Anda di halaman 1dari 101

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N YANG MENGALAMI
POST OP FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DAN
Tn.N YANG MENGALAMI PRE OP-POST OPFRAKTUR
CRURIS DEXTRA DENGAN NYERI AKUT
DI RSUD SALATIGA

DI SUSUN OLEH :
IBNU BAHRUDIN
NIM. P14081

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N YANG MENGALAMI
POST OP FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DAN
Tn.N YANG MENGALAMI PRE OP-POST OP FRAKTUR
CRURIS DEXTRA DENGAN NYERI AKUT
DI RSUD SALATIGA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :
IBNU BAHRUDIN
NIM.P14081

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangandibawahini :

Nama : IbnuBahrudin

NIM : P14081

Program Studi : D3 Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Ny.N yang mengalami Post

Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N yang

mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra

Dengan Nyeri Akut Di RSUD Salatiga.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 05 Agustus2017
Yang Membuat Pernyataan

IBNU BAHRUDIN
NIM.P14081

ii
MOTTO

Untuk jadi maju memang banyak hambatan. Kecewa semenit dua


menit boleh, tetapi setelah itu harus bangkit lagi (joko widodo).

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Ny.N YANG MENGALAMI POST OP FRAKTUR RADIUS 1/3
DISTAL SINISTRA DAN Tn.N YANG MENGALAMI PRE OP
FRAKTUR CRURIS DEXTRA DENGAN NYERI AKUT
DI RSUD SALATIGA

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)

Oleh :
IBNU BAHRUDIN
P14081

Surakarta, 05 Agustus 2017

Menyetujui,
Pembimbing

Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 201086057

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Di Uji Pada Tanggal :


05Agustus 2017

Dewan Penguji :

Ketua :
( )
1. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 201186080

Anggota :
( )
1. AlfyanaNadya Rachmawati, S.kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 201086057

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


: IbnuBahrudin
Nama
: P14081
NIM
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Yang Mengalami Post Op
Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra Dan Tn.N Yang Mengalami Pre
Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra Dengan Nyeri Akut Di RSUD
Salatiga.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan


Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta


Hari/Tanggal : Sabtu, 05Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
:Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
Penguji 1 NIK. 201186080

:AlfyanaNadya Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


Penguji 2 NIK. 201086057

Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji sukur saya panjatlan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat,rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N yang mengalami
Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N yang mengalami Fraktur Cruris
Dextra dengan Nyeri Akut Di RSUD Salatiga”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak mendapat
bimbingan dan dukungann dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua STIKes yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta
2. Meri Oktariani, S.kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu
di STIkes Kusuma Husada Surakarta
3. Erlina Windyastuti, S.kep.,Ns.,M.Kep, selaku sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta
4. Alfyana Nadya Racmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. NurulDevi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.

vii
7. Kedua orangtuaku, keluarga besarku, dan orang terkasih yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan dan
yang selalu setia mendampingi serta menyemangati saya dalam keadaan
apapun.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
9. Ny.N dan Tn.N yang telah mengizinkan saya untuk mengaplikasikan Asuhan
Keperawatan pada klien yang mengalami fraktur.
10. Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 05 Agustus 2017

IbnuBahrudin

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
MOTTO .......................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ............................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis ...................................................................... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 5
1.5.2.1 Institusi Pendidikan Keperawatan …………………….. 5
1.5.2.2 Institusi Pelayanan Kesehatan ………………………… 5
1.5.2.3 Mahasiswa atau Penulis ……………………………….. 6
1.5.2.4 Klien …………………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi .................................................................................... 7
2.1.2 Etiologi ..................................................................................... 7
2.1.3 Klasifikasi ................................................................................. 7

ix
2.1.4 Manifestasi klinis...................................................................... 8
2.1.5 Patofisiologi .............................................................................. 10
2.1.6 Pathway ……………………………………………………… 12
2.1.7 Penatalaksanaan ....................................................................... 13
2.1.8 Komplikasi ............................................................................... 14
2.2 Konsep Nyeri
2.2.1 Pengertian ................................................................................. 15
2.2.2 Klasifikasi ................................................................................. 15
2.2.3 Penanganan Nyeri ..................................................................... 16
2.2.4 Alat Ukur Nyeri ........................................................................ 16
2.3 Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian ............................................................................... 19
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 24
2.3.3 Intervensi Keperawatan ........................................................... 24
2.3.4 Implementasi Keperawatan ..................................................... 28
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 30
3.2 Batasan Istilah ................................................................................... 30
3.3 Partisipan ........................................................................................... 30
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 30
3.5 Pengumpulan Data ............................................................................ 31
3.6 Uji Keabsahan Data .......................................................................... 33
3.7 Analisa Data ...................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ………………………………………………………………… 35
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ………………………… 35
4.1.2 Pengkajian ……………………………………………………. 35
4.1.3 Data Penunjang Radiologi …………………………………… 52
4.1.4 Analisa Data ………………………………………………….. 53
4.1.5 Prioritas Diagnosis Keperawatan ……………………………. 57
4.1.6 Rencana Keperawatan ……………………………………….. 58

x
4.1.7 Tindakan Keperawatan ………………………………………. 60
4.1.8 Evaluasi ……………………………………………………… 65
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan ………………………………………………………... 72
5.1.1 Pengkajian ………………………………………………….. . 72
5.2 Diagnosa Keperawatan …………………………………………... .. 74
5.3 Intervensi Keperawatan …………………………………………... . 76
5.4 Implementasi Keperawatan ………………………………………. .. 78
5.5 Evaluasi …………………………………………………………... .. 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ………………………………………………………. .. 83
6.1.1 Pengkajian ………………………………………………..... .. 83
6.1.2 Diagnosis …………………………………………………... .. 84
6.1.3 Perencanaan ………………………………………………... .. 84
6.1.4 Tindakan …………………………………………………… .. 84
6.1.5 Evaluasi …………………………………………………..... .. 85
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Rumah Sakit …………………………………………… 85
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan ………………………………….... . 85
6.2.3 Bagi Klien dan keluarga ……………………………………. . 86
6.2.4 Bagi Penulis …………………………………………………. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel4.1. IdentitasKlien 35

2. Tabel 2. RiwayatPenyakitSekarang 36

3. Tabel 3. Genogram 38

4. Tabel 4. PerubahanPolaKesehatan 39

5. Tabel 5. PolaAktifitasdanLatihan 44

6. Tabel 6. PemeriksaanFisik 45

7. Tabel 7. HasilPemeriksaanDiagnostik 49

8. Tabel 8. Therapy 50

9. Tabel 9. Data PenunjangRadiologi 52

10. Tabel 10. Analisa Data 53

11. Tabel 11. Prioritasdiagnosakeperawatan 57

12. Tabel 12. RencanaKeperawatan 58

13. Tabel 13. TindakanKeperawatan 60

14. Tabel 14. Evaluasi 65

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
12
1. Gambar 2.1 Pathway Fraktur
17
2. Gambar 2.2 Skala Analog Visual (VAS)
18
3. Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numeric 0-10
19
4. Gambar 2.4 Skala Faces Pain Rating Scale
74
5. Gambar 5.1.1 Numeric Pain Rating Scale

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi


Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3. Lembar Audience
Lampiran 4. JurnalT indakan
Lampiran 5. Skala Nyeri Klien 1 (Ny.N) dan Klien 2 (Tn.N)

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang membentuk kerangka perlindungan penyangga tubuh dan

memberikan tempat perlekatan otot yang menggerakan rangka. Tulang juga

merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kasium dan fosfat.

System musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung

jawab terhadap pergerakan (Price, S.A, 2012).

Fraktur tulang adalah patah tulang pada tulang (Corwin, 2009). Fraktur

adalah rusaknya keutuhan tulang (Criss Brooker, 2009). Fraktur adalah patah

tulang, biasanya disebabkan oleh trauma oleh trauma tenaga fisik (Price,

2012). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontuinitas jaringan

tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

(Mansjoer dkk, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur yang terjadi

di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi

sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang

mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat

menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi sebesar 3,5%. Terjadinya

fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cidera olahraga,

bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (mardiono, 2010).

Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di

Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti terjatuh,

1
2

kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar

(2011) menemukan ada sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami

fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak

20.829 kasus, dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %),

dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak

236 orang (1,7 %) (Nurchairiah,dkk 2013). Menurut data dari Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus patah tulang mengalami

peningkatan setiap tahun sejak 2007. Pada 2007 ada 22.815 insiden patah

tulang, pada 2008 menjadi 36.947, 2009 jadi 42.280 dan pada 2010 ada

43.003 kasus. Dari data tersebut didapatkan rata-rata angka insiden patah

tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 pada perempuan dan laki-laki di

atas usia 40 tahun (Margono, 2014). Menurut Badan Kesehatan Dunia

(WHO) 50% patah tulang paha atas akan menimbulkan kecacatan seumur

hidup, dan 30% bisa menyebabkan kematian (Noviardi, 2012). Berdasarkan

data yang diperoleh dari rekam medis di rumah sakit RSUD Salatiga dari

bulan Januari – Desember 2016 jumlah kasus fraktur mencapai 732 orang dari

seluruh kasus yang ada di rumah sakit.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan fraktur yaitu

nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang

memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal maupun non verbal. Padahal

rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar individu dan merupakan

tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di rumah sakit

(Mediarti&Rosnani, 2015). Menurut Helmi (2013) Nyeri merupakan sensasi

ketidaknyamanan yang bersifat individual. Nyeri tidak lagi dipandang sebagai


3

kondisi alami dari cidera atau trauma yang akan berkurang secara bertahap

seiring waktu, karena nyeri yang tak mereda dapat menyebabkan komplikasi,

peningkatan lama rawat inap di rumah sakit dan distres (Purnamasari.dkk,

2014). Implementasi utama yang diberikan pada Ny.N dan Tn.N adalah

teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu

bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada

klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara

perlahan (Smeltzer & bare, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan

Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N Dengan Pre Op-Post Op

Fraktur Cruris Dextra di Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada

Ny.N yang mengalami Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N

yang mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra dengan nyeri akut di

Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA .

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny.N yang mengalami Post Op

Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N yang mengalami Pre Op-Post Op

Fraktur Cruris Dextra dengan nyeri akut di Bangsal Flamboyan 2 RSUD

SALATIGA?
4

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.N yang mengalami

Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N yang mengalami

Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra dengan nyeri akut di Bangsal

Flamboyan RSUD SALATIGA.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.N yang mengalami

Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N yang

mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra dengan nyeri

akut di Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA.

b. Penulis mampu menentukan Diagnosis keperawatan pada Ny.N

yang mengalami Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan

Tn.N yang mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra

dengan nyeri akut di Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA.

c. Penulis mampu menyusun Rencana Asuhan Keperawatan pada

Ny.N yang mengalami Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra

dan Tn.N yang mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra

dengan nyeri akut di Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA.

d. Penulis mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Ny.N

yang mengalami Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan

Tn.N yang mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra

dengan nyeri akut di Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA.


5

e. Penulis mampu melakukan Evaluasi pada Ny.N yang mengalami

Post Op Fraktur Radius 1/3 Distal Sinistra dan Tn.N yang

mengalami Pre Op-Post Op Fraktur Cruris Dextra dengan nyeri

akut di Bangsal Flamboyan 2 RSUD SALATIGA.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan karya tulis ilmiah dalam memperkaya aplikasi asuhan

keperawatan khususnya pada klien dengan fraktur.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Institusi pendidikan keperawatan

Sebagai sumber informasi dan bacaan pada kepustakaan

institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan

datang di bidang keperawatan.

1.5.2.2 Institusi pelayanan kesehatan

a) Sebagai sumber masukan bagi perawat pelaksana di unit

pelayanan keperawatan medical bedah dalam rangka untuk

mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan khususnya pada klien yang mengalami patah

tulang

b) Asuhan keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman

dalam tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

fraktur.
6

1.5.2.3 Mahasiwa atau Penulis

a) Sebagai tambahan pengalaman bagi penulis dalam penerapan

ilmu yang didapatkan selama pendidikan.

b) Penulis mampu memperdalam penerapan asuhan

keperawatan pada klien dengan fraktur.

1.5.2.4 Klien

Memberi pengetahuan tentang keluarga mengenai

gambaran umum pada klien dengan fraktur serta perawatan yang

benar bagi klien supaya mendapatkan perawatan yang tepat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT FRAKTUR

2.1.1 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontuinitas jaringan

tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

(mansjoer, 2007).

Menurut Helmi (2012) Fraktur merupakan istilah dari hilangnya

kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun

sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga

fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang

akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak

lengkap (Nurchairiah. dkk, 2013).

2.1.2 Etiologi

Etiologi fraktur adalah sebagai berikut:

1) Traumatik: cedera langsung, cedera tidak langsung, dan tarikan otot.

2) Patologis: tumor tulang (jinak atau ganas), infeksi seperti

osteomielitis, rakhitis. (Deni dkk, 2016)

2.1.3 Klasifikasi

a. Berdasarkan klasifikasi secara umum fraktur dibedakan menjadi

fraktur lengkap dan tidak lengkap.

7
8

 Fraktur lengkap adalah terjadinya fraktur pada tulang seacara

lengkap.

 Fraktur tidak lengkap adalah fraktur yang tidak melibatkan

keseluruhan ketebalan tulang.

b. Berdasarkan jenisnya, fraktur dibedakan menjadi fraktur terbuka

dan tertutup.

 Fraktur terbuka adalah patah tulang yang menembus jaringan

otot dan kulit. Tulang terkontaminasi dengan dunia luar.

 Fraktur tertutup adalah patah tulang yang tidak sampai

menembus jaringan kulit beseta dunia luar.

c. Berdasarkan tipe ditinjau dari sudut patah fraktur dibedakan

menjadi fraktur transversal, oblik, dan spiral.

 Fraktur transversal yaitu suatu fraktur yang garis patahnya tegak

lurus.

 Fraktur oblik yaitu fraktur yang garis patahnya berbentuk sudut

atau miring.

 Fraktur spiral yaitu fraktur yang berbentuk spiral. (Hariyanto &

Sulistyowati, 2015)

2.1.4 Manifestasi klinik

Mendiagnosis fraktur harus berdassarkan manifestasi klinis klien,

riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radilogis. Beberapa fraktur

8
9

sering langsung tampak jelas; beberapa lainnya terdeteksi hanya dengan

rontgen (sinar-x).

Pengkajian fisik dapat menemukan beberapa hal berikut:

a) Deformitas. Pembengkakan dari perdarahan local dapat

menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat

menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau

angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki

deformitas yang nyata.

b) Pembengkakan. Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari

akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah

ke jaringan sekitar.

c) Memar (ekimosis). Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada

lokassi fraktur.

d) Spasme otot. Sering mengiringi fraktur, spasme otot involuntary

sebenarnya berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan

lebih lanjut dari fragmen fraktur.

e) Nyeri. Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu

mengiringi fraktur; intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda

pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus, meningkat

jika fraktur tidak diimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot,

fragmen fraktur yang bertindihan, atau cedera pada struktur

sekitarnya.

f) Ketegangan. Ketegangan di atas lokasi fraktur disebabkan oleh

cedera yang terjadi.

9
10

g) Kehilangan fungsi. Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang

disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit-lengan

pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari

cedera saraf.

h) Gerakan abnormal dan krepitasi. Manifestasi ini terjadi atau tidak

karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen

fraktur yang menciptakan sensasi dan suara deritan.

i) Perubahan neurovascular. Cedera neurovascular terjadi akibat

kerusakan saraf perifer atau struktur vascular yang terkait. Klien

dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi

pada daerah distal dari fraktur.

j) Syok. Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan

besar atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.

(Joyce & Jane, 2014).

2.1.5 Patofisiologi dan Pathway

Sejumlah 206 tulang dalam tubuh dapat mengalami fraktur. Fraktur

terjadi ketika tulang terpajan ke energi kinetik yang lebih besar daripada

yang dapat diabsorpsi. Fraktur dapat terjadi akibat pukulan langsung,

kekuatan tabrakan (kompresi), gerakan memutar tiba-tiba (puntiran),

kontraksi otot berat, atau penyakit yang melemahkan tulang (disebut

fraktur stress atau fraktur patologis). Dua mekanisme dasar yang

menghasilkan fraktur: kekuatan langsung dan kekuatan tidak langsung.

Dengan kekuatan langsung, energi kinetik diberikan pada atau dekat

10
11

tempat fraktur. Tulang tidak dapat menahan kekuatan. Dengan kekuatan

tidak langsung, energi kinetik ditransmisikan dari titik dampak ke

tempat tulang yang lemah. Fraktur terjadi pada titik yang lemah.

(Priscilla LeMone dkk, 2012).

11
12

Trauma tidak langsung

Fraktur

patologis
Nyeri akut
Pergeseran fragmen tulang

Perubahan jaringan sekitar

Spasme otot Pergeseran


fragmen tulang

Peningkatan tekanan
Deformitas
kapiler

Gangguan fungsi ekstermitas


Pelepasan distamin

Protein plasma tulang Hambatan


mobilitas fisik

edema
Laseratif kulit

Penekanan pembuluh darah

Kerusakan integritas kulit


Putus vena/arteri

Kehilangan volume cairan


perdarahan

2.1 Pathway Frakturs


Sumber : nuratif & kusuma, 2015
Kerusakan fragmen tulang

Tekanan sumsum tulang lebih


tinggi dari kapier

Melepaskan katekolamin

Metabolism asam lemak

Bergabung dengan trombosit

emboli

Menyumbat pembluh darah

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

Resiko syok (hipovolemik)


13

2.1.6 Pentalaksanaan (medis dan keperawatan)

Menurut Manjoer (2003) Penatalaksannan keperawatan sebagai

berikut:

a) Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan

kesadaran, baru pemeriksaan patah tulang.

b) Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegah

komplikasi.

c) Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara

dini, dan pemantauan neurociculatory pada daerah yang cedera

adalah:

(1) Meraba lokasi apakah masih hangat

(2) Observasi warna

(3) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali pada

kapiler

(4) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi

pada lokasi cedera

(5) Meraba lokasi cedera apakah pasien biasa membedakan rasa

sensasi nyeri

(6) Observasi apakah daerah fraktur biasa digerakkan

d) Pertahankan kekuatan dan pergerakan

e) Meningkatkan gizi, makan – makanan yang tinggi serat anjurkan

intake protein 150 – 300 gr / hari

13
14

f) Mempertahankan imobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan

tujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan

tetap pada tempatnya sampai sembuh ( Andra & Yessie, 2013)

2.1.7 Komplikasi

Faktor yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi, yaitu:

a) Syok dan perdarahan

Trauma tajam maupun tumpul yang merusak sendi atau

tulang di dekat arterri mampu menghasilkan trauma arteri. Cedera

ini dapat menimbulkan pendarahan besar pada luka terbuka atau

pendarahan didalam jaringan lunak. Ekstermitas yang dingin,

pucat, dan menghilangnya pulsasi ekstermitas menunjukan

gangguan aliran darah arteri. Hematoma yang membesar dengan

cepat, menunjukan adanya trauma vascular. Cedera ini menjadi

berbahaya apabila kondisi hemodinamik pasien tidak stabil.

b) Sindrom emboli lemak

Merupakan keadaan pulmonary akut. Terjadi ketika

gelembung-gelembung lemak terlepas dari sumsung tulang dan

mengelilingi jaringan yang rusak. Apabila terbawa sirkulasi darah

dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh darah pulmonar dan

menyebabkan sukar bernafas.

c) Compartment syndrome

Kompartemen sindrom ditemukan pada tempat dimana otot

dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup. Pada keadaan ini terjadi

iskemia dapat dikarenakan balitan yang terlalu ketat. Tanda dan

14
15

gejala CS dikenal dengan SP (pain, pallor, parasthesia,

pulselessness, dan paralysis).

d) Infeksi
Merupakan komplikasi jangka pendek dari fraktur. Pada

fraktur terbuka kemungkinan terjadi infeksi lebih besar dari fraktur

tertutup.

(Hardisman, 2014)

2.2 KONSEP NYERI

2.1.1 Pengertian

Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baik

sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau

aktualnya kerusakan jaringan tubuh (Judha dkk, 2012). Nyeri adalah

suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul ketika jaringan

sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut lama gejalanya nyeri diklasifikasikan menjadi nyeri akut

dan kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan

intensitas yang bervariasi dan berlangsung untuk singkat. Nyeri akut

akan berhenti sendirinya dan akhirnya menghilang tanpa pengobatan

setelah keadaan pulih. Nyeri akut berdurasi kurang dari 6 bulan.

Kebanyakan orang mengalami nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi,

terbakar, tertusuk duri, pasca persalinan. Nyeri kronis adalah nyeri yang

15
16

terjadi sepanjang waktu dan berlangsung dalam waktu lama

(Andarmoyo, 2013).

