METODELOGI PENELITIAN
24
Tabel IV.1 Data Hasil Pengujian Agregat Halus
Banyaknya
benda uji
Variasi Campuran mortar
Kuat Tekan Umur Benda
(Silinder D = Uji (Hari)
10 cm ; t = 20
cm)
Mortar Instan Normal 9 7, 14 dan 28
Mortar Instan + Nano Silika
9 7, 14 dan 28
0.5%
Mortar Instan + Serat kelapa 3% 9 7, 14 dan 28
Mortar instan + Nano Silika 1.5%
9 7, 14 dan 28
+ Serat Kelapa 3%
Mortar Instan + Serat Ijuk 3% 9 7, 14 dan 28
Mortar instan + Nano Silika 1.5%
+ Serat Ijuk 3% 9 7, 14 dan 28
Pengujian mortar pada umur 7, 14 dan 28 hari dan benda uji dari satu variasi
9 silinder sampel untuk diambil rata-rata. Ditambah mortar normal tanpa variasi
nano silika dan serat kelapa untuk silinder 9 buah sebagai perbandingan, jadi total
benda uji untuk silinder 54 sampel
25
6. Variasi 6, Penambahan Nano silika 1.5% dan Serat ijuk 3% terhadap
semen dengan umur mortar 7, 14 dan 28 hari
26
5. Kelima, Merencanakan hasil Mix Design untuk memulai pembuatan
campuran mortar.
6. Keenam, Pembuatan campuran mortar dari mortar normal sampai
mortar variasi.
7. Ketujuh, setelah pengecoran atau pencetakan mortar selesai lalu
dilakukan perawatan mortar curing selama 7, 14 dan 28 hari untuk
silinder dan 28 hari untuk balok.
8. Kedelapan, Setelah 7, 14dan 28 hari dilakukan pengujian kuat tekan
mortar agar mendapat hasil yang diuji.
9. Kesembilan, Mulai menganalisa hasil dari pengolahan data yang
didapat setelah diuji selama 7, 14 dan 28 hari diberi kesimpulan.
27
Mulai
Studi Literatur
Pengujian Material
3% 3%
Pengujian Kuat Tarik Tekan 7,14 dan 28 hari
Analisa pengujian
Selesai
28
III.4. Pelaksanaan Dan Pengujian Mortar di Laboratorium
Dalam pengujian lanjutan ini akan berupa pengujian mortar pada umur 7,
14 dan 28 hari dengan pengujian Kuat tekan.
29
Materials (ASTM), Tahap pengujian dapat dilihat pada gambar bagan alir
(Gambar. III.3 Gambar Bagan Alir Tahap Pengujian).
30
Disamping menentukan distribusi ukuran butiran (gradasi) dengan
menggunakan analisa saringan akan diperoleh nilai modulus kehalusan (Fineness
Modulus) agregat halus tersebut. Sedangkan agregat halus yang diperiksa dalam
keadaan kering oven, setelah dilakukan penyaringan tidak boleh kehilangan berat
lebih dari 0.3 % dari berat semula. Agregat halus yang digunakan pada penelitian
ini bergradasi baik karena grafik gradasi terletak didalam kurva gradasi standar
yang ditentukan ASTM C-136.
31
d. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus (ASTM 128)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis (Specific Gravity) dan
penyerapan (Absorption) air dari agregat halus, menurut ASTM C-128 nilai berat
jenis tersebut akan menentukan jumlah agregat halus yang dibutuhkan dalam
campuran beton. Sedangkan untuk menentukan jumlah agregat halus yang
dibutuhkan dalam campuran beton, nilai berat jenis yang digunakan adalah nilai
berat jenis dalam kondisi Saturated Surface Dry (SSD), yaitu dimana kondisi
bagian dalam agregat halus tersebuh jenuh sedangkan bagian permukaannya
kering.
Ukuran agregat halus yang dipakai adalah lolos saringan ASTM No.4 (4.75
mm) dan tertahan saringan ASTM No.200 (0.075 mm). Adapun persyaratan untuk
pengujian pasir tersebut diatas menurut PB-0203-76 dan PB-0202-76 adalah :
1. Berat Jenis Pasir kondisi (SSD) minimum sebesar 2.30
2. Prosentase penyerapan sebesar 5%
32
Perancangan campuran mortar dimaksudkan untuk mengetahui komposisi
atau proporsi bahan bahan penyusun mortar.Proporsi campuran dari bahan bahan
penyusun mortar ini ditentukan melalui sebuah perancangan mortar (Mix design).
33
8. Hitung jumlah kebutuhan masing – masing bahan untuk 1 M3 beton dalam
satuan berat (kg).
Benda uji yang digunakan pada penelitian ini berbentuk Silinder. Adapun
prosedur pengecoran beton untuk adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan cetakan Silinder yang sudah diolesi tipis dengan minyak
pelumas (oli) pada sisi dalamnya.
20 cm
10 cm
34
III.8. Perawatan Mortar / Curing (ASTM C – 192/C 192 M – 95)
Proses hidrasi yang terjadi dalam suatu volume mortar segar tidak sama,
karena dipengaruhi oleh temperature dan lingkungan. mortar bagian permukaan
akan lebih cepat hidrasinya dibandingkan dengan bagian dalam mortar. Untuk
mereduksi perbedaan waktu hidrasi tersebut dibutuhkan perawatan mortar yang
baik. Perawatan dilakukan untuk mencegah perbedaan waktu hidrasi tersebut,
seperti terjadinya penyusutan mortar (Shringkage).
35
Menutupi mortar dengan bahan kedap air.
Menutupi permukaan mortar dengan belerang.
Mencampur belerang dalam campuran mortar.
Menyiram mortar dengan sodium silicate.
Menutupi mortar dengan menggunakan lapisan tanah air dengan
cara penyiraman.
Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton keras untuk menahan gaya
tekan dalam setiap satuan luas permukaan beton. Secara teoritis, kekuatan tekan
beton dipengaruhi oleh kekuatan komponen-komponennya yaitu pasta semen,
volume rongga, dan hubungan natar muka antara pasta semen dengan agregat. Nilai
kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan
mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat pada benda uji silinder
beton (diameter 100 mm, tinggi 200 mm) sampai hancur. Dalam hal ini, standar
yang digunakan untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton silinder adalah
SNI 1974:2011..
36