Pasien Safety Kel 6 12 Feb
Pasien Safety Kel 6 12 Feb
PEMBAHASAN
a. Dinamika kelompok
Komunikasi yang berlangsung antar anggota kelompok dikenal dengan dinamika
kelompok. Tata cara komunikasi ini akan ditentukan oleh sejumlah variabel dan faktor
yang saling terkait. Setiap anggota kelompok akan memberikan pengaruh pada
dinamika kelompok, didasarkan pada motivasi mereka dalam berpartisipasi, kesamaan
mereka dengan anggota kelompok yang lain, kedewasaan anggota kelompok dalam
mengespresikan perasaan mereka dan tujuan kelompok tersebut.
Tujuan Tujuan, tugas, dan hasil lebih mudah Tujuan tidak jelas, disalah
dipahami, dimengerti, dan mengerti dan dipaksakan
dimodifikasi agar anggota kelompok
dapat berkomitmen terhadap tujuan
melalui kerjasama.
Pemecahan Tinggi: kritik yang mebangun sering Rendah: kritik tidak membangun,
masalah dilontarkan. Jujur, relatif nyaman, dan muncul dalam bentuk serangn
diorientasikan untuk pemecahan pribadi yang terang terangan atau
masalah. tersembunyi.
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan memiliki
efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi. Kegagalan dalam
komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah satu faktor yang paling
umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja dengan para profesional lain
membantu mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan
kelompok bergantung pada hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim
dengan anggota tim yang lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim
harus selalu mengamati prinsip komunikasi menurut WHO, 1999 :
· Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka
dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
· Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan jelas
dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
· Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim
tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu
meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
· Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini
sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur
ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi
dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi
dengan 1 pemimpin dan 4 anggota. (WHO, 1999. )
1. KONSEP UMUM
1. Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan atau
tugas dan memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat untuk
memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan staf lainnya.
Sebagai seorang perawat, harus bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan
klien dan akan mendelegasikan kegiatan perawat kepada asisten. Karena langkah dari
proses keperawatan memerlukan perawat untuk pengambilan keputusan, maka tahap
ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga kesehatan lain. Untuk
mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap anggota tim kerja keperawatan
bertanggungjawab untuk melaksanakan komunikasi profesional yang bersifat terbuka.
Jika dilakukan dengan benar, delegasi dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas,
dan peningkatan kerja. Lima syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan : Tugas
yang tepat, kondisi yang tepat, orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat,
supervisi yang tepat.( Potter & Perry, 2009).
1. Konflik dalam berkomunikasi
Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak
contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan teknik
komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama
untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
· Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-isu
spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah perawatan
kesehatan.
· Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa masalah
mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi penting tentang
pendekatan interpersonal yang terbaik untuk digunakan.
· Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu secara
berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila
dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa
dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.
Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah.
Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak
dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan mereka
sedang mencoba mengatasi emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah role
stress yang dialami para professional kesehatan berhubungan dengan penyelesaian
peran professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis yaitu role conflict dan
role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya dengan reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa stress
dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan
pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru.
Perawat Yanti sebagai perawat baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan
bahwa pendidikan yang ia tempuh selama ini ternyata belum cukup untuk
mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti akhirnya mengalami
reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat
dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan
kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan
suatu forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain
pun harus terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan
meningkatkan pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu atau
profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan berusaha
tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu konflik
internal tim kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau tim
kesehatan lain dapat terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan
dengan baik. Area-area rentang konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan hal
yang perlu diwaspadai, terutama dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim
kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang harmonis
serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para professional
kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing
atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan
tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference.
Case conference
Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan secara rutin
(Regularly Scheduled Series or Conferences). Pertemuan tersebut dilaksanakan harian,
mingguan, atau bulanan untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien
spesifik untuk meningkatkan perawatan pasien dalam sebuah institusi. Case conference
adalah diskusi kelompok tim kesehatan tentang kasus asuhan keperawatan klien atau
keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki jadwal case conference masing-masing dan
biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case conference melibatkan tim
kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau anggota profesi lainnya jika
diperlukan. Waktu pertemuan dua kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi
atau tingkat urgensi kasus, dan lamnya pertemuan tentatif.
Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada
perkembangan, kasus pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus pasien
dengan masalah yang jarang ditemukan. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan
mengkaji terlebih dahulu data-data pasien yang selama ini dipegang oleh perawat Yanti.
Dengan data-data tersebut, perawat Yanti dapat membuat suatu analisa permasalahan
yang akan disampaikan saat case conference.
Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi antara
tim kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Kolaborasi dalam case conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau
ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator tentang suatu
permasalahan dalam asuhan keperawatan. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional
membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam
interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab dapat
menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien.
Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain meliputi: menjadi
emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan orang lain, tertutup dan tidak
menghargai serta memahami perspektif orang lain. ( Arnold & Boggs, 2007).
DAFTAR PUSTAKA