2.1.3 Penanganan Nyeri

1) Terapi Farmakologi

Obat analgetik untuk nyeri dikelompokkan menjadi tiga yaitu

non-narkotik dan obat anti inflamasi non-steroid (NSAID),

analgetik narkotik atau apoid dan obat tambahan (adjuvan) atau ko

analgesik (Meliala & Suryamiharja, 2007). Obat NSAID umumnya

digunakan untuk mengurangi nyeri ringan dan sedang, analgesik

narkotik umumnya untuk nyeri sedang dan berat (Potter & Perry,

2007)

2) Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmaklologi atau disebut terapi komplementer

telah terbukti dapat menurunkn nyeri. Ada dua jenis terapi

komlomenter yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu:

Behavioral treatment seperti latihan relaksasi, distraksi, hipoterapi,

latihan biofeedback dan terapi fisik seperti akupuntur.

Transcutaneous Elecric Nerve Stmulation (TENS) (Machfoedz &

Suharjanti, 2010)

2.1.4 Alat ukur nyeri

Persepsi nyeri dapat diukur dengan menggunakan alat ukur

intensitas nyeri. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri

adalah dengan memakai skala intensitas nyeri. Adapun skala intensitas

16
17

nyeri yang dikemukan Perry dan Potter (2000) dalam Solehatin dan

Kosasih (2015) adalah :

1) Skala Analog Visual

Skala ini berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm. Ujung

kiri skala mengidentifikasi tidak ada nyeri dan ujung kanan

menandakan nyeri yang berat. Untuk menilai hasil, sebuah

penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat klien

pada garis tidak ada nyeri, kemudian diukur dan ditulis dalam

ukuran centimeter. Pada skala ini, garis dibuat memanjang tanpa

ada suatu tanda angka, kecuali angka 0 dan angka 10. Skala ini

dapat dipersepsikan sebagai berikut :

0 = tidak ada nyeri

1-2 = nyeri ringan

3-4 = nyeri sedang

5-6 = nyeri berat

7-8 = nyeri sangat berat

9-10 = nyeri buruk sampai tidak tertahankan

0 10

Tidak ada nyeri Nyeri berat

Gambar 2.2 Skala Analog Visual (VAS)

Sumber : Elkin, et al., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)

2) Skala Numerik

Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukkan angka

– angka dari 0 – 10, yaitu angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri

17
18

dan angka 10 menunjukkan nyeri yang paling hebat. Skala ini

merupakan garis panjang berukuran 10 cm, yaitu setiap panjangnya

1 cm diberi tanda. Skala ini dapat dipakai pada klien dengan nyeri

yang hebat atau klien yang baru mengalami operasi. Tingkat angka

yang ditunjukkan oleh klien dapat digunakan untuk mengkaji

efektivitas dari intervensi pereda rasa nyeri.

Menurut Wong (1995) dalam Solehati dan Kosasih (2015),

skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :

0 = tidak ada nyeri

1-3 = sedikit nyeri

3-7 = nyeri sedang

7-9 = nyeri berat

10 = nyeri yang paling hebat

Gambar 2.3 Skala Intensitas nyeri Numerik 0-10

Sumber : Elkin, et al., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)

3) Skala Faces Pain Rating Scale (FPRS)

FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun

dengan enam tingkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari 0

sampai dengan 5. Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur

skala nyeri pada anak.

18
19

Adapun pendeskripsian skala tersebut adalah sebagai berikut :

0 = tidak menyakitkan

1 = sedikit sakit

2 = lebih menyakitkan

3 = lebih menyakitkan lagi

4 = jauh lebih menyakitkan lagi

5 = benar – benar menyakitkan

Gambar 2.4 Skala Faces Pain Rating Scale

Sumber : Elkin, et al., (2000) dalam Solehati dan Kosasih (2015)

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN

2.3.1 Pengkajian

Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal daritahap

proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan

data dasar dari pasien, untuk informasi yang diharapkan dari pasien.

Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat analisis (individu,

keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari seseorang atau

kelompok, dan data objektif dari pemeriksaan diagnostik dan sumber

lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif)

dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber & Kelly, 2009).

19
20

1) Identitas Pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,

status perkawinan, pendidikan, pekrjaan, nomor register, tanggal

masuk Rumah Sakit, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada pasien fraktur adalah

rasa nyeri. Nyeri tersebut bias akut atau kronik tergantung dan

lama serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap

tentang rasa nyeri digunakan:

a. Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presitasi nyeri.

b. Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan, Apakah

seperti terbakar, berdenyut ata menusuk.

c. Region : Apakah rasa sakit bias reda, apakah rasa sakit menjalar

atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d. Severty (scalr) Of Pain : Seberapa jau rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau menerangkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e. Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menemukan sebab

dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana

tindakan terhadap klien. Ini biasa kronologi terjadinya penyakit

20
21

tersebut sehingga nantinya bisa ditentutkan kekuatan yang trerjadi

dan bagian tubuh mana yang terkena.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

member petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit – penyakit tersebut seperti kanker tulang dan penyakit

pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sulit untuk

menyambung.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

6) Pemeriksaan Fisik

a. Keluhan Utama : dikaji GCS klien

b. Sistem Integrumen : kaji ada idaknya eritema, bengkak, oedema,

nyeri tekan.

c. Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah

ada nyeri kepala.

d. Leher : kaji ada tidaknya penjolan kelenjar tiroid, dan reflek

menelan.

e. Muka : kaji ekspresi wajah klien, aqda tidak perubahan fungsi

maupun bentuk. Ada atau tidak lesi, ada tidak oedema.

21
22

f. Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak (karena tidak terjadi

pendarahan).

g. Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan

alat bantu pendengaran.

h. Hidung : kaji ada tidaknya deformitas, dan pernafasan cuping

hidung.

i. Mulut dan Faring : kaji ada atau tidak pembesaran tonsil,

perdarahan gusi, kaji mukosa bibir pucat atau tidak.

j. Paru :

1) Inspeksi : kaji ada tidaknya pernafasan meningkat

2) Palpasi : kaji pergerakan sama atau simetris, fermitus raba

sama.

3) Perkusi : kaji ada tidaknya redup atau suara tambahan.

4) Auskultasi : kaji ada tidaknya suara nafas tambahan.

k. Jantung :

1) Inspeksi : kaji ada tidaknya iktus jantung.

2) Palpasi : kaji ada tidaknya nadi meningkat, iktus teraba atau

tidak.

3) Perkusi : kaji suara perkusi pada jantung.

4) Auskultasi : kaji adanya suara tambahan.

l. Abdomen :

1) Inspeksi : kaji kesismetrisan, ada atau tidak hernia.

2) Auskultasi : kaji suara Peristaltik usus klien.

3) Perkusi : kaji adanya suara.

22
23

4) Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan.

m. Ekstermitas :

1) Atas : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri, capillary refile,

perubahan bentuk tulang.

2) Bawah : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri, capillary

refile, dan perubahan bentuk tulang.

n. Data Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur menurut

Doenges (2000) adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Rontgen

Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur.

2. CT Scan/MRI (Magnetic Ressonance Imaging)

Untuk memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Hb (Hemoglobin) mungkin meningkat (Hemokonsentrasi)

atau juga dapat menurun (perdarahan)

b. Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah

trauma.

c. Kreatinin, trauma meningkat beban kreatinin untuk ginjal

klien.

d. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

(Nurkholis, 2013).

23
24

2.3.2 Diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut (00134) behubungan dengan agen cidera fisik

2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204) berhubungan

dengan imobilitas

3) Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan faktor

mekanik

4) Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan kerusakan

intergritas struktur tulang

5) Resiko syok (hipovolemik) (00205)

2.3.3 Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : nyeri akut dapat teratasi.

Kriteria hasil : mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri

berkurang, mampu mengenali nyeri, menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

Intervensi :

Manajemen nyeri (1400)

a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya

nyeri dan fakor pencetus.

b. Ajarkan prinsip prinsip manajemen nyeri.

c. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk membantu

menurunkan nyeri.

24
25

d. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan

pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri

sebelumnya.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

imobilitas.

Tujuan : ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat teratasi

Kriteria hasil : mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai

dengan tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan.

Intervnsi :

Manajemen sensasi perifer (2660)

a. Monitor sensasi tumpul atau tajam dan panas dan dingin (yang

dirasakan pasien)

b. Dorong pasien untuk menggunakan bagian tubuh yang tidak

terganggu dalam rangka mengetahi tempat dan permukaan suatu

benda

c. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa adanya

kerusakan kulit setiap harinya

d. Monitor kemampuan untuk BAK dan BAB

e. Diskusikan atau identifikasikan penyebab sensasi abnormal atau

perubahan sensasi yang terjadi

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

Tujuan : kerusakan intergritas kulit teratasi.

Kriteria hasil : tidak ada luka atau lesi pada kulit, perfusi jaringan

baik.

25
26

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda vital (6680)

− Monitor tekanan darah

− Monitor nadi

− Monitor respirasi

− Monitor suhu

b. Management pengobatan (2380)

− Konsultasikan dengan petugas kesehatan lainnya untuk

meminimalkan jumlah dan frekuensi obat yang dibutuhkan

untuk efek teraupetik.

c. Kontrol infeksi (6540)

− Cuci tangan sebelum dan sesudah ke pasien

− Ajarkan teknik cuci tangan pada pasien dan keluarga

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intergritas

struktur tulang

Tujuan : hambatan mobilitas dapat teratasi.

Kriteria hasil : klien meningkat dalam aktifitas fisik, mengerti tujuan

dari peningkatan mobilitas.

Intervensi :

Peningkatan mekanika tubuh(0140)

a. Kaji komitmen pasien untuk belajar menggunakan postur tubuh

yang benar.

b. Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam mengembangkan

peningkatkan mekanika tubuh sesuai indikasi.

26
27

c. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur tubuh

dan mekanika tubuh untuk mencegah injury saat melakukan

berbagai aktivitas.

d. Monitor perbaikan postur tubuh atau mekanika tubuh pasien.

5. Resiko syok (hipovolemik)

Tujuan : resiko syok dapat teratasi.

Kriteria hasil : nadi, irama jantung, frekuensi nafas, irama pernafasan

dalam batas normal.

Intervensi :

Pencegahan syok (4260)

a. Monitor status sirkulasi (misalnya, tekanan darah, warna kulit,

temperatur kulit, bunyi jantung, nadi dan irama, kekuatan dan

kualitas nadi perifer, dan pengisian kapiler.

b. Monitor suhu dan status respirasi.

c. Monitor EKG.

d. Berikan dan pertahankan kepatenan jalan nafas, sesuai kebutuhan.

e. Berikan cairan melalui IV dan atau oral sesuai kebutuhan.

f. Anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah yang

dilakukan terhadap timbulnya gejala syok.

2.3.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata

berupa serangkaian kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk

mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat meggunakan

segala kemampuan yang dimilik dalam melaksanakan tindakan

27
28

keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus

pada klien bronchitis. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan

fungsinya secara independen, interpenden, dan dependen. (Sugeng &

Weni, 2010).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi

dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai

melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan.

(Afnuhazi, 2015)

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada Ny.N yang mengalami post op fraktur radius 1/3 distal

sinistra dan Tn.N yang mengalami pre op-post op fraktur cruris dextra

dengan nyeri akut di RSUD Salatiga.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut sebagai definisi

operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah – istilah kunci

yang menjadi fokus studi kasus.

Asuhan Keperawatan Ny.N yang mengalami post op fraktur radius

1/3 distal sinistra dan Tn.N yang mengalami pre op-post op fraktur cruris

dextra dengan nyeri akut di RSUD Salatiga, maka penyusun studi kasus

harus menjabarkan tentang konsep fraktur. Fraktur adalah patah tulang,

biasanya disebabkan oleh trauma oleh trauma tenaga fisik (Price, 2012).

Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan

informasi kualitatif sebagai penciri dari batassan yang dibuat oleh penulis.

3.3 Partisipan

Subyek studi dalam kasus ini adalah pada dua klien yang

mengalami atau di diagnosis mengalami fraktur dengan nyeri akut di

RSUD Salatiga.

29
30

3.4 Lokasi dan waktu

3.4.1 Lokasi

Pada kasus ini tempat pengambilan kasus dilakukan di

RSUD Salatiga. Alasan pemilihan tempat dikarenakan kasus

kegawatdaruratan terbanyak di RSUD Salatiga salah satunya

adalah Fraktur. Disamping itu kasus ini diambil untuk eksplorasi

masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah

fraktur.

3.4.2 Waktu

Studi kasus ini akan dilaksanakan di RSUD Salatiga pada

tanggal 28-30 mei 2017 klien 1 (Ny.N). Sedangkan klien 2 (Tn.N)

dilaksanakan pada tanggal 2-4 juni 2017.

3.5 Pengumpulan Data

Sehubungan dengan pendekatan penelitian diatas, teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengunjungi

langsung ke objek penelitian yaitu RSUD Salatiga. Metode Pengumpulan

data yang digunakan adalah:

1. Teknik pengumpulan data primer

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi

penelitian atau objek yang diteliti. Dalam hal ini data diperoleh dengan

cara-cara sebagai berikut:


31

a) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada

objek penelitian terhadap pasien yang mengalami masalah fraktur

dengan pengkajian inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pada

sistem tubuh klien.

b) Wawancara, yaitu melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak

yang berhubungan dengan masalah penelitian wawancara

dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan bertujuan untuk

memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang,

kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan,

kerisauan dan sebagainya. Penulis melakukan pengkajian terhadap

pasien (hasil pengkajian berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit kelurga dll). Sumber data dari klien, keluarga, perawat

lainnya.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi

bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer.

(hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data yang relevan seperti catatan

rekam medis) .Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan

instrumen sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library research)

Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya

ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah

yang diteliti.
32

b. Studi Dokumentasi (Documentary)

Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan

catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-

sumber lain yang menyangkut masalah fraktur dengan instansi

yang terkait.

3.6 Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

3.6.1 Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.

3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumberdata utama yaitu klien, perawat expert dan referensi buku

yang berkaitan dengan masalah fraktur yang sedang di teliti atau di

kelola.

3.7 Analisa data

Setelah melakukan asuhan keperawatan akan dilakukan analisa

data dengan metode membandingkan antara tindakan yang dilakukan

dengan jurnal penelitian dan teori didalam buku (Sujarweni, 2014).

3.7.1 Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk asuhan keperawatan.

3.7.2 Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk asuhan

keperawatan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan

dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis


33

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan

nilai normal.

3.7.3 Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan

jalan mengaburkan identitas dari klien.

3.7.4 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode induksi berdasarkan tujuan khusus. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, evaluasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga

khususnya di ruang flamboyan 2. RSUD Salatiga adalah rumah sakit umum

daerah kota salatiga. Rumah sakit ini beralamat di Jl. Osamaliki No. 19,

mangunsari, sidomukti, kota Salatiga.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien

Tabel 4.1. Identitas Klien

IDENTITAS
Klien 1 Klien 2
KLIEN
Tanggal pengkajian 28 Mei 2017 02 Juni 2017
Tanggal MRS 27 Mei 2017 01 Juni 2017
Nama Ny N Tn N
Umur 61 tahun 30 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Swasta Tidak terkaji
Status perkawinan Kawin Kawin
Diagnosa medis Post Op Fraktur radius 1/3 Pre Op-Post Op Fraktur
distal sinistra cruris dextra
No Rm 13-14-262965 17-18-364968

34
35

2. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2. Riwayat Penyakit

RIWAYAT
KLIEN 1 KLIEN 2
PENYAKIT
Keluhan utama Klien mengeluh
nyeri pada
pergelangan tangan
kiri. Dan nyeri
bertambah jika
digerakan dengan
skala 6. P: klien
mengeluh nyeri
bertambah saat
digerakan, Q: klien
mengatakan nyeri
seperti ditusuk-
tusuk, R: klien
mengatakan nyeri
pada bagian
pergelangan tangan
kiri, S: klien
mengatakan skala
nyeri 6, T: klien
mengatakan nyeri
hilang timbul.
Tanda-tanda vital:
TD:
160/100mmHg, N:
90x/menit, RR:
23x/menit, S:
36,3 o C Klien mengatakan

nyeri pada kaki


kanannya dan nyeri
bertambah jika
digerakan dengan skala
6. P: klien mengatakan
nyeri saat digerakan,
Q: klien mengatakan
36

keluarga dengan

keluhan nyeri pada


pergelangan tangan
kiri dikarenakan
terpeleset di kamar
mandi. Pada saat
dilakukan
pengkajian pada
tanggal 28 mei
2017 klien tampak
lemah, kesadaran
composmentris,
tampak bengkak
pada bagian tangan
yang patah, klien
mengeluh nyeri
pada tangan sebelah
kiri karena patah
dengan skala 6 dan
nyeri bertambah
jika tangan
digerakan. dengan keluhan nyeri

pada kaki kanan. Pada


saat dilakukan
pengkajian tanggal 02
juni 2017 klien tampak
lemah, kesadaran
composmentris. Ada
luka tembak dikaki
kiri, luka terbuka
dikaki kanan yang
patah. Klien mengeluh
nyeri dikaki kanan
karena patah dengan
37

3. Genogram

Tabel 4.3. Genogram

Klien 1

Klien 2

Keterangan

/ : laki-laki/perempuan meninggal

/ : laki-laki/perempuan

/ : klien

: garis pernikahan

: garis keturunan

: tinggal serumah
38

4. Perubahan Pola Kesehatan

Tabel 4.4. Perubahan Pola Kesehatan

POLA
Klien 1 Klien 2
KESEHATAN
Pola manajemen Sebelum sakit: klien

kesehatan
mengatakan kesehatan

itu mahal harganya dan

harus dijaga dengan baik.

Selama sakit: klien

mengatakan sakit itu

tidak menyenangkan dan

klien berharap ingin


Sebelum sakit: klien
cepat sembuh.
mengatakan kesehatan itu

mahal harganya dan harus

dijaga dengan baik.

Selama sakit: klien

mengatakan sakit tidak

menyenangkan dan ingin

cepat sembuh.
Pola nutrisi Sebelum sakit

• Frekuensi: 3-4x

sehari

• Jenis: nasi,

sayur, lauk, the

• Porsi: 1 porsi

Selama sakit

• Frekuensi: 3x
39

1) Sebelum sakit

• Frekuensi:

1-2x sehari

• Konsistensi:

lembek

• Warna:

coklat

2) Selama sakit

• Frekuensi:

1x sehari

• Konsistensi:

lembek

• Warna:

coklat

• Keluhan:

aktifitas

toileting

dibantu

keluarga

BAK

1) Sebelum sakit

• Frekuensi:

4-5x sehari

• Jumlah: -

• Warna:

kuning

2) Selama sakit
1) Sebelum sakit:
40

3-4x

sehari

• Jumlah: -

• Warna:

kuning

• Keluhan:

aktifitas

toileting

dibangtu

keluarga
Pola Istirahat- Sebelum sakit: klien

Tidur
mengatakan tidur

nyenyak selama 8 jam.

Selama sakit: klien

mengatakan tidur

berubah sering terbangun

karena nyeri kambuh dan


Sebelum sakit: klien
tidur 2-3 jam.
mengatakan tidur nyenyak

selama 8 jam.

Selama sakit: klien

mengatakan pola tidur

berubah sering terbangun

karena nyeri kambuh, tidur

2-3 jam.
Pola kognitif- Sebelum sakit : klien

perseptual
mengatakan dapat

berkomunikasi dengan

baik
41

Pola persepsi G : klien mengatakan

konsep diri
bahwa dirinya

mensyukuri seluruh

anggota tubuhnya

I : klien mengatakan agar

cepat sembuh

P : klien mengatakan

tidak bisa melakukakan

aktifitas sehari-hari

karena dirawat dirumah

sakit

I : klien sebagai seorang

ibu dari 4 orang anak

H : klien mengatakan

sering memikirikan
G : klien mengatakan
kondisinya
bahwa dirinya mensyukuri

seluruh anggota tubuhnya

I : klien mengatakan agar

cepat sembuh

P : klien mengatakan tidak

bisa melakukakan aktifitas

sehari-hari karena dirawat

dirumah sakit

I : klien sebagai kepala

rumah tangga

H : klien mengatakan

cemas dengan kondisinya


Pola hubungan Sebelum sakit : klien
42

masalah selalu minta

solusi dengan suami atau

anak-anaknya

Selama sakit : klien

mengatakan selama sakit

selalu membicarakan
masalah selalu minta
dengan keluarga
ssolusi dengan

keluarganya

Selama sakit : klien

mengatakan selama sakit

selalu membicarakan

dengan keluarga
Pola nilai dan Sebelum sakit : klien
5. Pola Aktifitas dan Latihan

Tabel 4.5. Pola Aktifitas dan Latihan

Klien 1
Kemampuan Sebelum sakit Selama sakit
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum V V
Mandi V V
Toileting V V
Berpakaian V V
Mobilitas ditempat
V V
tidur
Berpindah V V
Ambulasi/ROM
V V
43

Klien 2

Kemampuan Sebelum sakit Selama sakit

perawatan diri 0 12340 1234

Makan/minum V V

Mandi V V

Toileting V V

Berpakaian V V

Mobilitas ditempat V
V
tidur

Berpindah V V

Ambulasi/ROM V V

Keterangan :

0 : mandiri

1 : dengan alat bantu

2 : dibantu orang lain


3 : dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung total

6. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.6. Pemeriksaan Fisik

OBSERVASI KLIEN 1 KLIEN 2

Kesadaran Umum a. Kesadaran a. Kesadaran umum:

umum: Composmentris

Composmentris • GCS: E:4, V:5,

• GCS: E:4, M:6

V:5, M:6 b. Tanda-tanda vital

b. Tanda-tanda vital • TD: 119/62

• TD: 160/100 mmHg


44

mmHg

• N: 90x/menit

• RR:

21x/menit
• N: 81x/menit
• S: 36,3 o C
• RR: 22x/menit

• S: 36 o C
Kepala • Bentuk:

Mesocepal

• Kulit kepala:

Bersih

• Rambut:
• Bentuk: Mesocepal
Berwarna hitam
• Kulit kepala:

Bersih

• Rambut: Berwarna

hitam
Muka a. Mata

• Palpebra:

tidak ada

edema

• Konjungtiva:

tidak anemis

• Sclera: tidak

ikterik

• Reflek

terhadap

cahaya: +/+

• Penggunaan
45

d. Gigi: bersih, tidak

ada plak

e. Telinga: bersih,

tidak

menggunakan
tidak menggunakan
alat bantu
alat bantu
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

tyroid tyroid
Dada a. Paru-paru

• Inspeksi:

bentuk dada

simetris, tidak

ada jejas

• Palpasi: vocal

fremitus

kanan/kiri

sama

• Perkusi: sonor

• Auskultrasi:

tidak ada

suara

tambahan

b. Jantung

• Inspeksi: ictus

cordis tidak

tampak

• Palpasi: ictus
a. Paru-paru
cordis teraba
• Inspeksi:
46

di ics 5

• Perkusi:

pekak

• Auskultrasi:

tidak ada

suara
• Perkusi: pekak
tambahan
• Auskultrasi:

tidak ada suara

tambahan
Abdomen • Inspeksi: perut

datar

• Auskultasi: bising

usus 18x/menit

• Perkusi: tympani

• Palpasi: tidak ada


• Inspeksi: perut
nyeri tekan
datar

• Auskultrasi: bising

usus 18x/menit

• Perkusi: tympani

• Palpasi: tidak ada

nyeri tekan
Gentalia Tidak terpasang DC Terpasang DC
Rektum Bersih Bersih
Ektermitas Atas :

Tangan kanan dapat

digerakan secara normal

kanan kiri tidak dapat


47

7. Hasil Pemeriksaan Diagnostic

Tabel 4.7. Hasil Pemeriksaan Diagnostic

HASIL PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


HASIL LABORATORIUM
NILAI KLIEN 1 (Ny.N) KLIEN 2 (Tn.N)
PEMRIKSAAN
NORMAL 27 MEI 2017 1 JUNI 2017
HEMATOLOGI
Lekosit 4,5-11 6.54 8.32
Eritrosit L: 4,50-6,5, W: 3.87 3.83

3,8-5,8
Hemoglobin L: 13-18, W: 12.3 11.3

11,5-16,5
Hematokrit L: 40-54, W: 35.7 33.1

37-47
MCV 80-100 92.2 86.3
MCH 28-31 31.8 29.5
MCHC 30-35 34.5 34.2
Trombosit 150-450 240 192
Golongan darah AB
PPT 11-18 13.9
APTT 27-42 27.2
HITUNG JENIS
Eosinofil % 1-6 1.6 0.3
Basofil % 0,0-1,0 0.4 0.2
Limfosit % 20-45 25.5 20.4
Monosit % 2-8 5.1 5.9
Neutrofil % 40-75 67.4 73.2
48

KIMIA
Glukosa darah <140 108

sewaktu
Ureum 10-50 27
Creatinin 0,6-1,1 0.7
SGOT L: <37, W: <31 13
SGPT L: <42, W:<32 13

8. Therapy

Tabel 4.8. Therapy

Therapy
Golongan & Fungsi &
Jenis Therapy Dosis
kandungan Farmakologi
Klien 1
Tanggal: 27 mei 2017
Cairan IV Infus RL 20 Larutan

tpm
elektrolit nutrisi
Sebagai sumber
dan lain-lain

elektrolit dan air

untuk hidrasi
Cairan Ketorolac 30mg Analgesik Penatalaksanaan
Parenteral /6jam
jangka pendek

terhadap nyeri

akut
Captropril 25mg Penghambat

Cairan

Parenteral
enzim pengubah
49

Klien 2
Tanggal: 01 juni 2017
Cairan IV Infus Rl 20 Larutan

tpm
elektrolit nutrisi
Sebagai sumber
dan lain lain

elektrolit dan air

untuk hidrasi
Cairan Ketorolac 30mg Analgesik Penatalaksanaan
Parenteral /6jam
jangka pendek

terhadap nyeri

akut
Ranitidin 25mg Antihistamin Sebagai obat
/8jam

Cairan

Parenteral
gangguan

pencernan
Asam 1gr/8j Anti-fibrinolitik Pencegahan
tranex am
perdarahan
Ceftriaxon 1gr/8j Antibiotik Mengobati infeksi
am chephaloporin

Cairan

Parenteral
50

4.1.3 Data Penunjang Radiologi

Tabel 4.9. Data Penunjang Radiologi

Klien 1 Klien 2
- Tampak fraktur 1/3 distal os

radius et ulna kiri

- Tampak fraktur 1/3 distal os

radius kiri

- Trabekulasi tulang normal

- Tak tampak klasifikasi

abnormal

- Pergeseran sendi (-)

Kesimpulan :

- Fraktur 1/3 distal os raidus et

ulna kiri

- Permukaan sendi dalam batas


- Hasil rontgen tidak terkaji
normal
51

4.1.4 Analisa Data

Tabel 4.10. Analisa Data

Analisa Data
Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
Klien 1
27 mei 2017 DS :

Klien mengeluh nyeri pada

pergelangan tangan kiri

P : nyeri bertambah saat

bergerak

Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : nyeri pada bagian

pergelangan tangan kiri

S : skala nyeri 6

T : hilang timbul

DO :

− Klien terlihat lemas

− Klien tampak meringis

kesakitan

− TD : 160/ 100 mmHg

− N : 90x/ menit
Nyeri akut Agen cidera
− S : 36,3 o C
fisik

(00134)
27 mei 2017 DS : -

DO :
Kerusakan
− Klien tampak menahan Faktor
mekanik
52

sakit
27 mei DS :

2017
Klien mengatakan tangan kiri

bengkak dan terasa nyeri saat

digerakan

DO :

- Klien tampak terbatas

menggerakan tangan kiri.

- Klien terpasang GIPS

- Kekuatan otot:

• Ekstermitas atas:

Tangan kiri tidak dapat

mengadakan gerakan

melawan gaya

− Hasil rontgen:

• Tampak fraktur 1/3

distal os radius et ulna

kiri

• Tampak fraktur 1/3

distal os radius kiri

• Trabekulasi tulang

normal

• Tak tampak klasifikasi

abnormal

• Pergeseran sendi (-)


Hambatan
− Kesimpulan:

mobilitas
53

• Fraktur 1/3 distal os

radius et ulna kiri

• Permukaan sendi

dalam batas normal

− Aktivitas dan Latihan:

• Makan/minum:

mandiri

• Mandi: dibantu orang

lain

• Toileting: dibantu

orang lain

• Berpakaian: dibantu

orang lain

• Mobilitas ditempat

tidur: mandiri

• Berpindah: mandiri

• Ambulasi/ROM:

mandiri
Klien 2
Tanggal Data fokus Problem
01 juni 2017 DS :

Klien mengatakan nyeri pada

kaki kanan

P : Saat digerakan

Q : Seperti ditusuk-tusuk

R : Nyeri pada kaki kanan

(tulang kering)
Nyeri akut
S : Skala 7 Agen
cidera fisik
54

T : Hilang timbul

DO :

− Klien tampak lemas

− Klien tampak meringis

kesakitan

− TD : 119/ 62 mmHg

− N : 81x/ menit

− RR : 22x/ menit

− S : 36 o C
01 juni 2017 DS :-

DO :

− Adanya jahitan post op

− Kekuatan otot:

Ektermitas bawah : kaki

kana nada keterbatasan


Kerusakan
gerakan kekuatan : 2
Faktor
mekanik

integritas

kulit

(00046)
01 juni 2017 DS :

Klien mengatakan aktivitas dan

kebutuhan klien dibantu orang

lain dan perawat

DO :
55

− Aktivitas klien dibantu

orang lain dan perawat

− Kekuatan otot:

Ekstermitas bawah : kaki

kana nada keterbatasan

gerakan kekuatan otot : 2

4.1.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.11. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan


Klien 1 1. Nyeri akut (00134) berhubungan dengan agen cidera fisik

2. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan

faktor mekanik

3. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan

kerusakan integritas struktur tulang


Klien 2 1. Nyeri akut ( 00134) berhubungan dengan agen c

2. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan

faktor mekanik

3. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan

kerusakan integritas struktur tulang


56

4.1.6 Rencana keperawatan

Tabel 4.12. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Klien 1
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8 jam diharapkan masalah

teratasu dengan kriteria hasil :

• Nyeri berkurang dari 6-3


Manajemen nyeri (1400)
• Klien mampu mengontrol nyeri
- Observasi TTV

- Pengkajian skala nyeri

- Ajarkan relaksasi nafas dalam

- Kolaborasi dalam pemberian

advice dokter
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8jam diharapkan masalah

teratasi dengan kriteria hasil :

• Tidak ada luka


Monitor tanda-tanda vital (6680)
• Perfusi jaringan baik
− Monitor tekanan darah

− Monitor nadi

− Monitor respirasi

− Suhu

Management pengobatan

(2380)

− Konsultasikan dengan petugas

kesehatan lainya untuk

meminimalkan jumlah

frekuensi obta yang dibutuhkan

untuk efek teraupetik


57

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8jam diharapkan masalah

teratasi dengan kriteria hasil :

• Klien meningkat dalam aktivitas


Peningkatan mekanika tubuh
fisik
(0140)

- Kaji komitmen klien untuk

belajar menggunakan postur

tubuh yang benar

- Monitor perbaikan postur tubuh

atau mekanika tubuh klien


Klien 2
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8jam diharapakan masalah

teratasi dengan kriteria hasil :

• Nyeri berkurang dari 7-4

• Klien rileks
Manajemen nyeri (1400)
• Klien mampu mengontrol nyeri
- Observasi TTV

- Pengkajian skala nyeri

- Ajarkan relaksasi nafas dalam

- Kolaborasi dalam pemberian

advice dokter
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8jam diharapkan masalah

teratasi dengan kriteria hasil :

• Tidak ada infeksi


Monitor tanda-tanda vital (6680)
• Perfusi jaringan baik
− Monitor tekanan darah

− Monitor nadi

− Monitor respirasi
58

sesudah ke klien

• Ajarkan teknik cuci tangan

pada klien dan keluarga


3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x8jam diharapkan masalah

tertasi dengan kriteria hasil :

• Aktivitas klien meningkat

• Klien dapat bergerak seoptimal


Peningkatan mekanika tubuh
mungkin
(0140)

- Kaji komitmen klien untuk


4.1.7 Tindakan keperawatan

Tabel 4.13. Tindakan Kepperawatan

Tindakan keperawatan
Klien 1
Tanggal/ja No
Implementasi Respon
m DX
28 mei

2017
1,2 Mengobservasi TTV DS : klien bersedia
08.00 WIB
DO :

- TD : 160/100 mmHg

- N : 90x/menit

- RR : 23x/menit

- S : 36,3 o C
08.30 WIB 1 Mengkaji skala nyeri DS : klien bersedia

DO : skala nyeri 5
09.00 WIB 1 Mengajarkan relaksasi nafas DS : klien bersedia

dalam
DO : klien tampak

mengikuti apa yang


59

diajarkan oleh perawat


09.15 WIB 2 Mengajarkan teknik cuci tangan DS : klien bersedia

pada klien dan keluarga


DO : klien tampak

kooperatif
10.00 WIB 1,2 Mengkolaborasi pemberian

analgesik

- Ketorolac 30mg
DS : klien bersedia
- Captopril 25mg
DO : terapi analgesik sudah

diberikan
29 mei

2017
1,2 Mengobservasi TTV DS : klien bersedia
08.00 WIB
DO :

- TD : 130/90 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 22x/menit

- S : 36 o C
08.30 WIB 1 Mengkaji skala nyeri DS : klien bersedia

DO : skala nyeri 4
09.00 WIB 1 Mengevaluasi teknik relaksasi

nafas dalam yang sudah


DS : klien bersedia
diajarkan
DO : klien tampak sudah

bisa melakukan secara

mandiri
09.15 WIB 2 Mengajarkan teknik cuci tangan DS: klien bersedia

pada klien dan keluarga


DO : klien tampak

kooperatif
09.30 WIB 3 Monitor perbaikan postur tubuh DS : klien bersedia

DO : klien tampak
60

10:00 WIB 1,2 Mengkolaborasi pemberian

analgesic
DS : klien bersedia
- Ketorolac 30mg
DO : terapi sudah diberikan
30 mei

2017
1,2 Mengobservasi TTV DS : klien bersedia
08.00 WIB
DO :

- TD : 100/90 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 22x/menit

- S : 36 o C
08.30 WIB 1 Mengkaji skala nyeri DS : klien bersedia

DO : skala nyeri 3
09.00 WIB 1 Mengevaluasi teknik relaksasi DS : klien bersedia

nafas dalam
DO : klien tampak sudah

bisa melakukan secara

mandiri
09.30 WIB 3 Memonitor perbaikan postur DS : klien bersedia

tubuh
DO : klien tampak

menggunakan postur

tubuh dengan benar


Klien 2
02 juni

2017
1,2 Mengobservasi TTV DS : klien bersedia
08.30 WIB
DO :

- TD : 130/90 mmHg

- N : 80x/menit

- RR : 24x/menit

- S : 37 o C
09.00 WIB 1 Mengkaji skala nyeri DS : klien bersedia
61

09.15 WIB 1 Mengajarkan teknik relaksasi DS : klien bersedia

nafas dalam DO : klien memperhatikan


09.30 WIB 2 Mengajarkan teknik cuci tangan DS : klien bersedia

pada klien dan keluarga


DO : klien tampak

kooperatif
10.00 WIB 3 Mengkaji komitmen klien untuk

belajar menggunakan postur


DS : klien bersedia
tubuh dengan benar
DO : klien tampak

memperhatikan
10.15 WIB 1 Kolaborasi pemberian analgesik

- Ceftriaxon 1gr

- Ketorolac 30mg

- Asam tranex 1gr


DS : klien bersedia
- Ranitidin 25mg
DO : terapi sudah diberikan
03 juni

2017
1,2 Mengobservasi TTV DS : klien bersedia
08.30 WIB
DO :

- TD : 120/80 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 24x/menit

- S : 36,5 o C
09.00 WIB 1 Mengkaji skala nyeri DS : klien bersedia

DO : skala 5
09.15 WIB 1 Mengevaluasi teknik relaksasi DS : klien bersedia

nafas dalam
DO : klien tampak sudah

bisa melakukan secara

mandiri
09.30 WIB 2 Mengajarkan teknik cuci tangan DS : klien bersedia

pada klien dan keluarga


DO : klien tampak

melakukan apa yang


62

10.00 WIB 3 Monitor perbaikan postur tubuh DS : klien bersedia

DO : klien tampak

melakukan dengan

bantuan orang lain


10.15 WIB 1 Kolaborasi pemberian analgesik

- Ceftriaxon 1gr

- Ketorolac 30mg

- Asam tranex 1gr


DS : klien bersedia
- Ranitidin 25mg
DO : terapi sudah diberikan
04 juni

2017
1,2 Mengobservasi TTV DS : klien bersedia
08.30 WIB
DO :

- TD : 120/80 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 22x/menit

- S : 36 o C
09.00 WIB 1 Mengkaaji skala nyeri DS : klien bersedia

DO : skala 4
09.15 WIB 1,2 Mengkolaborasikan pemberian

analgesic

- Ceftriaxon 1gr

- Ketorolac 30mg

- Asam tranex 1gr


DS : klien bersedia
- Ranitidin 25mg
DO : terapi sudah diberikan
09.45 WIB 3 Monitor perbaikan postur tubuh

DO : klien tampak

melakukan dengan

bantuan orang lain


63

4.1.8 Evalusi

Tabel 4.14. Evaluasi

Evaluasi
Tanggal/jam No DX Evaluasi
28 mei 2017 1 S : klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri

14.00 WIB
P : nyeri bertambah saat digerakan

Q : nyeri saat digerakan

R : nyeri pada bagian pergelangan tangan kiri

S : skala 5

T : hilang timbul

O : klien tampak meringis kesakitan

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Mengobservasi TTV

- Mengkaji skala nyeri

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

- Kolaborasi pemberian analgesic


09.00 WIB 2 S:-

O : klien tampak menahan sakit

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Mengobservasi TTV

- Mengajarkan teknik cuci tangan pada klien dan

keluarga
09.30 WIB 3 S : Klien mengatakan tangan kiri bengkak

saat digerakan

O:

- Klien tampak terbatas menggerakan tangan kiri.


64

- Klien terpasang GIPS

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Memonitor perbaikan tubuh


29 mei 2017 1 S : klien mengatakan nyeri pada pergelan

14.00 WIB
P : nyeri sedikit berkurang

Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : nyeri pada bagian pergelangan tangan kiri

S : skala 4

T : hilang timbul

O : klien tampak meringis kesakitan

A : masalah teratas sebagian

P : lanjutkan intervensi

- Mengobservasi TTV

- Mengkaji skala nyeri

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

- Mengkolaborasi pemberian analgesic


09.00 WIB 2 S:-

O : klien tampak rileks

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
09.30 WIB 3 S : Klien mengatakan tangan kiri bengkak

saat digerakan

O:

- Klien tampak terbatas menggerakan tangan kiri.

- Klien terpasang GIPS

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

- Memonitor perbaikan postur tubuh


65

30 mei 2017 1 S : klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri

14.00 WIB
P : nyeri berkurang

Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : nyeri pada bagian pergelangan tangan kiri

S : skala 3

T : hilang timbul

O : klien tampak rileks

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

- Mengobservasi TTV

- Mengkaji skala nyeri

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


08.45 WIB 3 S : Klien mengatakan tangan kiri bengkak

saat digerakan

O:

- Klien tampak terbatas menggerakan tangan kiri.

- Klien terpasang GIPS

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

- Monitor perbaikan postur tubuh


Klien 2
02 juni 2017 1 S : klien mengatakan nyeri pada kaki kan

13.30 WIB
P : nyeri saat digerakan

Q : deperti ditusuk-tusuk

R : nyeri pada kaki kanan (tulang kering)

S : skala 6

T : hilang timbul

O : klien tampak meringis kesakitan

A : masalah teratasi sebagian


66

P : lanjutkan intervensi

- Mengobservasi TTV

- Mengkaji skala nyeri

- Mengkolaborasikan pemberian analgesic

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


08.45 WIB 2 S:-

O : Adanya jahitan post op

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Mengobservasi TTV

- Mengajarkan teknik cuci tangan pada klien dan keluarga

- Mengkonsultasikan dengan petugas kesehatan lainnya

untuk meminimalkan jumlah dan frekuensi obat yang

dibutuhkan untuk efek terapeutik


09.00 WIB 3 S : klien mengatakan aktifitas dan kebutu

oleh orang lain dan perawat

O:

- Klien tampak berbaring

- Terpasang balut bidai dikaki kanan

- Aktifitas klien dibantu orang lain dan perawat

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Mengkaji komitmen klien untuk belajar menggunakan

postur tubuh yang benar

- Memonitor perbaikan postur tubuh


03 juni 2017 1 S : klien mengatakan nyeri pada kaki kan

13.30 WIB
berkurang

P : nyeri saat digerakan

Q : seperti ditusuk-tusuk
67

R : nyeri pada kaki kanan (tulang kering)

S : skala 5

T : hilang timbul

O : klien tampak meringis kesakitan

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

- mengobservasi TTV

- mengkaji skala nyeri

- mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

- mengkolaborasi pemberian analgesic


08.45 WIB 2 S:-

O : adanya jahitan post op

A : masalah teratasi

P : hentikan intervens
09.00 WIB 3 S : klien mengatakan aktifitas dan kebutu

orang lain dan perawat

O : klien beraktifitas dibantu orang lain

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Monitor perbaikan postur tubuh


04 juni 2017 1 S : klien mengatakan nyeri pada kaki kan

14.00 WIB
P : nyeri saat digerakan

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : nyeri pada kaki kanan (tulang kering)

S : skala 4

T : hilang timbul

O : klien tampak rileks

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
68

- Mengobservasi TTV

- Mengkaji skala nyeri

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

- Mengkolaborasikan pemberian analgesic


09.00 WIB 3 S : klien mengatakan aktifitas dan kebutu

lain dan perawat

O : aktifitas klien dibantu orang lain dan perawat

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Memonitor perbaikan postur tubuh


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan

pada Ny.N dan Tn.N yang mengalami fraktur dibangsal RSUD Salatiga.

Pembahasan bab ini berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk membahas fokus pada

diagnosa keperawatan yang akan dijadikan perbandingan pada klien 1 dan

klien 2. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep. Isi

pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi.

5.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan

dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang

keadaan kesehatan pasien, menentukan masalah keperawatan dan

kesehatan pasien, menilai keadaan kesehatan pasien, membuat

langkah–langkah

berikutnya (Dermawan, 2012).

Pengkajian terhadap klien 1 dengan diagnose Post OP Fraktur

Radius 1/3 Distal Sinistra dan klien 2 dengan diagnose Pre OP-Post

OP Fraktur Cruris dextra di RSUD Salatiga dengan menggunakan

69
70

metode autoanamnesa dan alloanamnesa, dimulai dari identitas

klien, pengkajian primer, pengkajian sekunder, riwayat kesehatan

keluarga, hasil pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan

penunjang.
Secara umum keluhan utama yang dirasakan klien pada kasus

fraktur adalah nyeri. Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan

pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan

kondisi terjadinya kerusakan. (Jhan, et al, 2014).

Hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut

mencakup data subyektif dan data obyektif. Data subyektif klien 1

yaitu klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri, P : klien

mengatakan nyeri bertambah saat digerakan, Q : klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : klien mengatakan nyeri pada bagian

pergelangan tangan kiri, S : klien mengatakan skala nyeri 6, T : klien

mengatakan nyeri hilang timbul. Data obyektif klien 1 yaitu klien

tampak meringis kesakitan menahan nyeri, terdapat tonjolan tulang

pada tangan kiri klien, tangan kiri klien bagian bawah bengkak,

tanda-tanda vital TD : 160/100 mmHg, nadi : 90x/menit, suhu :

36,3 0 C.

Selanjutnya data subyektif klien 2 yaitu klien mengatakan nyeri

pada kaki kanan (tulang kering), P : klien mengatakan nyeri saat

digerakan, Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R :

klien mengatakan nyeri pada kaki kanan (tulang kering), S :klien


71

mengatakan skala nyeri 7, T : klien mengatakan nyeri hilang timbul.

Data obyektif klien 2 yaitu klien meringis kesakitan, fraktur terbuka

di kaki kanan, luka terbuka 10cm, adanya tonjolan, tanda-tanda vital

TD : 119/62 mmHg, RR : 22x/menit, nadi : 81x/menit, suhu: 36 0 C.

Penulis menentukan skala nyeri pada Ny. N dan Tn. N

didasarkan pada skala Numeric Pain Rating Scale. Numeric Pain

Rating Scale merupakan alat ukur skala nyeri yang berbentuk garis

horizontal sepanjang 10 cm, 0 menunjukan tidak nyeri dan 10 nyeri

berat. Pengukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien

untuk memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang

telah disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri

pasien dirasakan. Selanjutnya untuk interprestasi dilihat langsung

dimana pasien memberikan tanda untuk skala nyeri yang

dirasakannya (Bambang, 2014).

Gambar 5.1.1 Numeric Pain Rating Scale

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang

aktual dan potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah

mengarahkan rencana asuhan keperawatan untuk membantu klien dan


72

keluarga beradaptasi terhadap penyakit dan menghilangkan masalah

keperawatan kesehatan (Dermawan, 2012).

Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil

pengkajian pada Klien 1 dan 2 di RSUD Salatiga bahwa pasien

mempunyai masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik. Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial (Herdman, 2012).

Menurut Andarmoyo (2013), observasi nyeri dilakukan untuk

membantu klien dalam mengutarakan masalah atau keluhan secara

lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan untuk mengkaji karakteristik

nyeri bisa menggunakan analisis simptom. Komponen pengkajian analisis

symptom meliputi (PQRST) : P (Paliatif/Profokatif = yang menyebabkan

timbulnya masalah), Q (Quality = kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio

= lokasi nyeri), S (Severity = keparahan), T (Time = waktu).

Hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup

data subyektif dan data obyektif. Data subyektif klien 1 yaitu klien

mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri, P : klien mengatakan

nyeri bertambah saat digerakan, Q : klien mengatakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk, R : klien mengatakan nyeri pada bagian pergelangan tangan

kiri, S : klien mengatakan skala nyeri 6, T : klien mengatakan nyeri hilang

timbul. Data obyektif klien 1 yaitu klien tampak meringis kesakitan

menahan nyeri, terdapat tonjolan tulang pada tangan kiri klien, tangan kiri
73

klien bagian bawah bengkak, tanda-tanda vital TD : 160/100 mmHg, nadi :

90x/menit, suhu : 36,3 0 C.

Selanjutnya data subyektif klien 2 yaitu klien mengatakan nyeri

pada kaki kanan (tulang kering), P : klien mengatakan nyeri saat

digerakan, Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : klien

mengatakan nyeri pada kaki kanan (tulang kering), S :klien mengatakan

skala nyeri 7, T : klien mengatakan nyeri hilang timbul. Data obyektif

klien 2 yaitu klien meringis kesakitan, fraktur terbuka di kaki kanan, luka

terbuka 10cm, adanya tonjolan, tanda-tanda vital TD : 119/62 mmHg, RR :

22x/menit, nadi : 81x/menit, suhu: 36 0 C

5.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan kriteria hasil

berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing

Outcome Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan

kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan dapat

diselesaikan dengan spesifik (jelas dan khusus).

Tujuan dari intervensi adalah suatu sasaran atau maksud yang

menggambarkan perubahan yang diinginkan pada setiap kondisi atau

perilaku klien dengan kriteria hasil yang diharapkan perawat. Kriteria hasil

merupakan sasaran spesifik, langkah demi langkah pada pencapaian tujuan

dan menghilangkan penyebab untuk diagnosa keperawatan. Suatu hasil

merupakan perubahan status klien yang dapat ukur dalam berespon

terhadap asuhan keperawatan. Hasil adalah respon yang diinginkan dari

respon kondisi klien dalam dimensi fisiologis, sosial, emosional,


74

perkembangan atau spiritual. Pedoman penulisaan kriteria hasil

berdasarkan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Reasoanable,

dan Time). Specific adalah berfokus pada klien. Measurable adalah dapat

diukur. Achievable adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable adalah

tujuan yang harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Time

adalah batas pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan

waktunya (Dermawan, 2012).

Berdasarkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik pada Klien 1 dan Klien 2 maka penulis menyusun rencana

keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama kurang lebih 5 jam nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil:

klien mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri, klien mampu mengenali nyeri, skala

nyeri klien 1 berkurang dari 6 menjadi 1 dan skala nyeri klien 2 berkurang

dari 7 menjadi 1, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada

klien 1 dan klien 2 yaitu kaji nyeri klien untuk mengetahui karakteristik

nyeri klien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk

menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan klien, monitor tanda-tanda

vital dengan rasional mengetahui tanda-tanda vital klien, kolaborasi

dengan dokter dalam terapi pemberian obat nyeri dengan rasional

mengurangi rasa nyeri klien.

Teknik relaksasi merupakan metode yang dapat dilakukan terutama

pada pasien yang mengalami nyeri, merupakan latihan pernafasan yang


75

menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung,

dan ketegangan otot. Teknik relaksai perlu diajarkan beberapa kali agar

mencapa hasil yang optimal dan perlunya intruksi menggunakan teknik

relaksasi untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri (suhartini

dkk, 2013).

5.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi adalah sekumpulan atau

serangkaian pelaksanaan rencana tindakan keperawatan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke

status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil dalam

rentang yang diharapkan (Dermawan, 2012).

Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang

telah disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam

rentang normal yang diharapkan. Tindakan keperawatan yang dilakukan

penulis selama kurang lebih 8 jam pada asuhan keperawatan klien 1 dan

klien 2 dengan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Penulis melakukan tindakan keperawatan antara lain mengkaji

nyeri dengan menggunakan pola nyeri PQRST (Provoking, Quality,

Region, Scale, Timing) dengan tujuan untuk mengetahui penyebab,

kualitas, lokasi, skala dan waktu nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas

dalam dengan tujuan untuk menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan

klien, memonitor tanda-tanda vital klien dengan tujuan untuk mengetahui

tanda-tanda vital klien, berkolaborasi dengan dokter dalam terapi


76

pemberian obat nyeri bagi klien dengan tujuan mengurangi rasa nyeri

klien.

Pada kasus klien 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu

penulis mengkaji nyeri dengan pola nyeri PQRST, respon subyektif klien

mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri, P : klien mengatakan

nyeri saat digerakan, Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R :

klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri, S : klien

mengatakan skala nyeri 6, T : klien mengatakan nyeri hilang timbul,

respon obyektif klien meringis kesakitan menahan nyeri.

Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien

mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon

obyektif klien kooperatif, klien mengerti apa yang diajarkan perawat,

klien mau melakukan secara mandiri teknik relaksasi nafas dalam.

Memonitor tanda-tanda vital klien, respon subyektif klien mengatakan

bersedia, respon obyektif TD : 160/100 mmHg, RR :23x/menit, nadi :

90x/menit, suhu : 36,3 0 C.

Selanjutnya pada kasus klien 2 setelah dilakukan tindakan

keperawatan yaitu penulis mengkaji nyeri dengan pola nyeri PQRST,

didapatkan respon subyektif klien mengatakan nyeri pada kaki kanan

(tulang kering), P : klien mengatakan nyeri saat digerakan, Q : klien

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : klien mengatakan nyeri dikaki

kanan, S :klien mengatakan skala nyeri 7, T : klien mengatakan nyeri

hilang timbul, respon obyektif klien meringis kesakitan menahan sakit.


77

Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien

mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon

obyektif klien kooperatif, klien mengerti apa yang diajarkan perawat,

klien mau melakukan secara mandiri teknik relaksasi nafas dalam.

Memonitor tanda-tanda vital klien, respon subyektif klien mengatakan

bersedia, respon obyektif TD : 130/90 mmHg, RR : 22x/menit, nadi :

80x/menit, suhu: 37 0 C. Berkolaborasi dengan dokter dalam terapi

pemberian obat nyeri bagi, respon subyektif klien mengatakan bersedia

dilakukan injeksi, respon obyektif klien kooperatif, obat Ceftriaxon 1gr,

Asam tranex 1gr, Ranitidine 25mg dan Keterolac 30mg masuk secara IV.

5.5 Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan

keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien telah ditetapkan

dengan respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain

untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan

efisiensi tindakan keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon

klien dan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan (Dermawan, 2012).

Tindakan keperawatan yang dilakukan di Ruang selama 3x24 jam

sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta

berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah

didapatkan pada diagnosa pertama masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pada klien 1 (Ny.N) teratasi

sebagian dan belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
78

diharapkan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien mampu

mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri, klien mampu mengenali nyeri, skala nyeri berkurang

dari 6 menjadi 3, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Evaluasi pada klien 1 (Ny.N) dengan menggunakan metode SOAP

diperoleh hasil sebagai berikut subjektif klien mengatakan nyeri pada

pergelangan tangan kiri sudah berkurang dari 6 menjadi 3, klien

mengatakan lebih nyaman, P : klien mengatakan nyeri bertambah saat

digerakan, Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : klien

mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri, S : klien mengatakan

skala nyeri 3, T : Klien mengatakan nyeri hilang timbul, obyektif klien

lebih nyaman dan rileks, tangan kanan terpasang GIPS, tanda-tanda vital

TD : 100/90 mmHg, RR : 22x/menit, nadi : 88x/menit, suhu : 36 0 C,

analisa masalah teratasi sebagian karena pada kasus klien 1 (Ny.N) tingkat

skala nyeri tidak sesuai dengan kriteria hasil, planning lanjutkan intervensi

kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, anjurkan

klien untuk mengulangi teknik relaksasi nafas dalam apabila nyeri datang,

kolaborasi dengan dokter dalam terapi pemberian obat.

Evaluasi pada klien 2 (Tn.N) dengan menggunakan metode SOAP

diperoleh hasil sebagai berikut subjektif klien mengatakan nyeri pada kaki

kanan (tulang kering) skala nyeri berkurang dari 7 menjadi 4, P : klien

mengatakan nyeri bertambah saat digerakan, Q : klien mengatakan nyeri

seperti tertusuk-tusuk, R : klien mengatakan nyeri pada kaki kanan, S

:klien mengatakan skala nyeri 4, T : klien mengatakan nyeri hilang timbul,


79

obyektif klien tampak berbaring menahan nyeri, tangan kiri terpasang

balut bidai, tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, RR : 22x/menit, nadi :

88x/menit, suhu : 36 0 C, analisa masalah teratasi sebagian karena pada

kasus klien 2 tingkat skala nyeri tidak sesuai dengan kriteria hasil,

planning lanjutkan intervensi kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam, anjurkan klien untuk mengulangi teknik relaksasi

nafas dalam apabila nyeri datang, kolaborasi dengan dokter dalam terapi

pemberian obat.

Dalam evaluasi teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan

selama perawatan di bangsal didapatkan hasil antara klien 1 (Ny.N) dan

klien 2 (Tn.N) bahwa nyeri klien 1 (Ny.N) berkurang dari skala 6 menjadi

skala 3, dengan respon klien mengatakan nyeri pada pergelangan tangan

kiri sudah berkurang dan juga klien mengatakan lebih nyaman, sedangkan

pada kasus klien 2 (Tn.N) setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

selama perawatan di bangsal didapatkan hasil bahwa skala nyeri berkurang

skala 7 menjadi skala 4, dengan respon klien mengatakan nyeri pada kaki

kanan sudah berkurang, klien tampak berbaring menahan nyeri.

Dalam evaluasi teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan selama

perawatan di Ruang didapatkan hasil yang sama antara klien 1 dan 2

yaitu masalah teratasi sebagian.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi

tentang asuhan keperawatan pada klien 1 yang mengalami post op fraktur

radius 1/3 distal sinistra dengan nyeri akut dan klien 2 yang mengalami pre

op-post op fraktur cruris dextra dengan nyeri akut RSUD Salatiga dengan

mengaplikasikan hasil studi kasus relaksasi nafas dalam sebagai upaya

dalam menurunkan intensitas nyeri pada klien 1 dengan post op fraktur

radius 1/3 distal sinistra dan klien 2 dengan pre op-post op fraktur cruris

dextra.

6.1.1 Pengkajian

Data subyektif klien 1 yaitu klien mengatakan nyeri pada

pergelangan tangan kiri, P : klien mengatakan nyeri saat digerakan,

Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : klien

mengatakan nyeri pada pergelangan tangan kiri, S : klien

mengatakan nyeri skala 6, T : klien mengatakan nyeri hilang timbul.

Data obyektif klien 1 yaitu klien tampak meringis kesakitan

menahan nyeri, terdapat tonjolan tulang pada pergelangan tangan kiri

klien, tangan kirir klien bagian bawah bengkak, tanda-tanda vital,

TD : 160/100 mmHg, N : 90x/menit, S : 36,3 o C.

Selanjutnya data subyektif klien 2 yaitu klien mengatakan nyeri

pada kaki kanan (tulang kering), P : klien mengatakan nyeri saat

80
81

digerakan, Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R :

klien mengatakan nyeri pada kaki kanan (tulang kering), S : klien

mengatakan nyeri skala 7, T : klien mengatakan nyeri hilang timbul.

Data obyektif klien 2 yaitu klien meringis kesakitan, fraktur terbuka

dikaki kanan, luka terbuka 10cm, adanya tonjolan, tanda-tanda vital,

TD : 119/62 mmHg, N : 81x/menit, RR : 28x/menit, S : 36 o C.

6.1.2 Diagnosis

Hasil perumusan diagnose keperawatan yang penulis angkat

sesuai dengan pengkajian keperawatan yang telah penulis lakukan

yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

6.1.3 Perencanaan

Intervensi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 dengan

diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu kaji

skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

6.1.4 Implementasi

Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien 1 dan klien 2

yaitu mengkaji skala nyeri, mengobservasi tanda-tanda vital,

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi obat. Penulis memberikan

implementasi yang sama pada kedua klien yaitu mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam sebagai terapi nonfarmakologi dalam upaya

menurunkan intensitas nyeri pada klien 1 dengan post op frakur


82

radius 1/3 distal sinistra dan klien 2 dengan pre op-post op fraktur

cruris dextra.

6.1.5 Evaluasi

Hasil evaluasi akhir diagnose nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik didapatkan hasil yang berbeda diantara klien 1 dan

klien 2 bahwa klien 1 skala nyeri 6 menjadi 3, sedangkan klien 2

skala nyeri 7 menjadi 4 yang berarti nyeri teratasi sebagian setelah

dilakukan teknik relaksasi nafas dalam selama di ruangan.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi rumah sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien dengan

lebih optimal dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara

tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meninigkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya, dan

pada fraktur khususnya. Pelayanan kesehatan mampu menyediakan

fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung

kesembuhan klien.

6.2.2 Bagi institusi pendidikan

Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

yang berkualitas dan profesional sehingga dapat menghasilkan

perawat-perawat yang trampil, inovatif dan profesional yang mampu

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik perawat.


83

6.2.3 Bagi klien dan keluarga

Diharapkan dapat sebagai sumber referensi dalam memberikan

pilihan terhadap penangan fraktur dengan teknik relaksasi nafas

dalam sebagai upaya dalam menurunkan intensitas nyeri pada klien

dengan fraktur.

6.2.4 Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan khususnya

pada penderita fraktur, baik individu, keluarga dan masyarakat serta

dapat menjadi pegangan atau manfaat bagi penulis dalam hal

pemberian teknik relaksasi nafas dalam sebagai upaya dalam

menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan fraktur.


DAFTAR PUSTAKA

Awan hariyanto & Rini Sulistyowati. 2015. Buku Ajar : Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.

Bulechek, GM, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th


Indonesia edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Chris Brooker. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Deni dkk. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Dan Kerangka kerja.


Yogyakarta: Gosyeng Publising.

Helmi, Z. N. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :Salemba


Medika.

Hermand dkk. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017.


Jakarta: EGC.

Herdman T Heather. 2012. NANDA International Diagnosis Definisi dan


Klasifikasi 2011-2012. Jakarta: EGC

Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Prose Keperawatan Nyeri. Cetakan Pertama.


Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Joyce M, Black & Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal


Bedah:Manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8 buku 1.
Jakarta: EGC.

Manjoer. A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: EGC.

Noviardi. 2012. Kesehatan Tulang : Kasus Patah Tulang Cenderung Meningkat.


Available : http://lifestyle.bisnis.com/read/20121012/54/99878/kesehatan-
tulang-kasus-patah-tulang-akibat-osteoporosis-cenderung-meningkat
(diakses pada tanggal 10 maret 2017).

Nuratif, A dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Medication.
Nurchairiah. A. DKK. 2013. Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia RSUD Arifin
Achmad. Jurnal Keperawatan.

Nurkholis. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Fraktur.

Potter and Perry. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
Dan praktek. Volume 2, Edisi 4. Jakarta Price: EGC

Price S, A. 2012. Patofisiologi edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC.

Priscilla LeMone dkk. 2012. Buku Ajar: Keparawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

Prasetyo, S.N. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Suhartini Nurdin dkk. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Intensitas


Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Irnina ABLU RSUP
Prof Dr. R.D Kandou Manado. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013.

Sjamsuhidayat & de jong. 2010. Buku Ajar: Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Wijaya, A. S. &Yessie Mariza P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2.


Yogyakarta : Nuha Medika

Wirda Faswita. 2016. Tindakan Perawatan Luka Pada Pasien Fraktur Terbuka
terhadap Penyembuhan Luka Di RS Haji Medan. Jurnal Ilmiah Research
Sains Vol.2 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai