Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Diabetes Melitus Tipe II Terkontrol dan Tidak Terkontrol

Dengan Profil Lipid di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


Yudi Fadhilah1 , Yanti Rosita2, Idham Kurniawan3
1 Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2 Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
3 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakterisktik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-keduanya. Resistensi insulin dapat menyebabkan metabolisme lipoprotein sedikit berbeda dimana dalam dalam keadan normal
tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Pada keadaan resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif
sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa semakin meningkat. Kelainan profil lipid serum yang khas yaitu kadar trigliserid tinggi, kolestrol-HDL
rendah dan meningkatnya subfraksi LDL kecil padat, dikenal dengan nama fenotip lipoprotein aterogenik atau lipid triad. Tujuan pada penelitian ini
adalah untuk menetahui hubungan diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol dengan kadar kolesterol total, Kadar HDL, Kadar LDL, dan
Kadar Trigliserida. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan (cross-sectional). Subjek penelitian ini adalah sebanyak 45
sampel orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara diabetes melitus terkontrol dan tidak terkontrol dengan dengan kadar Kolestrol total, Kadar HDL, Kadar LDL dan Kadar Trigliserida
dimana masing-masing variabel memiliki nilai p < 0.05. Sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus terkontrol dan tidak
terkontrol memiliki hubungan bermakna dengan kadar Kolestrol total, Kadar HDL, Kadar LDL dan Kadar Trigliserida. Yang artinya apabila Diabetes
Melitus tidak terkontrol maka akan terjadi peningkatan kadar Kolestrol total, Kadar LDL, Kadar Trigliserida dan penurunan kadar HDL.

Kata kunci : Diabetes Melitus Terkontrol, Diabetes Melitus Tidak Terkontrol, Profil lipid

ABSTRACT
Diabetes Melitus (DM) is a metabolic diseases group with characteristics of hyperglycemia which occurs due to abnormal insulin secretion, insulin
action or both. Insulin resistance can cause lipoprotein metabolism to be slightly different where in the normal state the body uses glucose as an energy
source. In a state of insulin resistance, hormone sensitive lipases in adipose tissue will activated so that triglyceride lipolysis in adipose tissue increase.
Specific abnormalities lipid profile, namely high triglyceride levels, low HDL cholesterol and increased dense small LDL subfraction, are known as
the atherogenic lipoprotein or lipid triad phenotype. The purpose of this study was to determine the relationship of controlled and uncontrolled type 2
diabetes mellitus with total cholesterol levels, HDL levels, LDL levels, and triglyceride levels. The method of this study was observational analytic
with an approach (cross-sectional). The subjects of this study were 45 samples of people who already fulfill the inclusion and exclusion criteria. The
results of statistical tests using chi-square shows that there is a relationship between controlled and uncontrolled diabetes mellitus with total cholesterol
levels, HDL levels, LDL levels and triglyceride levels where each variable has a value of p <0.05. So from the results of the study it can be concluded
that controlled and uncontrolled diabetes mellitus has a significant relationship with total cholesterol levels, HDL levels, LDL levels and triglyceride
levels. Which means that if diabetes mellitus is not controlled, there will be an increase in total cholesterol levels, LDL levels, triglyceride levels and
decreased HDL levels.

Keywords : = Controlled Diabetes Mellitus, Uncontrolled Diabetes Mellitus, Lipid Profile

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus atau dikenal dengan nama kencing Manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya.1 Hiperglikemi
atau peningkatan kadar gula diatas normal dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan menimbulkan bebagai
macam keluhan. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan dan di kenal sebagai silent killer karena sering
tidak disadar oleh penderitanya. Diperkirakan masih banyak penderita diabetes melitus yang belum terdiagnosis. Gejala
yang di timbulkan adalah adanya perubahan seperti banyak minum (polydipsia), banyak makan (polyfagia), banyak buang
air kecil (polyuria) serta penurunan berat badan.2

Diabetes melitus (DM) mempunyai jumlah penderita yang cukup banyak di Indonesia maupun di dunia. WHO
memprediksi adanya peningkatan jumlah penderita DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO
memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. Sedangkan international Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penderita DM di
Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.3

Hasil RIKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menyatakan bahwa pevalensi DM di Indonesia pada kelompok
usia > 15 tahun adalah sebesar 6,9% atau sekitar 12 juta penderita. Sedangkan berdasarkan data profil Kesehatan Sumatera
Selatan tahun 2015 DM menempati urutan ke empat dari prevalensi penyakit tidak menular terbanyak dengan 4386 kasus.4

Pada penderita Diabetes Melitus akan terjadi perubahan fungsi dan metabolisme lemak sehingga cenderung akan terjadi
peningkatan kadar kolesterol total, yang mana hal tersebut dapat mempercepat peyakit vaskular aterosklerosis. 5

Berdasarkan latar belakang diatas, hal tersebut mendasari peneliti untuk mengetahui hubungan diabetes melitus tipe 2
terkontrol dan tidak terkontrol dengan Profil Lipid di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Populasi
pada penelitian ini adalah Semua pasien diabetes melitus tipe 2 yang rawat jalan di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang periode November 2018. Perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Lameshow didapatkan
sampel minimal 45 Responden. Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil dengan Teknik Accidental
Sampling dan memenuhi kriteria Inklusi & Ekslusi. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder
diambil berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terakhir pasien Diabetes Melitus Tipe II yang rawat jalan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang periode November 2018. . Setelah melalui pengolahan data yang meliputi Entry,
Editing, Coding, dan Tabulating selanjutnya data dianalisis secara univariat, dan bivariat pada masing - masing variabel
yang akan diteliti menggunakan chi-square. Hasil akan ditampilkan dalam bentuk narasi dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian.
Karakteristik N (%)

Jenis Kelamin
- Laki –laki 19 42,2
- Perempuan 26 57,8
Usia
- ≤ 25 Tahun 0 0
- 26-35 Tahun 1 2,2
- 36-45 Tahun 5 11,2
- 46-55 Tahun 11 24,4
- 56-65 Tahun 21 46,6
- ≥ 65 Tahun 7 15,6
Analisis Univariat
Tabel 2. Distribusi Penderita Diabetes
Penderita Diabetes Frekuensi (n) Persentase (%)

Diabetes Terkontrol 17 37,7%


Diabetes Tidak Terkontrol 28 62,3%
Total 45 100

Berdasarkan tabel diatas, didapati penderita diabetes terkontrol yaitu 17 orang (37,7%) dan penderita diabetes tidak
terkontrol yaitu 28 orang (62,3%).
Tabel 3. Distribusi Profil Lipid pada Penderita Diabetes
Profil Lipid DM Tipe 2 Terkontrol DM Tipe 2 Tidak Terkontrol

N % N %
Kolestrol Total
- Tinggi 4 15,4 22 84,6
- Rendah 13 68,4 6 31,6

HDL
- Tinggi 14 66,7 7 33,3
- Rendah 3 12,5 21 87,5

LDL
- Tinggi 6 22,2 21 77,8
- Rendah 11 61,1 7 38,9

Trigliserida
- Tinggi 6 20,0 24 80,0
- Rendah 11 73,3 4 26,7

Berdasarkan tabel diatas, didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan kadar Kolestrol Total tinggi yaitu 4
orang (15,4%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan kadar Kolestrol Total rendah yaitu 13 orang (68,4%).
Sedangkan untuk penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan kadar Kolestrol Total tinggi yaitu 22 orang (84,6%)
dan penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar Kolestrol Total rendah yaitu 6 orang (31,6%).

Berdasarkan tabel diatas, didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar HDL tinggi yaitu 14 orang
(66,7%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar HDL rendah yaitu 3 orang (12,5%). Sedangkan untuk
penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar HDL tinggi yaitu 7 orang (33,3%) dan penderita Diabetes
Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar HDL rendah yaitu 21 orang (87,5%).

Berdasarkan tabel diatas, didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar LDL tinggi yaitu 6 orang (22,2%)
dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar LDL rendah yaitu 11 orang (61,1%). Sedangkan untuk penderita
Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar LDL tinggi yaitu 21 orang (77,8%) dan penderita Diabetes Melitus
Tidak Terkontrol dengan Kadar LDL rendah yaitu 7 orang (38,9%).
Berdasarkan tabel diatas, didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar Trigliserida tinggi yaitu 6 orang
(20,0,4%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar Trigliserida rendah yaitu 11 orang (73,3%).
Sedangkan untuk penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar Trigliserida tinggi yaitu 24 orang (80,0%)
dan penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar Trigliserida rendah yaitu 4 orang (26,7%).

Analisis Bivariat
Tabel 4. Hubungan DM tipe 2 dengan Kolestrol Total
Diabetes Melitus Tipe 2

Tidak Terkontrol Terkontrol Jumlah Chi-square OR (95 % CI)

Kolesterol P
N % N % N %
Total

Tinggi 22 84,6 4 15,4 26 100 11,917(2.826-


0.000,
Rendah 6 31,6 13 68,,4 19 100 50.246)

Total 28 62,2 17 37,8 45 100

Berdasarkan tabel diatas , dapat diketahui bahwa terdapat 22 subjek (84,6%) diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol
dengan kadar kolesterol total tinggi. Karena tidak ada expected count yang bernilai kurang dari 5 pada tabel, maka uji
analisis menggunakan analisis Chi-Square, dari hasil uji didapatkan nilai signifikansi (nilai p) sebesar 0.000, dan nilai
OR (95%=CI) = 11,917(2.826-50.246) yang berarti terdapat hubungan bermakna antar variabel. Dengan demikian, pada
penelitian ini terdapat hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terkontrol maupun tidak terkontrol dengan kadar kolesterol
total.
Tabel 5. Hubungan DM tipe 2 dengan Kadar HDL
Diabetes Melitus Tipe 2

Terkontrol Tidak Jumlah Chi-square

Terkontrol P OR (95 % CI)


Kadar HDL
N % N % N %

Tinggi 14 66,7 7 33,3 21 100 14.000(3.086-


0.000,
Rendah 3 12,5 21 87,5 24 100 63.510)

Total 17 37,8 28 62,2 45 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 14 subjek (66,7%) diabetes melitus tipe 2 terkontrol dengan
kadar HDL Tinggi. Karena tidak ada expected count yang bernilai kurang dari 5 pada tabel, maka uji analisis
menggunakan analisis Chi-Square, dari hasil uji didapatkan nilai signifikansi (nilai p) sebesar 0.000, dan nilai OR
(95%=CI) = 14.000 (3.086-63.510) yang berarti terdapat hubungan bermakna antar variabel. Dengan demikian, pada
penelitian ini terdapat hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terkontrol maupun tidak terkontrol dengan kadar HDL.
Tabel 6. Hubungan DM tipe 2 dengan Kadar LDL
Diabetes Melitus Tipe 2
Chi-square
Tidak Terkontrol Terkontrol Jumlah OR (95 % CI)
P
Kadar LDL N % N % N %

Tinggi 21 77,8 6 22,2 27 100


0.008 5.500(1.481-20.423)
Rendah 7 38,9 11 61,1 18 100

Total 28 62,2 17 37,8 45 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 21 subjek (77,8%) diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol dengan
kadar LDL Tinggi . Karena tidak ada expected count yang bernilai kurang dari 5 pada tabel, maka uji analisis
menggunakan analisis Chi-Square, dari hasil uji didapatkan nilai signifikansi (nilai p) sebesar 0.008 dan nilai OR
(95%=CI) = 5.500(1.481-20.423) yang berarti terdapat hubungan bermakna antar variabel. Dengan demikian, pada
penelitian ini terdapat hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terkontrol maupun tidak terkontrol dengan kadar LDL.

Tabel 7. Hubungan DM tipe 2 dengan Kadar Trigliserida


Diabetes Melitus Tipe 2
Tidak Terkontrol Jumlah Chi-
Kadar Terkontrol square
OR (95 % CI)
Trigliserida P
N % N % N %

Tinggi 24 80,0 6 20,0 30 100 11.000( 2.574-


0.001
Rendah 4 26,7 11 73,3 15 100 47.014)

Total 17 62,2 28 37,8 45 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 24 subjek (80,0%) diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol dengan
kadar Trigliserida tinggi . Karena tidak ada expected count yang bernilai kurang dari 5 pada tabel, maka uji analisis
menggunakan analisis Chi-Square, dari hasil uji didapatkan nilai signifikansi (nilai p) sebesar 0.001, dan nilai OR
(95%=CI) = 11.000 (2.574-47.014) yang berarti terdapat hubungan bermakna antar variabel. Dengan demikian, pada
penelitian ini terdapat hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terkontrol maupun tidak terkontrol dengan kadar
Trigliserida.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi penderita Diabetes Melitus tipe 2 di RS Muhammadiyah Palembang
dari bulan November 2018 terbanyak didapatkan Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol sebanyak 22 orang (84,6%)
sedangkan Diabetes Melitus Tipe 2 terkontrol yaitu 13 orang (68,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Maharani pada tahun 2014 tentang “Hubungan kadar HBA1C dengan kadar Kolestrol Total Pada Pasien Diabetes
Melitus tipe 2” didapatkan frekuensi penderita Diabetes Melitus tipe 2 terbanyak yaitu Diabetes Melitus tipe 2 Tidak
Terkontrol sebanyak 47 orang (77,04%) dan Diabetes Melitus tipe 2 Terkontrol sebanyak 14 orang (22,96%). 6 Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terkontrol atau tidaknya diabetes melitus seseorang diantarnya; Edukasi,
Terapi Nutrisi Medis, Latihan Jasmani dan Terapi Farmakologis.

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi jenis kelamin penderita Diabetes Melitus tipe 2 di RS Muhammadiyah
Palembang dari bulan November 2018 terbanyak dengan jenis kelamin perempuan yaitu 26 orang (57,8%) dan penderita
diabetes dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 19 orang (42,2%).Hal ini sejalan dengan penelitian Fathurohman pada tahun
2016 tentang “Gambaran tingkat risiko dan faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko Diabetes Melitus tipe 2 di
Buaran,Serpong” didapatkan frekuensi jenis kelamin pada penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak adalah perempuan
(59,3%) dan laki-laki (40,7%).7 Perempuan memiliki risiko lebih besar untuk menderita diabetes melitus tipe 2 dibanding
laki-laki, karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar dimana hal ini
merupakan faktor risiko untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2.8

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi jenis kelamin penderita Diabetes Melitus tipe 2 di RS Muhammadiyah
Palembang dari bulan November 2018 terbanyak pada usia 56-70 tahun yaitu 42,2% (19 penderita). Diurutan kedua usia
terbanyak adalah usia 41-55 tahun 31,2% (14 penderita). Kemudian dilanjukan dengan usia ≥ 71 tahun 20% ( 9 penderita)
dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 19 orang (42,2%) dan untuk usia 26-40 tahun 6,6% ( 3 penderita). Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Panelewan pada tahun 2017 tentang “ Hubungan Usia Penyandang Diabetes
Melitus Tipe Dengan Disfungsi Ereksi” dimana didapatkan penderita diabetes melitus dengan kelompok usia terbanyak
51-55 tahun (36,8%).9 Dengan bertambahnya usia, maka akan meningkatkan risiko untuk terjadinya diabetes melitus
dimana disebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel beta dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa.10

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 Terkontrol dan Tidak terkontrol di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, didapatkan hasil dimana pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol
akan mengalami Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi
lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein
(LDL), dan trigliserida serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL).11 Dislipidemia dapat disebabkan oleh
faktor genetik dan lingkungan, Asupan diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh, Gaya hidup turut dapat memberi kesan
kejadian Dislipidemia.12 Kekurangan insulin atau Resistensi Insulin seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2 juga dapat mempengaruhi profil lipid.13

Berdasarkan hasil penelitian penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan kadar Kolestrol Total tinggi yaitu 4 orang
(15,4%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan kadar Kolestrol Total rendah yaitu 13 orang (68,4%).
Sedangkan untuk penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan kadar Kolestrol Total tinggi yaitu 22 orang (84,6%)
dan penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar Kolestrol Total rendah yaitu 6 orang (31,6%). Hasil
penelitian yang didapat peneliti sejalan dengan hasil penelitian Maharani pada tahun 2014 yang mendapatkan adanya
hubungan antara diabetes terkontrol dan tidak terkontrol dengan kadar kolesterol total dengan p-value = 0,000. Hubungan
diabetes melitus dapat mempengaruhi kadar kolestrol total sudah jelas. Dimana, Dalam keadan normal tubuh
menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Pada keadaan resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan
adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adipose semakin meningkat. Keadaan ini akan
menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah, sebagian akan
digunakan sebagai sumber energy dan sebagian akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentukan trigliserid,
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kadar kolesterol total. 14

Berdasarkan hasil penelitian, didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar HDL tinggi yaitu 14 orang
(66,7%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar HDL rendah yaitu 3 orang (12,5%). Sedangkan untuk
penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar HDL tinggi yaitu 7 orang (33,3%) dan penderita Diabetes
Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar HDL rendah yaitu 21 orang (87,5%). Banyak perubahan yang terjadi dalam
metabolisme HDL pada orang dengan resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe 2 yang terkait dengan peningkatan
trigliserida plasma. Kelainan pada fungsi insulin ikut mempengaruhi glukosa, trigliserida dan metabolisme FFA.
Peningkatan trigliserida plasma merupakan hasil dari peningkatan trigliserida VLDL, yaitu 1,5- 3 kali lipat lebih tinggi
pada diabetes melitus tipe 2. Besarnya peningkatan ini tergantung pada tingkat kontrol glikemik. Trigliserida Plasma tidak
lebih tinggi pada pasien tipe 2 diabetes yang terkontrol . Kadar HDL yang rendah sering muncul bersamaan dengan
kenaikan kadar Trgliserida.15

Berdasarkan hasil penelitian didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar LDL tinggi yaitu 6 orang
(22,2%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar LDL rendah yaitu 11 orang (61,1%). Sedangkan untuk
penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar LDL tinggi yaitu 21 orang (77,8%) dan penderita Diabetes
Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar LDL rendah yaitu 7 orang (38,9%).Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling
banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL
merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner, LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan
melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena
mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar
kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti Meningkatnya jumlah
LDL kecil padat seperti pada diabetes melitus dan sindroma metabolik.16

Berdasarkan tabel diatas, didapati penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar Trigliserida tinggi yaitu 6 orang
(20,04%) dan penderita Diabetes Melitus Terkontrol dengan Kadar Trigliserida rendah yaitu 11 orang (73,3%).
Sedangkan untuk penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar Trigliserida tinggi yaitu 24 orang (80,0%)
dan penderita Diabetes Melitus Tidak Terkontrol dengan Kadar Trigliserida rendah yaitu 4 orang (26,7%). Pada keadaan
resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan
adipose semakin meningkat. Oleh karena itu pada penderita Diabetes Melitus akan terjadi peningkatan kadar Trigliserida.
Hal ini menunjukkan bahwa semua bagian lipid seperti kolesterol total, LDL, dan trigliserida akan meningkat secara
signifikan pada penderita diabetes, sehingga pasien dengan kontrol glikemik yang kurang baik secara signifikan lebih
tinggi kadar kolesterol total dan LDL sedangkan kadar HDL akan berkurang.

Menurut analisa peneliti dari hasil penelitian, hasil penelitian terkait dan konsep teori yang ada jelas bahwa diabetes
melitus tidak terkontrol maupun terkontrol mempunyai peranan terhadap perubahan kadar kolestrol total,HDL,LDL dan
Trigliserida. Dengan demikian hipotesa penelitian yang menduga terdapat hubungan antara diabetes melitus tipe 2
terkontrol dan tidak terkontrol dengan kadar kolestrol total, HDL, LDL dan Trigliserida terbukti.
KESIMPULAN
Penderita Diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol adalah 28 kasus (62,2%) dan jumlah penderita Diabetes melitus tipe 2
terkontrol adalah 17 kasus (37,8%). Ada hubungan antara diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol dengan
Profil Lipid, dengan P-Value < 0,05 pada masing-masing Profil Lipid . Jadi, bila Diabetes Melitus tipe 2 Terkontrol maka
kadar Kolestrol Total akan lebih rendah, HDL akan lebih Tinggi, LDL akan lebih rendah danTrigliserida akan lebih
rendah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya haturkan kepada dr.Yudi Fadhilah, Sp.PD, FINASIM. Selaku pembimbing pertama, dr.Yanti
Rosita, M.Kes. Selaku pembimbing kedua, pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang atas pemberian izin
pengambilan data penelitian, juga kepada penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang telah bersedia menjadi sampel pada
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association, 2014. Diagnosis And Classification Of Diabetes Melitus.Diabetes Care Vol 37,
Suplement. September 3, 2018. http://care.diabetesjournals.org/.
2. Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta.
3. International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. September 2, 2018.
http://www.idf.org/diabetesatlas.
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun
2013. September 3, 2018, http://www.depkes.go.id/.
5. Romesh, K., 2018. Type 2 Diabetes Mellitus. September 4, 2018. http://medscape.journal.org/
6. Maharani, I. F., 2014. Hubungan kadar HBA1C dengan kadar Kolestrol Total Pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2.
7. Fathurohman. I., 2016. Gambaran Tingkat Risiko dan Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Diabetes Melitus tipe
2 di Buaran, Serpong.
8. Tandra H., 2013., Life Healthy with Diabetes Mengapa dan Bagaimana., Yogyakarta.
9. Panelewan, R., 2017. Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Disfungsi Ereksi.
10. Betteng, R., Pangemanan,D.,& Mayulu,N.(2014). Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Mellitus
Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Wononasa
11. Sylvia, A., Lorraine, M., 2015. Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC
12. PERKI. 2013. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia di Indonesia. Edisi ke 1. Jakarta
13. Guyton, A.C., & John, E.H., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
14. Dyriah, S., 2015. Hubungan Hba1c Dengan Trigliserida, Ldl-k Dan Apo B Pada Penderita DM Dengan Komplikasi
Jantung Koroner.
15. Wahab, Z. 2015. Profil Lipid sebagai Kontrol Glikemik pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
16. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai