Anda di halaman 1dari 7

BERAK DARAH DAN LENDIR

Skenario
Seorang anak balita dibawa ke rumah sakit dengan riwayat tiba-tiba demam, mual,
muntah-muntah, dan berak encer banyak kali. Pada hari ke-3 ia merasa lemas dan mulai
berak darah dan lendir. Penderita mengeluh sakit perut pada saat buang air besar.

Kata kunci
- Balita - Lemas
- Demam - Berak darah dan lendir (hari ketiga)
- Mual - Sakit perut (saat buang air)
- Muntah - Berak encer banyak kali
- Berak encer - Nyeri
- Gerak peristaltik

Pertanyaan
- Mengapa berak darah dan lendir pada umumnya menyerang balita ?
- Bagaimana pemeriksaan laboratorium pada penderita ?
- Bagaaimana mekanisme terjadinya demam, mual, muntah, dan berak encer ?
- Mengapa berak encer berubah menjadi berak darah dan lendir ?
- Bagaimana mencegah dan mengobati berak darah dan lendir ?

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan diskusi ini, mahasiswa dapat menjelaskan penyebab, lokasi,
patomekanisme, pencegahan, serta penanganan berak darah dan lendir.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan feces
Feces yang akan diperiksa adalah feces yang mengandung darah, mucus, parasit, dan
cacing. Sediaan ini kemudian diletakkan di bawah mikroskop. Dengan menambahkan
iodine pada sediaan feces, maka akan terdeteksi beberapa jenis parasit dan bakteri
yang menyebabkan berak darah dan lendir.
2. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui jenis mikroba tertentu.
Spesimen yang digunakan tinja dengan darah dan lendir. Spesimen kemudian dikultur
atau diperiksa dengan serologi, maka akan terdapat jenis bakteri tertentu.
3. Deteksi antigen
Dengan cara PCR. Pemeriksaan biologi molekuler seperti DNA. Dari pemeriksaan
DNA, kita dapat mengetahui penyebab berak darah dan lendir. Selain itu, kita juga
dapat mengetahui perbandingan jumlah bakteri penyebab berak dan lendir.
4. Pemeriksaan leukosit pada tinja
Dari pemeriksaan ini, kita dapat memperoleh jenis bakteri yang lebih banyak
mengandung leukosit. Yang mengandung leukosit dominan menyebabkan berak darah
dan lendir.

Hasil diskusi
Gejala demam, mual, muntah dan berak encer kemudian berlanjut pada berak
darah yang disertai sakit perut (nyeri) pada saat buang air ini pada kenyataannya sering
terjadi pada balita (Bawah Lima Tahun). Hal ini disebabkan karena sistem pertahanan
tubuh yang ada pada tubuh balita tersebut masih rentan terhadap kuman-kuman yang
dengan mudahnya masuk ke dalam tubuh. Seperti yang telah diketahui bahwa makanan
yang di konsumsi pertama kali oleh balita adalah air susu ibu (ASI), pada ASI ini telah
mengandung suatu siatem kekebalan tubuh yang dibuat oleh tubuh ibu. Setelah beberapa
hari kemudian beberapa bulan berikutnya tubuh bayi akan diberi suatu toksin yang telah
dilemahkan sehingga menciptakan system perthanan tubuh tersendiri dalam tubuh sang
bayi. Namun reaksi yang diberikan oleh tubuh tidak selamanya dapat langsung menerima
anti tioksin yang kita berikan, system imun yang dimiliki oleh balita akan berusaha
mengenali antitoksin buatan yang dimasukkan ke dalam tubuh lalu secara barangsur
tubuh akan mengeluarkan pekerja dari fungsi imun sehinnga tubuh dapat dikatakan
menerima anti toksin tersebut.
Gejala-gejala yang telah disebutkan merupakan suatu alur dari suatu tanda infeksi yang
terjadi melalui saluran pencernaan (tractus digestivus).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara paksa melalui mulut disertai kontraksi
lambung dan abdomen, keadaan ini merupakan gejala ganggua saluran cerna (terangin
semua gejala-gejala gangguan saluran cerna).
Mekanisme:
Bakteri masuk ke dalam tubuh bersama makanan secara oral. Makanan terus masuk ke
lambung bersama dengan bakteri. Lambung menghasilkan HCl yang berfungsi untuk
membunuh kuman yang masuk. Akan tetapi, bakteri tetap dapat masuk ke usus karena
terdapat bakteri yang membentuk kista. Setelah sampai di usus, bakteri mengeluarkan
enzim mucinase untuk mengencerkan mukosa. Kemudian bakteri melekat pada sel
mukosa lalu tumbuh dan berkembang biak yang menyebabkan sakit perut karena
absorpsi makanan oleh usus terganggu. Hal ini disebabkan oleh perkembangbiakan
bakteri yang lama-kelamaan akan menutupi mikrovili dan menghambat kelancaran dalam
absorbsi. Kelanjutan dari peristiwa ini adalah:
- Gangguan osmotik
Akibat adannya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
- Gangguan sekresi
Gangguan ini disebabkan oleh toksin dari bakteri yang dapat mengaktifkan enzim adenil
siklase dan mengakibatkan cAMP meningkat, sehingga sekresi air meningkat dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan
isi rongga usus
- Gangguan motilitas usus
Kemampuan usus untuk menyerap makanan berkurang, sehingg menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik (gerakan peristaltic yang cepat), sebaliknya bila peristaltic menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
Di samping itu bakteri juga menghasilkan toksin yang bersifat pirogenik.
Pirogenik ini merangsang mediator IL-1 dan prostalglandin yang akan merangsang pusat
vasomotor di otak untuk meningkatkan suhu tubuh (demam).
Adanya cairan yang berlebihan di usus memberikan rangsangan paling kuat.
Impuls dihantarkan oleh nervus vagus dan aferen simpatis ke pusat muntah yaitu medulla
oblongata, yang terletak di dekat tratus solitarius (kira-kira setinggi nucleus dorsalis
motorik vagus) sehingga timbul rasa mual.
Pada keadaan normal, asam lambung juga ikut masuk ke dalam usus, tetapi pada
keadaan ini cairan yang berlebihan menyebabkan asam lambung di tolak oleh usus
dengan merangsang pusat muntah medulla oblongata dan menghasilkan gerakan
antiperistaltic pada usus sehingga penderita muntah.
Setelah beberapa hari melekat dalam usus, bakteri semakin bertambah banyak dan
merusak sel-sel epitel usus sehingga menumbulkan pendarahan dan menhasilkan eksudat
sedangkan sel-sel mukosa sebagai respon pertahanan tubuh juga ikut keluar bersama
feces. Berak encer berubah menjadi berak darah dan lendir. Penderita menjadi lemas
kerena kekurangan kalium (hipokalemia).

Diare oleh Shigella sp.


Infeksi Shigella pada manusia dapat menyebabkan beberapa keadaan seperti diare ringan
tanpa demam, disentri hebat disertai demam, toksis, kejang terutama pada anak ,
tenesmus dan tinja berlendir dan berdarah. Golongan Shigella yang sering menyerang
manusia adalah S. dysenteri, S.flexneri, S. Bodyii, dan S.Sonnei. Di daerah tropis yang
tersering ditemukan adalah S. Dysenteri dan S. Flexneri, sedangkan s.Sonei lebih sering
dijumpai pada daerah subtropics atau daerah industri.
Patogenesis terjadinya diare yang berlanjut pada berak darah dan lendir adalah
disebabkan karena kemampuannya mengadakan invasi ke epitel sel mukosa usus,
berkembang biak di daerah invasi tersebut serta mengeluarkan eksotoksin yang selain
merangsang terjadinya perubahan system enzim di dalam sel mukosa usus halus (adenil
siklase) juga mempunyai sifat sitotoksik. Daerah yang sering diserang ialah ileum
terminalis dan usus besar. Akibat invasi bakteri ini terjadi infiltrasi sel-sel
polimorfonukleir dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadi
tukak-tukak kecil di daerah invasi yang menyebabkan sel-sel darah merah dan plasma
protein keluar dari sel da masuk ke lumen usus serta akhirya ke luar bersama tinja.

Pencegahan
1. Memberikan ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan
zat-zat lain yang dikandungnya. ASI mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
daripada pemberian susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah
tumbuhnya bakteri penyebab penyakit.
2. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pemberian makanan pendamping ASI
perlu diperhatikan kapan, apa, dan bagaimana sebab pemberian makanan ini dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya penyakit .
3. Menggunakan air bersih yang cukup.
Sebagian besar kuman infeksius ditularkan melalui jalur fekal-oral mereka dapat
ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan, atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan.
4. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar..
5. Menggunakan jamban.
Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko
terhadap penyakit ini.
6. Membuang tinja dengan benar.
7. Memberikan imunisasi campak.
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga
dapat mencegah diare. Oleh karena itu, beri anak imunisasi campak segera setelah
berumur 9 bulan.
Penanganan
1. Membawa balita ke rumah sakit.
Hal ini sangat penting, agar balita dapat memperoleh perawatan yang lebih baik
sehingga berak darah dan lendir yang dideritanya dapat berangsur-angsur sembuh.
2. Memberikan pengobatan dengan antibiotik.
Antibiotik yang dapat dipergunakan untuk mengobati penyakit ini adalah trimetoprin,
sulfametoksazol, ampisilin, nalidixic acid, pivmecillinam, dan ceftriakson.
3. Memberikan rehidrasi per oral.
Hal ini berguna untuk menggantikan cairan tubuh yang banyak terbuang melalui
berak encer dan muntah.
4. Melanjutkan pemberian ASI
Melanjutkan pemberian ASI juga merupakan salah satu cara untuk menangani
penyakit ini. ASI mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar dan akan mencegah
pertumbuhan bakteri dalam usus.
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC kolera


Masa tunas 12-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72
jam
panas ++ ++ ++ - ++ -
Enek & Sering jarang sering - - Sering
muntah
Nyeri perut tenesmus Tenesmus Tnesmus + Tenesmus Kramp
kramp kolik kram
Nyweri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
volume sedang sedikit Sedikit banyak sedikit banyak
frekuansi 5-10x/hr >10x/hr sering sering sering Terus-
menerus
Konsistensi Cair lembek lembek cair lembek Cair
lendir
Darah - sering Kadang- - + -
kadang
bau -  busuk + - Amis
khas
warna Kuning- Merah- kehijauan Tak Merah- Sprt air
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
leukosit - + + - + -
Lain-lain anorexia kejang sepsis meteorismu Infeksi 
s sistemmik

Anda mungkin juga menyukai