
memindahkan atau faktor resiko dari lingkungan sesuai dengan
trasport, dan nutrsi. atau perilaku personal. kondisinfisik dan
b. Internal: profil darah e. Mampu menganali perubahan fungsi kognitif
yang abnrmal, difusi status kesehatan pasien dan riwayat
biokimia, usia penyakit terdahulu
19

perkembangan, difungsi pasien.


efektor, mlnutrisi, fisisk, c. Menghindari
hipoksia jaringan, lingkungan yang
psikologis,dll. berbayaha
d. Menyediakan tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
e. Membtasi
pengnjungan
f. Menemani pasien

9. Implementasi
Merupakan pengelolaan dari perujudan intervensi meliputi
kegiatan validasi, rencana keperawatan, mendokumentasi rencana,
memberikan askep dalam pengumpulan data, serta melakukan edukasi
dokter dan ketentuan RS (Wijaya dan Putri,2013).
10. Evaluasi
Merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemtis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan (Wijaya dan Putri,2013).

BAB III
PENUTUP
20

1. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat
lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan
untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
21

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai