Anda di halaman 1dari 13

Kegiatan Belajar 4

EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN 2:


BIOLOGI KONSERVASI

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menerapkan strategi atau solusi untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan.
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menganalisis penyebab terjadinya pencemaran lingkungan berdasarkan dampak yang
ditimbulkannya.
2. Menganalisis peran mikroorganisme dalam menjaga kesuburan tanah berdasarkan sifat
fisika atau kimianya.
3. Menganalisis berbagai alternatif strategi atau solusi yang paling tepat untuk mengatasi
permasalahan pencemaran lingkungan.
Pokok-Pokok Materi
1. Pencemaran Lingkungan
2. Mikroorganisme dan Kesuburan Tanah
3. Strategi/Solusi Penanganan Pencemaran Lingkungan.
Uraian Materi
1. Pencemaran Lingkungan
a. Gangguan Siklus Kimia
Aktivitas manusia seringkali mengganggu siklus nutrien dengan cara mengeluarkan
nutrien dari satu bagian biosfer dan menambahkannya ke bagian biosfer lainnya. Keadaan ini
bisa mengakibatkan kehabisan nutrien pokok dalam satu daerah, kelebihan di daerah lain, dan
gangguan pada keseimbangan alamiah siklus kimia pada kedua lokasi tersebut. Dampak yang
ditimbulkan manusia terhadap siklus kimia dalam ekosistem di antaranya adalah pertanian
dan eutrofikasi danau.
Pertanian mempunyai suatu dampak yang sangat besar terhadap siklus nitrogen.
Pengolahan (penghancuran dan pencampuran tanah) meningkatkan laju penguraian bahan
organik, yang membebaskan nitrogen yang dapat digunakan dan dikeluarkan ekosistem
tersebut ketika tanaman itu dipanen. Kajian baru-baru ini menunjukkan aktivitas manusia
telah kira-kira melipatgandakan persediaan nitrogen terfiksasi di bumi yang tersedia bagi

102 | M o d u l I P A 2
produsen primer. Sebagian nitrogen yang berlebih dalam tanah itu akan tercuci ke bawah, dan
muncul tingkat kandungan racun nitrat dalam air tanah, seperti terlihat di Eropa Timur dan
Amerika Serikat bagian barat tengah. Peningkatan fiksasi nitrogen juga dihubungkan dengan
pembebasan senyawa nitrogen (N2 dan nitrogen oksida) yang lebih besar ke udara oleh
organisme denitrifikasi. Nitrogen oksida dapat menyebabkan pemanasan atmosfer, penipisan
ozon atmosfer, dan dalam beberapa ekosistem menyebabkan hujan asam.
Gangguan manusia lainnya telah mengganggu ekosistem air tawar melalui apa yang
disebut eutrofikasi kultural. Pembuangan limbah cair dari pabrik; aliran permukaan buangan
ternak dari padang penggembalaan dan tempat penyimpanan hewan ternak; dan
penggelontoran pupuk dari daerah-daerah pertanian, rekreasi dan perkotaan telah membebani
aliran air, sungai, dan danau secara berlebihan dengan nutrien anorganik. Pengayaan ini
seringkali mengakibatkan peningkatan kepadatan organisme fotosintetik secara eksplosif.
Daerah yang lebih dangkal menjadi tertutupi oleh gulma, yang membuat transportasi air dan
penangkapan ikan tidak mungkin dilakukan. Ledakan populasi alga dan sianobakteri menjadi
semakin umum, yang kadang-kadang mengakibatkan peningkatan produksi oksigen selama
siang hari, tetapi mengurangi jumlah oksigen pada malam hari akibat respirasi oleh populasi
organisme yang sangat banyak tersebut. Ketika organisme fotosintetik mati dan bahan
organik terakumulasi di dasar danau, detritivora menggunakan semua oksigen dalam air yang
lebih dalam. Semua pengaruh ini dapat membuat beberapa organisme tidak mungkin untuk
bertahan hidup.
Racun dapat terkonsentrasi pada tingkat-tingkat trofik yang berurutan dalam jaring-jaring
makanan. Manusia menghasilkan berbagai ragam jenis zat kimia beracun yang sangat banyak
jenisnya, termasuk ribuan zat kimia sintetik yang sebelumnya tidak dikenal di alam, yang
dibuang ke ekosistem dengan sedikit pertimbangan akan akibatnya pada ekologi. Banyak zat
beracun tersebut tidak dapat dirombak oleh mikroorganisme dan akibatnya zat tersebut
bertahan dalam lingkungan selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad. Organisme
memperoleh zat-zat beracun dari lingkungan bersama-sama dengan nutrien dan air. Beberapa
racun tersebut dimetabolisme dan diekskresikan, tetapi yang lain terakumulasi dalam jaringan
khusus, terutama lemak.
Contoh golongan senyawa yang disintesis secara industri yang terakumulasi dalam
jaringan makhluk hidup adalah hidrokarbon berklorin, termasuk banyak pestisida, seperti
DDT, dan zat kimia industri yang disebut PCB (polychlorinated biphenol). Penelitian terbaru
melibatkan banyak senyawa tersebut dan senyawa lain yang mengganggu sistem endokrin
pada banyak spesies hewan, termasuk manusia. Salah satu alasan mengapa racun tersebut

103 | M o d u l I P A 2
sangat berbahaya adalah karena racun tersebut lebih terkonsentrasi dalam tingkat-tingkat
trofik yang berurutan pada suatu jaring-jaring makanan, suatu proses yang disebut
magnifikasi (perbesaran) biologis (biological magnification). Magnifikasi tersebut terjadi
karena biomassa pada setiap tingkat trofik tertentu dihasilkan dari suatu biomassa yang jauh
lebih besar yang ditelan dari tingkat trofik dibawahnya. Dengan demikian, karnivora tingkat
atas cenderung menjadi organisme yang paling parah dipengaruhi oleh senyawa beracun yang
telah dibebaskan ke lingkungan. Berikut disajikan gambar tentang magnifikasi biologis DDT
dalam suatu rantai makanan.

Gambar 4.1 Magnifikasi biologis DDT dalam suatu rantai makanan


Sumber: Campbell, Reece & Mitchell, 2004

b. Perubahan Komposisi Atmosfer


Banyaknya aktivitas manusia yang menghasilkan berbagai ragam produk limbah gas
dapat menyebabkan perubahan mendasar dalam komposisi atmosfer dan dalam interaksinya
dengan bagian lain biosfer. Permasalahan yang mendesak dan yang berhubungan dengan
siklus nutrien adalah peningkatan kadar karbondioksida di atmosfer.
Sejak Revolusi Industri, konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat sebagai akibat dari
pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran sejumlah besar kayu yang diambil dari
penebangan hutan. Peningkatan produktivitas oleh vegetasi merupakan suatu konsekuensi
peningkatan kadar CO2 yang dapat diprediksi. Pada kenyataannya, ketika konsentrasi CO2
dinaikkan dalam ruang percobaan seperti rumah kaca, sebagian besar tumbuhan merespons
dengan peningkatan pertumbuhan.

104 | M o d u l I P A 2
Satu faktor yang memperumit prediksi mengenai pengaruh jangka panjang peningkatan
konsentrasi CO2 atmosfer adalah kemungkinan pengaruhnya pada neraca panas Bumi.
Banyak radiasi Bumi yang mencapai planet ini dipantulkan kembali ke ruang angkasa.
Meskipun CO2 dan uap air pada atmosfer tembus terhadap cahaya tampak, CO2 dan uap air
menangkap dan menyerap banyak radiasi inframerah yang dipantulkan, yang kemudian
memantulkan kembali ke arah Bumi. Proses ini menahan sebagian panas matahari. Jika
bukan karena efek rumah kaca (greenhouse effect) ini, rata-rata suhu udara pada permukaan
Bumi akan menjadi -18°C. peningkatan berarti dalam konsentrasi CO2 atmosfer selama 150
tahun terakhir mengkhawatirkan para ahli ekologi dan ahli lingkungan karena pengaruh
potensialnya pada suhu global.
Suatu peningkatan hanya 1,3°C akan membuat dunia ini lebih hangat dari kapanpun
dalam 100.000 tahun belakangan. Suatu skenario paling buruk menyatakan bahwa pemanasan
akan terjadi paling besar di dekat kutub; pencairan es di daerah kutub dapat mengakibatkan
naiknya permukaan laut degan taksiran sekitar 100 m, yang secara perlahan-lahan akan
merendam daerah pantai 150 km atau lebih ke daratan dari garis pantai saat ini. New York,
Miami, Los Angeles, dan beberapa kota lainnya kemudian akan berada di bawah permukaan
air. Suatu kecenderungan pemanasan juga akan mengubah persebaran geografis presipitasi,
yang membuat daerah pertanian utama di Amerika Serikat telah menjadi kering.
Batu bara, gas alam, bensin, kayu dan bahan bakar organik lainnya yang pokok dalam
kehidupan modern tidak dapat dibakar tanpa melepaskan CO2. Pemanasan planet yang
sesungguhnya sedang berlangsung saat ini sebagai akibat penambahan CO2 ke atmosfer,
adalah suatu permasalahan dengan akibat yang tidak pasti dan tanpa solusi sederhana.
Dengan pentingnya penggunaan bahan bakar pada masyarakat ini, stabilisasi emisi CO2 akan
memerlukan upaya internasional yang serentak dan terpadu, serta penerimaan perubahan
yang dramatis dalam gaya hidup personal maupun dalam proses industri.
Kehidupan di Bumi terlindungi dari pengaruh radiasi ultraviolet (UV) yang
membahayakan melalui suatu lapisan pelindung molekul ozon (O3) yang terdapat di dalam
lapisan stratosfer yang lebih rendah antara 17 dan 25 km di atas permukaan Bumi. Ozon
menyerap radiasi UV, yang mencegah banyak radiasi UV tersebut mencapai kontak dengan
organisme yang berada di biosfer. Kajian satelit pada atmosfer menyatakan bahwa lapisan
ozon secara perlahan-lahan telah menipis sejak tahun 1975, dan penipisan tersebut terus
berlangsung dengan laju yang semakin meningkat.
Perusakan ozon atmosfer kemungkinan terutama disebabkan oleh akumulasi
klorofluorokarbon, zat kimia yang digunakan untuk lemari es, sebagai bahan bakar dalam

105 | M o d u l I P A 2
kaleng aerosol, dan dalam proses pabrik tertentu. Ketika produk perombakan dari zat kimia
ini mencapai stratosfer, klorin yang terkandung pada bahan kimia ini mencapai stratosfer,
klorin yang terkandung pada bahan kimia tersebut bereaksi dengan ozon, yang mereduksinya
menjadi O2 molekuler. Reaksi kimia berikutnya membebaskan klorin tersebut, yang
memungkinkannya bereaksi dengan molekul ozon lainnya dalam suatu reaksi berantai
katalitik. Pengaruh itu paling jelas terlihat di atas Antartika, di mana suhu musim dingin
memudahkan terjadinya reaksi atmosfer ini. Para saintis pertama kali menjelaskan “lubang
ozon” di atas Antartika pada tahun 1985 dan sejak itu telah didokumentasikan bahwa hal
tersebut adalah peristiwa musiman yang mengembang dan mengkerut dalam suatu siklus
tahunan. Akan tetapi, besaran penipisan ozon dan ukuran lubang ozon kadang-kadang meluas
sampai sejauh bagian paling selatan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Selatan. Pada
daerah dengan lintang tengah yang sangat padat penduduknya, lapisan ozon telah turun 2%
sampai 10% selama 20 tahun yang lalu.
Akibat hilangnya ozon bagi kehidupan di Bumi bisa sangat hebat. Beberapa saintis
memperkirakan peningkatan kanker kulit baik yang letal maupun yang tidak letal dan juga
katarak pada manusia, dan juga pengaruh yang tidak dapat diperkirakan pada tanaman dan
komunitas alamiah, khususnya fitoplankton yang bertanggung jawab pada sebagian besar
produktivitas primer di Bumi. Bahaya yang ditimbulkan oleh penipisan ozon adalah
sedemikian besarnya, sehingga banyak negara telah sepakat untuk mengakhiri produksi
klorofluorokarbon dalam waktu satu dekade. Sayangnya, meskipun semua klorofluorokarbon
dilarang saat ini, molekul klorin yang telah ada di atmosfer akan terus mempengaruhi
konsentrasi ozon atmosfer paling tidak selama satu abad.

c. Perubahan Habitat dan Keanekaragaman Biologis


Aktivitas dan ledakan teknologi populasi manusia telah mengganggu fungsi banyak
ekosistem dalam satu dan lain cara. Di sini akan mengemukakan beberapa cara manusia
secara langsung mempengaruhi penyebaran dan keanekaragaman organisme di biosfer.
Gangguan manusia pada ekosistem alamiah telah mencapai proporsi yang epidemik.
Penebangan ekosistem alamiah, yang umumnya penting untuk pengembangan pertanian,
industri dan pemukiman, tidak diragukan lagi menyebabkan gangguan lokal paling besar
pada lingkungan alamiah. Pemanenan kayu secara tebang rata juga merusak banyak sekali
hutan. Secara relatif sedikit habitat yang masih belum terganggu yang masih ada di banyak
negara; di Amerika Serikat misalnya, hanya 15% hutan primer awal (sebagian besar di
Alaska) dan kurang dari 1% padang rumput tinggi awal yang masih tersisa. Para ahli

106 | M o d u l I P A 2
lingkungan dan ahli biologi konservasi telah memfokuskan perhatian pada perusakan hutan
tropis, yang merupakan ekosistem paling produktif di Bumi ini. Beberapa taksiran
menyatakan bahwa jika hutan tropis terus ditebang dengan laju pemotongan saat ini (sekitar
500.000 km2 per tahun di seluruh dunia), hampir semua jalur besar ekosistem ini akan hilang
dalam tempo satu atau dua dekade.
Pengembangan dan penebangan hutan tentunya bukan satu-satunya aktivitas manusia
yang mengganggu keseluruhan ekosistem. Akibat ekologis dari perang sangat
menghancurkan sekali. Selama Perang Vietnam, misalnya, Amerika Serikat menggunakan
sejumlah besar defolian kimia untuk membunuh vegetasi yang dimanfaatkan tentara Viet
Cong untuk menyembunyikan dirinya. Lebih baru lagi, ketika Perang Teluk Persia berakhir
pada tahun 1991, tentara Irak menciptakan petaka lain yang menghancurkan bentang alam.
Tumpahan minyak yang sangat banyak mencemari ekosistem laut, dan pembakaran sumur
minyak di Kuwait menghitamkan langit dan meninggalkan bekas berminyak pada apa saja
yang ada di dekatnya. Suatu kepedulian utama mengenai perusakan secara besar-besaran
pada setiap habitat alamiah, khususnya hutan hujan tropis, adalah kehilangan
keanekaragaman biologis. Kita akan krisis keanekaragaman biologis Bumi dan upaya-upaya
untuk menguranginya.

2. Kesuburan Tanah
a. Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah salah satu unsur kimia utama dalam ekosistem. Nitrogen
ditemukan pada semua asam amino, yang merupakan penyusun protein organisme-
organisme. Nitrogen tersedia bagi tumbuhan hanya dalam bentuk dua mineral: NH4+
(amonium) dan NO3- (nitrat). Meskipun atmosfer Bumi hampir 80%-nya terdiri atas nitrogen,
unsur ini sebagian besar terdapat dalam bentuk gas nitrogen (N2), yang tidak tersedia bagi
tumbuhan.
Nitrogen memasuki ekosistem melalui dua jalur ilmiah, yang keutamaan relatifnya
sangat bervariasi dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain. Yang pertama, deposit pada
atmosfer, merupakan sekitar 5% sampai 10% dari nitrogen yang dapat digunakan, yang
memasuki sebagian besar ekosistem. Dalam proses ini, NH4+ dan NO3-, kedua bentuk
nitrogen yang tersedia bagi tumbuhan, ditambahkan ke tanah melalui kelarutanya dalam air
hujan atau melalui pengendapan debu-debu halus atau butiran-butiran lainnya. Beberapa
tumbuhan, seperti bromeliad epifit yang ditemukan pada kanopi hutan hujan tropis, memiliki
akar udara yang dapat mengambil NH4+ dan NO3-, secara langsung dari atmosfer.

107 | M o d u l I P A 2
Jalur lain untuk masuknya nitrogen ke ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen
(nitrogen fixation). Hanya prokariota tertentu yang dapat memfiksasi nitrogen yaitu
mengubah N2 menjadi mineral yang dapat digunakan untuk mensintesis senyawa organik
bernitrogen seperti asam amino. Sesungguhnya, prokariota merupakan mata rantai yang
penting pada beberapa titik dalam siklus nitrogen. Nitrogen difiksasi dalam ekosistem
terestrial oleh bakteri tanah yang hidup bebas (nonsimbiotik) dan juga oleh bakteri simbiotik
(Rhizobium) dalam nodul akar legum dan tumbuhan tertentu lainnya. Beberapa sianobakteri
memfiksasi nitrogen dalam ekosistem akuatik. Organisme yang memfiksasi nitrogen,
tentunya, sedang memenuhi kebutuhan metaboliknya sendiri, tetapi kelebihan amonia yang
dibebaskan oleh organisme tersebut menjadi tersedia bagi organisme lain. Selain dari sumber
alami nitrogen yang dapat digunakan ini, fiksasi nitrogen secara industri dapat digunakan
untuk pembuatan pupuk, yang sekarang ini memberikan sumbangan utama dalam pool
mineral bernitrogen dalam ekosistem terestrial dan akuatik.
Produk langsung fiksasi nitrogen adalah amonia (NH3). Akan tetapi, paling tidak
sebagian besar tanah menjadi sedikit bersifat asam, dan NH3 yang dibebaskan ke dalam tanah
akan menangkap sebuah ion hidrogen (H+) untuk membentuk amonium, NH4+ , yang dapat
digunakan secara langsung oleh tumbuhan. NH3 adalah gas, sehingga dapat menguap kembali
ke atmosfer dari tanah yang mempunyai pH mendekati 7 (seperti jenis-jenis tanah yang
terdapat di Amerika Serikat bagian barat tengah). NH3 yang hilang dari tanah ini kemudian
dapat membentuk NH4+ di atmosfer. Sebagai akibatnya, konsentrasi NH4+ dalam curah hujan
bereaksi dengan pH tanah dalam kisaran wilayah yang luas. Pendaurulangan nitrogen secara
lokal melalui pengendapan atmosfer ini bisa sangat jelas di daerah pertanian, di mana baik
pemupukan nitrogen dan kapur (suatu basa yang menurunkan keasaman tanah) digunakan
secara luas.
Meskipun tumbuhan dapat menggunakan amonium secara langsung, sebagian besar
amonium dalam tanah digunakan oleh bakteri aerob tertentu sebagai sumber energi:
aktivitasnya mengoksidasi amonium menjadi nitrit (NO2-) dan kemudian menjadi nitrat
(NO3), suatu proses yang disebut nitrifikasi. Nitrat yang dibebaskan dari bakteri ini
kemudian dapat diasimilasi oleh tumbuhan dan diubah menjadi bentuk organik, seperti asam
amino dan protein. Hewan hanya dapat mengasimilasikan nitrogen organik, dengan cara
memakan tumbuhan atau hewan lain. Beberapa bakteri dapat memperoleh oksigen yang
mereka perlukan untuk metabolisme dari nitrat bukan dari O2 dengan kondisi anaerob.
Sebagai akibat dari proses denitrifikasi ini, beberapa nitrat diubah kembali menjadi N2, yang
kembali ke atmosfer. Perombakan dan penguraian nitrogen organik kembali ke amonium,

108 | M o d u l I P A 2
merupakan suatu proses yang disebut amonifikasi, yang sebagian besar dilakukan oleh
bakteri dan fungi pengurai. Proses ini akan mendaur ulang sejumlah besar nitrogen ke dalam
tanah. Berikut disajikan gambar tentang siklus nitrogen

Gambar 4.2 Siklus nitrogen


Sumber: Campbell, Reece & Mitchell, 2004

Secara keseluruhan, sebagian besar siklus bernitrogen dalam sistem alamiah melibatkan
senyawa bernitrogen dalam tanah dan air, bukan N2 atmosfer. Meskipun fiksasi nitrogen
penting dalam pembentukan pool nitrogen yang tersedia, fiksasi nitrogen hanya
menyumbangkan sebagian kecil dari nitrogen yang diasimilasikan setiap tahun oleh total
vegetasi. Namun demikian, banyak spesies umum tumbuhan bergantung pada asosiasi
mereka dengan bakteri pemfiksasi nitrogen untuk meyediakan nutrien yang esensial tersebut
dalam bentuk yang dapat mereka asimilasikan. Jumlah N2 yang kembali ke atmosfer sangat
berarti dalam jangka panjang, sebagian besar nitrogen pada sebagian besar ekosistem didaur
ulang secara lokal melalui penguraian dan reasimilasi. Anda dapat melihat tautan
https://www.youtube.com/watch?v=SeY-0Jg-N4s untuk menambah pengetahuan tentang
siklus nitrogen.

b. Siklus Fosfor
Organisme memerlukan fosfor sebagai bahan penyusun utama asam nukleat, fosfolipid,
ATP dan pembawa energi lainnya, serta sebagai salah satu mineral penyusun tulang dan gigi.
Dalam beberapa hal, siklus fosfor lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau
siklus nitrogen. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada
gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam satu

109 | M o d u l I P A 2
bentuk anorganik penting, fosfat (PO43-) yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk
sintesis organik. Pelapukan bebatuan secara perlahan-lahan menambah fosfat ke dalam tanah.
Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam molekul biologis, fosfor dipindahkan ke
konsumen dalam bentuk organik, dan ditambahkan kembali ke tanah melalui ekskresi fosfat
tersebut oleh hewan dan oleh kerja pengurai bakteri dan fungi pengurai pada detritus. Humus
dan partikel tanah mengikat fosfat, sedemikian rupa sehingga siklus fosfor cenderung
menjadi cukup terlokalisir dalam ekosistem. Akan tetapi, fosfor benar-benar tergelontor ke
dalam badan air, yang secara perlahan-lahan mengalir dari ekosistem terestrial ke laut. Anda
dapat melihat tautan https://www.youtube.com/watch?v=vtXmKfYBWi8 untuk menambah
pengetahuan tentang siklus fosfor.
Erosi hebat dapat mempercepat pengurasan fosfat, tetapi pelapukan bebatuan umumnya
sejalan dengan hilangnya fosfat. Fosfat yang mencapai lautan secara perlahan-lahan mengalir
dari ekosistem terestrial ke laut. Erosi hebat dapat mempercepat pengurasan fosfat, tetapi
pelapukan bebatuan umumnya sejalan dengan hilangnya fosfat. Fosfat yang mencapai lautan
secara perlahan-lahan terkumpul dalam endapan, kemudian tergabung ke dalam batuan, yang
kemudian dapat menjadi bagian dari ekosistem terestrial sebagai akibat proses geologis yang
meningkatkan dasar laut atau menurunkan permukaan laut pada suatu lokasi tertentu. Dengan
demikian, sebagian besar fosfat bersiklus ulang secara lokal di antara tanah, tumbuhan, dan
konsumen atas dasar skala waktu ekologis, sementara suatu siklus sedimentasi secara
bersamaan mengeluarkan dan memulihkan fosfor terestrial selama waktu geologis. Pola
umum yang sama berlaku juga bagi nutrien lain yang tidak memiliki bentuk yang terdapat di
atmosfer. Berikut disajikan gambar tentang siklus fosfor.

Gambar 4.3 Siklus fosfor


Sumber: Campbell, Reece & Mitchell, 2004

110 | M o d u l I P A 2
Dalam suatu ekosistem akuatik yang belum secara serius diubah oleh aktivitas manusia,
rendahnya fosfat terlarut sering kali membatasi produktivitas primer. Akan tetapi, pada
banyak kasus, kelebihan (bukan keterbatasan) fosfat adalah permasalahan juga. Penambahan
fosfat dalam bentuk limbah kotoran cair dan aliran permukaan dari ladang pertanian yang
dipupuk merangsang pertumbuhan alga dalam ekosistem akuatik, yang seringkali memiliki
akibat negatif, seperti eutrofikasi. Untuk alasan ini, banyak negara bagian A.S. telah
melarang penggunaan deterjen yang mengandung fosfat.

3. Strategi/Solusi Penanganan Pencemaran Lingkungan


a. Konservasi pada Tingkat Spesises dan Populasi
Krisis keanekaragaman biologis meluas pada suatu hirarki mulai dari susunan genetik
populasi hingga ke komunitas, ekosistem, dan kesatuan regional ekosistem yang saling
berinteraksi yang disebut bentang alam. Suatu fokus historis pada penyelamatan spesies
individual dan mempertahankan keanekaragaman genetik terus menjadi bagian dari biologi
konservasi modern.
Mempertahankan keanekaragaman genetik dan arena lingkungan untuk evolusi adalah suatu
tujuan akhir
Fokus biologi konservasi pada spesies dan populasi melibatkan pemahaman dinamika
populasi kecil, penentuan penurunan dan penilaian faktor-faktor yang bertanggung jawab atas
penurunan tersebut, dan penentuan begaimana untuk mempertahankan populasi kecil yang
seringkali terbagi-bagi. Secara ideal, seharusnya dimulai sebelum penurunan yang serius
terjadi, yaitu ketika masih tersedia banyak waktu untuk menyelamatkan daerah habitat yang
cukup besar untuk mendukung populasi alamiah.
Dinamika pembagian populasi berlaku pada permasalahan yang disebabkan oleh
fragmentasi habitat
Pemahaman dinamika dan kemampuan bertahan hidup populasi yang terbagi-bagi
(metapopulasi) menjadi semakin penting ketika aktivitas manusia terus memfragmentasi
habitat. Laju reproduksi seringkali sangat berbeda untuk bagian metapopulasi yang terisolir.
Perlindungan habitat sumber (di mana keberhasilan reproduksi suatu populasi lebih besar
dibandingkan dengan laju kematiannya) merupakan suatu aspek yang konservasi.
Analisis viabilitas populasi mempelajari peluang suatu spesies untuk bertahan hidup atau
menjadi punah pada habitat yang tersedia baginya
Analisis viabilitas (kelangsungan hidup) populasi (population viability analysis, PVA),
merupakan suatu metode untuk memprediksi apakah suatu spesies akan bertahan atau tidak

111 | M o d u l I P A 2
dalam suatu lingkungan tertentu. Analisis viabilitas populasi menggabungkan informasi
keberagaman genetik dan ciri-ciri sejarah kehidupan suatu populasi, seperti rasio jenis
kelamin, umur saat terjadi reproduksi pertama, fekunditas, dan rata-rata angka kelahiran dan
angka kematian. Analisis itu juga memasukkan data yang tersedia mengenai respons populasi
terhadap faktor-faktor lingkungan seperti pemangsaan, parasitisme, kompetisi antarspesies,
dan gangguan yang menjadi ciri khas habitat populasi tersebut. Analisis viabilitas populasi
umumnya dihasilkan melalui simulasi komputer yang menggabungkan data sejarah
kehidupan degan taksiran matematis respons populasi terhadap faktor-faktor lingkungan.
Analisis viabilitas populasi bisa memprediksi ukuran minimum populasi yang dapat
bertahan hidup, jumlah individu terkecil yang diperlukan untuk mempertahankan suatu
populasi, subpopulasi atau spesies. Taksiran ukuran minimum populasi yang dapat bertahan
hidup bisa didasarkan pada penentuan ukuran populasi efektif (Ne), yang merupakan fraksi
dari populasi total yang benar-benar menghasilkan generasi berikutnya. Rumus ini menaksir
Ne dengan menggunakan rasio jenis kelamin pada individu-individu yang sedang
berkembangbiak:

4𝑁𝑚 𝑁𝑓
𝑁𝑒 =
𝑁𝑚 + 𝑁𝑓

Di mana Nf dan Nm adalah jumlah betina dan jumlah jantan yang telah berhasil berkembang
biak.
Menganalisis viabilitas spesies terpilih dapat membantu mempertahankan spesies lain.
Meskipun waktu dan sumber daya menghalangi analisis sistematis dari banyak spesies dan
populasi, apa yang dipelajari dari analisis viabilitas populasi yang relativf sedikit yang bisa
dilakukan oleh para peneliti mungkin bisa diterapkan bagi banyak populasi lain.
Konservasi spesies melibatkan pertimbangan akan kebutuhan-kebutuhan yang
bertentangan. Upaya konservasi seringkali melibatkan penyelesaian konflik antara kebutuhan
habitat spesies dan kebutuhan manusia akan pengembangan ekonomi dan ruang untuk hidup.
Penyediaan habitat yang akan menopang spesies dasar (spesies yang mempunyai dampak
ekologis besar relatif terhadap jumlahnya ) dapat menjadi penting dalam penopangan seluruh
komunitas.

b. Konservasi pada Tingkat Komunitas, Ekosistem, dan Bentang Alam


Pinggiran dan koridor dapat sangat mempengaruhi keanekaragaman biologis bentang
alam. Perbatasan (pinggiran) di antara ekosistem-ekosistem dan di sepanjang ciri menonjol

112 | M o d u l I P A 2
ekosistem mempunyai kumpulan kondisi fisik dan komunitas spesies yang unik. Pinggiran
menjadi semakin luas ketika fragmentasi habitat semakin meluas, dan spesies yang
beradaptasi dengan pinggiran bisa menjadi semakin dominan. Koridor pergerakan, barisan
atau rumpun habitat berkualitas yang menghubungkan patch-patch habitat, bisa menggalang
penyebaran dan membantu menopang metapopulasi, atau dapat pula menggalang kondisi
yang membahayakan (seperti penyakit).
Cagar alam seharusnya merupakan bagian fungsional dari bentang alam. Banyak
pertanyaan mengenai penyediaan dan pemeliharaan cagar alam masih tetap ada hingga saat
ini. Mempertahankan keanekaragaman biologis dalam cagar alam selama periode waktu yang
lama memerlukan pengelolaan untuk menyediakan gangguan yang cukup dan untuk
menjamin bahwa aktivitas manusia di bentang alam sekelilingnya mendukung habitat yang
dilindungi. Upaya konservasi seringkali melibatkan pekerjaan dalam wilayah bentang alam
yang sebagian besar didominasi oleh manusia
Pemulihan daerah-daerah yang rusak merupakan suatu upaya konservasi yang semakin
penting. Ilmu baru ekologi restorasi mencari cara untuk mengembangkan pemulihan
ekosistem yang telah rusak dan mempertahankan keanekaragaman biologis. Upaya restorasi
seringkali melibatkan bioremediasi, penggunaan organisme untuk mendetoksifikasi
ekosistem yang tercemar, dan augmentasi proses ekosistem, seperti perubahan suksesi.
Tujuan pembangunan yang berkelanjutan adalah penyesuaian kembali tujuan penelitian
ekologis dan akan memerlukan perubahan beberapa nilai-nilai kemanusiaan. Pembangunan
berkelanjutan, kemakmuran jangka panjang masyarakat manusia dan ekosistem yang
mendukungnya, bergantung pada pengetahuan ekologis dan pasa suatu komitmen untuk
menggalang proses ekosistem dan keanekaragaman biologis. Anda dapat melihat tautan
https://www.youtube.com/watch?v=-g8dtmPFYo0 untuk melihat video tentang kawasan
ekosistem esensial koridor Orangutan bentang alam Wehea-Kelay.

113 | M o d u l I P A 2
Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang Ekologi dan Ilmu Lingkungan 2 : Biologi
Konservasi. Dengan demikian Anda sebagai peserta diklat telah menguasai kompetensi
menerapkan strategi atau solusi untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan. Hal-
hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul Ekologi dan Ilmu Lingkungan 2 : Biologi
Konservasi ini adalah sebagai berikut:
 Pembuangan dan penumpukan limbah yang kaya nutrien ke dalam habitat akuatik akan
mempercepat eutrofikasi, dan peningkatan biomassa akan menghabiskan O2. Aktivitas
manusia seperti pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menyebabkan perubahan
mendasar dalam komposisi atmosfer. Ledakan populasi manusia mengubah habitat dan
mengurangi keanekaragaman biologis di dunia
 Nitrogen memasuki ekosistem melalui dua jalur ilmiah, yaitu deposit pada atmosfer dan
melalui fiksasi nitrogen. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena
tidak ada gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Fosfor hanya ditemukan dalam
satu bentuk anorganik penting, fosfat (PO43-) yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan
untuk sintesis organik.
 Analisis viabilitas (kelangsungan hidup) populasi (population viability analysis, PVA),
merupakan suatu metode untuk memprediksi apakah suatu spesies akan bertahan atau
tidak dalam suatu lingkungan tertentu. Taksiran ukuran minimum populasi yang dapat
bertahan hidup bisa didasarkan pada penentuan ukuran populasi efektif (Ne) dengan
rumus menggunakan rasio jenis kelamin pada individu-individu yang sedang
berkembangbiak.

114 | M o d u l I P A 2

Anda mungkin juga menyukai