Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK DAN REKAYASA LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH STYROFOAM SEBAGAI BAHAN BAKU


BATAKO

Dosen Pengampu:
Farida Yudaningrum, ST. MT.

Disusun Oleh :
Andris Primananda (15640054)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Styrofoam adalah bahan yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-
hari. Kebanyakan dari kita mengenalnya sebagai bahan untuk pembungkus /
pengepakan (packaging) terutama untuk aplikasi pengepakan yang
membutuhkan insulasi suhu yang baik, seperti pengepakan ikan segar, bahan
makanan perishable lainnya, es krim, dan sebagainya.
Sebagian dari kita juga sudah tahu bahwa styrofoam adalah limbah yang
semakin hari semakin menjadi masalah lingkungan yang berat, karena terlihat
makin berserakannya cangkir, bongkah, lembaran styrofoam sepanjang
memandang di pembuangan-pembuangan sampah, dan di perburuk citranya
dengan fakta bahwa styrofoam ini adalah tidak membusuk, sehingga
timbunan sampah styrofoam akan terus bertambah apabila tidak didaur-ulang
secara prospfesional.
Sebenernya istilah Styrofoam ini adalah merk dagang milik Dow
Chemical Corp dari Amerika Serikat. Jadi untuk menghargai hak cipta
mereka, dari titik ini, artikel ini akan membahas bahan tersebut dengan nama
umumnya yaitu EPS (expanded polystyrene). Untungnya, dengan lebih
berkembangnya penelitian akan kegunaan EPS terakhir kali, penggunaan EPS
sudah jauh lebih berwawasan dn bertanggung jawab disbanding dengan
penggunaan untuk bahan pembungkus (packaging) dan dekorasi. Salah satu
contoh penggunaan baru EPS yang mulai adalah untuk bahan panel
bangunan.
Penggunaaan EPS ini untuk bahan bangunan jauh lebih ramah lingkungan
disbanding penggunaan EPS untuk packaging, karena jangka pemakaiannya
yang sangat panjang (bertahun-tahun selama bangunan digunakan), bukannya
“sekali pakai buang” seperti EPS untuk packaging. Selain itu, sewaktu
bangunan suatu hari dibongkar, proses daur ulang EPS dapat dilaksanakan
secara sistematis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di uraikan maka rumusan masalah yang
diambil penulis adalah.
1. Bagaimana bahaya limbah Styrofoam bagi lingkugan?
2. Bagaimana Pemanfaatan limbah Styrofoam sebagai bahan baku
batako?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan dari
penulisan maka tujuan dari penulisan masalah ini adalah:
1. Menjelaskan bahaya limbah Styrofoam bagi lingkungan.
2. Menjelaskan cara Pemanfaatan limbah Styrofoam sebagai bahan baku
batako.

1.4 Manfaat
Penulisankarya tulis ini diharapkan dapat member manfaat sebagai
berikut:
1. Mengetahui bahaya limbah Styrofoam bagi lingkungan.
2. Mengetahui cara Pemanfaatan Styrofoam sebagai bahan baku batako.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Styrofoam


Styrofoam merupakan bahan kimia anorganik jenis polimer yakni sebuah
hidrokarbon cair yang dibuat secara komersil dari minyak bumi dan tidak
dapat terurai oleh alam. Styrofoam terdiri dari butiran-butiran monomer
styrene yang diproses dengan menggunakan benzena. Sedangkan benzena
adalah zat yang dapat menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid dan dapat
menganggu system syaraf.

Bahan dasar Styrofoam adalah polystyrene,yakni suatu bahan plastic yang


memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran sengan
kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran
yang berisi udara lemak rendah atau tinggi. Karena baha tersebut cepat rapuh,
polystyrene dicampur seng dan senyawa butadien. Hali ini menyebabkan
polystyrene kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu.
Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zatplasticier seperti
dioktilptalat (DOP), butyl hidroksi toluene, atau butyl strearat. Plastik busa
yang mundah terurai menjadi struktur sel-sel kecil, ini merupakan hasil
proses peniupan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC).
Hasilnya adalah bentuk plastik busa seperti yang kita pergunakan saat ini.

2.2 Bahaya Penggunaan Styrofoam


Saat ini penggunaan Styrofoam banyak diaplikasikan msyarakat dalam
kegiatan pengangkutan, alat rumah tangga, mainan, pengaman benda
elektronik dan kemasan plastik. Kemasan plastik ini mampu merebut pasar
dunia menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Di Indonesia kemasan
plastik mulai mendominasi industri makanan, dan kemasan luwes (fleksibel).
Selain karena bahannya mudahh didapat, Styrofoam juga murah dan prktis.
Namun pada kenyataannya, ppemakaian styrofoam sebagai wadah makanan
menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bahaya Limbah Styrofoam terhadap Lingkungan


Styrofoam memiliki nama lain polysitren. Polysitren adalah monomer
yang dibuat dari styrene. Susunan styrene yaitu C6H5-CH=CH2 dimana
styrene merupakan salah satu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus
cahaya dan tergolong murah namun cepat rapuh.
A. Proses Reaksi kimia Styrofoam
Polystyrene (styrofoam) dibentuk dari molekul-molekul styrene.
Ikatan rangkap antara bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembali
hingga membentuk ikatan dengan molekul-molekul styree berikutnya dan
pada akhirnya membentuk polystyrene dipanaskan dan udara ditiupkan
maka melalui pencampuran tersebut akan terbentuk Styrofoam.
B. Dampak penggunaan Styrofoam
Styrofoam sebagai wadah makanan sangat marak digunakan
mengingat bentuknya yang praktis dan simpel serta harganya yang
murah,namun demikian dibalik semua keunggulan yang dimiliki
styrofoam terdapat pengaruh buruk bagi kesehatan manusia.
Beberapa penelitian menunjuka bahwa styrofoam memiliki potensi
yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Bahan pembentuk
styrofoam yang biasa disebut gabus, bersifat racun dan bisa mencemari
makanan serta minuman, terutama makanan yang masih panas dan
berlemak ketika dimasukan kedalam kemasan ini tidak lama kemudian
akan leleh, styrofoam tergolong keluarga plastik, plastik pada bahan
styrofoam tersusun dari polymer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan
yang lebih kecil yang biasa disebut monomer.
Bila makanan dibungkus dengan bahan plastik, monomer-monomer
ini akan berpindah kedalam makanan dan selanjutnya berpindah ke tubuh
orang yang mengkonsumsinya. Bahan kimia yang telah masuk kedalam
tubuh ini tidak dapat larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar
baik melalui urine maupun kotoran.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi berpindahnya zat-
zat kimia dari styrofoam ke makanan:
a) Suhu yang tinggi, makanan sebelum disajikan kedalam styrofoam
sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun jangan plastik.
b) Kadar lemak tinggi, bahan kimia yang terkandung dari styrofoam
akan berpindah cepat kemakanan jika dalam suatu makanan
memiliki kadar lemak yang tinggi.
c) Kadar alcohol dan asam yang tinggi.
d) Makanan lamakontak, semakin lama makanan disimpan dalam
wadah styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia
berpindah ke dalam makanan.a
C. Bahaya penggunaan styrofoam bagi manusia
a) Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat (gejala sakit
kepala, letih, depresi).
b) Disfungsi sistem syaraf pusat (pengaruh daya ingat, berkurangnya
fungsi intelektual, kecepatan visiomotor).
c) Berkurangnya daya pendengaran.
d) Mempercepat detak jantung.
e) Insomia.
D. Dampak bagi Lingkungan
Styrofoam merupakan musuh terbesar dalam lingkungan karena
sifatnya yang tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali sehingga sulit
untuk di daur ulang. Dampak styrofoam bagi lingkungan dimulai dari
limbah yang dihasilkan dari proses produksi styrofoam sangat berbahaya,
dari data EPA (Environmental Protection Agency) limbah proses produksi
styrofoam ditetapkan sebagai salah satu limbah berbahaya terbesar di
dunia. Bau yang ditimbulkan dapat menganggu pernafasan dan
mengandung 57 zat berbahaya yang dilepaskan ke udara.
E. Pengendalian penggunaan Styrofoam
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan
penggunaan styrofoam agar dapat mengurangi bahaya dampak buruk dari
styrofoam antara lain :
1. Fokus pengemas baru yang ramah lingkungan
Dengan semakin jelasnya dampak burun yang ditimbulkan styrofoam
maka pencarian alternative bahan pengemas lain harus menjadi fokus
penelitian yang baru.
2. Selain itu di Indonesia selain PT Pembangunan Jaya Ancol juga
mendeklarasikan area wisata di utara Jakarta sebagai kawasan area
bebas styrofoam, sebagai realisasi kawasan rekreasi yang peduli
terhadap kesehatan keluarga dan keberlangsungan lingkungan
makhluk hidup.

3.2 Pemanfaatan Limbah Styrofoam sebagai Batako


Plastik dan styrofoam adalah jenis sampah yang tidak mudah terurai di
tanah. Meski menjadi musuh bagi lingkungan, styrofoam tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. Sampah styrofoam ini masih bisa dipakai sebagai bahan
baku batako yang susah pasti ramah lingkungan.
Batako berbahan baku styrofoam memang belum sepopuler batako biasa
yang mudah ditemukan di took material. Pembuatan batako dari styrofoam
sangat sederhana sehingga tidak perlu keahlian khusus. “Yang penting
takaran bahan bakunya tepat.
Bahan baku styrofoam memang mendapat porsi lebih banyak
dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Komposisinya 50% styrofoam ,
40% pasir, dan 10% semen. Penggunaan styrofoam bisa menghemat 50%
kebutuhan pasir ketimbang penggunaan batu bata.
Bahan baku styrofoam juga lebih unggul dibandingkan dengan semen
karena dalam styrofoam terkandung banyak serat. Ini membuat pondasi
bangunan yang menggunakan styrofoam lebih kuat. Ada empat tahap
pembuatan batako styrofoam: Pertama, styrofoam yang berbentuk lembaran
digiling sampai hancur menjadi butiran-butiran kecil. Kedua, butiran
styrofoam dicampur dengan pasir dan semen, untuk komposisinya sebanyak
80% dari styrofoam lalu dicampur 20% dari pasir dan semen, menambahkan
air secukupnya pada adonan agar lengket.
Tahap ketiga adalah proses pencetakan dari adonan bahan baku dengan
menggunakan mesin pencetakan. Keempat, penjemuran batako styrofoam
yang memerlukan waktu setengah hari. Lamanya waktu penjemuran juga
bergantung pada jumlah semen yang digunakan. Makin sedikit semen yang
digunakan, waktu pengeringannya juga lebih singkat.
Batako styrofoam memiliki cirri fisik hmpir sama dengan ukuran bata
merah. Namun, batako dari hasil limbahan styrofoam ini memiliki
keunggulan disbanding dengan bata merah. Selain lebih mudah dalam
pemasangan, batako styrofoam mampu meredam suara sehingga sangat cocok
digunakan pada bangunan studio band. Ini karena kandungan serat pada
styrofoam sebagai baha baku batako cukup tinggi.
Sifat styrofoam yang mengikat aka membuat batako kuat. Cocok untuk
daerah rawan gempa dan bangunan yang tinggi. Bobot yang ringan
menjadikan pemasangan batako ini jga lebih cepat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
limbah styrofoam dapat mengganggu kesehatan lingkungan jika tidak
dikelola secara tepat karena angat sulit untuk dapat diuraikan oleh
lingkungan. Pemanfaatan limbah styrofoam tentu akan sangat membantu dan
bernilai ekonomi seperti digunakan sebagai bahan baku batako anti gempa,
dengan demikian dapat menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah styrofoam.

4.2 Saran
Dari kesimpulan yang diambil maka saya menyarankan agar setiap
pembaca peduli terhadap lingkungan, terutama dari sampah yang sulit untuk
duraikan seperti plastik dan styrofoam dan dapat memanfaatkannya menjadi
barang yang lebih bernilai secara fungsi maupun ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

http://bisnisukm.com/bisnis-daur-ulang-limbah-styrofoam-menjadi-
batako.html
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/batako-styrofoam-untuk-bangunan-
yang-tahan-gempa--1
http://www.angzcommerz.com/product-blog/limbah-styrofoam-berubah-
jadi-batako/
http://www.idcrushercollege.tk/tanaman/teori-dasar-mesin-pencetak-
batako.html
http://www.indosiar.com/fokus/limbah-styrofoam-diubah-menjadi-batako-
murah_59222.html
LAMPIRAN

Gambar. Limabah Styrofoam sebelum di manfaatkan

Gambar. Batako dengan Bahan Baku Limbah Styrofoam

Anda mungkin juga menyukai