Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya


pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan
yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal
apabila proses kepemimpinan terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota
kelompok dan kader serta tersediannya pendanaan ( Azizah, 2011). Jumlah
penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal yang
sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda
membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari hasil Sensus Penduduk tahun
2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah
penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yaitu mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010
atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Abdi, 2013). Sedangkan di wilayah Jawa
timur tahun 2010 lansia sebanyak 7.956.188 jiwa dan 3.399.189 jiwa diantaranya
(42,72%) telah mendapat pelayanan kesehatan (Profil Kesehatan Profinsi Jawa
Timur, 2010). Dari Badan pusat statistik (BPS) Kabupaten Magetan terdapat
penduduk lansia (60 tahun – 75+ tahun) sejumlah 620.442 jiwa di seluruh wilayah
Magetan, dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak 302.208 jiwa dan jumlah lansia
perempuan sebanyak 318.234 jiwa. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan akan
menambah jumlah Puskesmas yang santun bagi lanjut usia karena bertambahnya
jumlah penduduk lansia akibat meningkatnya umur harapan hidup menyebabkan
pelayanan kesehatan yang ramah bagi kelompok tersebut semakin dibutuhkan.
Namun, implementasi posyandu lansia saat ini belum berjalan maksiamal
(Kompas, 2013).
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lansia

Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan program Puskesmas


melaui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada masyarakat.
Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia metiputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS). Berdasarkan latar belakang seperti faktor tingkat pengetahuan, sikap
lansia, sikap kader posyandu, dan kelengkapan sarana alat kesehatan yang
menjadikan para lansia mau memanfaatkan atau tidak untuk berkunjung ke
posyandu lansia.

2.2 Posyandu Lansia

Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan,
integritas, dan refleksi dari kehidupannya. Pelayanan kesehatan lansia
tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah rumah
sakit. Dengan demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu
lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya
dan pada lingkungan yang Tepat. sehingga para lansia tidak merasa lagi
terabaikan didalam masyarakat Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan
kesehatan pada lanjut usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lanjut
usia melalui beberapa jenjang. Pelayanan ditingkat masyarakat adalah Posyandu
Lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit (Fallen, 2011).
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya
rehabilitasi bagi lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi
badan dan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan berkala dan
pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-
penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam memanfaatkan
posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya. Peran keluarga sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, peran tersebut
meliputi peran perawatan keluarga, pendorong, inisiator-kontributor, penghubung
keluarga dan pencari nafkah. Selain itu, peran keluarga dapat dilakukan melalui
perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan
keluarga, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi),
membantu penyelenggaraan yankes (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif), dan
Ikut dalam proses kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi lansia
(Depkes, 2013). Oleh karenanya, peran keluarga dalam merawat lanjut usia sangat
penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan usia lanjut. Begitu juga
dengan lansia, dengan adanya peran keluarga yang baik dan mendukung akan
memberikan motivasi dalam diri lansia untuk menjaga kesehatannya dan teratur
datang ke posyandu lansia. Dengan demikian derajat kesehatan lansia akan
meningkat sehingga tercapai masa tua yang bahagia dan sejahtera. (Azizah, 2011)

2.3 Program Pendidikan Masyarakat “Posyandu Lansia”

Gambaran Program Posyandu Lansia di Indonesia yang biasa dilaksanakan


menurut Komnas Lansia (2010) yaitu sebagai berikut :

1. Olahraga/senam minimal 1 minggu sekali


2. Pengajian 1 minggu sekali
3. Pengukuran IMT dan pemeriksaan kesehatan setiap bulan
4. Pemberantasan buta aksara tergantung kondisi (peserta, pengajar, waktu
dan tempat)
5. Konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi serta masalah sosial, karya
atau usaha ekonomi produktif dan pendidikan
6. Peningkatan pendapatan melalui usaha ekonomi produktif yang dapat
dilaksanakan melalui program Bina Keluarga Lansia
Setelah memperhatikan banyaknya kegiatan maka penyelenggaraan posyandu
dimusyawarahkan dengan warga atau anggota, sehingga menghasilkan
kesepakatan bersama. Menurut Komnas Lansia (2010) dalam kegiatan Posyandu
Lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan yaitu :

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari, meliputi kegiatan dasar dalam


kehidupan, seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik-turun
tempat tidur dan buang air.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tingi badan
dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta perhitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula.
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur atau protein dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat.
2.4 Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga


terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta


dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.

2.5 Mekanisme Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan


yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut:

 Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan


atau tinggi badan
 Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
 Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.6 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberpa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu


antara lain :
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka
untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan
atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa
mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan
kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong
minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan
berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi
atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap
yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami
karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial
untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
DAFTAR PUSTAKA

- http://eprints.ums.ac.id/9520/
- http://www.posyandu.org/posyandu/posyandu-lansia/525-pengertian-
posyandu-lansia.html
-

Anda mungkin juga menyukai