Anda di halaman 1dari 13

UPAYA MENINGKATKAN POTENSI PESERTA DIDIK DALAM MEMPELAJARI

BAHASA INGGRIS DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DENGAN


IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Yuna Mumpuni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Swadaya Gunung Jati

E-mail korespondensi : yuna_mumpuni@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi metode pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD terhadap peningkatan potensi dan hasil belajar siswa dalam menulis
teks Report di Kelas IX SMP Negeri 4 Cirebon. Penelitian berupa tindakan kelas reflektif
yang diselenggarakan dalam dua siklus penelitian dan melibatkan 26 siswa, serta peneliti
sebagai partisipan-observer. Penelitian bersifat deskriftif-kualitatif dimana hasil temuan
dari observasi, rekaman video, catatan lapangan dan hasil tes tulisan siswa ditelaah secara
deskriptif kualitatif berdasarkan teori-teori yang relevan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
implementasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mampu meningkatkan
penggalian potensi siswa dalam belajar menulis teks Report. Implementasi model
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD disenangi oleh siswa dan membawa dampak positif
terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa, diantaranya peningkatan motivasi
untuk bertanya dan berdiskusi. Namun diperlukan motivasi maksimal dari guru terhadap
siswa yang mengikuti kegiatan belajar, mengingat kegiatan belajar yang diselenggarakan
tergantung pada minat dan motivasi siswa dan suasana kelas cenderung tidak kondusif.

Kata kunci : hasil belajar, pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, potensi peserta didik

PENDAHULUAN metode pengajaran klasikal dan ceramah,


membuat kegiatan belajar Bahasa Inggris
Suatu hasil studi pendahuluan siswa terhambat. Siswa kurang dilibatkan
terkait pembelajaran Bahasa Inggris di dalam proses belajar mengajar, yang
beberapa kelas IX di SMP Negeri 4 dengan sendirinya ketika peneliti
Cirebon menunjukkan fakta sebagai mengadakan tes awal secara tertulis
berikut. Banyak siswa yang menganggap dengan memberikan beberapa soal yang
kegiatan belajar Bahasa Inggris menarik berhubungan dengan materi pelajaran
namun mereka tidak benar-benar Bahasa Inggris yang dianggap telah
bersungguh-sungguh dalam mengikuti dipelajari siswa di semester-semester
kegiatan belajar untuk mata pelajaran sebelumnya, para responden tersebut
tersebut. Dari wawancara singkat dengan mengalami kesulitan menjawab, atau
beberapa responden dari beberapa kelas dengan kata lain jawaban-jawaban atas
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa masalah Bahasa Inggris tersebut
pembelajaran konvensional yang masih menunjukkan hasil yang tidak
terfokus pada pembelajaran dengan memuaskan.

36
Demikianlah, sebagaimana hasil di atas, peneliti selanjutnya berniat
belajar siswa menurut Winkel (1989) mengadakan penelitian yang lebih jauh
adalah keberhasilan yang dicapai oleh sehubungan dengan menguji-cobakan
siswa, yakni prestasi belajar siswa di model pembelajaran Kooperatif Tipe
sekolah yang diwujudkan dalam bentuk STAD untuk menggali potensi dan
angka, maka ketidak-mampuan siswa meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris
dalam menjawab dan menanggapi soal siswa di Kelas IX di SMP Negeri 4
yang diberikan peneliti menunjukkan Cirebon
rendahnya kemampuan siswa dalam
TINJAUAN PUSTAKA
menguasai pembelajaran bahasa Inggris
yang diterimanya di semester-semester a. Potensi Peserta Didik dan Hasil
sebelumnya. Terkait dengan temuan di Belajar
atas, sepertinya masih sangat diperlukan Sejatinya, kemampuan besar
upaya menggali potensi siswa yang lebih manusia terdiri dari dua kemampuan yaitu
maksimal dalam mempelajari bahasa kemampuan aktual dan kemampuan
Inggris di kelas IX di SMP Negeri 4 potensial. Kemuampuan aktual yaitu
Cirebon dengan tujuan untuk memperoleh kemampuan yang ada saat ini/kemampuan
hasil belajar siswa yang lebih maksimal. yang sudah teraktualisasikan. Kemampuan
Terkait hal tersebut, metode potensial didefinisikan sebagai
pembelajaran Kooperatif Tipe Student kemampuan yang belum tergali/belum
Team Achievement Division (STAD) teraktualisasikan. Selanjutnya, menurut
agaknya dapat menjadi jalan keluar untuk Hasan (1994) potensi memiliki arti yang
meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris sama dengan fitrah kemampuan dasar
di tingkat sekolah menengah pertama. yang dimiliki dan mempunyai
STAD yang merupakan bagian dari kecenderungan untuk dapat berkembang.
pembelajaran Kooperatif yang paling Potensi peserta didik adalah kapasitas atau
sederhana, yang dalam penyajiannya kemampuan dan karakteristik/sifat
mengarahkan siswa bekerja sama dalam individu yang berhubungan dengan
tim untuk mencapai tujuan belajar yang sumber daya manusia yang memiliki
maksimal secara bersama-sama kemungkinan dikembangkan dan atau
(Depdiknas, 2013), sepertinya akan menunjang pengembangan potensi lain
membantu dalam memaksimalkan dan yang terdapat dalam diri peserta didik.
memfasilitasi menggali potensi peserta Berdasarkan pengertian diatas
didik dalam memperoleh pengetahuan menunjukkan bahwa setiap siswa atau
selama kegiatan belajar. Dengan kata lain, peserta didik memiliki potensi yang
model pembelajaran Kooperatif tipe dijabarkan melalui kemampuan dan
STAD yang menekankan pada aktivitas kesanggupan untuk berkembang.
dan interaksi di antara siswa akan Berkenaan dengan hal tersebut,
memberi peluang bagi siswa untuk saling banyak pendidik yang tidak menyadari
memotivasi dan saling membantu dalam bahwasanya setiap siswa mempunyai
menguasai materi pelajaran guna mencapai potensi yang berbeda dalam penguasaan
prestasi yang lebih maksimal (Lie, 2004). suatu mata pelajaran. Hal tersebut dengan
Demikianlah, berdasarkan hal-hal di atas sendirinya menyebabkan pendidik

37
mengeneralisasi anak didiknya dengan sehubungan dengan pengasahan
potensi yang sama, sehingga menutup atau kecerdasan berbicara di atas. Oleh karena
bahkan mematikan potensi yang ada itu dalam pembelajaran bahasa Inggris
dalam diri anak didik tersebut. Artinya, diharapkan kegiatan pembelajaran yang
pendidik terlalu cepat memberi penilain dilakukan dapat meningkatkan potensi
kepada siswa sebagai tidak sanggup, tidak intelektual maupun kemampuan khusus
berdaya dan tidak mampu berkembang. yang bersifat ketrampilan (gifted and
Pada dasarnya masing-masing talented) dari siswa atau peserta didik.
siswa atau peserta didik akan memiliki Selanjutnya, peran pendidik (orang
potensi yang berbeda dan bermacam- tua dan guru) sangat penting dalam upaya
macam, diantaranya adalah potensi fisik, mengembangkan potensi peserta didik
kepribadian, religi, minat dan moral. tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
Potensi fisik merupakan hal-hal yang menciptakan atmosfer pembelajaran yang
berkait dengan kekuatan dan kebugaran nyaman dan dapat dinikmati oleh siswa
fisik, proporsi tumbuh dan atau peserta didik. Menurut Depdiknas
berkembangnya fisik, serta perkembangan (2013) kondisi tersebut dapat dilakukan
dan keterampilan psikomotorik. melalui kegiatan pembelajaran yang
Kemampuan untuk mengatur emosi, berpusat kepada siswa dalam suatu
kepemimpinan, interaksi, komunikasi dan kegiatan belajar yang berkesan dan
kemampuan adaptasi dengan lingkungan, menyenangkan, sehingga mempengaruhi
tanggungjawab, moral dan religi upaya pencapaian hasil belajar siswa.
merupakan hal-hal yang terkait dengan Lebih jauh lagi, masalah belajar
potensi kepribadian. Sedangkan potensi adalah permasalahan bagi setiap individu
intelektual adalah hal-hal yang terkait manusia. Melalui kegiatan belajar manusia
dengan kecerdasan individu baik mendapatkan kemampuan dan ketrampilan
kecerdasan umum, akademik,kreativitas yang mempengaruhi pembentukan sikap
maupun bakat atau kemampuan khusus dan perilaku serta bertambahnya ilmu
yang dimilki. pengetahuan. Hasil nyata atau bentuk
Relevan dengan itu, Howard evaluasi penguasaan pembelajaran di
Gardner (2004) mengemukakan salah satu sekolah yang diperoleh oleh siswa dan
jenis kecerdasan manusia adalah diwujudkan dalam bentuk raport dapat
kesecerdasan bahasa (linguistic). Menurut dijadikan sebagai indikator hasil belajar.
Gardener, kecerdasan bahasa adalah Menurut Dimyati & Mudjiono (2006),
kemampuan menggunakan kata secara hasil belajar didefinisikan sebagai hasil
efektif baik lisan (pendongeng, orator, yang diperoleh dari interaksi belajar dan
penerjemah, dsb), maupun tertulis/tulisan mengajar yang dilakukan oleh guru dan
(sastrawan, penulis skenario drama/film, siswa. Guru mengakhiri proses mengajar
fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau dengan melakukan evaluasi hasil belajar,
makna bahasa, dimensi pragmatik atau sedangkan siswa menjadikan hasil belajar
penggunaan praktis bahasa). sebagai bentuk berakhirnya proses belajar.
Sesuai dengan tema kajian ini, Definisi tersebut sejalan dengan yang
maka diperlukan cara yang khusus untuk pendapat Winkel (1989) dimana
memberdayakan potensi peserta didik pencapaian keberhasilan pembelajaran

38
siswa atau prestasi belajar di sekolah seperti teman, guru, keluarga dan
diwujudkan dalam bentuk angka. masyarakat. Lingkungan sosial
Berdasarkan definisi di atas maka didefinisikan sebagai segala sesuatu baik
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil secara individu maupun kelompok diluar
belajar adalah prestasi belajar yang dicapai manusia yang dapat memberikan pengaruh
siswa dalam proses kegiatan belajar dan perubahan perilaku terhadap manusia
mengajar dengan membawa suatu tersebut. Dalam lingkungan sosial teman
perubahan dan pembentukan tingkah laku merupakan sumber utama yang dapat
seseorang. Dalam pelaksanaannya guru berpengaruh terhadap perilaku dan hasil
memiliki pandangan tersendiri untuk belajar siswa. Sedangkan pada lingkungan
mendefinisikan ukuran tingkat sekolah, guru merupakan subyek utama
keberhasilan proses belajar sesuai dengan yang dapat mempengaruji kualitas hasil
filsafatnya masing-masing. Guna belajar. Perilaku siswa di dalam kelas dan
menjembatani perbedaan dan penyamaan minat siswa yang muncul pada akhirnya
persepsi, akan lebih baik apabila sangat dipengaruhi oleh guru.
kurikulum yang berlaku saat ini dijadikan Selain teman dan guru, keluarga
sebagai pedoman/rujukan, diantaranya juga memiliki peranan penting yang
bahwa suatu proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar
dikatakan tercapai atau berhasil apabila seseorang. Terdapat perbedaan antara
tujuan khusus dari bahan pembelajaran kondisi keluarga yang normal dengan
tersebut sudah tercapai. keluarga yang berantakan (broken home),
Ketercapaian daya serap terhadap dimana siswa yang berasal dari keluarga
bahan pembelajaran yang diberikan baik yang broken home akan memilki motivasi
secara individu siswa maupun kelompok yang rendah dalam proses belajar. Hal ini
merupakan indikator yang dapat disebabkan karena pemikiran siswa akan
digunakan untuk menentukan keberhasilan lebih fokus pada proses pemecahan
pencapaian tujuan khusus suatu bahan konflik keluarga. Faktor eksternal lain
pembelajaran. Sejalan dengan pendapat yang mempengaruhi hasil belajar adalah
Djamarah&Zein (2002) bahwa daya serap masyarakat. Masyarakat dengan segala
merupakan indikator/tolak ukur suatu aktivitas di dalamnya berpengaruh
keberhasilan penvcapaian tujuan terhadap pola pikir seseorang dalam
pembelajaran. usahanya mempertahankan atau
Beberapa faktor yang dianggap meningkatkan prestasi. Selain itu kondisi
dapat mempengaruhi hasil belajar lingkungan non sosial yang meliputi
diantaranya adalah faktor internal (faktor kandisi fisik rumah, tingkat kerapian,
dalam diri), faktor eksternal (faktor di luar kebersihan, kenyamanan juga dianggap
diri), dan faktor pendekatan belajar. Faktor berpengaruh terhadap hasil belajar.
internal yang berpengaruh diantaranya B. Model Pembelajaran Kooperatif
adalah aspek fisiologis (kondisi tubuh dan Tipe SDAT
panca indera), aspek psikologis (sikap, Eggen dan Kauchak dalam
motivasi, bakat, intelegensi dan Wardani (2005) mendefinisikan model
kepribadian). Faktor eksternal yang pembelajaran merupakan pedoman berupa
berpengaruh meliputi lingkungan sosial program maupun petunjuk strategi

39
mengajar yang dirancang untuk mencapai adalah metode pembelajaran Kooperatif
suatu pembelajaran. Pedoman yang Tipe Student Team Achievement Division
dimaksud mencakup tanggup jawab guru (STAD) yang dikembangkan oleh Robert
dalam perencanaan, pelaksanaan dan Salvin . Metode pembelajaran kooperatif
evaluasi kegiatan pembelajaran. Metode tipe STAD dianggap sebagai metode
pembelajaran kooperatif merupakan salah pembelajaran kooperatif yang paling
satu contoh model pembelajaran yang sederhana dan cocok diterapkan oleh guru
dapat diterapkan. Menurut Nurhadi (2003) yang baru memulai menggunakan
metode pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif. Mekanisme
didefinisikan sebagai kegiatan belajar pelaksanaan metode ini adalah
mengajar dalam kelompok kecil, siswa menempatkan 4-6 orang dengan latar
belajar dan bekerjasama untuk sampai belakang kemampuan, jenis kelamin dan
pada pengalaman belajar yang optimal ras yang berbeda. Setelah guru
baik pengalaman individu maupun menyajikan materi pembelajaran setiap
kelompok. Metode ini menitikberatkan kelompok harus memastikan bahwa
pada pembentukan kelompok-kelompok anggota dalam tim tersebut telah
dalam proses pembelajaran. Setiap siswa menguasai materi yang disampaikan. Kuis
yang berada dalam satu kelompok akan akan diberikan sebagai bahan evaluasi dan
memiliki perbedaan tingkat kemampuan, setiap siswa tidak diperkenankan untuk
memungkinkan untuk memperhatikan saling bekerjasama.
kesetaraan gender dan dapat berasal dari Nur (2000) menjelaskan bahwa
suku, ras yang berbeda. Kelompok yang terdapat lima tahapan dalam pembelajaran
terbentuk memungkinkan munculnya kooperatif tipe STAD, yaitu :
kerjasama antar siswa dalam mengatasi 1. Persiapan materi dan penyiapan siswa
permasalahan guna mencapai tujuan dalam kelompok. Pada tahapan ini
pembelajaran. guru mempersiapakn kegiatan dan
Tujuan pembelajaran kooperatif lembar jawaban untuk masing-masing
pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kelompok.
hasil belajar siswa, dan meningkatkan 2. Penetapan siswa dalam kelompok
ketrampilan sosial siswa melalui kooperatif. Kelompok terdiri dari 4-6
kerjasama yang terbentuk. Lebih lanjut orang dan bersifat heterogen atau
menurut Rofiq (2010) dijelaskan bahwa berasal dari latar belakang jenis
tujuan pembelajaran kooperatif tidak kelamin, sosial dan kemampuan
hanya untuk menanamkan pembelajaran akademik yang berbeda (pandai,
kepada siswa, akan tetapi dengan metode sedang, rendah) yang diperoleh dari
pembelajaran kooperatif melatih siswa hasil akademik yang telah dilakukan di
dilatih untuk memilki kemampuan sosial, awal.
dintaranya kemampuan untuk saling 3. Penyajian kelas. Tahapan ini guru
bekerjasama dan bertanggung jawab menyajikan materi pembelajaran dan
terhadap pencapaian tujuan umum kompetensi dasr yang dibutuhkan oleh
kelompok tersebut. siswa.
Salah satu model pembelajaran 4. Pengembangan materi. Pada tahapan
kooperatif yang dapat dikembangkan ini siswa diminta untuk memehami

40
dan bukan menghafal. Pertanyaan lain.
yang diberikan berupa pertanyaan
METODE PENELITIAN
benar atau salah.
5. Evaluasi. Evaluasi dilakukan selama Subjek dalam penelitian ini adalah
45-60 menit. Evaluasi dilakukan siswa-siswi kelas IX di SMP Negeri 4
melalui praktek terkendali dimana Cirebon. Partisipan dalam penelitian ini
guru dapat meminta siswa untuk adalah peneliti sendiri sebagai partisipant-
mengerjakan soal atau menjawab observer, dan siswa-siswi Kelas IX di
pertanyaan. Siswa dipilih secara acak. SMP Negeri 4 Cirebon yang berjumlah 26
Guru juga dapat memberikan Lembar orang, dan diselenggarakan dalam dua
Kerja Siswa (LKS) yang isinya siklus penelitian. Peneliti berperan sebagai
disesuaikan dengan materi partisipant-observer, yang berarti sebagai
pembelajaran. Pada tahapan ini guru partisipan yang melaksanakan tindakan di
juga dapat menjelaskan bahwa dalam kelas sehubungan dengan model
keberhasilan siswa dalam menjawab pembelajaran Kooperatif tipe STAD,
sel dapat menjadi nilai perkembangan peneliti juga berperan sebagai pengumpul
individu dan berkontribusi untuk nilai data dan pengamat atau observator, yang
perkembangan kelompok. membuat catatan-catatan penting selama
6. Penghargaan. Tahapan ini guru akan penelitian berlangsung dan juga menelaah
memberikan penghargaan hasil belajar temuan dari hasil rekaman observasi
individu dan kelompok lapangan. Selanjutnya, peneliti telah
Berdasarkan penjabaran diatas, maka meminta seorang rekan untuk merekam
maka menurut Davidson dalam Nurisma proses belajar mengajar yang
(2006) beberapa kelebihan pembelajaran dilaksanakan, yang tujuannya adalah
kooperatif tipe STAD, diantaranya untuk mempermudah peneliti menemukan
adalah: data yang akurat dan valid sesuai dengan
1. Meningkatkan kecakapan individu, yang diharapkan.
meningkatkan kecakapan kelompok, Penelitian tindakan kelas (PTK) ini
meningkatkan komitmen, membuat dilakukan dalam dua siklus, di mana
siswa menjadi lebih percaya diri, masing-masing siklus mencakup kegiatan
terbinanya hubungan yang hangat persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi
dengan teman sebaya, mengurangi lapangan dan refleksi hasil kegiatan
kompetisi. (Arikunto, 2006). Hasil temuan dari
2. Meningkatakan motivasi belajar, masing-masing siklus tersebut akan
toleransi dan sikap saling mendukung ditelaah secara kualitatif, dan sebagaimana
dalam setiap pemecahan PTK merupakan suatu penelitian berdaur
permasalahan. yang dilaksanakan di dalam kelas, yang
3. Adanya bentuk kerjasama yang bertujuan untuk menguji suatu metode
terbangun dalam kelompok. pembelajaran untuk kepentingan
Keberhasilan dalam kelompok peningkatan aktivitas dan hasil belajar
tergantung pada keberhasilan individu siswa, dalam suatu mata pelajaran tertentu
dan tidak menggantungkan hasil maka penelitian ini akan berfokus pada
kelompok pada anggota/individu yang upaya menggali potensi siswa dalam
mempelajari bahasa inggris dengan
41
mengimplementasikan model peningkatan aktivitas dan hasil belajar
pembelajaran Kooperatif tipe STAD di siswa. Adapun penjelasan dan temuan
kelas sasaran. Data dalam penelitian ini dari Siklus I tersebut akan dijelaskan
diperoleh dari hasil transkripsi wawancara berikut ini.
dengan siswa, dari transkripsi dari Di pertemuan pertama setelah
rekaman vidio dan tes hasil belajar. Data melakukan apersepsi dan memberi
yang ditemukan ditelaah dan dijabarkan motivasi, peneliti membagi siswa ke
dengan teknik deskripsi kualitatif, yang dalam enam kelompok, dengan jumlah
artinya temuan yang diperoleh dijelaskan, empat hingga lima siswa di masing-
dijabarkan, dan disimpulkan secara masing kelompok. Kemudian, masih di
kualitatif berdasarkan teori yang relevan pertemuan pertama Siklus I, peneliti
dengan berhubungan dengan model menjelaskan kegiatan yang akan
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. dilaksanakan dan mengharapkan siswa
berkontribusi secara maksimal untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
terlibat aktif dalam kegiatan. Di
Seperti yang telah dikemukakan di pertemuan kedua Siklus I, peneliti
bagian latar belakang penelitian ini, memulai pelajaran dan menjelaskan materi
berdasarkan hasil studi awal yang tentang memahami teks Report. Peneliti
dilaksanakan peneliti di Kelas IX di SMP menggunakan fasilitas laptop dan
Negeri 4 Cirebon ditemukan fakta sebagai proyektor untuk menjadikan kegiatan
berikut. Proses pembelajaran Bahasa belajar lebih menarik dan lebih efektif.
Inggris yang berlangsung di kelas sasarana Siswa mendengarkan dan peneliti
tidak efektif, sebahagian besar siswa tidak mendorong siswa untuk mengajukan
memperhatikan guru, siswa menganggap pertanyaan. Di akhir pertemuan ke dua
matapelajara Bahasa Inggris menarik, peneliti memberikan soal-soal latihan dan
namun tidak mampu mengikuti kegiatan selanjutnya soal-soal tersebut dikerjakan
belajar dengan sungguh-sungguh. Siswa bersama di bawah bimbingan dan arahan
tidak mampu menjawab tes yang diberikan peneliti.
dengan jawaban yang memuaskan. Selanjutnya, di pertemuan ke tiga
Berlandaskan pada temuan itu, peneliti penelitian peneliti memberikan soal-soal
pun merencanakan untuk melaksanakan tentang teks report yang relevan seperti
suatu penelitian terkait bagaimana yang telah dipelajari di pertemuan
menggali potensi peserta didik untuk sebelumnya. Setiap soal dikerjakan
meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris terlebih dahulu secara individu, dan pada
siswa dengan mengimplementasikan saat itu kelompok ahli berkumpul dan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mendiskusikan soal-soal yang merupakan
STAD di Kelas IX di SMP Negeri 4 bagiannya dengan berdiskusi. Ketika
Cirebon. Selanjutnya peneliti mengadakan mereka menemukan permasalahan maka
persiapan yang berhubungan dengan anggota kelompok ahli tersebut
merancang rencana pelaksanaan berkonsultasi dengan peneliti. Peneliti
pembelajaran yang relevan, membuat mengamati suasana belajar. Kegiatan
skenario pembelajaran, membuat lembar belajar direkam. Peneliti mencatat hal-hal
observasi dan kemudian menyediakan yang dianggap perlu ditelaah berdasarkan
lembar penilaian untuk mengukur
42
suasana belajar tersebut. Peneliti terus dengan hasil pengamatan di studi
memberi dorongan kepada siswa untuk pendahuluan tetap terdapat peningkatan
mengerjakan soal latihannya sebaik- aktivitas tersebut sudah mengalami
baiknya dan peneliti memberi bantuan peningkatan. Kemudian, tabel di atas juga
maksimal terhadap siswa yang dianggap menunjukkan bahwa hanya ada 30
kurang mampu menyelesiakan tugasnya. aktivitas yang terjadi berdasarkan kriteri
Sebelum pertemuan ketiga berakhir aktivitas yang diharapkan. Dengan
masing-masing perwakilan kelompok demikian, peneliti menganggap perlu
melakukan presentasi di depan kelas untuk melakukan tindakan yang lebih maksimal
membacakan tulisan kelompoknya, di dan juga pengayaan materi yang lebih
mana kelompok yang lain mengamati dan memadai di Siklus II, dengan harapaan
menanggaapi. Kemudian, di pertemuan aktivitas dan hasil belajar dapat lebih
terakhir diadakan tes menulis untuk ditingkatkan.
menguji pengetahuan siswa terkait materi Pertemuan pertama Siklus II
pelajaran yang telah diberikan selama diawali dengan pelaksanaan apersepsi dan
kegiatan di Siklus I penelitian. Adapun memberi motivasi. Di pertemuan pertama
hasil pengamatan peneliti terkait aktivitas ini peneliti kembali memberikan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran yang lebih maksimal dan kembali
Bahasa Inggris di Siklus I penelitian menyatakan pengaharapan agar siswa
disajikan pada Tabel 1. lebih berkontribusi dalam kegiatan belajar.
Tabel 1 menunjukkan bahwa Dalam upaya memberi apersepsi dan
selama Siklus I berlangsung hanya ada motivasi maksimal tersebut, peneliti
tujuh aktivitas bertanya, hanya ada enam menayangkan sebuah vidio bertemakan
siswa yang benar-benar mengerjakan motivasi sehubungan dengan bagaimana
tugas, hanya ada empat siswa yang sesorang yang berilmu pengetahuan akan
mempu menjawab pertanyaan. Kemudian, mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi
hasil pengamatan vidio pembelajaran di di antara orang-orang di sekitarnya. Siswa
atas juga menunjukkan bahwa hanya ada tampak sangat tertarik dan terlihat menjadi
sembilan siswa yang benar-benar lebih bersemangat dalam mengikuti
menyelesaikan tugas meski hasilnya tidak kegiatan belajar.
maksimal, dan terakhir hanya ada empat Pertemuan pertama Siklus II
siswa yang benar-benar aktif dalam diawali dengan pelaksanaan apersepsi dan
melakukan presentasi. memberi motivasi. Di pertemuan pertama
Dengan demikian dapat ini peneliti kembali memberikan motivasi
disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam yang lebih maksimal dan kembali
mengikuti kegiatan belajar belum menyatakan pengaharapan agar siswa
menunjukkan hasil yang memadai. Hal itu lebih berkontribusi dalam kegiatan belajar.
sepertinya disebabkan oleh kurangnya Dalam upaya memberi apersepsi dan
motivasi belajar siswa dalam belajar. motivasi maksimal tersebut, peneliti
Rendahnya motivasi tersebut agaknya menayangkan sebuah vidio bertemakan
timbul dari kecemasan siswa untuk tampil motivasi sehubungan dengan bagaimana
dan menunjukkan kemampuan dirinya. sesorang yang berilmu pengetahuan akan
Namun demikian, apabila dibandingakan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi

43
di antara orang-orang di sekitarnya. Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
tampak sangat tertarik dan terlihat menjadi kegiatan belajar.
Tabel 1. Data Kegiatan Belajar Siswa Siklus I
No Nama Kriteria yang Dinilai
siswa Bertanya Mengerjakan Menjawab Menyelesaikan Menanggapi
tugas tugas Presentasi
1 S-1 √ √
2 S-2 √ √
3 S-3 √
4 S-4
5 S-5 √
6 S-6 √
7 S-7
8 S-8 √
9 S-9 √ √
10 S-10
11 S-11 √
12 S-12
13 S-13
14 S-14
15 S-15 √ √
16 S-16 √
17 S-17 √ √
18 S-18 √ √
19 S-19 √
20 S-20 √ √ √
21 S-21
22 S-22 √ √ √ √
23 S-23 √
24 S-24
25 S-25 √ √
26 S-26 √

Demikianlah, di pertemuan ke dua dilaksanakannya tes di pertemuan keempat


peneliti kembali menjelaskan kelanjutan Siklus II. Kegiatan belajar tetap direkam,
materi di Siklus I. Peneliti tetap peneliti mencatat hal-hal yang dianggap
menggunakan fasilitas lapotop dan perlu ditelaah berdasarkan suasana belajar
proyektor untuk membuat kegiatan belajar tersebut dan peneliti terus memberi
menjadi lebih efisien. Peneliti memberi dorongan kepada siswa untuk
kesempatan kepada seluruh siswa untuk mengerjakan soal latihannya sebaik-
bertanya dan mengemukakan pendapat. baiknya. Hasil pengamatan peneliti dan
Selanjutnya peneliti memberi tes menulis hasil transikripsi vidio pembelajaran
dan masing-masing kelompok terkait peningkatan aktivitas belajar siswa
mendiskusikan soal tersebut untuk dapat diamati berdasarkan Tabel 2.
kemudian dipresentasikan, sebelum

44
Tabel 2. Data Kegiatan Belajar Siswa Siklus II

No Nama Kriteri yang Dinilai


siswa Bertanya Mengerjakan Menjawab Menyelesaikan Menanggapi
tugas tugas Presentasi
1 S-1 √ √ √ √
2 S-2 √ √ √
3 S-3 √ √ √ √
4 S-4 √ √
5 S-5 √ √ √
6 S-6 √ √
7 S-7 √ √
8 S-8 √ √ √ √
9 S-9 √ √
10 S-10 √
11 S-11 √ √ √ √ √
12 S-12 √
13 S-13 √
14 S-14 √ √
15 S-15 √ √ √
16 S-16 √
17 S-17 √ √ √ √
18 S-18 √ √
19 S-19 √ √
20 S-20 √ √ √ √
21 S-21 √
22 S-22 √ √ √ √
23 S-23 √
24 S-24 √ √ √
25 S-25 √ √ √ √ √
26 S-26 √ √ √

Tabel 2 dijelaskan sebagai berikut. menyeselaikan tugasnya dengan


Di Siklus II penelitian itu telah terjadi 12 memuaskan. Selama presentasi di Siklus II
aktivitas bertanya. Ada 21 aktivitas telah ada 10 siswa yang benar-benar
mengerjakan tugas di Siklus II penelitian terlibat dalam sesi presentasi tersebut.
ini, yang menunjukkan bahwa hanya lima Telah ada 69 aktivitas yang maksimal
siswa yang tidak mengerjakan tugasnya. yang ditandai dalam kegiatan belajar
Selama Siklus II berlangsung ada 13 siswa mengajar Bahasa Inggris di Siklus II
yang mampu menjawab pertanyaan penelitian ini.
dengan memuaskan. Ada 13 siswa di Adapun hasil tes tulisan siswa di
Siklus II penelitian ini yang mampu setiap sesi disajikan pada Tabel 3.

45
Tabel 3. Nilai Tes Studi Pendahuluan, Siklus I dan Siklus II
Tes
No Nama Jenis Kelamin
Pra siklus Siklus I Siklus II
1 S-1 L 52 56 78
2 S-2 L 43 53 59
3 S-3 L 48 77 77
4 S-4 L 46 66 70
5 S-5 P 55 73 78
6 S-6 L 52 57 77
7 S-7 P 56 76 78
8 S-8 P 73 74 76
9 S-9 P 50 75 79
10 S-10 L 41 63 74
11 S-11 L 61 68 68
12 S-12 P 75 78 79
13 S-13 L 55 59 76
14 S-14 P 82 87 92
15 S-15 L 54 74 73
16 S-16 L 62 67 79
17 S-17 L 62 74 77
18 S-18 L 66 75 79
19 S-19 P 77 79 82
20 S-20 P 58 76 82
21 S-21 P 47 77 79
22 S-22 P 46 78 84
23 S-23 P 78 78 86
24 S-24 P 54 76 79
25 S-25 P 55 67 78
26 S-26 P 68 77 82
Nilai rata-rata 58, 30 76, 00 76, 16
Nilai Tertinggi 82 87 92
Nilai Terendah 41 60 60
Persentase Ketuntasan 21 % (TT) 65% (TT) 96% (T)

Berdasarkan Tabel diatas dapat menulis teks Report di Kelas IX di SMP


disimpulkan bahwa potensi siswa dalam Negeri 4 Cirebon. Selanjutnya, tampak
mengikuti kegiatan belajar telah bahwa, model pembelajaran Kooperatif
menunjukkan hasil yang memuaskan, yang tipe STAD disenangi oleh siswa sehingga
sepertinya disebabkan meningkatkan membawa dampak positif terhadap yang
keberanian dan rasa percaya diri siswa lain, seperti dapat melatih siswa untuk
dalam mengikuti kegiatan belajar. Dari lebih bertanggung-jawab dalam
data-data di atas peneliti kemudian keberhasilan kelompoknya. Kemudian
memperoleh kesimpulan sebagai berikut. dampak lain yang sangat berpengaruh
Implementasi Metode Pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Kooperatif Tipe STAD mampu STAD membuat siswa menjadi termotivasi
meningkatkan potensi siswa dalam belajar untuk bertanya, terutama saat berdiskusi.

46
Dengan termotivasinya siswa saat tergantung pada minat dan motivasi siswa.
berdiskusi, akhirnya aktivitas belajar siswa Suasana diskusi yang menyertai kegiatan
menjadi meningkat, sehingga dapat belajar dengan implementasi model
mendorong siswa untuk belajar lebih baik. pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
cenderung menjadikan suasana kelas tidak
KESIMPULAN DAN SARAN
kondusif, untuk itu guru yang
Dari hasil pengamatan peneliti mengimplementasikan model
tentang pengembangan potensi siswa pembelajaran ini harus memiliki
dalam belajar menulis teks report di Kelas penguasaan kelas yang baik. Masih
IX di SMP Negeri 4 Cirebon diperoleh diperlukan penelitian yang lebih jauh
kesimpulan sebagai berikut. Implementasi dalam skala yang lebih besar terkait
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe implementasi model pembelajaran
STAD mampu meningkatkan potensi Kooperatif Tipe STAD di tingkat sekolah
siswa dalam belajar menulis teks Report di menengah atas, mengingat penelitian yang
Kelas IX di SMP Negeri 4 Cirebon. dilaksanakan ini diselenggarkan dalam
Terjadi peningkatan aktivitas siswa yang waktu yang relatif singkat dengan
menunjukkan ke arah peningkatan instrumen penilaian yang sederhana.
motivasi, di mana dari 30 aktivitas (Siklus
I) menjadi 69 aktivitas (Siklus II). DAFTAR PUSTAKA
Peningkatan hasil belajar siswa mulai dari Arikunto & Suharsimi. 2008. Penelitian
rata-rata nilai 58, 30/21% tuntas (Studi Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
awal) menjadi rata-rata 76, 00/65% tuntas Aksara
(Siklus I) dan akhirnya menjadi 78, Depdiknas. 2006. Kurikulum Bahasa
16/96% tuntas (Siklus II). Implementasi Inggris 2006 untuk Sekolah
model pembelajaran Kooperatif Tipe Menegah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Departemen
STAD disenangi oleh siswa sehingga
Pendidikan Nasional.
membawa dampak positif terhadap siswa
sehubungan dengan melatih siswa untuk Depdiknas. 2013. Kurikulum Bahasa
Inggris 2006 untuk Sekolah
lebih bertanggung-jawab dalam
Menegah Pertama dan Madrasah
keberhasilan kelompoknya. Implementasi Tsanawiyah. Jakarta: Departemen
model pembelajaran Kooperatif tipe Pendidikan Nasional.
STAD memotivasi untuk bertanya,
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan
terutama saat berdiskusi, sehingga dengan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
termotivasinya siswa saat berdiskusi, Cipta.
akhirnya aktivitas belajar siswa menjadi
Djamarah & Bahri, S. 2000. Guru dan
meningkat, sehingga dapat mendorong Anak-Anak Didik Dalam Interaksi
siswa untuk belajar dengan lebih baik. Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Namun demikian, sangat
Lie, A. 2004. Cooperative Learning.
diperlukan motivasi maksimal dari guru Jakarta: Gransino.
terhadap siswa yang mengikuti kegiatan
Nurasma. 2006. Model Pembelajaran
belajar dengan implementasi model
Kooperatif. Jakarta: Departemen
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pendidikan Nasional.
mengingat kegiatan belajar yang
Rofiq, M. N. 2010. Pembelajaran
diselenggarakan dengan metode ini sangat
47
Kooperatif (Cooperative Learning) Surakhmad. 1995. Pengantar Penelitian
dalam Pengajaran Pendidikan Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik.
Agama Islam. Jurnal Falasifa. Bandung: Tarsito.
1(1). Wardhani, S. 2006. Contoh Silabus dan
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi RPP Bahasa Inggris SMP.
Belajar Mengajar. Jakarta: Yogyakarta: PPPG Bahasa Inggris.
Rajawali. Widowati & Budijastuti. 2001.
Slavin. 1995. Cooperative Learning: Pembelajaran Kooperatif.
Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Surabaya: Universitas Negeri
Nusa Media Surabaya.
Sugiono. 2006. Metodologi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alpabeta.

48

Anda mungkin juga menyukai