LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK Commented [A1]: Garisnya harus menutupi semua kata ya
Oleh:
Kelompok 2E
LEMBAR PENGESAHAN
Departemen : PETERNAKAN
Menyetujui,
Koordinator Kelas Asisten Pembimbing Commented [A3]: dibuat pake tabel aja biar gampang
ngoreksinya
Peternakan E
Mengetahui,
Koordinator Umum
Asisten Fisiologi Ternak
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
terkhusus kepada Dr. Ir. Isroli, M.S. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Commented [A4]:
Fisiologi Ternak, Faizal Abdi Akbar selaku Koordinator Umum Asisten Fisiologi
selaku Asisten Pembimbing Fisiologi Ternak, serta pihak-pihak lain yang tidak
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
Penulis
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN .................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
2.2.Metode ..................................................................................................... 5
BAB IV SIMPULAN........................................................................................... 44
4.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 44
4.2.Saran ................................................................................................................ 44
LAMPIRAN ..................................................................................................52
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Saluran Pencernaan Ruminansia .......................................................... 7
2Saluran Pencernaan Pseudoruminansia ..................................................... 8
3Saluran Pencernaan Non-Ruminansia ....................................................... 9
4Saluran Pernapasan Ruminansia ............................................................... 18
5Saluran Pernapasan Pseudoruminansia ..................................................... 18
6Saluran Pernapasan Non-Ruminansia ....................................................... 19
7Saluran Reproduksi Ruminansia Jantan .................................................... 22
8Saluran Reproduksi Ruminansia Betina .................................................... 27
9Saluran Reproduksi Non-Ruminansia Betina ........................................... 29
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1Hasil Observasi Hematologi Eritrosit........................................................ 33
2Hasil Observasi Hematologi Leukosit....................................................... 37
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1Perhitungan Observasi Eritrosit................................................................. 49
2Perhitungan Observasi Leukosit................................................................ 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang berukuran besar yang bermanfaat untuk proses fermentasi pakan. Ternak non
dan tidak memiliki kelenjar saliva. Ternak ruminansia terdiri dari sapi perah, sapi Commented [A6]: bahas dulu tiga tipe ternak berdasarkan
saluran pencernaannya. Ruminanan, non ruminan sama pseudo
pencernaan yang terbagi atas beberapa kompartemen dan memiliki fungsi masing-
masing di setiap kompartemennya. Ternak ruminansia terdiri atas rongga mulut, Commented [A7]: apanya ternak ruminansia
jejunum dan ileum serta usus besar yang terdiri atas sekum, kolon dan rektum
serta anus. Sistem pencernaan pseudoruminansia terdiri atas satu lambung tunggal
tetapi memiliki sekum yang memiliki peran sama seperti rumen pada ternak
esofagus, lambung, usus halus yaitu duodenum, jejunum, dan ileum serta usus
besar yang terdiri dari sekum, kolon dan rektum dan berakhir pada anus. Sistem
pencernaan non-ruminansia ayam petelur afkir betina yaitu saluran pencernaan Commented [A8]: ayam petelur afkir. Diganti sampe ke bawah
ruminansia ayam petelur afkir betina tediri atas rongga mulut, esofagus, lambung,
2
usus kecil yang terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum serta usus besar
meliputi sekum, kolon dan rektum dan terakhir kloaka. Sistem pernapasan yang
trakea, bronkus dan alveolus. Saluran pernapaan pada ternak non ruminansia yaitu
rongga hidung, laring, trakea, siring, bronkus dan alveolus. Saluran reproduksi
ternak ruminansia tersusun atas testis, epididimis, skrotum, vas deferens, kelenjar
aksesoris dan penis. Saluran reproduksi betina pada ternak ruminansia tersusun
atas ovarium, oviduk, uterus, vagina, dan vulva. Saluran reproduksi pada ternak
dan kloaka. Eritrosit merupakan sel darah merah yang ada di dalam tubuh sebagai
pengikat dan pengedar oksigen serta karbon dioksida dalam tunuh makhluk hisup.
Leukosit merupakan bagian dari dari darah yang berfungsi melawan berbagai
fungsi setiap organ yang terlibat dalam saluran pencernaan, pernapasan serta
BAB II
Praktikum Fisiologi Ternak dengan materi Sistem Pencernaan, Commented [A11]: langsung aja materi sistem pencernaan,
pernapasan dan reproduksi ternak ruminansia, non ruminansia dan
pseudoruminansia
Pernapasan, dan Reproduksi Ternak Ruminansia, Pseudoruminansia dan Non
Kamis tanggal 8,15,22 Maret 2018 pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium
Diponegoro, Semarang.
2.1. Materi
Materi pengamatan yang digunakan untuk praktikum Sistem Pencernaan Commented [A12]: materi praktikum itu ternak yang kalian
gunakan apa aja, sama materi awetan
Hematologi Eritrosit dan Hematologi Leukosit adalah ayam afkir betina, marmut,
preparat awetan pencernaan pernapasan dan reproduksi sapi. Alat dan bahan yang
aquades, larutan hayem, dan larutan turk, pisau bedah, baki bedah, gunting, push
bilik hitung improve neubaurer, mikroskop, hand counter, dan alat tulis.
5
2.2. Metode
Pernapasan dan Sistem Reproduksi Ruminansia jantan dan betina yaitu preparat
diawali dengan marmut disembelih pada bagian leher hingga tiga saluran
pernapasan yaitu vena jugularis, esofagus, dan trakea terputus. Marmut diletakkan
pada baki bedah dalam keadaan terlentang. Keempat kaki marmut ditusuk dengan
push pin. Marmut dibedah bagian perut bawah dan bagian dada atas secara
horizontal menggunakan pisau bedah. Marmut dibedah dari dada hingga perut
secara vertikal hingga tulang rusuk dan perut marmut terbuka. Sistem pencernaan
dan sistem pernapasan dari marmut dikeluarkan dari tubuh nya dan disusun untuk
hingga tiga saluran pernapasan yaitu vena jugularis, esofagus, dan trakea terputus.
Ayam dibedah bagian bawah bagian bawah dan bagian dada atas secara horizontal
dengan pisau bedah. Ayam dibedah dari dada hingga perut secara vertikal dan
tulang rusuk dan perut ayam terbuka. Sistem pencernaan, sistem pernapasan dan
bagiannya. Mikrokapiler yang telah berisi darah ditutup dengan sealing compound
tabung sahli diisi HCl sampai angka 2. Darah dihisap dengan pipet hemoglobin
sampai skala 20, kemudian ditutup dan ditiup ke tabung sahli. Isi dalam tabung
sahli dikocok dan didiamkan selama 3-10 menit agar tebentuk asam hematin.
Aquades ditambahkan dalam larutan hematin sampai diperoleh warna yang sama
dengan warna pada indikator. Skala pada tabung sahli dibaca dan dihitung
presentase Hb darah. Pengukuran total eritrosit diawali dengan pipet sel darah
pipet RBC dan laret penghisap dihisap menggunakan bibir sampai angka 0,5.
Larutan hayem dihisap sampai tanda 101. Karet penghisap dilepas dan kedua
ujung pipet ditutup kemudian dikocok membentuk angka 8 selama 2 menit. 1 tetes
larutan dalam pipet dibuang kemudian ditempelkan pada coverslip dan dibiarkan
selama 2 menit. Hemositometer ditutup dengan cover glass kemudian sel darah
merah diteteskan dalam bilik hitung. Jumlah eritrosit pada bilik hitung diamati
dibawah mikroskop dan dihitung pada 5 kotak kecil sebagai hasil pengamatan
untuk dicatat. Metode yang digunakan untuk praktikum hematologi leukosit pada
penghitungan total sel darah putih yaitu darah dihisap dengan pipet leukosit
sampai skala 0,5. Ujung pipet dibersihkan dengan kapas. Ujung pipet diletakkan
7
pada larutan turk kemudian dihisap sampai skala 101. Karet penghisap dilepaskan
dan ditutup menggunakan jari tengah dan ibu jari kemudian dikocok membentuk
angka 8 selama 3 menit. Sel darah putih diteteskan pada bilik hitung yang telah
ditutup dengan kaca penutup. Jumlah leukosit diamati dan dihitung pada 4 kotak
besar. Pembuatan preparat apus darah dimulai dengan cara kaca objek dan peparat
menggunakan kaca objek dan dibiarkan kering udara. Darah kering difiksasi
dengan methanol dan dibiarkan mengering. Darah diwarnai dengan giemsa dan
dikeringkan. Preparat diamati dibawah mikroskop dan dihitung 100 leukosit untuk
BAB III
Sumber : Data Primer Sumber : Campbell dkk. 2010 Commented [A14]: campbell dkk. (2010)
semua kaya gini
Praktikum Fisiologi Ternak,
2018
Keterangan : 1. Esofagus
2. Retikulum
3. Omasum
4. Abomasum
5. Rumen
6. Usus Halus
7. Usus Besar
8. Anus
9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sumber : Data Primer Praktikum Sumber : Campbell dkk. 2010 Commented [A15]: lihat atas
Fisiologi Ternak, 2018
Keterangan : 1. Esofagus
2. Lambung
3. Usus Halus
4. Sekum
5. Usus Besar
6. Anus
10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sumber : Data Primer Praktikum Sumber : Yuwanta, 2008
Fisiologi Ternak, 2018
Keterangan : 1. Esofagus
2. Tembolok
3. Proventrikulus
4. Empedal
5. Usus Halus
6. Usus Besar
7. Sekum
8. Kloak
3.1.1. Ingesti
memasukkanmakanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunando dkk. (2016) yang
3.1.1.1 Mulut, Mulut merupakan organ yang terlibat pertama kali dalam proses
selanjutnya menuju organ lain. Mulut terdiri atas gigi, lidah dan kelenjar saliva.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa didalam
mulut terdapat rongga mulut, gigi dan lidah. Mulut berfungsi dalam pencernaan
mekanik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hatmaya (2008) yang menyatakan
makanan yang dilakukan oleh kelenjar saliva. Commented [A16]: untuk yang judulnya 3.1.1.1 (ada empat
angka) dibuat seperti itu semua
3.1.1.2 Paruh, Paruh merupakan mulut yang dimiliki hewan bertipe unggas.
Paruh memiliki tekstur yang keras. Paruh atau mulut yang dimiliki hewan
unggasterdiri atas saliva, lidah dan tidak mempunyai gigi.Hal ini sesuai dengan
pendapat Amalia (2017) yang menyatakan bahwa paruh merupakan mulut pada
unggas yang pada bagiannya berbentuk runcing, keras dan terdiri atas lidah,
kelenjar saliva dan tanpa gigi. Paruh memiliki fungsi sebagai alat untuk ungags
mengambil makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinyo dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa paruh pada hewan unggas yang berperan dalam pengambilan
3.1.2 Esofagus
organ yang berbentuk menyerupai pipa atau tubulus yang tersusun atas cincin-
mulut. Struktur esofagus terdiri atas faring, laring. Hal ini sesuai dengan pendapat Commented [A17]: pembahasan di setiap pembahasan
pertama membahas bentuk dan letak aja
Ustiawan dkk. (2012) yang menyatakan bahwa esofagus tersusun atas cincin-
cincin yang membentuk organ esofagus dan terbagi atas bagian faring, laring.
Esofagus berfungsi sebagai penghasil mucus atau lendir serta penghubung mulut
dengan lambung. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang
3.1.3. Lambung
sesuai dengan pendapat Wiralaga dkk. (2015) yang menyatakan bahwa lambung
menimbun makanan yang telah dimakan dan mencernanya secara enzimatis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2008) yang menyatakan bahwa lambung
dengan enzim yang terdapat didalam lambung seperti pepsin, renin dan HCl.
13
yang berada di bagian kranial. Organ retikulum didalamnya terdapat lipatan atau
lekukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda (2008) yang menyatakan bahwa
struktur retikulum terdapat lekukan yang tersusun atas papilla yang kemudian
disebut sabagai perut jala. Retikulum merupakan kantong yang berfungsi dalam
penyimpanan ingesta untuk selanjutnya dibawa ke rumen. Hal ini sesuai dengan
ruminansia yang berbentuk kantong besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda
yang besar dan terbentang dari diafragma menuju ke pelvis. Rumen berfungsi
dalam proses pencernaan fermentatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Putro (2010)
yang menyatakan bahwa rumen berperan dalam menyimpan bahan pakan untuk
dicerna dan selanjutnya bahan pakan mengalami proses fermentasi oleh mikroba
memiliki permukaan yang melipat-lipat dengan struktur yang tidak halus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Huda (2008) yang menyatakan bahwa omasum adalah
salah satu bagian lambung ruminanasia yang berbentuk lipatan yang strukturnya
kasar. Omasum berfungsi sebagai penggiling dan penghancur makanan yang telah
14
melewatinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Putro (2010) yang menyatakan
bahwa omasum berperan dalam proses penggilingan dan mereduksi partikel serta
3.1.3.5. Abomasum, Abomasum tersusun atas kardiak, fundus dan pilorus. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nurliani dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
pilorus.Abomasum berfungsi dalam mencerna makanan dengan bantuan enzim. Commented [A19]: ini gimana? Pendapat dulu baru sitasi.
Jangan pake kardiak dll
Hal ini sesuai dengan pendapat Putro (2010) yang menyatakan bahwa abomasum
berperan dalam poses pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim, HCl dan
halus.
3.1.3.6. Crop, Crop atau tembolok berbentuk seperti kantong. Hal ini sesuai
dengan pendapat Amalia dkk. (2017) yang menyatakan bahwa bagian yang
penyimpan makanan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainuddin dkk.
3.1.3.7. Proventrikulus, Proventrikulus merupakan salah satu bagian dari saluran Commented [A20]: sebelum proventrikulus ditambah
pembahasan crop
pencernaan non-ruminansia ayam yang berbentuk kecil dan tersusun atas beberapa
lapisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmanto (2012) yang menyatakan
15
seperti lambung yaitu untuk pencernaan enzimatis.Hal ini sesuai dengan pendapat
yang disebut juga sebagai lambung tersusun atas lapisan peritoneal yaitu lapisan
berotot, lapisan mukos dan membran mukosa. Ventrikulus berperan dalam Commented [A21]: cek di atas pembahsannya gimana
menghancurkan dan menggiling makanan menjadi partikel yang lebih kecil. Hal
ini sependapat dengan Astuti (2008) yang menyatakan bahwa ventrikulus Commented [A22]: trus ini pendapat kalian mana? Jangan
langsung sitasi
yang lebih sederhana serta mencampur bahan pakan dengan enzim pencernaan
3.1.4.1 Duodenum, Duodenum berbentuk sepertu huruf V. Hal ini sesuai dengan
sekresi empedu dan pencernaan kimiawi. Hal ini sesuai dengan pendapat
melanjutkan proses pencernaan pakan secara kimiawi yang telah dilakukan oleh
16
lambung dan menerima hasil sekresi getah empedu dari kelenjar pancreas.
Duodenum
3.1.4.2. Jejunum, Jejunum strukturnya tersusun atas lapisan-lapisan. Hal ini Commented [A24]: Cek tipe pembahasan di atas
jejunum tersusun atas tunika mukosa yang dilapisi epitel kolumnar selapis, pada
bagian tepi villi terlihat membentuk lekukan , lamina propria terdapat kelenjar
liberkun. Jejunum berfungsi dalam proses adsorpsi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Landung dkk. (2013) yang menyatakan bahwa jejunum merupakan salah
satu bagian usus halus yang bertugas dalam menyerap nutrisi dalam pakan.
3.1.4.3 Ileum, Struktur ileum tersusun atas tunika mukosa dan submukosa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Fitmawati dan Yusfiati (2015) yang menyatakan bahwa Commented [A25]: idem
usus ileum tersusun atas lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan ikat longgar,
kapiler dan saraf serta tunika mukosa yang berisi epitel kolumnar selapis berbrush
border, villi panjang, lamina propria, dan kelenjar liberkuhn. Ileum bertugas
dalam proses adsorpsi nutrisi makanan yang telah dimakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Khotimah dkk. (2017) yang menyatakan bahwa ileum dalam proses
3.1.5.1 Usus Besar, Usus besar merupakan tabung muskular besar berongga yang
terbentang dari sekum sampai kanalisasi. Struktur usus besar tersusun atas
lapisan-lapisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Putro (2010) yang menyatakan
bahwa usus besar merupakan organ pencernaan yang tersusun atas selaput lendir,
lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Usus besar berfungsi dalam Commented [A26]: idem pembahsanan. Jangan bahas panjang
readsorpsi air. Hal ini seuai dengan pendapat Landung dkk. (2013) yang
menyatakan bahwa usus besar berperan dalam penyerapan kembali air untuk
3.1.5.2 Sekum, Sekum tersusun atas bebrapa lapiasan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Selan dkk. (2014) yang menyatakan bahwa sekum tersusun atas tunika
secara microbial atau fermentatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Raras dkk.
(2017) yang menyatakan bahwa sekum dalam proses pencernaan bertugas sebagai
tempat untuk mencerna pakan secara fermentatif yaitu mencerna nutrien yang
3.1.5.3 Seka, Seka terdapat pada ternak unggas yaitu ayam dan memiliki struktur
yang sama dengan usus buntu. Hal ini sesuai dengan pendapat Millah (2010) yang Commented [A27]: bahas letak, bentuk, jumlah. Jangan bahas
panjang saluran
menyatakan bahwa seka memiliki dua saluran buntu. Seka terletak pada akhir
sistem pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Millah dkk. (2017) yang
menyatakan bahwa seka terletak pada akhir sistem saluran pencernaan. Seka
berfungsi sebagai pencerna pakan serat kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat
18
Aqsa dkk. (2016) yang menyatakan bahwa seka bertugas dalam mencerna pakan
3.1.5.4 Rektum, Rektum berbentuk seperti saluran linear. Hal ini sesuai dengan
memiliki bentuk linear dan transversal. Rektum merupakan bagian akhir dari usus
besar sebelum anus. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwiti dkk. (2010) yang Commented [A28]: bentuknya?
menyatakan bahwa rektum terdiri atas otot polos dan jaringan ikat longgar yang
disusun secara melingkar dan memanjang yang berakhir pada saluran anal dan
feses sebelum dikeluarkan melewati anus. Hal ini sependapat Astuti (2008) yang
1.
2.
3.
4.
19
Keterangan : 1. Larynx
2. Trakea
3. Bronkus
4. Paru-paru
1.
2.
3.
4.
Keterangan : 1. Larinx
2. Trakea
3. Bronkus
4. Paru-paru
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan : 1. Larinx
2. Trakea
3. Sirinx
4. Bronkus
5. Paru-paru
Rongga hidung tersusun atas beberapa kelenjar dan lendir. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rahardjo (2010) yang menyatakan bahwa adanya selaput lendir
struktur dari rongga hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai penyaring
udara dan penghangat udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurbiantara (2010)
udarapernafasan oleh mukosa dan sebagai penyaring udara pernafasan oleh bulu
hidung.
3.1.3 Laring
22
Laring dibentuk oleh sebuah tulang rawan yang saling berhubungan satu
sama lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijayanto dan Sumirat (2009) yang
laring. Laring berfungsi untuk mencegah makanan dan benda asing tidak masuk
ke dalam trakea. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar dan Prahaztuti (2010)
yang menyatakan bahwa menutupnya aditus laring dan glotis secara bersamaan
agar makanan dan benda asing tidak masuk ke dalam trakea merupakan fungsi
dari laring.
3.1.4 Trakea
yang membentuk cincin. Hal ini sesuai dengan pendapat Utami (2017) yang Commented [A29]: Bentuknya gimana letaknya dimana
dan otot polos yang membentuk menyerupai cincin merupakan penyusun trakea.
Fungsi trakea sebagai saluran penyalur udara ke paru-paru. Hal ini sesuai dengan
3.1.5 Bronkus
Bronkus memiliki struktur dan susunan yang hampir mirip dengan trakea. Commented [A30]: Fungsinya mana?
Commented [A31]: Bentuknya gimana letaknya dimana
Bronkus tersusun atas tulang rawan hialin yang berbentuk lempengan. Hal ini
23
sesuai dengan pendapat Setiawan (2015) yang menyatakan bahwa tulang rawan
hialin yang berubah bentuk menjadi lempengan merupakan bentuk struktural dari
bronkiolus. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurbiantara (2010) yang menyatakan
bahwa bronkus merupakan cabang tenggorok yang terbagi atas kanan dan kiri
3.1.6 Bronkiolus Commented [A32]: Jangan lupa setelah angka ada titik
bronkiolus terdapat sillia. Hal ini sesuai dengan pendapat Larasati (2010) yang Commented [A33]: Bentuknya gimana letaknya dimana
bagian ujung terdapat epitelium berbentuk kubus tetapi tidak memiliki tulang
bronkus yang berfungsi menyalurkan udara ke alveoli. Hal ini sesuai dengan
pendapat Putri (2012) yang menyatakan bahwa segmen tipis dan merupakan hasil
dari percabangan bronkus yang berfungsi menyalurkan udara ke alveoli yang akan
mengalami pertukaran udara merupakan peran umum dari bronkiolus. Commented [A34]: Bahas fungsi aja di bagian ke dua
3.1.7 Alveolus
oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Septiyani (2016) yang menyatakan
24
Struktur alveolus tersusun atas 3 sel yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat
Jatu dan Lusiana (2015) yang menyatakan bahwa sel tipe 1 (sel skuamosa), sel
tipe 2 ( sel kuboid) dan makrofag merupakan penyusun alveolus. Commented [A35]: Bahas bentuk, letak dan fungsi
1.
2.
3.
4.
Keterangan : 1. Penis
2. Testis
3. Skrotum
4. Vas deferens
3.3.1. Testis
Struktur testis berbentuk oval yang letaknya berada di dalam skrotum. Hal
ini sesuai dengan pendapat Jovita (2016) yang menyatakan bahwa testis memiliki
25
bentuk lonjong berwarna putih menggantung dan berada di dalam skrotum. Testis
berfungsi dalam proses pembuatan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon. Hal Commented [A36]: Jangan pake kurung
ini sesuai dengan pendapat Prayogo dkk. (2013) yang menyatakan bahwa testis
merupakan organ reproduksi ternak jantan yang berperan sebagai tempat untuk
3.3.2. Skrotum
Skrotum adalah pembungkus testis dan berfungsi untuk menjaga suhu testis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Samyono (2014) yang menyatakan bahwa skrotum
wadah testis. Hal ini sesuai dengan pendapat Ulum dkk. (2013) yang menyatakan
bahwa skrotum bertugas sebagai organ yang melindungi testis dan menjaga suhu
testis.
3.3.3. Epididimis
testis dan menggantung di bagian distal testis pada alat reproduksi ternak jantan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuni dkk. (2012) yang menyatakan bahwa
epididimis adalah saluran yang panjang membentuk huruf U dari ujung proksimal
testis dan menggantng di bagia distal testis yang tersusun atas caput, corpus dan
epididimis bertugas dalam menyimpan produk dari testis berupa spermatozoa dan
epididymis ke uretra. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmi (2017) yang
menyatakan bahwa struktur vas deferens berupa saluran panjang yang menuju ke
arah atas (epididimis ke uretra ) setelah epididimis tetapi tidak menempel pada Commented [A38]: Jangan pake dalam kurung
testis dan berada di dalam kelenjar prostat.Vas deferens berfungsi sebagai Commented [A39]: Menyalurkan sperma
penampung sperma. Hal ini sesuai dengan pendapat Iryani (2010) yang
dihasilkan testis.
3.3.5.1. Cowper
berepitelium. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmi (2017) yang menyatakan
bahwa struktur cowper memanjang bersama uretra sampai dibawah prostat sampai
yang memproduksi getah bersifat basa untuk memberi nutrisi sperma. Hal ini
sesuai dengan pendapat Iryani (2017) yang menyatakan bahwa cowper atau
penetral suasana asam pada saluran uretra dan memberi nutrisi sperma dan
3.3.5.2. Prostat
Kelenjar prostat terdiri dari beberapa lobus. Hal ini sesuai dengan
memiliki tiga lobus yang menyusunnya yaitu kelenjar koalugasi, lobi dorsal, dan
lobi lateral yang mana kelenjar prostat diselubungi oleh lapisan mukosa, lapisan
otot polos dan lapisan jaringan ikat. Fungsi kelenjar prostat adalah menghasilkan Commented [A40]: Bagian pendapat kalian juga dijelaskan
lobusnya apa aja
Letak prostat dimana
cairan untuk memberi aroma pada semen. Hal ini sesuai dengan pendapat
menghasilkan cairan tipis seperti susu yang di dalamnya mengandung asam sitrat
dan asam fosfatase yang ditambahkan pada cairan semen saat ejakulasi sebagai
berada di belakang kelenjar prostat dan berada di bagian dorsal vesika urinaria.
Hal ini sesuai dengan pendapat Phadmacanty dkk. (2013) yang menyatakan
bagian dorsal vesica urinaria dan ampula. Vesikula seminalis berfungsi untuk
memberi nutrisi semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalimunthe dkk. (2017)
tugas dalam memberi nutrisi bagi semen yang telah diproduksi dan untuk
3.3.6. Uretra
Uretra tersusun atas beberapa lapisan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hasanah (2009) yang menyatakan bahwa uretra tersusun atas sekelompok sel
epitel transisional, jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan dilapisi otot lurik
yang tebal.Uretra merupakan saluran reproduksi jantanyang berada di sepanjang Commented [A41]: Bentuknya gimana letaknya dimana
penis. Hal ini seuai dengan pendapat Novelina dkk. (2014) yang menyatakan
bahwa uretra merupakan salah satu organ pada saluran reproduksi jantan yang
3.3.7. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris yang meiliki beberapa bagian. Hal ini Commented [A42]: Bahas bentuk dan letaknya
sesuai dengan pendapat Iriyani (2010) yang menyatakan bahwa penis terdiri atas
akar badan dan ujung bebas yang ujungnya berupa glans dan terdiri atas bagian
preputialis. Fungsi penis dalam saluran reproduksi jantan adalah sebagai organ
kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Prakoso (2017) yang menyatakan bahwa
organ penis memiliki peran sebagai alat kopulatoris untuk menyalurkan mani,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan : 1. Ovarium
2. Oviduk
3. Uterus
4. Servix
5. Vagina
6. Vulva
3.4.1. Ovarium
Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi betina yang termasuk Commented [A43]: Di pendapat kalian juga dijelaskan
strukturnya gimana
sebagai organ reproduksi primer. Struktur ovarium tersusun atas beberapa bagian.
Hal ini sesuai dengan pendapat Putranto (2011) yang menyatakan bahwa ovarium
memiliki bentuk menyerupai buah anggur yang berada di rongga perut dan
berdekatan ginjal sebelah kiri yang bergantung pada ligamentum meso ovarium.
Ovarium tersusun atas cortex yang berada di bagian luar dan medulla di bagian
dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel tersebut berisi sel-sel telur.
30
Ovarium memiliki fungsi dalam memproduksi ovum atau sel telur. Hal ini sesuai
sel telur (ovum) serta penghasil hormon steroid (estrogen dan progeteron). Commented [A44]: Jangan pake kurung
Oviduk berfungsi sebagai tempat fertilisasi. Hal ini sesuai dengan Commented [A46]: Bahas anatomo dulu baru fungsi
pendapat Perwira (2011) yang menyatakan bahwa tempat fertilisasi dan jalan bagi
sel ovum menuju uterus dengan bantuan sillia pada dindingnya merupakan fungsi
dari oviduct. Struktur bentuk oviduk pada unggas dibagi menjadi tiga bagian,
Uterus berperan dalam menangkap ovum yang telah dibuahi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sitasiwi (2009) yang menyatakan bahwa tempat penerima dan
perkembangan ovum yang telah dibuhahi merupakan peran dari uterus. Struktur
uterus terdiri dari cornua, corpus dan cervix. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soimah (2011) yang menyatakan bahwa cornua, cervix dan corpus merupakan
Struktur bentuk dari servix menyerupai leher yang letaknya di uterus. Hal
ini sesuai dengan pendapat Perwira (2011) yang menyatakan bahwa servix
sebagai seleksi sperma dan penghambat masuknya udara maupun mikroflora. Hal
ini sesuai dengan pendapat Azizah dan Luthfi (2017) yang menyatakan bahwa
fungsi dari serviks adalah menyeleksi sperma, membantu sperma masuk kedalam
rahim serta menghambat mikroflora saluran vagina normal. Commented [A49]: uterus
3.4.5. Vagina
Vagina berfungsi organ kopulasi dalam hubungan seksual. Hali ini sesuai
dengan pendapat Sholeha (2017) yang menyatakan bahwa vagina merupakan Commented [A50]: organ kopulasi itu vulva
saluran yang merupakan sarana dalam berhubungan seksual dan sebagai saluran
dalam menghantarkan sel sperma. Vagina memiliki struktur bentuk seperti tabung
memanjang dari serviks sampai vestibulum. Hal ini sesuai dengan pendapat
memanjang dari serviks sampai vestibulum dan tersusun dari tunika mukosa,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sumber : Data Primer Praktikum Sumber : Fadilah dan Polana (2009)
Fisiologi Ternak, 2018
Keterangan : 1. Ovarium
2. Infundibulum
3. Magnum
4. Istmus
5. Uterus
6. Vagina
7. Uterus
3.5.1. Ovarium Commented [A51]: bagian dari ovarium dijelaskan yang mana
sebagai organ reproduksi primer. Struktur ovarium tersusun atas beberapa bagian.
Hal ini sesuai dengan pendapat Putranto (2011) yang menyatakan bahwa ovarium
memiliki bentuk menyerupai buah anggur yang berada di rongga perut dan
berdekatan ginjal sebelah kiri yang bergantung pada ligamentum meso ovarium.
Ovarium tersusun atas corte yang berada di bagian luar dan medulla di bagian
dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel tersebut berisi sel-sel telur. Commented [A52]: jelaskan fungsinya. Pada bagian anatomi
dijelaskan dengan bahasa kalian sendiri
33
matang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sa’adah (2017) yang menyatakan bahwa
tempat penangkapan sel telur yang sudah matang disebut infundibulum. Struktur
infundibulum berbentuk seperti corong dan berada di ujung oviduk. Hal ini sesuai
membesar yang merupakan bagian dari oviduk dan berdekatan dengan membran
3.5.3. Magnum Commented [A54]: Bahas bentuk dan letak dulu baru fungsi
Magnum berfungsi sebagai tempat sintesis albumen. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yuriwati (2016) yang menyatakan bahwa tempat sintesis dan sekresi
glandul tubiler. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismoyowati (2013) yang
3.5.4. Isthmus
Isthmus tersusun oleh kelnjar. Hal ini sesuai pendapat Saraswati (2016)
yang menyatakan bahwa isthmus terdiri atas kelenjar yang bentuknya menyerupai
magnum dengan lekukan sekunder pada mukosa yang lebih banyak daipada
magnum dengan lapisan epitelium berselang-seling atntara sel bersilia dengan sel
sekretoris. Isthmus berfungsi sebagai tempat pembentukan membran kerabang Commented [A57]: Bahas bentuk dan letak secara sederhana
saja. Gunakan bahasa kalian sendiri
34
telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Khotimah (2014) yang menyatakan bahwa
isthmus.
3.5.5. Uterus Commented [A58]: Bahas bentuk dan letak dulu baru fungsi
Uterus berperan dalam membuat kerabang telur. Hal ini sesuai dengan
membuat kerabang telur yang menutupi bagian kuning dan putih telur ayam.
Struktur uterus ayam berada diantara ismusth dan vagina. Hal ini sesuai dengan Commented [A59]: Pendapat kalian mana
pendapat Hikmah (2014) yang menyatakan bahwa uterus ayam berada di antara
3.5.6. Vagina
Vagina berfungsi sebagai sarana dalam hubungan seksual. Hali ini sesuai
saluran yang merupakan sarana dalam berhubungan seksual dan sebagai saluran Commented [A60]: Dibuat kalimat yang efektif, bahas bentuk
dan letak dulu baru fungsi
dalam menghantarkan sel sperma. Vagina memiliki struktur bentuk seperti tabung
memanjang dari serviks sampai vestibulum. Hal ini sesuai dengan pendapat
memanjang dari serviks sampai vestibulum dan tersusun dari tunika mukosa,
3.5.7. Kloaka Commented [A61]: Bahas bentuk dan letak baru fungsi.
Gunakan bahasa sendiri
35
Kloaka tersusun atas beberapa lapisan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hilkias (2017) yang menyatakan bahwa kloaka tersusun atas beberapa lapisan
tempat keluarnya ekskreta. Hal ini sesuai dengan pendapat Puspitasari dkk. (2016)
yang menyatakan bahwa fungsi dari kloaka sebagai saluran terakhir dari sistem
3.6.1. Total Eritrosit Commented [A62]: Pembahasan pertama bahas hasil total
eritrositnya standar apa ngga. Trus kalo kelebihan itu akibatnya
apa. Faktor yang mempengaruhi apa
Eritrosit merupakan sel darah merah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Indrapraja (2009) yang menyatakan bahwa eritosit merupakan sel darah merah
eritrosit yang terdapat dalam darah ayam afkir diperoleh 3,85 juta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa total eritrosit ayam afkir kelebihan dari total eritrosit
standarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2016) yang menyatakan
bahwa kisaran normal jumlah eritrosit ayam adalah 2,26-3,32x106 sel/cc. Kadar
total eritrosit yang kelebihan dari standar kadar total eritrosit menunjukkan bahwa
36
ayam berada pada kondisi yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkifli
dkk. (2014) yang menyatakan bahwa ternak yang meiliki kadar eritrosit yang
dipengaruhi oleh keadaan ternak, lingkungan dan kualitas pakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rahayu dkk. (2017) yang menyatakan bahwa kadar eritosit
dalam tubuh ternak terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu kondisi
dalam sel darah merah yang terbentuk oleh komponen heme dan globin. Kadar
hemoglobin yang terdapat dalam darah ayam afkir diperoleh 10g/dl. Kadar
hemoglobin ayam afkir berada dalam kondisi normal. Hal ini sesuai dengan
hemoglobin ayam afkir adalah 8,73-11,26 g/dl. Kadar hemoglobin yang sesuai
standar kadar hemoglobin menunjukkan bahwa ayam berada pada kondisi yang
sehat dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rahayu dkk. (2017) yang menyatakan bahwa besar kecilnya kadar hemoglobin
37
dipengaruhi dengan kualitas dan kuantitas pakan serta kandungan zat besi yang
yang terdapat dalam darah ayam afkir diperoleh 35%. Kadar hematokrit ayam
afkir berada dalam rentang nilai standar kadar hematokrit. Hal ini sesuai dengan
hematocrit ayam afkir adalah 22-35%. Kadar hematokrit yang sesuai standar
menunjukkan bahwa ayam afkir berada pada kondisi sehat dan terdapat faktor
yang mempengaruhinya yaitu jumlah eritrosit dalam darah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rahayu dkk. (2017) yang menyatakan bahwa besar kecil dan normal
eritrosit.
3.6.3. MCV (Mean Corpuscular Volume) Commented [A65]: Bahas hasilnya berapa, bandingkan dengan
literatur. Bahas dampak dan faktor yang mempengaruhinya
Hal ini sesuai dengan pendapat Apriasari dan Tuti (2010) yang menyatakan bahwa
MCV atau Mean Corpuscular adalah salah salah satu indicator penghitungan
38
morfologinya. Kadar MCV yang terdapat dalam darah ayam afkir diperoleh
90,9fl. MCV ayam afkir berada dalam kondisi normal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santoso (2016) yang menyatakan bahwa kisaran normal kadar MCV
ayam afkir adalah 90-140 fl. Kadar MCV yang sesuai standar menunjukkan
bahwa ayam afkir berada pada kondisi sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah eritrosit dan kadar hematokrit dalam
3.6.5. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) Commented [A66]: Bahas hasil, dampak dan faktor yang
mempengaruhinya
hemoglobin dalam sel darah merah di dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan
pendapat Apriasari dan Tuti (2010) yang menyatakan bahwa MCH adalah metode
MCH yang terdapat dalam darah ayam afkir diperoleh 25,97 dan menunjukkabn
bahwa kadar MCH berada dibawah rentang nilai normal standar MCH. Hal ini
sesuai dengan pendapat Santoso (2016) yang menyatakan bahwa kisaran normal
kadar MCH ayam afkir adalah 33-47 fg. Kadar MCH yang tidak sesuai standar
menunjukkan bahwa ayam afkir berada pada kondisi tertentu dan dipengaruhi
Wijayanti dkk. (2016) yang menyatakan bahwa kadar MCH dipengaruhi oleh
39
jumlah eritosit yang mana semakin tinggi jumlah eritosit maka jumlah eritosit
semakin menurun.
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Hal ini sesaui dengan pendapat
Apriasari dan Tuti (2010) yang menyatakan bahwa MCHC adalah indicator dalam
menghitung jumlah hemoglobin dalam 100% volume sel darah merah. Kadar
MCHCyang terdapat dalam darah ayam afkir diperoleh 28,2%. Kadar MCHC
ayam afkir berada dalam rentang nilai standar kadar MCHC. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santosa (2016) yang menyatakan bahwa kisaran normal kadar MCHC
ayam afkir adalah 26-35%. Kadar MCHC yang sesuai standar menunjukkan
bahwa ayam afkir berada pada kondisi sehat dan terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya salah satunya adalah kadar hematokrit. Hal ini sesuai dengan
3.7.1. Total Leukosit Commented [A68]: faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit
yang terkandung pada darah ayam yang diuji memiliki sekitar 6600 ribu/mm3
total leukosit. Hal ini menunjukkan bahwa ayam yang diuji masih memiliki kadar
leukosit yang normal sesuai dengan pendapat Utami dkk. (2012) bahwa rata-rata
kadar leukosit dalam darah ayam adalah 5900-8200 ribu/mm3. Ayam yang
memiliki kadar leukosit normal menunjukkan bahwa kondisi ayam tersebut adalah
penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo dkk. (2015) bahwa apabila
kadar leukosit ayam masih termasuk taraf normal maka diasumsikan ayam
kandungan nutrisi pada pakan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Isroli dan
41
3.7.2.1. Basofil, Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa Commented [A69]: faktor yang mempengaruhi
basofil yang terkandung pada darah ayam yang diuji memiliki sekitar 2%. Hal ini
menunjukkan bahwa ayam yang diuji masih memiliki basofil yang normal sesuai
rata-rata 0,5-3,1% dalam darah. Ayam yang memiliki jumlah basofil normal
menunjukkan bahwa ayam tersebut tidak sedang mengalami alergi atau penyakit.
Hal ini sesuai dengan pendapat Lokaprinasari (2014) bahwa basofil memegang
peranan penting terhadap sistem kekebalan tubuh terutama pada substansi alergi.
jumlah basofil dipengaruhi oleh adanya alergi. Hal ini sesuai dengan pendapat
3.7.2.2. Heterofil, Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa Commented [A70]: faktor yang mempengaruhi
heterofil yang terkandung pada darah ayam yang diuji memiliki sekitar 56%. Hal Commented [A71]: katanya normal kok lebih tinggi
ini menunjukkan bahwa ayam yang diuji masih memiliki heterofil yang normal
tidak sesuai dengan pendapat Purnomo dkk. (2015) bahwa heterofil memiliki
heterofil normal menunjukkan bahwa ketahanan tubuh ayam tersebut normal. Hal
ini sesuai dengan pendapat Apriliyani dkk. (2013) bahwa heterofil berperan dalam
heterofil adalah kandungan nutrisi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat
3.7.2.3. Eosinofil, Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa Commented [A72]: faktor yang mempengaruhi
eusinofil yang terkandung pada darah ayam yang diuji memiliki sekitar 20%. Hal
ini menunjukkan bahwa ayam yang diuji masih memiliki eusinofil yang normal
kandungan rata-rata 20-27,2% dalam darah. Ayam yang memiliki jumlah eusinofil
normal menunjukkan bahwa respon terhadap benda asing yang dimiliki masih
normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Jannah dkk. (2017) bahwa eosinofil
dipengaruhi oleh adanya alergi. hal ini sesuai dengan pendapat Saputro dkk.
serangan alergi.
limfosit yang terkandung pada darah ayam yang diuji memiliki sekitar 27%. Hal
ini menunjukkan bahwa ayam yang diuji masih memiliki limfosit yang normal
sesuai dengan pendapat Purnomo dkk. (2015) bahwa limfosit memiliki kandungan
rata-rata 25,6-39,2% dalam darah. Ayam yang memiliki jumlah limfosit normal
terhadap bibit penyakit tidak terganggu. Hal ini sesuai pendapat Yosi dkk. (2014)
43
bahwa limfosit merupakan bagian dari sel darah putih yang berfungsi terhadap
oleh adanya alergi (benda asing) yang masuk ke tubuh hewan. Hal ini sesuai
3.7.2.5. Monosit, Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa Commented [A73]: faktor yang mempengaruhi
monosit yang terkandung pada darah ayam yang diuji memiliki sekitar 12%. Hal
ini menunjukkan bahwa ayam yang diuji masih memiliki monosit yang normal
kandungan rata-rata 6,4-12% dalam darah. Ayam yang memiliki jumlah monosit
infeksi penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah dkk. (2012) bahwa
monosit bekerja saat ada infeksi dan berubah menjadi makrofag yang
berfagositosis kuat. Monosit dipengaruhi oleh adanya antigen asing. Hal ini sesuai
dengan pendapat Saputro dkk. (2016) yang menyatakan bahwa monosit akan terus
bertambah banyak seiring dengan banyaknya antigen yang masuk karena monosit
bersifat makrofag.
44
BAB IV
SIMPULAN
4.1. Kesimpulan
terdapat beberapa perbedaan yang menjadikan ciri khas antara ternak satu dengan
yang lain dan hematologi eritosit serta leukosit berupa kadar dan faktor yang
darahnya.
4.2. Saran
ayam perlu dilakukan dengan cermat dan teliti supaya tidak merusak atau
leukosit dalam pelaksanaannya perlu diamati dengan teliti saat menghitung jumlah
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyani., N. Suthama dan H.I Wahyuni. 2013. Rasio heterofil limfosit dan
bobot relatif bursa fabrisius akibat kombinasi lama pencahayaan dan
pemberian porsi ransum berbeda pada ayam broiler. J. Animal Agriculture. 2
(1):393-399.
Apriliyani, N.I., M.A Djaelani dan S. Tana. 2016. Profil histologi duodenum
berbagai itik lokal di Kabupaten Semarang. J. Bioma. 18(2): 144-150.
Aqsa, A.D., K. Kiramang dan M.N Hidayat. 2016. Profil organ dalam ayam
pedaging (broiler) yang diberi tepung daun sirih (Piper betle linn) sebagai
imbuhan pakan. J. Ilmu dan Industri Peternakan. 3(1): 148-156.
Astuti, R.W. 2008. Uji Efek Antiulcer Perasan Umbi Garut (Maranta
arundinaceae L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.(Skripsi).
Fadilah, R dan A. Polana. 2009. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hamzah, R.A., I. Wiryanti., D.A Astuti dan F. Satrija. 2012. Tanggap kebal
dantampilan produksi ayam pedaging yang diberi ekstrak buah mengkudu.
J.Veteriner. 13(1): 34 – 42.
Hatmaya, R.T. 2008. Efek Berbagai Pakan Komplit terhadap Daya Cerna Lemak
dan Serat Kasar pada Sapi Perah.Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga, Surabaya. (Skripsi).
Iryani, T. 2017. Efek Pemberian Ekstrak Etanol Buah Leunca (Solanum NigrumL)
secara Oral terhadap Penurunan Jumlah Spermatozoa Tikus
Putih(RattusNorvegicus L) Galur Sprague dawley. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung. (Skripsi).
Islamiah, M.R dan A. Sukohar. 2017. Efektivitas kandungan zat aktif daun
cincauhijau (Cyclea barbata Miers) dalam melindungi mukosa lambung
terhadapketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif lambung. J.
Majority.7(1):41-48.
Jannah, P.N., Sugiharto dan Isroli. 2017. Jumlah leukosit dan diferensiasi
leukositayam broiler yang diberi minum air rebusan kunyit. J. Ternak
Tropika.18(1):15-19.
Jatu, A dan Lusiana S.U. 2015. Peranan epitel alveoli pada edema paru non-
kardiogenik. J. Pendidikan Kedokteran. 42(4): 271-274.
Larasati, S.A. 2010. Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya) terhadap
Kerusakan Histologi Alveolus Paru Mencit yang Dipapar Asap Rokok.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Commented [A74]: ini skripsi atau apa?
Lokapirnasari, W.P dan A.B Yulianto. 2014. Gambaran sel eosinofil, monosit dan
basofil setelah pemberian spirulina pada ayam yang diinfeksi virus flu
burung. 15(4): 499-505.
Mahmilia, F. 20. Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan
pemanfaatannya sebagai ransum ayam pedaging. JITV. 10(2):90-95. Commented [A75]: djabarkan
Nuraini, F.D. 2014. Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus alba L.)terhadap
Gambaran Histologi dan Berat Testis Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Diabetes Melitus Kronik. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. (Skripsi).
Nurbiantara, S. 2010. Pengaruh Polusi Udara terhadap Fungsi Paru pada Polisi
Lalu Lintas di Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. (Skripsi).
48
Nurliani, A., T.B Pitojo dan D.L Kusindarta. 2015. Studi histokimia
lektinterhadap jenis dan distribusi glikokonjugat abomasum kerbau rawa
(Bubalusbubalis) Kalimantan selatan. J. Kedokteran Hewan. 9(2): 128-136.
Paramita, D.V dan S.H Juniarti. 2016. Fisiologi dan fungsi mukosiliar bronkus.
J.THT. 9(2): 64-73. Commented [A76]: dijabarkan
Purnomo, D., Sugiharto dan Isroli. 2015. Total leukosit dan diferensial
leukositdarah ayam broiler akibat penggunaan tepung onggok fermentasi
rhizopusoryzae pada ransum. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 25(3):59-68.
Putri, P.P. 2012. Hubungan antara Derajat Sesak Nafas dengan Nilai Arus Puncak
Ekspirasi (APE) pada Pasien Asma Terkontrol sebagian di RSUD Moewardi
Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(Skripsi).
Sadeli, A. 2011. Pengaruh Coating Minyak Sawit pada Urea terhadap Kecernaan
Bahan Kering, Bahan Organik, Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid
Detergent Fiber (ADF) dalam Ransum Domba Lokal Jantan. Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).
Santoso, G.A. 2016. Jumlah Eritrosit Hemoglobin dan Hematokrit Ayam Broiler
yang Diberi Ransum Menggunakan Onggok Fermentasi dengan Fungi
Rhizopus oryzae. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Setiawan, I. 2015. Struktur Anatomi dan Histologi Organ Pernapasan pada Kuntul
Kerbau (Bulbucus ibis, Linnaeus,1766). Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. (Skripsi).
Sinyo, A.B., L. Lambey., F. Kairupan., J. Keinjem. 2014. Kajian warna dan corak
bulu pada burung weris di Kota Kotamogabu Sulawesi Utara. J. Zootek.
34(1):124-139.
50
Sunando, H., S. Rahayu dan M. Baihaqi. 2016. Tingkah laku domba garut
jantanmuda dengan pemeliharaan intensif yang diberi ransum limbah tauge
padawaktupemberian yang berbeda. J. Ilmu Produksi dan Teknologi
HasilPeternakan. 4(1): 218-226.
Suwiti, N.K., N.L.E Setiasih., I.P Suastika., I.W Piraksa dan N.NW Susari. 2010.
Studi histologi usus besar sapi bali. J. Buletin Veteriner Udayana. 2(2):101-
107.
Syamyono, O., D. Samsudewa dan E.T Setiatin. 2014. Korelasi lingkar skrotum
dengan bobot badan, volume semen, kualitas semen, dan kadar testosteron
pada kambing kejobong muda dan dewasa. Bul. Peternakan. 38(3):132-140.
Utami, A.S. 2017. Pengaruh Jus Daun Wortel (Daucus carota) pada Struktur
Histologi Bronkiolus Terminalis Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Asap Rokok. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Univesitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).
Wijayanti, D., E.T Setiatin dan E. Kurnianto. 2016. Efek ekstra daun
binahong(anredera cordifolia (ten) steenis) terhadap profil darah merah
padamarmut (cavia cobaya). J. Sain Veteriner. 34(1):75-82.
Wijayanto, B.A dan Sumirat. E.W. 2009. Pembuatan media pembelajaran biologi
sekolah menengah tingkat pertama. J. Speed-Sentra Penelitian Engineering
Dan Edukasi. 1(4): 63-70.
Yosi, F dan S. Sandi. 2014. Pemanfaatan asap cair sebagai bahan aditif
danimplikasinya terhadap sistem imun dan mortalitas ayam broiler.
J.Peternakan Sriwijaya. 3(2):28-34.
LAMPIRAN
Hematologi Eritrosit
3. MCV = HCT
∑eritrosit
= 35×100%
3,85
= 90,9
5. MCH = Hemoglobin × 10
∑ eritrosit
= 10 x 10
3,85
= 25,97
53
Hematologi Leukosit
Total Leukosit =
100 100
= 12%
54
Warna kuning : cek di panduan KIM FPP penulisan yang benar gimana. Koreksi
spasi dan kata yang harus di italic.