Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA MISKIN MENGGUNAKAN

ALGORITMA PREFERENCE RANKING ORGANIZATION FOR ENRICHMENT


EVALUATION (PROMETHEE) & SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)
(Studi Kasus SMA Negeri 01 Kencong)

ALVAN FAIZAL ZAMRONI, 11 1065 1186


PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER, 2016

Abstrak
Promethee yang merupakan singkatan dari Preference Ranking Organization Method for Enrichment
Evaluation adalah metode auto rangking yang menawarkan cara yang fleksibel dan sederhana kepada
user (pembuat keputusan) untuk menganalisis masalah-masalah multikriteria. Mengukur tingkat
kemiripan algoritma Preference Ranking Organization For Enrichment Evaluation (Promethee) dan
Simple Additive Weighting (Saw) dalam sistem pendukung keputusan biasiswa miskin. Dari hasil
penelitian, algoritma PROMETHEE lebih terbaik dibandingkan algoritma SAW karena proses
pengerjaan dari algoritma PROMETHEE lebih detail dibandingkan dengan algoritma SAW.

Kata Kunci : Promethee, SAW, Rangking, Biasiswa Miskin.

1. Latar Belakang berpartisipasi untuk bersekolah dengan


Pemerintahan Indonesia semakin membantu siswa miskin memperoleh akses
gencar mewajibkan gerakan wajib belajar pelayanan pendidikan yang layak
selama 9 tahun bagi penduduk muda mencegah putus sekolah menarik siswa
berusia 7 hingga 16 tahun untuk mengikuti miskin untuk kembali bersekolah,
kegiatan belajar di tingkatan sekolah dasar membantu siswa memenuhi kebutuhan
dan sekolah menengah pertama. Adapun dalam kegiatan pembelajaran, mendukung
untuk tingkatan pendidikan selanjutnya, Program Pendidikan Sembilan Tahun
sekolah menengah atas, maka kelanjutan (bahkan hingga menengah atas), serta
dari gerakan wajib belajar ini dilanjutkan membantu kelancaran program sekolah.
dengan pemberian beasiswa. Pemberian Sumber dana bantuan ini adalah dari dana
beasiswa ini dilakukan secara bervariasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara
antar daerah, baik dengan melibatkan (APBN).
partisipasi dari masyarakat, pengusaha Penerima dana BSM yang dikelola oleh
maupun yang melibatkan lembaga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
pemerintahan. adalah siswa miskin dan rentan pada
Beasiswa dapat dikatakan sebagai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
pembiayaan yang tidak bersumber dari Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
pendanaan sendiri atau orang tua, akan (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan
tetapi diberikan oleh pemerintah, (SMK) negeri dan swasta yang telah
perusahaan swasta, kedutaan, universitas, memenuhi kriteria sesuai
serta lembaga pendidik atau peneliti, atau pedoman/petunjuk teknis yang dikeluarkan
juga dari kantor tempat bekerja yang karena oleh Kementerian Pendidikan dan
prestasi seorang karyawan dapat diberikan Kebudayaan.
kesempatan untuk meningkatkan kapasitas Melihat keadaan di atas, maka
sumber daya manusianya melalui diperlukan suatu metode untuk melakukan
pendidikan. Biaya tersebut diberikan proses seleksi pemilihan penerima
kepada yang berhak menerima, terutama beasiswa, agar dapat memenuhi asas
berdasarkan klasifikasi, kualitas, dan keadilan untuk seluruh peserta didik.
kompetensi si penerima beasiswa. (Gafur, Berdasarkan keadaan yang diamati di SMA
Abdul, 2008). Negeri 01 Kencong, sebagai contoh,
Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah Kepala Sekolah adalah orang pertama yang
Program Nasional yang bertujuan untuk akan menentukan peserta didik yang akan
menghilangkan halangan siswa miskin menerima beasiswa, kemudian seleksi
selanjutnya dilakukan oleh tim seleksi yang Promethee yang merupakan singkatan
dibentuk dari gabungan Penasihat Sekolah, dari Preference Ranking Organization
guru Bimbingan dan Konselling, staf Method for Enrichment Evaluation adalah
administrasi dan beberapa guru. Metode metode autorangking yang menawarkan
seleksi tersebut selain memakan waktu cara yang fleksibel dan sederhana kepada
lama, juga dapat menimbulkan user (pembuat keputusan) untuk
ketidakpuasan, jika terdapat kelalaian dari menganalisis masalah-masalah
tim seleksi memilih penerima beasiswa dari multikriteria. Metode promethee
golongan yang mampu. menggunakan kriteria dan bobot dari
Pada penelitian ini penulis mencoba masing-masing kriteria yang kemudian
menggunakan dua metode yaitu metode diolah untuk menentukan pemilihan
Preference Ranking Organization For alternatif yang hasilnya berurutan
Enrichment Evaluation (Promethee) dan berdasarkan prioritasnya.
Simple Additive Weighting (Saw) yang Promethee termasuk dalam keluarga
mana akan diimplementasikan dalam dari metode outranking yang
merankingkan penerima dana Program dikembangkan oleh B.Roy yang meliputi
BSM tersebut. dua fase, yaitu membangun hubungan
Metode SAW sering dikenal istilah outranking dari K (sekumpulan alternatif)
metode penjumlahan terbobot. Konsep dan eksploitasi dari hubungan ini
dasar metode SAW adalah mencari memberikan jawaban optimasi kriteria
penjumlahan terbobot dari rating kinerja dalam paradigma permasalahan
pada setiap alternatif pada semua atribut. multikriteria (Suryadi,K dan Ramdhani
Metode SAW membutuhkan proses 1998).
normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu
skala yang dapat diperbandingkan dengan
semua alternatif yang ada (Kusumadewi,
dkk, 2006). b. Kelebihan Metode Promethee
Metode Promethee adalah suatu  Lebih jelas dan lebih sederhana /
metode penentuan urutan (prioritas) dalam mudah dipahami oleh para praktisi.
analisa yang masalah pokoknya adalah  Memperhitungkan data kualitatif
kesederhanaan, kejelasan, dan kestabilan. sebaik data kuantitatif.
Semua parameter yang dinyatakan  Menyediakan enam tipe preferensi
mempunyai pengaruh nyata (Arsita, 2013). terhadap kriteria.
Berdasarkan latar belakang  Memperhitungkan kriteria berbeda
permasalahan di atas, penulis mencoba pada saat yang sama, yang tidak
mengambil tema dalam penelitian skripsi mungkin dengan keputusan berbasis
ini dengan judul “Sistem Pendukung proses yang didasarkan hanya pada
Keputusan Biasiswa Miskin Menggunakan satu kriteria.
Algoritma Preference Ranking  Dapat menggunakan kriteria yang
Organization For Enrichment Evaluation berbeda untuk setiap dimensi.
(Promethee) & Simple Additive Weighting  Perangkingan alternatif dapat
(Saw)”. dilakukan secara parsial maupun
lengkap.
2. Tinjauan Pustaka
c. Kekurangan Metode Promethee
a. Algoritma Preference Ranking  Membutuhkan informasi tambahan
Organization for Enrichment berupa fungsi preferensi tertentu
Evaluation (PROMETHEE) yang harus didefenisikan atau
Metode Promethee termasuk kedalam dijelaskan.
kelompok pemecahan masalah Multi
 Tidak mampu menangani masalah
Criteria Decision Making (MCDM) atau
optimasi terhadap kendala yang
pengambilan keputusan kriteria majemuk
sangat mungkin ada dalam
dalam pengambilan keputusan atau suatu
permasalahan pemilihan alternatif
masalah yang memiliki lebih dari satu
optimal.
kriteria (multikriteria).
Dengan demikian q adalah
d. Tipe Fungsi Preferensi Kriteria Pada merupakan nilai threshold
Promethee indifference yaitu nilai d
Dalam Promethee disajikan enam terbesar yang masih
bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal memungkinkan terjadinya
ini tentu saja tidak mutlak , tetapi indifference antar alternatif.
bentuk ini cukup baik untuk beberapa 3. Criteria Preferensi Linier / tipe III
kasus. Untuk memberikan gambaran H (d) = 0 jika –p ≤ d ≤ p
yang lebih baik terhadap area yang 1 jika d < -p atau d >p
tidak sama, digunakan fungsi selisih Bentuk Preferensi kriteria
nilai kriteria antara alternatif H(d) linier dengan parameter p
dimana hal ini mempunyai hubungan Ket : d = Selisih nilai
langsung pada fungsi preferensi . kriteria {d = f (a) – f (b)}
1. Kriteria umum / tipe I (Usual P = Nilai
Criterion ) kecenderungan atas
H (d) = 0 jika d = 0 preferansi
1 jika d ≠ 0 Kriteria preferensi linier
Ket : d = Selisih nilai kriteria menjelaskan bahwa selama
Pada kriteria ini tidak beda nilai selisih memiliki nilai
antara a dan b jika dan hanya jika yang lebih rendah dari pada p,
ƒ(a) = ƒ(b), apabila nilai criteria maka preferensi akan
pada masing – masing alternatif meningkat secara linier dengan
memiliki nilai berbeda, pembuat nilai d. Jika nilai d lebih besar
keputusan mempunyai preferensi dari pada nilai p, maka terjadi
mutlak untuk alternatif memiliki preferensi mutlak. Saat
nilai yang lebih baik. mengidentifikasikan beberapa
2. Criteria Quasi / tipe II (Quasi kriteria untuk tipe ini, terlebih
Kriteria) dahulu harus menentukan nilai
H (d) = 0 jika –q ≤ d ≤ q kecenderungan dari nilai p.
1 jika d < -q atau d >q Dalam hal ini nilai d diatas
Bentuk preferensi kriteria nilai p telah dipertimbangkan
Quasi dengan parameter q akan memberikan preferensi
Ket : d = Selisih nilai kriteria { mutlak dari suatu alternatif.
d = f (a) – f (b) }. 4. Criteria Level / tipe IV (level
q = Nilai yang Criterion)
menjelaskan pengaruh H (d) = 0 jika |d| ≤ q
yang signifikan dari 0,5 jika q < |d| ≤ p
suatu kriteria. 1 jika p< |d|
Pada criteria ini dua Bentuk preferensi Kriteria
alternatif memiliki preferensi Level dengan Parameter q,p
yang sama penting selama Ket : d = Selisih nilai
selisih atau nilai H(d) dari kriteria { d = f (a)-f(b)}.
masing – masing alternatif P = Nilai
untuk criteria tertentu tidak kecenderungan atas preference
melebihi nilai q dan apabila q = Nilai yang
selisih hasil evaluasi untuk menjelaskan pengaruh
masing – masing alternatif yang signifikan dari
melebihi nilai q maka terjadi suatu kriteria.
bentuk preferensi mutlak. Jika Disini nilai
pembuat keputusan kecenderungan tidak berbeda
menggunakan kriteria quasi, (nilai indifference threshold)
maka dia harus menentukan q dan kecenderungan
nilai q, dimana nilai ini dapat preferensi (preference
menjelaskan pengaruh yang threshold) p adalah
signifikan dari suatu kriteria. ditentukan secara simultan.
Jika d berada diantara nilai q arah menjauh dari alternatif a dan
dan p, hal ini berarti situasi hal ini merupakan karakter
preferensi yang lemah (H(d) = pengukuran outranking.
0,5).
5. Criteria dengan preferensi linier
dan area yang tak berbeda / tipe V
H (d) = 0 jika |d| ≤ q
(|d|-q) / (p-q) jika q < |d| ≤ p
1 jika p< |d|
Bentuk preferensi Linear dan
Area yang Tak berbeda
dengan Parameter q,p. Penentuan setiap alternatif
Ket : d = Selisih nilai dalam gambar nilai outranking
kriteria { d = f (a) – f (b) }. adalah berdasarkan Leaving Flow,
P = Nilai dengan menggunakan persamaan,
kecenderungan atas sebagai berikut :
preferansi. 𝟏
q = Nilai yang 𝚽 + (𝒂) = 𝒏−𝟏 ∑𝒙∈𝑨 𝝋(𝒂, 𝒙) … … … … (𝟏)
menjelaskan pengaruh Rumus Leaving Flow
yang signifikan dari Ket : 𝝋(𝒂, 𝒙)= menunjukkan
suatu kriteria. preferensi alternatif a lebih baik
Pada kasus ini pengambil dari x.
keputusan mempertimbangkan n = jumlah nilai
peningkatan preferensi secara 2. Entering Flow
linier dari tidak berbeda hingga Entering flow adalah jumlah dari
preferensi mutlak dalam area yang memiliki arah mendekat dari
antara dua kecenderungan q alternatif a dan hal ini merupakan
dan p, dua parameter tersebut karakter pengukuran outranking.
telah ditentukan.
6. Criteria Gaussian (Gaussian
Criterion)
H(d) = 1 – exp {-d2/2 σ2}
Ket : d = Selisih nilai
kriteria {d=f(a)-f(b)}.
Σ = Deviasi standar
populasi huruf Yunani sigma.
𝟏
Fungsi ini bersyarat 𝚽 − (𝒂) = 𝒏−𝟏 ∑𝒙∈𝑨 𝝋(𝒙, 𝒂) … … … … (𝟐)
apabila telah ditentukan nilai Rumus Entering Flow
σ, dimana dapat dibuat 3. Net flow
berdasarkan distribusi normal Sehingga pertimbangan dalam
dalam statistik. Disini penentuan Net Flow diperoleh
preferensi pengambil dengan menggunakan persamaan:
keputusan meningkat secara
linier dari kondisi indifference 𝚽(𝒂) = 𝚽 + (𝒂) − 𝚽 − (𝒂) … … … … … (𝟑)𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 𝑵
ke preferensi mutlak di area Semakin kecil nilai Leaving
antara q dan p. Flow dan semakin besar Entering
Flow maka alternatif tersebut
3. Perhitungan Arah Preferensi Dalam memiliki kemungkinan dipilih
Nilai Outranking yang semakin besar. Perangkingan
Perangkingan yang digunakan dalam dalam promethee I dilakukan
metode promethee meliputi tiga bentuk secara parsial, yaitu di dasarkan
antara lain : pada nilai Leaving Flow dan
1. Leaving Flow Entering Flow. Promethee II
Leaving flow adalah jumlah dari termasuk perangkingan lengkap
nilai garis lengkung yang memiliki
karena didasarkan pada nilai Net berpihak kepada masyarakat miskin
Flow masing-masing alternatif (affirmative and pro poor policy), yaitu
yaitu alternatif dengan nilai Net mensubsidi biaya pendidikan (Pedoman
Flow lebih tinggi menempati satu BKKM 2011) bagi masyarakat yang kurang
rangking yang lebih baik. mampu. Di tahun 2011 ini dianggarkan dana
sebesar Rp. 243 Milyar untuk seluruh siswa
4. Simple Additive Weighting (SAW) miskin khususnya Sekolah Menengah Atas
Metode SAW sering juga dikenal di 33 Propinsi di Indonesia. Sehingga jumlah
istilah metode penjumlahan terbobot. siswa mengengah atas yang terancam putus
Konsep dasar metode SAW adalah sekolah semakin berkurang.
mencari penjumlahan terbobot dari
rating kinerja pada setiap alternatif 3. Implementasi Sistem
pada semua atribut. Metode SAW 3.1. Impementasi Sistem
membutuhkan proses normalisasi Implementasi dari aplikasi dirancang
matriks keputusan (X) ke suatu skala dengan menggunakan bahasa pemrograman
yang dapat dibandingkan dengan php. Penulis menggunakan bahasa
semua rating alternative yang ada pemrograman php dengan tujuan untuk
(S.Kusumadewi, 2006). memberikan kemudahan dalam membangun
𝑿𝒊𝒋 aplikasi.
𝑴𝒂𝒙 𝑿𝒊𝒋 Ada dua proses implementasi sistem yang
𝒓𝒊𝒋 = { 𝑴𝒊𝒏 𝑿 } … … … … (𝟏)
𝒊𝒋 terjadi dalam perancangan aplikasi berikut,
𝑿𝒊𝒋 yaitu :
Keterangan : 1. Proses implementasi sistem pendukung
𝒓𝒊𝒋 = Rating kinerja keputusan dalam pemberian biasiswa
ternormalisasi dari alternatif pada atribut . miskin dengan menggunakan algoritma
Max 𝑿𝒊𝒋 = Nilai maksimum promethee.
dari setiap baris dan kolom. 2. Proses implementasi sistem pendukung
Min 𝑿𝒊𝒋 = Nilai minimum dari setiap keputusan pemberian biasiswa miskin
baris dan kolom. dengan menggunakan algoritma SAW.
𝑿𝒊𝒋 = Baris dan Kolom
a. Halaman menu Home
dari Matriks
Di dalam aplikasi terdapat form menu
5. Pengertian Biasiswa home yang menampilkan tampilan awal
Padaa dasarnya, biasiswa adalah sistem. Pada form menu home terdapat tiga
penghasilan bagi yang menerimanyaa. menu, yaitu menu data siswa, menu
Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 4 perbandingan Promethee dan SAW dan
ayat (1) UU PPh/2000. Disebutkan menu hasil. Form menu home dapat dilihat
pengertian penghasilan adalah pada Gambar 4.1. berikut ini.
tambahan kemampuan ekonomis
dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diterima atau diperoleh dari
sumber Indonesia atau luar Indonesia
yang dapat digunakan untuk konsumsi
atau menambah kekayaan wajib pajak
(WPP). Karena biasiswa bisa diartikan
menambah kemampuan ekonomis bagi
penerimanya, berarti biasiswa
merupakan penghasilan (Wibowo,et.al, Gambar 3.1. Halaman Menu Home atau
2009). Utama
b. Halaman Menu Data Siswa
a. Bantuan Khusus Murid Miskin Di dalam menu data siswa atau
Bantuan Khusus Murid Miskin alternatif berisi atribut kriteria alternative,
(BKMM) adalah program pemerintah yang dapat mengedit data dan menghapus pada
di implementasikan melalui kebijakan yang algoritma Promethee dan SAW. Pada form
menu data siswa memiliki form pencarian
alternatif dengan atribut yaitu nis dan nama
alternatif, tombol tambah dan hapus.
Halaman menu data siswa dapat dilihat
pada Gambar 4.2.

Gambar 4.4. Halaman Menu Perbandingan


Promethee & SAW
Gambar 4.2. Halaman Menu Data Siswa
d. Menu Hasil
Jika user memilih tombol tambah atau Proses perhitungan yang telah
nis siswa maka akan membuka halaman form dilakukan oleh sistem berdasarkan kriteria
input data siswa, pada form siwa user diminta sama yang dan dibandingkan dengan dua
untuk mengisi data siswa seperti “Nis, Nama metode, hasil perbandingan pengujian
Lengkap, Pendapatan Orang Tua, Nilai Raport, siswa dapat diliat pada gambar 4.5.
Jumlah Saudara dan Perilaku Siswa”, desain
tampilan form siswa seperti gambar 4.3.

Gambar 4.5. Halaman Menu Hasil


Perbandingan

4. Kesimpulan dan Saran


Gambar 4.3. Halaman Form Input Data Siswa
4.1. Kesimpulan
c. Halaman Menu Metode PREMETHEE
Setelah melakukan tahap implementasi dan
& SAW
pengujian terhadap sistem pendukung
Di dalam menu metode PREMETHEE
keputusan untuk menentukan pemberian
& SAW berisi implementasi sistem dengan
biasiswa miskin maka diperoleh kesimpulan
algoritma PREMETHEE & SAW yang
sebagai berikut:
berisi matriks alternatif pada metode
1. Sistem yang dibangun dapat membantu
Premethee & Saw dimana data yang sudah
panitian pemberian biasiswa dalam
di input dari form input alternatif
memilih siswa mana yang akan mereka
dimasukkan ke sistem. Form menu metode
beri biasiswa.
PREMETHEE & SAW dapat dilihat pada
2. Perangkingan hasil dilakukan
Gambar 4.4. berikut.
berdasarkan kriteria yang tealh
ditentukan. Bobot yang diberikan pada
setiap ktiteria mempengaruhi hasil
akhir perangkingan. Perubahan nilai
bobot juga akan mempengaruhi hasil
akhir.
3. Dari hasil penelitian, algoritma
PROMETHEE lebih terbaik
dibandingkan algoritma SAW karena
proses pengerjaan dari algoritma
PROMETHEE lebih detail Program Studi Teknik Informatika-
dibandingkan dengan algoritma SAW. STMIK Budi Darma Medan

4.2. Saran 4) Asfi, Marsani, dan Purnamasari, Ratna.


Berikut ini adalah saran-saran dalam tahap (2010). Sistem Penunjang Keputusan
pengembangan sistem ini: Seleksi Mahasiswa Berprestasi
1. Diharapkan dilakukan pengembangan Menggunakan Metode AHP.
pada sistem pendukung keputusan Cirebon:STMIK CIC Cirebon.
perankingan pemberian biasiswa
miskin, dengan membandingan dengan 5) Gafur, Abdul. 2008. Cara Mudah
beberapa metode lain, sehingga akan Mendapatkan Beasiswa. Jakarta:
menghasilkan data yang lebih efisien. Penebar Plus Daihani, Dadan Umar.
2. Aplikasi yang dirancang hendaknya 2001. Komputerisasi Pengambilan
dibuat dalam versi Mobile, Seperti pada Keputusan. Jakarta: Elex Media
platform Android maupun IOS. Komputindo.
3. Analisis yang dilakukan hendaknya
lebih mendalam lagi, sehingga dapat 6) Savita, K & Chandrasekar, C. 2011.
mengetahui kompleksitas dari metode Vertical Handover decision Schemes
Simple Additive Weighting (SAW) dan using SAW dan WPM for Network
PROMETHEE. Selection in Heterogenous Wireless
Network. Global Journal of Computer
Science and Technology.Vol. 11 (9) :
DAFTAR PUSTAKA 18-24 (Online)
arxiv.org/pdf/1109.4490 (01 April
1) Afshari, A., Mojahed, M & Yusuff, 2016).
M.R. 2010. Simple Additive Weighted
approach to Personel Selection 7) Kusumadewi, S., Hartati, S., Harjoko
Problem. International Of Journal A. & Wardoyo, R. 2006. Fuzzy Multi-
Innovation, management and Attribute Decision Making (Fuzzy
technology. Vol.1 (5) : 511-515. MADM). Graha Ilmu: Yogyakarta.
(Online) ijimt.org/papers/89M474.pdf
(20 Maret 2016). 8) Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi
Sistem Pendukung Keputusan.
2) Ahmadi, A & Tri, Penerbit Andi: Yogyakarta
D.2014.Implementasi Weighted
Product (WP) dalam Penentuan 9) Suryadi, Kadarsah dan Ramdani, Ali
Penerima Bantuan Langsung (2002), Struktural Idealisasi dan
Masyarakat PNPM Mandiri Perdesaan Implementasi Konsep Pengambilan
(Online) Keputusan. PT.Remaja Rosdakarya,
journal.uii.ac.id/index.php/Snati/articl Bandung.
e/viewFile/3231/2923 (06 April 2016). 10) Wibowo, H.S.dkk., 2009, “Sistem
Pendukung Keputusan Untuk
3) Arsita, S. 2013. Sistem Pendukung Menentukan Pemilihan Beasiswa Bank
Keputusan Penerima Jaminan BRI Menghunakan FMADM (Studi
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Kasus : Mahasiswa Fakultas Teknologi
Dengan Metode Promethee. Medan. Industri Universitas Islam Indonesia)”,
Seminar Nasional, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai