Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

KOP PERUSAHAAN

Metodologi dan Rencana


BAB 3METODOLOGI DAN RENCANA KERJA Kerja

3.1. METODOLOGI KERJA


Metodologi kerja merupakan acuan untuk menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan Pekerjaan Perencanaan teknik Jalan Ruas Mapilli-Piriang Lanjutan
sehingga diharapkan seluruh aspek pekerjaan dapat dilakukan seoptimal
mungkin secara lebih efisien dan efektif.

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, maka hasil yang diharapkan dari adanya
pekerjaan ini meliputi :
a. Detail rencana Paket Pekerjaan yang akurat, sesuai dengan standar
perencanaan.
b. Tercapainya penyelesaian penanganan masalah sehingga tingkat
pelayanan jalan yang diinginkan selama umur rencana dapat tercapai.
c. Dokumen Lelang sesuai standar yang dikeluarkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum.

Untuk dapat mencapai sasaran tersebut maka dalam melaksanakan pekerjaan


ini kami akan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan pemahaman terhadap KAK dan pengenalan terhadap materi
layanan yang diperlukan.
b. Menyediakan tenaga ahli maupun tenaga asisten yang berpengalaman
dalam pekerjaan sejenis dan didukung dengan fasilitas penunjang yang
memadai.
c. Melakukan pemahaman terhadap issu permasalahan yang ada, mencakup
kondisi eksisting, batasan yang ada, standar perencanaan dan ketentuan
yang berlaku.
d. Melakukan kajian teknis secara umum guna menetapkan kriteria desain

1
Laporan Pendahuluan

dan menentukan rencana kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan yang


tepat dan efektif.
e. Melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan secara terinci yang akan
diperlukan sebagai data masukan dalam proses perencanaan teknik ini.
f. Melakukan kajian dan analisa terhadap semua data yang telah diperoleh,
melakukan perhitungan perencanaan teknik yang mencakup perencanaan
geometrik jalan, melakukan analisa penyelidikan tanah, analisa lalu lintas,
perhitungan struktur perkerasan jalan, serta bangunan-bangunan
pelengkap lainnya.
g. Menyiapkan gambar rencana.
h. Melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dan analisa harga satuan
pekerjaan serta menghitung perkiraan biaya proyek.
i. Menyiapkan dokumen pelelangan.

Secara kronologis, pekerjaan penyusunan rencana teknis dapat dikelompokan


menjadi 3 (tiga) tahapan kegiatan utama sebagai berikut :
a. Tahap – 1 : Pendahuluan
1. Persiapan
2. Survey Pendahuluan
b. Tahap – 2 : Antara
1. Survey Detail
2. Penyusunan Konsep Perencanaan
3. Penyusunan Pra-Rancangan
c. Tahap – 3 : Akhir
1. Analisis
2. Penyiapan Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis
3. Perhitungan Kuantitas dan Analisa Harga Satuan
4. Penyiapan Dokumen Lelang dan Laporan

Secara lebih jelas, metodologi pekerjaan untuk Perencanaan Teknik


Peningkatan Jalan Ruas Mapilli-Piriang Lanjutan diilustrasikan dalam Bagan Alir
Pelaksanaan pada .

2
Laporan Pendahuluan

Gambar METODOLOGI DAN RENCANA KERJA.1 Kerangka Kegiatan Perencanaan Peningkatan Jalan Ruas Mapilli-Piriang

3
Laporan Pendahuluan

3.2. URAIAN METODOLOGI KERJA


Rencana Kerja yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan pekerjaan
Perencanaan Lanjutan Jalan Mapilli-Piriang ini meliputi :
a. Persiapan
b. Inventarisasi data
c. Pembuatan Peta Rencana Kerja
d. Persiapan Personil dan Peralatan
e. Pembuatan Rencana Kerja
f. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
g. Koordinasi dengan Instansi Terkait.

Pelaksanaan survey ini Konsultan mengamati kondisi lapangan dan


permasalahan desain yang mungkin timbul, dan berkonsultasi dengan pihak
dari Bidang Bina Marga Dinas PU dan Penataan Ruang Prov. Sulbar untuk
mendiskusikan segala hal yang bersangkutan dengan pekerjaan yang akan
ditangani.

Sebelum melakukan kegiatan survey pendahuluan maka konsultan


mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan lokasi rencana
pekerjaan seperti peta situasi, peta tata guna lahan dan dokumen pendukung
lainnya. Studi pendahuluan dilakukan pada area sekitar lokasi rencana
pekerjaan Perencanaan Lanjutan Jalan Ruas Mapilli-Piriang

3.2.1. Tahap Persiapan


Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal
(inisiasi) dari seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap
persiapan ini akan sangat mempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahap
selanjutnya.

Secara umum kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni :


a. Mobilisasi
b. Koordinasi & Konfirmasi
c. Persiapan data-data sekunder

3.2.2. Survey Pendahuluan


Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah

4
Laporan Pendahuluan

disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey dilapangan yang meliputi kegiatan :

a. Studi literatur
Pada tahapan ini Tim harus mengumpulkan data pendukung perencanaan baik
data sekunder maupun data laporan studi kelayakan (FS), laporan Studi Amdal,
dll.

b. Pengumpulan Informasi
Pada tahapan ini Tim dituntut untuk mendapatkan informasi-informasi
menyangkut ruas jalan dan bangunan struktur yang ada, termasuk data
sekunder dari berbagai sumber yang relevan, hal ini dilakukan guna
menetapkan survey detail yang akan dilakukan selanjutnya.

c. Koordinasi dengan Instansi terkait


Tim melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait/ unsur-unsur terkait
pada daerah perencanaan sehubungan dengan dilaksanakannya survey
pendahuluan.

d. Diskusi perencanaan lapangan


Tim bersama-sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya dan membuat
usul perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-catatan
dan kalau perlu membuat tanda di lapangan berupa patok serta dilengkapi foto-
foto penting dan identitasnya masing-masing yang akan difinalkan di kantor
sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.

e. Mengidentifikasi kondisi perkerasan


Tim melakukan perkiraan secara umum tentang penanganan yang diperlukan
pada perkerasan eksisting sepanjang jalan rencana.
f. Mengidentifikasi Ruang Milik Jalan
Tim melakukan identifikasi terhadap lebar ruang milik jalan, dan perkiraan
kebutuhan pembebasan lahan.
g. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang memerlukan penanganan khusus
Tim mengidentifikasi dari awal sampai akhir proyek bilamana terdapat lokasi-
lokasi yang memerlukan penanganan khusus guna peningkatan keselamatan
jalan.

5
Laporan Pendahuluan

3.2.3. Survey Detail


Untuk mengetahui secara rinci semua asumsi yang digunakan dalam tahap
perencanaan serta mendapat parameter penting bagi perencana, diperlukan
serangkaian studi detail pengumpulan data sebagai berikut.
a. Survey Inventarisasi Kondisi Eksisting
Tujuan dan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum
mengenai kondisi eksisting. Pemeriksaan akan dilakukan dengan mencatat
kondisi setiap interval 50 m. Lingkup kegiatan inventarisasi jalan adalah
mencatat data jalan sebagai berikut :
1. Lebar perkerasan jalan eksisting (meter)
2. Jenis bahan perkerasan jalan eksisting
3. Kondisi daerah di sisi kanan dan kiri jalan serta sarana
utilitas
4. Data dicatat pada format Inventarisasi Jalan (Highway
Geometric Inventory), per 50 meter
5. Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan
pada koridor rencana jalan
6. Foto ditempel pada format standar dengan
mencantumkan hal-hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas
jalan, arah pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang
nomor Stationing.

b. Survey Topografi
Pengukuran topografi ini bertujuan untuk mengumpulkan data koordinat
dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan di dalam
koridor yang ditetapkan. Tata cara usaha pengukuran topografi
menggunakan buku panduan dari Direktorat Jenderal bina Marga yang
berlaku.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi :
1. Titik Kontrol Tanah
a) Titik Kontrol Horizontal
1) Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem
poligon.

6
Laporan Pendahuluan

2) Titik ikat BM harus dijadikan sebagai titik poligon. Sisi poligon


atau jarak antara titik poligon maksimum 50 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
3) Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu,
sedangkan untuk patok-patok titik ikat adalah patok terbuat
dari beton.
4) Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur teodolit dengan
ketelitian baca dalam detik. Kesalahan sudut yang
diperbolehkan adalah 10 kali akar jumlah titik polygon
(10”n), n adalah jumlah titik poligon.
5) Kesalah azimut pengontrol tidak lebih dari 5 detik.
6) Kesalahn sudut jarak setelah azimut dikoreksi tidak lebih dari
1/10000 dari jarak yang diukur.
7) Pengamatan matahari dilakukan pada titik akhir pengukuran
dan untuk setiap interval  1 km di sepanjang trase jalan yang
diukur, Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan.

b) Titik Kontrol Vertikal


1) Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali
berdiri/pembacaan pergi–pulang.
2) Pengukuran titik–titik tinggi dibuat setiap 50 m yang
diikatkan dengan titik tinggi yang sudah diketahui.
3) Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu,
sedang patok untuk titik ikat adalah dari beton.
4) Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang
sama dengan alat pengukuran polygon, jaraknya diukur
dengan pegas (meteran)/ jarak langsung.
5) Pada setiap pengukuran sifat datar, pembacaan ketiga
benangnya, Benang Atas (BA), Benang Bawah (BB), Benang
Tengah (BT) dalam satuan milimeter, dan pembacaan harus
dipenuhi 2BT = BA+BT.
6) Dalam satu seksi pengukuran, harus dalam jumlah
slag/pengamatan yang genap.

c) Pengukuran Profil Melintang

7
Laporan Pendahuluan

1) Pengukuran penampang melintang dilaksanakan selebar


badan jalan dan prasarana jalan.
2) Pengukuran penampang melintang, titik yang diperhatikan
adalah tepi perkerasan, dasar dan atas gorong – gorong, tepi
bahu jalan, trotoar, utilitas, dasar dan permukaan selokan.
Persyaratan pengukuran penampang melintang seperti pada
Tabel METODOLOGI DAN RENCANA KERJA-1 dibawah ini :
Tabel METODOLOGI DAN RENCANA KERJA-1 Persyaratan pengukuran
penampang melintang jalan

Sumber : Pengukuran Topografi Untuk Jalan

3) Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan


alat theodolit (apabila menggunakan alat konvensional).

d) Pengukuran Profil Memanjang


1) Untuk pengukuran penampang memanjang pengukuran
dilakukan sesuai sumbu jalan yang telah ditetapkan oleh
pemberi tugas.
2) Peralatan yang dipakai untuk pngukuran adalah jenis
Theodolit To atau alat ukur lain yang mempunyai ketelitian
yang sama.

e) Pengukuran Pada perpotongan rencana trase jembatan dengan


sungai atau jalan (khusus) meliputi :
1) Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing–masing
minimum 100 m dari perkiraan garis perpotongan atau
daerah sekitar sungai (hulu/hilir) yang masih berpengaruh
terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
penampang melintang sungai sebesar 50 meter.
2) Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing–
masing minimum 100 m dari garis tepi sungai/jalan atau

8
Laporan Pendahuluan

sampai pada garis pertemuan antara oprit jembatan dengan


jalan dengan garis interval pengukuran penampang melintang
rencana trase jalan sebesar 50 meter.
3) Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang
melintang dan memanjang baik terhadap sungai maupun jalan
sebesar 10 m, 15 m dan 25 m. Pengukuran situasi lengkap
menampilkan segala obyek yang dibentuk alam maupun
manusia disekitar persilangan tersebut.

f) Pengukuran Situasi
1) Patok–patok tersebut diberi tanda cat kuning dengan tulisan
merah yang diletakan disebelah kiri ke arah jalannya
pengukuran.
2) Pengukuran situasi dilakukan dengan dengan sistem
tachimetri, yang mencakup semua objek yang dibentuk oleh
seperti rumah, jembatan, gedung, pohon, pelindung jalan,
pinggir selokan, letak gorong–gorong bserta dimensi tiang
listrik, tiang telepon, batas sawah, batas kebun, arah aliran
sungai, utilitas dan sebagainya.
3) Pada awal proyek dilakukan pengukuran situasi sekitarnya
yang meliputi geometrik yang sudah ada.
4) Lebar pengukuran 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan dari
rencana as jalan.
5) Tempat–tempat sumber material jalan yang terdapat disekitar
jalur jalan perlu diberi legenda/keterangan diatas peta dan
foto.

g) Pemasangan Patok–patok
1) Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x75 cm dan harus
dipasang pada awal/akhir 2 (dua) buah, 1 patok antara dan
berpotongan rencana jalan dengan sungai 2 buah seberang–
menyeberang.
2) Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang
kurang Iebih 45 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih
20 cm).
3) Patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.

9
Laporan Pendahuluan

4) Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada


pohon-pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-
tanda tertentu misalnya (nomor urut 12003).
5) Patok polygon maupun patok stasion diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakkan di sebelah kiri ke arah
jalannya pengukuran.
6) Khusus untuk profil memanjang titik–titiknya yang terletak di
sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai
tanda.

h) Perhitungan dan Penggambaran


1. Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada
titik-titik ikat yang dipergunakan.
2. Penggambaran titik-titik polygon harus didasarkan pada
hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis.
3. Gambar ukur yang berupa gambar situasi, potongan
memanjang, potongan melintang.
4. Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur
begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting.

c. Survey Lalu Lintas


Tujuan Survey lalu lintas adalah untuk mengetahui kondisi lalu lintas,
kecepatan kendaraan rata-rata, menginventaris jalan yang ada, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas jalan
tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian
rata-rata sebagai dasar perencanaan jalan rencana.
Survey lalu lintas meliputi kegiatan:
a) Survey volume kendaraan
Seluruh jenis kendaraan yang lewat baik dari arah depan maupun dari
arah belakang harus dicatat. Setiap lajur minimal 2 orang dengan
peralatan yang digunakan 1 orang 1 counter serta format survey yang
telah ditentukan.
b) Pemilihan Lokasi Pos

10
Laporan Pendahuluan

1) Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari
ruas jalan tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik yang tidak
mewakili ruas (commuter traffic).
2) Lokasi pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk
kedua arah, sehingga memungkinkan pencatatan kendaraan
dengan mudah dan jelas.
3) Lokasi pos tidak dapat ditempatkan pada persilangan jalan.
c) Tanda Pengenal Pos
Setiap pos perhitungan lalu lintas rutin mempunyai nomor pengenal,
terdiri dari satu huruf besar dan diikuti oleh tiga digit angka. Huruf
besar A,B,dan C memberikan identitas mengenai tipe kelas pos
perhitungan.
Tiga digit angka berikutnya identik dengan nomor ruas jalan dimana
pos-pos tersebut terletak. Apabila pada suatu ruas jalan mempunyai
pos perhitungan lebih dari satu, maka kode untuk pos kedua, digit
pertama diganti dengan 4 dan seterusnya. Urutan pos hendaknya
dimulai dari kilometer kecil kearah kilometer besar pada ruas jalan
tersebut.
Contoh:
1) Di ruas jalan 002 ada beberapa pos kelas A penulisan nomor
posnya : A002; A302; A402 sampai dengan A902.
2) Di ruas jalan 157 ada beberapa pos kelas B, penulisan nomor
posnya : B157; B357; B457; sampai dengan B957.
3) Di ruas jalan 057 ada beberapa pos kelas C, penulisan nomor
posnya: C057; C357; C457 sampai dengan C957.
d) Periode Perhitungan
1) Pos Kelas A
Untuk Pos Kelas A perhitungan dilakukan dengan periode 40 jam
selama 2 hari, mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan
berakhir 22.00 pada hari kedua. Pembina jalan akan
menginformasikan jadual perhitungan pada awal Tahun Anggaran.
Apabila ada perubahan jadual, waktu survei akan ditentukan lebih
lanjut oleh pembina jalan yang bersangkutan.

11
Laporan Pendahuluan

2) Pos Kelas B
Untuk pos kelas B, pelaksanaan perhitungan seperti pada pos kelas A.
Pelaksanaan perhitungan pada pos-pos kelas B sesuai jadual yang
telah ditentukan.
3) Pos Kelas C
Perhitungan dilakukan dengan periode 16 jam mulai pukul 06.00 pagi
dan berakhir pada pukul 22.00 pada hari yang sama yang ditetapkan
untuk pelaksanaan perhitungan.

e) Pengelompokan Kendaraan
Dalam perhitungan jumlah lalu lintas, kendaraan dibagi kedalam 10
kelompok mencakup kendaraan bermotor dan kendaraan tidak
bermotor.

12
Laporan Pendahuluan

Pengenalan ciri kendaraan :


1. Sepeda Kumbang: sepeda yang ditempeli mesin 75 cc (max)
2. Kendaraan bermotor roda 3 antara lain: bentor dan bajaj.
3. Kecuali Combi, umumnya sebagai kendaran penumpang umum
maximal 12 tempat duduk seperti mikrolet, angkot, minibus, pick-
up yang diberi penaung kanvas/ pelat dengan rute dalam kota dan
sekitarnya atau angkutan pedesan.
4. Umumnya sebagai kendaraan barang maximal beban sumbu
belakang 3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda
tunggal (STRT).
5a. Bus Kecil adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 16 s/d 26 buah, seperti kopaja, metromini,
elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG) dan
panjang kendaraan maximal 9 m dengan sebutan bus ¾.
5b. Bus Besar adalah sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk antara 30 s/d 50 buah, seperti bus malam, bus kota,
bus antar kota yang berukuran 12 m (+) dan STRG.
6. Truk 2 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan beban
sumbu belakang antara 5-10 ton (MST 5,8,10 dan STRG).
7a. Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu
yang letaknya STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda).
7b. Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi
gandengan bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga.
Disebut juga Full Trailer Truck.

13
Laporan Pendahuluan

7c. Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan
yang terdiri dari kepala truk dengan sumbu 2-3 sumbu yang
dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang
beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula.

d. Survey Perkerasan Jalan


Tujuan dari survey perkerasan jalan ini adalah untuk mengetahui nilai
struktural yang sudah ada. Untuk perkerasan jalan aspal yang masih utuh,
pengukuran nilai sisa perkerasan dilakukan dengan mengukur lendutan
balik dengan alat Benkelmen Beam. Untuk jalan perkerasan aspal yang
sudah rusak atau jalan kerikil/tanah, nilai struktural didapat dengan
mengukur CBR tanah dasar dengan DCP test.
Survey perkerasan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Lendutan Balik
Lendutan Balik dapat dilakukan dengan berbagai macam alat, salah
satu yang biasa digunakan adalah dengan Benkelman Beam.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a) Pengukuran beban gandar belakang harus dilakukan dengan
menggunakan jembatan timbang atau dengan alat lain yang telah
terbukti dapat dipakai untuk pengukuran beban gandar,dan hasil
pengukuran beban gandar harus dicatat dengan jelas.
b) Alat Benkelman Beam yang dipakai harus mempunyai ukuran
yang standar misalnya, perbandingan batang 1:2. Dimensi
geometrik dari Benkelman Beam harus dicatat dengan jelas.
c) Alat pembacaan (dial gauge) lendutan harus pada kondisi yang
baik dan skala ketelitian pembacaan jarum penunjuk harus
dicatat.
d) Pemeriksaan lendutan balik dilakukan dengan interval
pemeriksaan maksimal setiap 200 m sepanjang ruas jalan
beraspal yang telah ditetapkan.

14
Laporan Pendahuluan

e) Hal-hal yang khusus yang dijumpai seperti kondisi drainase,


nama daerah yang dilalui, cuaca, waktu peninggian permukaan
jalan dan sebagainya harus di catat.
f) Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus dicatat dengan jelas
(Patok Km/Sta).
2) Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP
(Dynamic Cone Penetrometer)
Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a) Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
ukuran yang ada.
b) Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan maksimal
200 m.
c) Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan
lapisan tanah dasar.
d) Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang
ada seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan
sebagainya.
e) Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan
lapisan tanah dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang
sangat keras (lapis batuan).
f) Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi
drainase, cuaca, waktu dan sebagainya.
g) Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan
jelas.

e. Survey Geoteknik, Material dan Tanah


Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah
untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk
kisaran tebal tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas
tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan
jalan dan struktur, serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk
perkiraan kuantitasnya.

15
Laporan Pendahuluan

Penyelidikan yang dilakukan meliputi pemetaan geologi permukaan detail


dengan peta dasar topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000.
Pencatatan kondisi geoteknik disepanjang rencana trase jalan untuk setiap
jarak 500–1000 meter dan pada lokasi dilakukan menggunakan lembar
isian.
1. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna,
perkiraan prosentase butiran kasar/ halus) sesuai dengan Metoda
USCS. Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan
persyaratan seperti yang dijelaskan pada Tabel METODOLOGI DAN
RENCANA KERJA-2 berikut ini:
Tabel METODOLOGI DAN RENCANA KERJA-2 Pengujian Lapangan

No Pengujian Acuan Keterangan


ASTM
1. Resistivity
G57-78
Standard Penetration ASTM Pada daerah rencana
2. Test termasuk Split D1586- jembatan, harus mencapai
Spoon Sampling 94 kedalaman lapisan keras.
AASHTO
3. Stand Pipe
T252-84

2. Penyelidikan Test Laboratorium


Pekerjaan Test Laboratorium dilakukan pada sampel tanah yang
representatif untuk satu jenis satuan tanah . Analisa laboratorium
yang dilakukan terdapat pada Tabel METODOLOGI DAN RENCANA
KERJA-3.

Tabel METODOLOGI DAN RENCANA KERJA-3 Daftar Pekerjaan


Laboratorium

NO. PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN

SIFAT INDEKS
1 Kadar air ASTM D 2216-92
2 Batas susut ASTM D 427-93
3 Batas Plastis ASTM D 4318 - 93 Fresh Condition
4 Batas Cair SK-SNI M-07-1989-F Oven dried 100 ̊C
5 Analisa Saringan SNI-03-3423-1994
6 Berat Jenis ASTM D 854-92 Gunakan Wet Method

16
Laporan Pendahuluan

NO. PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN

7 Berat Isi SNI-1742-1989


K.H. Head, Vol.1 ,
8
Chloride Content 1984
K.H. Head, Vol.1 ,
9
Carbonate Content 1984
K.H. Head, Vol.1 ,
10 Sulphate Content 1984
SIFAT KUAT GESER
11 Direct Shear SNI 03-2813-1992 Fresh sample dengan Penjenuhan
ASTM D d 3080-90 Fresh sample tanpa Penjenuhan
Fresh sample dioven 70 ̊C selama satu hari
SIFAT PEMAMPATAN TANAH
Fresh Condition
12 Swelling ASTM D 4546-90
Dioven 40 ̊C dan 70 ̊C selama 1 hari
KEPADATAN
13 Pemadatan
SIFAT KELULUSAN
K.H. Head Vol. 2,1984
14 Permeabilitas Manual of Soil Laboratory Testing Gunakan
Falling Head

3. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dipetakan, batas-
batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran
untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000
ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada antara
lain sesar/ patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/ kimia,
kemudian hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk
didalamnya pengamatan tentang:
a) Gerakan tanah
b) Tebal pelapukan tanah dasar
c) Kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan tinggi muka
air tanah
d) Tata guna lahan
e) Kedalaman rawa (apabila rencana trase jalan tersebut harus
melewati daerah rawa).

4. Pengujian Kuat Tekan Tanah Dasar Dengan Alat Unconfined


Compression Test
Ada tiga jenis pengujian yang pokok, yaitu :

17
Laporan Pendahuluan

a) Tak terkosolidasi – tak terdrainasi (Unconsolidated – Undrained)


Contoh tanah mengalami tekanan tertentu, kemudian digunakan
selisih tegangan utama secara tiba–tiba tanpa pengaliran pada
setiap taliap pengujian. (Prosedur untuk uji triasial tak
terkonsolidasi–tak terdrainasi tersebut telah distandarisasikan
pada BS (1377). Rincian prosedur untuk uji tekanan tak terkekang
yang menggunakan sebuah peralatan portable juga diberikan pada
BS (1377).
b) Terkonsolidasi – tak terdrainasi (Consolidated – Undrained)
Contoh tanah diperbolehkan di bawah tekanan sel tertentu sampai
konsolidasi selesai. Pengukuran tekanan air pori dilakukan selama
keadaan tanpa pengaliran. Pengaliran pada kemudian digunakan
selisih tegangan utama tanpa pengaliran.
c) Terdrainasi (Drained)
Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan dibawah tekanan
tertentu sampai konsolidasi selesai. Kemudian dengan pengaliran
yang masih diperbolehkan, digunakan selisih tegangan utama
dengan kecepatan sedang untuk membuat kelebihan tekanan air
pori tetap nol.

5. Pengambilan Contoh Tanah Dari Sumuran Uji


Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25-40 kg untuk setiap
contoh tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor sumur uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji
dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda atau
maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan kedalaman 1-2 m.
Setiap sumuran uji yang digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor sumur uji, dan
lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara- Selatan) lebar 1,0 m, Log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi yang
lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan.

Pada kegiatan ini dilakukan pengambilan contoh tanah tak terganggu


yang dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh tanah

18
Laporan Pendahuluan

(“split tube” untuk tanah keras atau “piston tube” untuk tanah lunak).
Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor bor
tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada setiap
lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan
penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan pada
setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk perhitungan
stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter dengan
interval sekurang- kurangnya 100 meter dan/atau setiap perubahan
jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.
Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus difoto.
Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan lokasi.
Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di
lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
6. Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur
jembatan, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan
yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.

Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,


perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.

3.2.4. Perencanaan Teknis


a. Perencanaan Geometrik
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas
jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan
kelengkapan dan data dasar yang ada atau dari hasil survey lapangan dan
telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.

b. Perencanaan Teknis Perkerasan Jalan


Perencanaan Perkerasan pada jalan berupa hasil dari Perhitungan
Perkerasan Lentur yang sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen.

19
Laporan Pendahuluan

c. Perencanaan Teknis Drainase


Saluran drainase pada pekerjaan ini berfungsi untuk mengendalikan
limpasan air dari jalan dan sekitarnya agar tidak terjadi limpasan dan
genangan air.
d. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman Jalan
Tujuan dari perencanaan fasilitas jalan adalah untuk mengarahkan dan
mengatur lalu lintas guna kenyamanan dan keamanan pengguna jalan.
Fasilitas jalan yang termasuk dalam perencanaan ini adalah :
1. Perlengkapan jalan
a) Pagar Pengaman (Guard Rail)
Kegunaan utama dari pagar pengaman adalah untuk melindungi
kendaraan yang bergerak tidak terkontrol agar tidak keluar dari
jalan, serta melindungi fasilitas jalan, seperti tiang, dari kerusakan
akibat tertabrak kendaraan.

b) Marka Jalan
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan
atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda
yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong
serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu
lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

c) Rambu lalu lintas


Rambu lalu lintas adalah salah satu perlengkapan jalan, berupa
lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan diantaranya.
Sesuai dengan fungsinya, rambu lalu lintas dikelompokkan dalam 4
(empat) kelompok.
1) Rambu peringatan
2) Rambu larangan
3) Rambu perintah
4) Rambu petunjuk (petunjuk jurusan dan petunjuk bukan
jurusan).

20
Laporan Pendahuluan

Rambu lalu lintas pada jalan mempunyai fungsi yang sangat penting
dan harus benar-benar sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.

2. Lampu Lalu Lintas


Lampu lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang
menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang
dan/atau kendaraan.
Tujuan dari penggunaan lampu lalu lintas adalah untuk mengurangi
kecelakaan lalu lintas akibat dari tidak adanya pengaturan lalu lintas
yang baik dan kurangnya disiplin pengemudi jalan.

3. Penerangan Jalan Umum


Tujuan dari penggunaan penerangan jalan umum (PJU) adalah untuk
mengurangi kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat kegelapan.

3.2.5. Perhitungan Volume


Perhitungan kuantitas dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap secara terpisah.
a. Trase jalan
b. Struktur perkerasan jalan.
c. Bangunan pelengkap dan jalan.

3.2.6. Pelaporan
Setiap isi laporan harus jelas dan dapat dibaca serta disusun dalam bahasa
Indonesia dengan tata bahasa yang baik dan benar.
Ukuran kertas masing-masing laporan adalah A4 (210 x 297 mm), jumlah dan
pengiriman laporan ditetapkan Kerangaka acuan kerja (KAK)

21
Laporan Pendahuluan

a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini merupakan laporan yang diserahkan pada hari ke-30 (tiga
puluh) sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani, sebanyak
5 (Lima) buku termasuk 1 (satu) asli, laporan ini antara lain berisikan
tentang penjelasan rinci yang memuat :
1. Gambaran umum lokasi studi dan data eksisting
2. Metodologi kerja yang digunakan
3. Rencana kerja survai pendahuluan
4. Hasil survai pendahuluan
5. Rencana kerja survai lapangan
6. Struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan
7. Form-form survai lapangan yang akan digunakan
8. Foto dokumentasi survai pendahuluan.

b. Laporan Antara
Laporan ini merupakan laporan yang diserahkan pada hari ke-25 sejak
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani, sebanyak 5 (Lima)
buku termasuk 1 (satu) asli, laporan ini antara lain berisikan tentang
penjelasan rinci yang memuat :
1. Rincian semua data yang diperoleh dari pengumpulan data
lapangan/survai
2. Analisa dan penilaian awal dari hasil survai lapangan
3. Foto Dokumentasi.

c. Laporan Akhir (Final Report)


Laporan ini merupakan laporan yang diserahkan pada hari ke-45 sejak
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani. Laporan Akhir ini
penyempurnaan dari konsep laporan antara setelah menerima masukan
dan koreksi. Laporak akhir terdiri dari :
1. Buku 1 : Laporan Survei Lapangan 5 Buku
2. Buku 2 : Analisa Harga Satuan dan Rencana Anggaran Biaya 5 Buku
3. Buku 3 : Dokumentasi 5 Buku
4. Buku 4 : Gambar Rencana 5 Buku

23
Laporan Pendahuluan

Jilid : Gambar Rencana


- Gambar Rencana Master 5 set
- Gambar Rencana Copy-an (A3) 5 set
- Gambar Rencana yang diperkecil (A3) 5 set

24
Laporan Pendahuluan

DAFTAR ISI

BAB 3 METODOLOGI DAN RENCANA KERJA..................................................................3-1


3.1. METODOLOGI KERJA......................................................................................3-1
3.2. URAIAN METODOLOGI KERJA.....................................................................3-4
3.2.1. Tahap Persiapan............................................................................................3-4
3.2.2. Survey Pendahuluan......................................................................................3-5
3.2.3. Survey Detail................................................................................................3-6
3.2.4. Perencanaan Teknis.....................................................................................3-19
3.2.5. Perhitungan Volume....................................................................................3-21
3.2.6. Pelaporan.....................................................................................................3-21

DAFTAR TABEL
Tabel 3-1 Persyaratan pengukuran penampang melintang jalan 3-8
Tabel 3-2 Pengujian Lapangan 3-16
Tabel 3-3 Daftar Pekerjaan Laboratorium 3-17
Tabel 3-4 Jadwal Penyerahan Laporan 3-22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Kegiatan DED Jalan Ruas ......................................................).........3-3

25

Anda mungkin juga menyukai