Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

HUKUM KETENAGAKERJAAN DAN PERBURUAN

NAMA : KORNELIS METE

NIM :17313547

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUANG

2018
A. masa perbudakan
Orang atau budak melakukan pekerjaan dibawah pimpinan atau kehendak
pemiliknya. Budak tersebut tidak memiliki hak ( bahkan hak untuk hidup
sekalipun karena hidup matinya berada di tangan pemiliknya) yang mereka
miliki hanyalah kewajiban untuk melakukan pekerjaan demi kepentingan
pemilik budak
Secara sosiologis ; budak sama dengan manusiaSecara yuridis ; budak
sama dengan barang (para pemilik budak dapat melakukan apa saja terhadap
budak miliknya)Pemilik budak ; pemilik hak tanpa kewajiban, ia tidak
memiliki kewajiban untuk memberikan upah atau uang untuk
budaknya.Budak ; hanyalah memiliki kewajiban untuk melakukan kehendak
atau perintah dari si pemiliknya tanpa memiliki hak.
Di indonesia kedudukan dari budak itu sendiri lebih baik dari negara
lainya, hal ini dikarenakan aturan – aturan hukum yang berlku di indonesia
berdasarkan kepada pancasila ( yakni sila yang ke – 2 dan sila ke – 5 ).Campur
tangan pemerintahan belanda, yang melarang pemasukan budak dari luar
kepulauan jawa ( UU rengeling reglemen [RR] 1818 pasal 115 yang berisi
tentang perlakuan terhadap para budak dan keluarga budak. Bagi yang
melakukan penganaiayaan terhadap seorang budak dapat dipidana dengan
denda 10 – 500 rupiah pada zaman itu ).
untuk mengurangi jumlah bertambahnya budak maka terdapat beberapa
peraturan yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain sebagai berikt :

 Peraturan tentang pendaftran budak


 Peraturan tentang pajak budak (semakin banyak budak yang dimilika
maka semakin bnayak juga pajak yang harus dibayarkan)
 Larangan perdagangan budak
 Larangan pengangkutan budak yang masih dibawah 10 tahun atau anak –
anak
 Peraturan tentang pembebasan pelaut yang dijadikan budak
 Ketentuan menegenai budak harus tetap tinggal bersama dengan keluargay
( tidak boleh disekap)
“secara tidak langsung peraturan serta ketentuan yang ada pada zaman itu
mengenai budak memiliki tujuan untuk menghapuskan perbudakan yang ada “
THOMAS STAMFORD RAFFLEES ( seorang anti perbudakan) yang
mendirikan THE JAVA BENNEVOLLENT INTITUTION (lembaga anti
perbudakan) pada tahun 1816. Namun cita – cita nya tersebut belum sepat
terealisasikan karena ia harus segera kembali kenegaranya yang mendapat
peristiwa pengeboman” Hal ini baru dapat terwujud pada tahun 1854 yang
secara formal diatur dalam rengeling reglement [RR] 1818 pada pasal 115 –
117 yang kemudian dirubah menjadi pasal 167 – 117 indische staatreglemen
[IS]. Dan pada tanggal 1 januaeri 1860 perbudakan di indonesia di hapuskan.

B. masa perhambaan
Suatu lembaga yang tidak berbeda jauh dengan perbudakan karena sama –
sama menganggap manusia sebagi barang yang langka. Yang di akibatkan dari
adanya gadai dan menimbulkan adanya hamba.
Apabila seorang pemberi gadai (yang menerima pinjaman) menyerahkan
dirinya sendiri atau orang lain yang dia kuasai atas pemberian sejumlah uang
oleh seorang penerima gadai (yang memberikan pinjmaan ) maka si penerima
gadai berhak memberikan perintah kepada seorang “hamba“ orang yang
digadaikan oleh si pemberi gadai dan hamba tersebut berkewajiban untuk
mematuhi perintah si penerima gadai.
Dengan suatu kewajibannya (si penerima gadai) untuk memerdekakan
kembali pada si pemberi gadai setelah uang yang di pinjamnya dapat di
lunaskannya. (dalam artian disini seorang hamba hanya digunakan sebagai
jamina oleh si pemberi gadai hingga pada akhirnya ia dapat melunasi
utangnya. Jadi hamba tersebut hanya dapat mebayar bunga dari pinjaman dari
si pemberi gadai itu saja
C. masa peruluran
Sebuah lembaga yang pada saat itu para penggarap tanah dan tanah – tanah
yang digarap merupakan pemberian atau pembagian atas pemerintah kolonial
belanda dan terhadap yang diberikan tanah disebut dengan “ulur” dan para ulur
itu diwajibkan untuk menanam tanaman tertentu sebagi gantinya.
Peruluran muncul sebagai akibat dari JAN PETTERZOON COEN (1621 –
1622) yang melakukan suatu tindak kekerasan terhadap penduduk di pulau
banda. Ada yang dibunuh dan juga ada yang melarikan diri dan meninggalkan
pulau banda agar tidak dibunuh hingga pada akhirnya pulau banda tidak
berpenghuni.
Kemudian tanah – tanah kosong di pulau banda tersebut di petak – petakan
oleh para koloni dan dibagikan kepada ulur atas jasa – jasanya kepada para
koloni. Namun, para ulur tersebut di haruskan untuk menanam tanaman
tertentu yang kemudian dijual kembali kepada para koloni dengan harga yang
sudah ditentukan ( tanam paksa ). Namun masa peruluran ini dapat
dihapuskaan, bersamaan dengan penghapusan perbudakan pada tanggal 1
januari 1860
D. Pekerjaan Rodi (gotong royong)
Pekerjaan rodi pada mulanya merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh
anggota atau warga masyarakat untuk kepentingan bersama. Namun karena
berbagai alasan dan keadaan dari gotong royong ini menjadi kerja paksa untuk
kepentingan seseorang atau pihak lain tanpa bayaran dan hal tersebut
dimanfaatkan oleh para koloni untuk melakukan sesuatu demi kepentingannya
sendiri. Pada zaman DAENDLES terkenal karena kerja paksanya yakni
pembuatan jalan dari anyer ke penarukan yang menggunakan tenaga para rodi.
Kerja rodi digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Rodi gubernemen : rodi untuk kepentingan gubernemen (pemerintah pada
zaman kolonial) dan juga para pegawai – pegawainya.
2. Rodi perorangan : rodi untuk kepentingan kepala – kepala atau pembesar –
pembesar pada zaman kolonial.
3. Rodi desa : rodi untuk kepentingan desa
Dari ketiga rodi diatas, yang mana bentuk rodi yang pertama dan kedua
merupakan hal yang lebij buruk daripada perbudakan. Kenapa? Karena adanya
larangan memberikan pemondokan, sandang dan juga pangan bari pada rodi.
Sedangkan rodi desa tidak seperti rodi gubermen dan juga rodi perorangan
karena rodi desa untuk kepentingan desa jadi hal ini bukan termasuk kerja
paksa. Dalam ILO (international labour organisation) atau perjanjian
international rodi desa tidak dianggap sebagai kerja rodi karena terdapat
ketentuan – ketentuan tertentu yang tidak memberatkan para rodi, seperti
dilarang mempekerjakan rodi di luar kepentingan desa, diharuskan untuk
mempertimbangkan jarak antar rumah rodi dengan tempat ia bekerja.
Pada rengeling reglement (RR) 1830 pasal 80 diperkenalkan pula untuk
berbagai macam perkebunan, yang perluasannya sangat dipentingkan untuk
umum, walaupun dalam pasal 14 RR bahwa rodi harus dibayar dengan upah itu
hanyalah sebuah teori. Bahwa kenyataanya para rodi itu tidak diberikan upah.
Pada tanggal 3 september 1864 Gubernur Jendral Dwijmar Van
Twistmengeluarkan peraturan bahwa rodi itu dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Rodi umum : rodi untuk membuat atau memelihara bangunan negara.
Rodi ini juga tidakdapat dilakukan sembarang waktu. Jika pada musim
panen tidak boleh mempekerjakan para rodi.
2. Rodi khusus : rodi untuk menjaga gudang dan juga pos – pos penjagaan.
Thomas Stamford Raffless pada tahun 1813 beliau sudah
memproklamirkanuntuk memnghapuskan kerja rodi namun usahanya itu
belum sempat terlaksanakan. Dan akhienya dengan berbagai usaha dan upaya
pada tangga 1 februari 1938 rodi dinyatakan hapus sedangkan untuk kebun
partikelir sendiri hapus pada tahun 1942.
E. Punale Sanksi
Zaman ini meliputi masa antara tahun 1872 – 1879 dan masa antara 1880 –
1941. Pada awalnya dengan dikeluarkannya agrarische wet (UU agraria) stb.
1870 No. 55 yang mendorong timbulnya perusahaan perkebunan swasta besar
sehingga buruh menjadi persoalan yang cukup penting bagi para pengusaha
tersebut.
Untuk menjamin perusahaan itu mendapatkan buruh yang tetap dalam
melakukan pekerjaanya maka di keluarkan peraturan algemeine polite
staatreglement ditambahkan dengan stb. 1872 No.111 yang menetapkan
bahwa buruh yang tidak ada dengan alasan yang yang dapat diterima (tanpa
alasan) meninggalkan atau menolak melakukan pekerjaan dapat di pidana
dengan denda 16 – 25 rupiah pada zaman itu atau dengan kerja paksa 7 – 12
hari. Namun peraturan ini mendapat kecaman dari berbagai pihak baik dari
dalam maupun dari luar dengan itu peraturan ini di cabut atau dihapuskan
pada tahun 1879.
Kemudian pada tahun 1880 lahir kembali peraturan yang serupa yang
dikenal dengan kuli ordonantie untuk sumatra timur, yang dikeluarkan dengan
stb. 1880 No. 133 peraturan terebut mengatur tentang hak dan kewajiban
antara buruh dengan majikannya (semacam perjanjian kerja). Namun
kenyataanya hak dan kewajiban tersebut tidak dilakukan dengan baik itu
hanyalah sekedar perjanjian kerja yang mana merugikan salah satu pihak. Para
pekerja tidak diberikan upah, mereka juga diberikan sanksi berupa ancaman
apabila mereka melarikan diri dari pekerjaannya.
Punale sanksi adalah sebutan bagi para buruh yang melakukan penolakan
untuk melakukan pekerjaan atau yang melarikan diri dari pekerjaanya. Jadi
untuk menggiring buruh itu kembali untuk melakukan pekerjaanya dibantu
oleh polisi. Tujuan dari dilakukannya punale sanksi ini semata – mata hanya
untuk mengikat buruh dari pekerjaanya. Berikut ketentuan – ketentuan punale
sanksi dan kedudukan buruh dengan majikan sebagai berikut ;
buruh tidak boleh meninggalkan perusahaan tempat ia bekerja tanpa izin
tertulis dari majikannya. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dianggap telah
melakukan tindak pidaa karena telah melarikan diri. Dan dapat diancam
dengan denda 50 rupiah dan kakal (kerja keras) selama satu bulan.
buruh wajib secara teratur melakukan pekerjaanya. Jika tidak akan dikenakan
denda 50 rupiah dan kakal (kerja keras) selama satu bulan.
jika buruh meninggalkan perusahaan maka ia wajib untuk membawa kartu
identitas (seperti ktp yang memuat nama, umur,kebangsaan). jika buruh dalam
masa hubungan kerjanya ia diadili atau dipidana makasetelah itu ia di adili
atau dipidana ia akan dibawa kembali ke perusahaan tempatnya bekerja oleh
polisi (termasuk setelah ia sembuh dari rumah sakit) Dilarang memberikan
pemondokan bagi seorang buruh dalam keadaan bagaimanapun juga buruh
tidak dapat memutuskan hubungan kerja secara sepihak.
Penyelidikan dilakukan oleh rhemreu pada tahun 1903 yang pada
akhirnya ia dapat membuktikan adanya keadaan perburuhan yang sangat
menyedihkan seperti adanya pemerasan tenaga kerja, penyalahgunaan
kekuasaan oleh pengadilan dan juga penganiayaan. Sehubungan dengan itu
pada tahun 1904 dibentuklah instansi pengawasan perburuhan tersendiri di
sumatra timur yang di kenal dengan ARBEID SPECTIE. Kemudian dilakukan
upaya untuk menghapuskan punale sanksi dengan dicabutnya punale sanksi
stb. 1941 No. 514 maka sejak tanggal 1 januari 1941 punale sanksi lenyap dari
dunia perburuhan.

Hukum perburuhan atau panca krida yakni perjuangan untuk buruh yang
terdiri dari :
1. membebaskan manusia indonesia dari perburuhan dan perbudakan
2. membebaskan penduduk indonesia dari rodi dan kerja paksa
3. membebaskan penduduk indonesia dari punale sanksi
4. membebaskan buruh dari rasa ketakutn kehilangan pekerjaanya secara
semena – mena.
5. memberikan kedudukan hukum yang seimbang kepada para buruh dan
memberikan kedudukan ekonomi yang layak.
Yang pertama, kedua dan ketiga sudah terwujud namun yang keempat dan
kelima masih dalam tahap perjuangan yakni belum terwujudnya untuk
memberikan upah (perekonomian) yang layak bagi para butuh.

Anda mungkin juga menyukai