Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS

DI RUMAH SAKIT UMUM SYLVANI


TAHUN 2018

TIM MANJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


RUMAH SAKIT UMUM SYLVANI
TAHUN 2018

RUMAH SAKIT UMUM SYLVANI


JL. Perintis Kemerdekaan No. 21 Binjai, Telp. (061) 800 45925, (061) 8831 755
KESEHATAN DAERAH MILITER I/BUKIT
Email BARISAN
: rsusylvani@gmail.com
RUMKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU
PANDUAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS
RUMAH SAKIT UMUM SYLVANI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

Organisasi pelayanan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif
bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung.Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik,
medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara
khusus manajemen harus berusaha untuk :
a. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
b. mencegah kecelakaan dan cedera
c. memelihara kondisi yang aman

Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan multidisiplin


sebagai berikut :
a. Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan
sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis yang disediakan secara
aman dan efektif.
b. Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara mengurangi
risiko dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan situasi-situasi yang
berisiko.
c. Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting dan
mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana tertulis yang
meliputi enam bidang :
a. Keselamatan dan Keamanan
1) Keselamatan.
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan
bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
2) Keamanan.
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan
oleh pihak yang tidak berwenang.
b. Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya
dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.

c. Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan
dijalankan secara efektif.
d. Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan asap.
e. Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar
mengurangi risiko.
f. Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan dalam
kegiatan kerja dapat diminimalkan.

2. Identifikasi Area Risiko.

Dalam upaya Manajemen Risiko fasilitas di Rumah Sakit Umum Sylvani dilakukan
identifikasi terhadap risiko terjadinya ancaman Keselamatan dan Keamanan baik terhadap
staf, pasien maupun pengunjung :
a. Identifikasi Area Risiko

JENIS RISIKO KESELAMATAN dan


NO AREA RISIKO
KEAMANAN di RUMAH SAKIT
1 2 3
1. Kedaruratan/ Bencana Ruang Rawat Inap, IGD,Rawat Jalan,
a. Internal : Laboratorium, OK, Radiologi, IPAL,
1) Ledakan tabung gas Dapur,Farmasi, Pergudangan, Seluruh
2) Keracunan gas perkantoraN.
3) Keracunan makanan
4) Kebakaran
5) Gempa bumi
6) Ledakan bom
b. Eksternal :
1) Gempa bumi
2) Ledakan
3) KecelakaanLalu lintas
4) Keracunan makanan
5) Kebakaran
6) Wabah penyakit
7) Banjir
Ruang Baby, Nicu, Ruang Rawat
2 Penculikan Bayi
Inap, Poliklinik,IGD
Poliklinik, IGD, Rawat Inap,
3 Pencurian
pergudangan
4 Kekerasan Fisik Poliklinik, IGD, Rawat Inap
5 Cedera Fisik Semua tempat
6 Terpapar Radiasi Radiologi
7 Pasien hilang/ minggat Ruang rawat Inap
Poliklinik, IGD, ruang rawat Inap,
8 Tertusuk jarum/ benda tajam Laboratorium, OK, petugas
kebersihan sampah.

3. Koordinasi dan Kewenangan.

Koordinasi dan kewenangan dilakukan oleh IPSRS, dan mengkoordinir inspeksi dan
pemeliharaan seluruh kemajuan dan pengelolaan resiko pada aktivitas dan fungsi fasilitas
rumah sakit. Kepemimpinan tim ini memastikan bahwa dilakukan monitoring dan evaluasi
dan memastikan sumber-sumber untuk peningkatan fungsi fasilitas yang mendukung
keselamatan bagi masyarakat rumah sakit, pasien, keluarga pasien, karyawan rumah sakit,
dan pengunjung.

BAB II
PENATALAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS

4. Keselamatan dan Keamanan.

a. Tujuan.
1) Meminimalkan risiko dan bahaya yang dapat terjadi dalam lingkungan fisik
rumah sakit.
2) Mengelola aktifitas staf untuk mengurangi cedera pekerjaan dan
lingkungan.
b. Ruang Lingkup.
1) Pencegahan terjadinya pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik
masyarakat rumah sakit.
2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung di
rumah sakit.
3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun
renovasi gedung.
4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground,
termasuk parkir.
6) Pencegahan cedera karena jarum atau benda tajam.
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas radiologi.
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
9) Mencegah terjadinya pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.

Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit yaitu
semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis yang
ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien, keluarganya,
pengunjung dan karyawan rumah sakit :

1) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik masyarakat


rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
masyarakat rumah sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan secara
paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi, pengunjung dibatasi
jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/ menginap di rumah sakit
diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan pemasangan trail sesuai kebutuhan
keselamatan keamanan, pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak membawa
barang berharga dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera untuk
mengindentifikasi kejadian yang mengancam keselamatan dan keamanan.

2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung di


rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan karyawan dilindungi oleh rumah sakit dari bahaya
akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun karyawan
rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas, pasien/ maupun
keluarga mengindetifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun
fisik.

3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun


renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena
polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang diakibatkan oleh
adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit. Oleh karena itu untuk setiap
proses renovasi bangunan gedung baru dan proses pemusnahan, area bangunan
tersebut dilindungi dengan menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi
larangan masuk, kecuali yang berkepentingan
4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit (handrail, trali jendela,
pintu kamar mandi, nurse call, lantai beda level/ licin, fasilitas penanganan
kebakaran, pengamanan tempat tidur, kamera di unit risiko gangguan keamanan).
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari cedera, jatuh,
pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas nurse call untuk semua
pasien, trali jendela untuk keamanan dari pencurian sesuai kebutuhan, handrail
untuk pemegangan saat pasien berjalan maupun duduk di ruangan perawatan
termasuk kamar mandi dan disekitar bangunan RS, pengamanan tempat tidur
untuk mencegah pasien jatuh, pemasangan smoke detector di gedung berisiko,
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah pasien jatuh, pintu
kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat segera membantu pasien
yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu dibuka paksa, dan fasilitas lain yang
dibutuhkan.
5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground
(penataan selokan/ got/ kabel/ pipa/ penempatan tabung gas, fasilitas bermain
anak, pagar, taman, trotoar dan pembatas jalan, pengaturan parkir).
a) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari
segi fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup dan
tidak bau.
b) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang maupun
pecahan beton.
c) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
d) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus
sehingga tidak mengancam keselamatan
e) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah jatuhnya
tabung, serta akses masuk dibatasi.
f) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya
lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat
berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
g) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak ada
bagian yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat menyebabkan
keselamatan fisik anak terganggu
h) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
i) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit. Akses masuk ke
dalam rumah sakit ada di piketan, IGD, Poliklinik,Dapur dan Angkutan.
j) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2
kali dalam sehari yaitu jam 10.00-12.00 dan jam 16.00-18.00
k) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu.
Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat
rumah sakit maka semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit Tk II
Putri Hijau menggunakan label Identitas dan pakaian seragam sesuai
ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang,
maupun malam. Untuk tamu rumah sakit seperti Medical Representative
dan tamu rumah sakit diberikan identitas tamu yang dikelola oleh petugas
security.
6) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.
Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga tidak
mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena
jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.
(SOP penanganan tertusuk jarum/ benda tajam).
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.
a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena
dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan dilakukan
perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron masih tetap aman
digunakan. Perawatan terhadap apron dilakukan setiap hari setelah
digunakan oleh petugas radiologi, sedangkan uji terhadap efektifitas apron
dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi yang
di uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan keefektifan
badge tersebut.
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang masuk
ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien memiliki ID
berupa kartu ijin menunggu saat berada di ruangan perawatan.Pintu ruangan
dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang dioperkan setiap shif.

9) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada
tangannya, petugas security melakukan pengawasan apabila ada seseorang
dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan tanpa
didampingi oleh petugas rumah sakit.Bila petugas security menemukan individu
seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi pada pasien tersebut dan
melakukan kontak dengan ruangan perawatan untuk koordinasi.

c. Koordinasi dan Wewenang.


IPSRS bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program
keselamatan dan keamanan rumah sakit dengan menyesuaikannya dengan peraturan
dan UU yang berlaku, termasuk mengkoordinasikan aktivitas yang dilakukan oleh tiap-
tiap instalasi, bagian/ unit kerja lainnya dan staf maupun rekanan yang berkaitan
dengan keselamatan lingkungan rumah sakit. IPSRS memiliki kewenangan untuk
mengambil tindakan segera dalam situasi yang mengancam hidup, kesehatan dan
keamanan proferti rumah sakit.
Semua level pimpinan di rumah sakit dari Kepala ruangan sampai Direktur Rumah
Sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa area tempat mereka bekerja semua
aspek telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur keselamatan dan keamanan.
Semua anggota dan karyawan serta siswa rumah sakit bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan dan prosedur keselamatan dan keamanan.
Koordinator penanggung jawab, bertemu setiap bulan dengan Tim K3RS yang
merupakan tim multidisiplin untuk memfasilitasi temuan dan dapat memberikan
masukan berkaitan dengan pelaksanaan program keselamatan dan keamanan. Informasi
dan data diidentifikasi dan dikompilasi yang merupakan bagian dari kegiatan
keselamatan dan keamanan rumah sakit yang selanjutnya dipresentasikan dan diberikan
masukan untuk dilakukan review dan dibuatkan rekomendasi. Penanggung jawab
program membuat laporan triwulan kepada Direktur Rymah Sakit.
d. Program Review dan Evaluasi.
Koordinator program ini bertanggung jawab :
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan infeksi keseluruh
gedung dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan program
keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Program inspeksi ini menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating pada
perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan pencapaian
dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan sekali kepada Karumkit.
5) Managemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi setiap
2 tahun sekali oleh koordinator program dan berkoordinasi dengan Tim K3RS.

e. Program Pendidikan
1) Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan
keselamatan dan keamanan di rumah sakit
2) Staf terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali tentang program
penatalaksanaan keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
3) Staf yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir keselamatan dan
keamanan di rumah sakit memiliki pengetahuan tentang ini.

5. Bahan Berbahaya

a. Tujuan.
Mengelola material yang diketahui memiliki potensi membahayakan bagi
manusia maupun lingkungan.Penatalaksanaan ini dilakukan untuk meminimalkan risiko
bahaya maupun cedera. Proses yang dilaksanakan meliputi edukasi, informasi prosedur
untuk penggunaan yang aman, penyimpanan dan pembuangan serta pengelolaan bila
terpapar dengan jatuhan bahan berbahaya ini. Dan proses ini dibuat juga untuk
mengevaluasi risiko yang dapat mengancam hidup maupun kesehatan pasien,
pengunjung dan staf rumah sakit.

b. Ruang Lingkup.
Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh bermacam-
macam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi lingkungan rumah sakit, pada
pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit, juga agar dapat dilaksanakan sesuai
peraturan dan kebijakan yang ada, ruang lingkupnya yaitu :
1) Menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)yang dipergunakan dan
limbah yang dihasilkan di rumah sakit.
2) Data bahan berbahayadan beracun yang ada diidentifikasi dalam Material
Safety Data Sheets (MSDS) atau dokumen sejenis yang disediakan oleh supplier
atau pabrik.
3) Respon efektif yang cepat dibutuhkan untuk setiap kejadian tumpahan,
kebocoranatau paparan bila terjadi.
4) Proses yang digunakan untuk memilih, transportasi, penyimpanan,
penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk memilah,
memisahkan,transportasi, penyimpanan, membungkus dan membuang
limbahberbahaya yang ditulis lengkap pada SOP.
5) Proses monitoring khusus dilakukan untuk mengelola gas, asap, maupun
radiasi berbahaya yang tidak dapat dideteksi oleh manusia.

c. Identifikasi Bahan Berbahaya.


Dalam upaya mengelola bahan berbahaya di Rumah Sakit Umum Sylvani
dilakukan identifikasi terhadap bahan berbahaya yang digunakan oleh rumah sakit
yaitu:
1) Inventarisasi B3. Jumlah B3 di Rumah Sakit Umum Sylvani yaitu :

NO BAHAN BERBAHAYA NO BAHAN BERBAHAYA


1 Alhokol 10 Halotan
2 Asam Asetat 11 Hydrogen Peroksida
3 Asam Klorida 12 Iodine
4 Asam Sulfat 13 Kapur Barus
5 Bensin/Bensol 14 Klorin
6 Cidex 16 Methanol
7 Elpiji 17 Nitrogen Dioksida
8 Formalin 18 Timbal
9 Freon

2) Distribusi B3 berdasarkan Ruangan/unit pelayanan/Instalasi :


AREA PEMAKAIAN
NO JENIS B3
(INSTALASI)
1 2 3
1 Instalasi Rawat Jalan/ 1. Alkohol
Poliklinik 2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
2 Instalasi Rawat Inap 1. Alkohol
2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
3 Instalasi Laboratorium 1. Alkohol
2. Asam Asetat
3. Asam Klorida
4. Asam Sulfat
5. Methanol
4 Instalasi Kamar Bedah 1. Alkohol
2. 2. Halotan
3. 3. Nitrogen Dioksida
5 Kamar Jenazah 1. 1. Alkohol
2. 2. Formalin
6 IGD 1. Alkohol
2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
7 Instalasi Farmasi 1. 1. Cidex
2. 2. Formalin
8 Instalasi Radiologi 1. 1. Timbal
9 IPSRS 1. 1. Elpiji
2. 2. Freon
3. 3. Klorin

3) Inventarisasi Limbah Berbahaya


a) Limbah citotocic : ampul, vial, spuit obat kemoterapi, dihancurkan ke
incineratordengan suhu 1200° C
b) Limbah Radioactive : tidak ada
c) Limbah farmasi: cairan/ bahan padat pengolahan obat/ bahan medis
dari instalasifarmasi
d) Limbah Infeksius dan benda tajam : cairan, bagian tubuh pasien,
bahan/ alat yangkontak dengan pasien. Benda tajam: silet/ pisau, jarum,
pecahan ampul, dll
e) Limbah kimia: seperti gula, asam amino, garam tertentu, cairan kimia
buangan diunit radiologi dan laboratorium
f) Limbah merkuri: jatuhan merkuri

d. Penatalaksanaan Bahan Berbahaya


1) Pengelolaan B3: Pengadaan-Penyimpanan di gudang-Distribusi
(transportasi)- Penyimpanan di unit pelayanan-Pemakaian B3 dan alur
pengelolaan limbah berbahaya.
a) Pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan akan B3 di
unitpelayanan sesuai dengan ketentuan RS
b) Penyimpanan di gudang :
(1) Bahan mudah terbakar seperti alcohol, ditempatkan pada area
yg jauh dari panas
(2) Bahan kimia ditempatkan di gudang medis di lemari B3
(3) Bahan-bahan berbahaya yang tidak memiliki resiko terbakar
ditempatkan di lemari penyimpanan biasa.
c) Distribusi (transportasi) : bahan berbahaya (radiologi dan lab)
diambil dari gudang rumah sakit untuk dibawa ke unit pelayanan
menggunakan troly- dengan kemasan asli dari produsen.
d) Penyimpanan di unit pelayanan: ruang perawatan menyimpan bahan
yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dalam 1 minggu, yang disimpan di
lemari penyimpanan bahan berbahaya di gudang ruangan. Jumlah
Bahan yang disimpan hanya untuk memenuhi kebutuhan 1 minggu.
e) Penggunaan dan penanganan bila terkena B3 pada tubuh :
semua B3 digunakan sesuai dengan MSDS
f) Penatalaksanaan tumpahandengan peralatan dan prosedur
perlindungan yang sesuai :
(1) Tumpahan cairan tubuh pasien: Staf menggunakan sarung
tangan, tissue/ koran untuk mengambil tumpahan, disemprotkan
desinfektan lalu di lap.
(2) Tumpahan mercuri dengan menggunakan spill kit mercuri:
sarung tangan, masker, gaun dan topi, spuit 10 cc, serbuk belerang,
spon, kuas, zip lock.
(3) Tumpahan citotocic dengan menggunakan: sarung tangan ,
masker N95, gaun, topi, google, sepatu boot; cairan deterjen; lap
absorband
2) Pembuangan Limbah Berbahaya
a) Limbah citotocic : ampul, vial, spuit obat kemoterapi ditempatkan
pada kantong plastik kuning, dan di ambil oleh pihak ke 3.
b) Limbah Radioactif : tidak ada
c) Limbah farmasi : dibuang ke saluran IPAL untuk limbah cair
dan ke incinerator untuk limbah padat yang dibungkus dengan
kantong plastik warna coklat
d) Limbah Infeksius dan benda tajam : dibungkus dengan kantong
plastik kuning dibuang ke incinerator, sedangkan benda tajam
dikumpulkan dalam container dan diambil oleh pihak ke 3.
e) Limbah kimia : seperti gula, asam amino, garam tertentu dibuang ke
saluran IPAL, limbah kimia cair dari ruangan radiologi ditampung dalam
jirigentertutup yang selanjutnya dikirim ke rekanan terkait untuk
pemusnahannya.
f) Limbah merkuri: tidak boleh dibakar dan tidak boleh dibuang ke
landfill. Limbah ini dibungkus dengan kantong plastik warna ungu dikirim
ke institusi yang bertanggung jawab untuk dikirim ke pengolahan yang
ditentukan Negara
3) Transportasi Pembuangan Limbah.
Berkaitan dengan jalur transportasi rutin pembuangan limbah yang sama
dengan jalur lalu lintas staf, pengunjung dan juga alat/ bahan bersih maka
ditentukan jadwal untuk waktu pembuangan limbah yang meminimalkan kontak
dengan hal diatas yaitu sehari 2 kali, pagi jam 07.00 – 08.00, sore dilakukan
jam 15.00 – 16.00. Limbah infeksius dari ruangan menular dibungkus double
dengan plastik berwarna kuning bila berasal dari ruangan infeksius pada saat
transport ke tempat pembuangan sementara di rumah sakit. Sampah yang telah
terkumpul max dg volume 2/3 dari plastik penampung paling dan paling lama
tersimpan selama 2 x 24 jam, diikat dan dibawa ke penampungan akhir sampah
di rumah sakit. Untuk limbah cair dari Gizi, Kamar operasi, Laboratorium, dan
unit pelayanan pasien masuk ke saluran IPAL Rumah sakit.
Untuk menjamin agar limbah cair medis yg dihasilkan Rumah sakit aman
bagi lingkungan maka dilakukan control melalui ikan yang ditempatkan di bak
control disamping juga dilaksanakan uji kualitas air dilakukan 1(satu) bulan
sekali.
4) Prosedur emergency terhadap tumpahan dan kebocoran
Tumpahan dan kebocoran dalam jumlah besar membutuhkan penanganan
emergency (mengacu pada penatalaksanaan kedaruratan/ bencana)
5) Pelabelan
Warna
Kontainer/
No Kategori Lambang Keterangan
Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong box timbal
dengansymbol radioaktif
2 Sangat infeksius Kuning Kantong plastik Double
dari ruang
menular
3 Limbah Kuning Kantong plastik Double
infeksius,
patologi dan
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik Double
5 Limbah kimia Coklat Kantong plstik
dan farmasi

e. Koordinasi dan Kewenangan


1) Direktur melalui Ka. Penunjang Medik menerima laporan dari IPSRS dan
tim K3RS mengenai pelaksanaan program pengendalian B3 dan limbah
berbahaya, yang selanjutnya memberikan dukungan untuk memfasilitasi
kelanjutan program dari segi pembiayaan maupun kebijakan.
2) IPSRS melakukan pengelolaan terhadap B3 dan limbah berbahaya dengan
berkoordinasi dengantim K3RS
3) Staf yang bertanggung jawab terhadap penggunaan B3 dan limbah
berbahaya inibertanggung jawab untuk menggunakan dan pengelolanya dengan
aman sesuai SOP
f. Program Review dan Evaluasi
1) IPSRS menyusun program monitoring terhadap pengelolaan B3 dan limbah
berbahaya rumah sakit.
2) Program monitoring menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan analisis dan
rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan limbah yang aman bagi
lingkungan dan staf serta pasien dan pengunjung. Laporan yang dibuat secara
rutin setiap 6 bulan sekali kepada Direktur
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi setiap 2
tahun sekali oleh IPSRS tim K3RS

g. Program Pendidikan
1) Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan B3 dan
limbahberbahaya
2) Staf terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali program
penatalaksanaan B3 dan limbah berbahaya dan melakukan review terhadap
penggunaan MSDS
3) Staf yang terlibat mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan B3 dan
limbah berbahaya.

6. Manajemen Emergensi

a. Tujuan.
Memastikan kesiapan rumah sakit dan merespon secara efektif kejadian bencana
yang ada baikbencana internal maupun external.

b. Ruang Lingkup
1) Menentukan jenis bencana, kemungkinan terjadinya, konsekuensi bahaya/
ancaman/ kejadian.
2) Menentukan peran rumah sakit dalam keadaan bencana tersebut.
3) Menentukan strategi komunikasi saat bencana terjadi.
4) Mengelola sumber daya baik yang dimiliki rumah sakit maupun
mengaktifkan bantuan external (sumber daya alternative).
5) Pengelolaan kegiatan klinik dan penyiapan ruangan perawatan korban.
6) Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab staf selama kejadian.
7) Mengalihkan penugasan staf yang tidak sesuai dengan kompetensinya saat
kejadian.

c. Penatalaksanaan Manajemen Emergensi.


Penatalaksanaan Manajemen Emergensi mengacu pada Pedoman
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Umum Sylvani.
1) Jenis dan kemungkinan terjadi bencana dan konsekuensinya
Kemungkinan
No Jenis Bencana Konsekuensi
terjadi
INTERNAL
1 Ledakan tabung gas Bisa terjadi, Terjadinya kebakaran dan korban
tapi belum luka bakar sehingga perlu
pernah ada disiapkan ruangan perawatan luka
bakar dengan jumlah yang
memadai
2 Keracunan gas Bisa terjadi, Sesak nafas sehingga
tapi belum dibutuhkanpenanganan tambahan
pernah ada O2 dan Kemungkinan perawatan
intensif
3 Keracunanan makanan Bisa terjadi, Terjadinya gangguan pada
tapi belum pencernaan dan kekurangan cairan
pernah ada sehingga dibutuhkan terapi cairan
4 Kebakaran Bisa terjadi, Dibutuhkan ruangan perawatan
tapi belum luka bakar, persiapan tindakan
pernah ada operasi untuk kemungkinan kasus
cedera
5 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang lebih
luasuntuk penanganan korban
dalam jumlah banyak. Persiapan
kamar operasi untuk antisipasi
korban cedera
6 Ledakan Bom Sangat jarang Luka bakar
EKSTERNAL
1 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang lebih luas
untuk penanganan korban dalam
jumlah banyak. Persiapan kamar
operasi untuk antisipasi korban
cedera
2 Ledakan jarang Terjadinya kebakaran dan korban
luka bakar sehingga perlu
disiapkan ruangan perawatan luka
bakar dengan jumlah yang
memadai
3 Kecelakaan lalu sering Ruangan perawatan emergency
lintas/musibah masal dan kamar operasi disiapkan
4 Keracunan makanan Pernah ada Terjadinya gangguan pada
pencernaan dan kekurangan cairan
sehingga dibutuhkan terapi cairan
5 Wabah penyakit Pernah ada Disiapkan ruangan perawat khusus
sesuai jenis wabah, juga disiapkan
ruangan isolasi untuk penyakit
menular
6 Banjir Pernah Ada Area perawatan dan kamar
operasi disiapkan

2) Ambulance tersedia sejumlah 1 buah, untuk membantu pelaksanaan


transportasi evakuasi pasien dari area kejadian baik internal maupun external
rumah sakit ke unit yang dituju. Ambulance dan fasilitas didalamnya dilakukan
inspeksi setiap bulan, dan control terhadapfungsi ambulance serta ketersediaan
fasilitas dikontrol oleh koordinator setiap hari.

d. Koordinasi dan Kewenangan.


Mengacu pada Pedoman Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Umum Sylvani

e. Program Review dan Evaluasi


1) Koordinator kebakaran pada tim K3RS dan Bidang pelayanan medis
melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun baik untuk
penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan dilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian tahunan
yang dilakukan.

f. Program Pendidikan
1) Pelatihan petugas ambulans untuk penanganan kegawatan seperti BTLS
direview setiap tahun
2) Pelatihan BTLS bagi supir ambulan direview setiap tahun

7. Pengamanan Kebakaran

a. Tujuan.
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun kemungkinan
kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran

b. Ruang Lingkup
1) Pencegahan risiko kebakaran
2) Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran
3) Akses keluar saat terjadi kebakaran
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini
5) Mekanisme pemadaman api
6) Evakuasi pasien

c. Penatalaksanaan Pengamanan Kebakaran


1) Pencegahan risiko kebakaran
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabunggas ditempatkan pada
area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya tabung,
serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).
b) Pasien/ keluarga pasien dilarang untuk merokok di ruang perawatan
untuk mencegah terjadinya kebakaran yang disebabkan adanya api dan
adanya gas yang ada di ruang perawatan (gas O2)
c) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan merokok
di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/ keluarganya dan
pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang poster
larangan merokok sebagai informasi pada staf, pasien dan pengunjung
rumah sakit.
2) Pengaturan Konstruksi Bangunan.
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di rumah
sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan kebakaran seperti
penggunaan bahan dinding dari kayu tidak dianjurkan. Bangunan tambahan
untuk Kantin di dalam lingkungan rumah sakit merupakan bangunan permanen
yang tidak terbuat dari papan/ triplek
3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran
a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda ‘EXIT’,
dimana pintu darurat tersedia di semua unit pelayanan dan perkantoran
untuk keadaan darurat.
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang
tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel dan
fasilitas lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis
yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua area
keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area Parkiran.
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.
Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke detectorpada
bangunan. Gedung yang belum memiliki smoke detector akan dilakukan
patroli kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap harinya dengan
berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko kebakaran.

5) Mekanisme pemadaman api


a) APAR di pasang di seluruh gedung perawatan di tiap jarak 20-25
meter, atau ditempatkan sesuai kebutuhan dan dipasang berjarak minimal
15 cm dari atas lantai sehingga memudahkan untuk dijangkau
b) Prosedur pemadaman api (SOP). Bila ada asap/kebakaran, petugas
yang pertama kali menemukannya menghubungi pusat pengendali
informasi emergenci, secara pararel petugas tersebut memberikan informasi
ke rekan kerja ada situasi kode merah, Petugas yang bertanggung jawab
dalam sistem kode merah mengambil peran masing-masing dengan
menggunakan identitas berupa helm sebagai berikut :

No Jenis Peran Tindakan yang dilakukan Helm


1 Penanggung Melakukan proses memutus Merah
Jawab api rantai api dengan mengatur aliran
oksigen, pemutusan panel listrik
dan mengatur pergerakan APAR
2 Penanggung Melakukan tiase pasien sesuai Biru
Jawab pasien kondisi pasien
3 Penanggung Mengamanakan dokumen Orange
Jawab Dokumen penting
4 Penanggung Menyelamatkan fasilitas medis Kuning
Jawab fasilitas
medis

d. Koordinasi dan Kewenangan


1) IPSRS bertanggung jawab untuk mengkoordinir saat terjadinya kebakaran.
2) Melaporkan kegiatan inspeksi pencegahan terhadap risiko kebakaran dan
kesiapan alat/ fasilitas untuk menangani kebakaran kepada Direktur setiap 6
bulan.
3) Koordinator membuat dokumentasi dan laporan pengujian/ simulasi
penanganankebakaran setiap tahun.

e. Program Review dan Evaluasi


1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap bulan yang
dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit aman
saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi termasuk program
pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran setahun
sekaliyang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian pada
prosedur evakuasi pasien.

f. Program Pendidikan
1) Semua staf rumah sakit mendapatkan pelatihan pencegahan dan
penanganan kebakaran, dan direview setiap tahun.
2) Semua staf mampu mendemonstrasikan cara penanggulangan kebakaran.
3) Semua pegawai baru dan mahasisiwa praktek mendapatkan pelatihan
maupunorientasi pencegahan dan penanganan kebakaran.
8. Peralatan Medis

a. Tujuan.
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan
aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

b. Ruang Lingkup
1) Inventarisir semua peralatan medis yang ada di:
a) Ruang perawatan pasien rawat inap dan rawat jalan
b) Kamar operasi
c) Laboratorium
d) Radiologi
2) Pelaksanaan inspeksi dan pengujian fasilitas dan keselamatan di rumah
sakit
3) Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas dan system utilitas rumah sakit
4) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.

c. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan kebijakan dan
prosedurmulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis
Jangmed)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang akan
digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan kebutuhan rumah
sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang dilengkapi
dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masalah kecil
yang berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan pada pasien. Jadwal
pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti pemeliharaan alat
tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan tersebut selalu aman dan
siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit
menarik alattersebut dari penggunaannya untuk selanjutnya dilakukan suatu
proses sesuai ketentuan yang berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran
alat tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang ditarik
oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kasi Jangmed akan
melaporkan kepada Karumkituntuk penarikan alat tsb dari unit pelayanan. Alat -
alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke Pabrik/ pemasok untuk
dilakukan tindakan selanjutnya.

d. Koordinasi dan kewenangan


1) Proses administrasi dan pengawasan dari pengelolaan peralatan medis
dibawah tanggung jawab Kepala Penunjang Medik yang melakukan koordinasi
kepada kepala bidang pelayanan medis.
2) IPSRS membuat perancanaan kegiatan inspeksi, pemeliharaan.
3) Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan peralatan medis dibuktikan dengan
dokumentasi, dan dilaporkan hasil dan rekomendasinya kepada Karumkit
4) Hasil inspeksi dan pemeliharaan menjadi bahan untuk penyusunan
pengadaan peralatan medis rumah sakit

e. Program review dan evaluasi


1) IPSRS menyusun rencana inspeksi yang selanjutnya membuat
dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan rekomendasinya
2) Anggota IPSRS melakukan inspeksi regular setiap bulan dan melakukan
pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, IPSRS menyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan yang
jugadigunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan medis rumah
sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Kepalainstalasi kepada Ka Penunjang Medik yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Program pendidikan
1) Staf pengguna peralatan medis mendapatkan pelatihan untuk
mengoperasikan alat tersebut
2) Evaluasi berupa pendidikan dan ujian untuk mengoperasikan alat dilakukan
setiap 2 tahun.
3) Pendidikan kalibrasi

9. Sistem utilitas

a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan
staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan mapunKeselamatan
mereka :
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas denganmenggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara
efisiendan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistemutilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan
rumahsakit yang aman.

b. Ruang lingkup
1) Distribusi listrik dan emergency power ( Genzet)
2) Distribusi Air Bersih
3) Ventilasi dan Air Conditioner
4) Plumbing (system air kotor)
5) Gas medis
6) Sistem komunikasi (nurse call, komputer, telephone)
7) Medical Air compressor
8) Medical and surgical vacuum system

c. Inventarisasi sistem utilitas

Sistem
No Jenis Alat Lokasi Area Suplay
Utilitas
1 Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh area
rumah sakit
Genzet central (250 Induk (dekat ruang Seluruh RS
KVA) 1 buah – no K3RS dan INOS)
breaksystem-
otomatis.
2 Air Sumur Bor/ air pump - Parkir Depan Untuk seluruh
(Artesis) rumah sakit
3 Pendingin AC Seluruh Area RS Seluruh Area
RS
Seluruh kamar
Positeve Exhause fan operasi
presure Air Seluruh kamar
operasi
4 Saluran air Dari seluruh -
kotor ruangan RS
disalurkan ke Ipal
kecuali limbah
radiologi
diserahkan ke
pihak ketiga
5 Gas Medis Tabung gas cylinder Gudang Medis, Seluruh unit
seluruh ruangan pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar bedah.

O2 liquid Tank
Seluruh unit
pelayanan
6 Nurse Call Nurse call Rawat Inap
7 Komputer Komputer Seluruh area RS
8 Telephone Telephone direct dan Area perkantoran Area
extention dan pelayanan perkantoran dan
pelayanan

d. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya
yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali disertai
hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang digunakan oleh
rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air alternative sebagai pengganti
sumber air regular sekali dalam setahun oleh petugas yang bertanggung jawab.
Akses Ground waterthank dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah
terjadinya bahaya yang ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan
bahan beracun.

2) Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan


secara periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk dialysis
ginjal oleh provider/ pemasok alat.
3) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik melalui
sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang disediakan rumah
sakit (genzet). Seluruh genzet yang ada di pastikan kesiapannya dengan
melakukan uji sekali dalam setahun.
4) Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka staf bersangkutan
di unitpelayanan segera melaporkan via telephone ke IPSRS untuk dilakukan
perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan proses
pelayanan.
5) Area penyiapan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah adanya
kemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari sistem utilitas saluran
airkotor)
6) Penempatan tabunggas ditempatkan pada area yang aman dariapi,
denganpenempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegahjatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.
7) Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan
kemungkinan terkoyak.
e. Identifikasi risiko – kedaruratan.
Risiko yang mungkin terjadi bila adanya kegagalanpada sistim utilitas yang ada,
sehingga perludilakukan uji terhadap backup dari setiap sistim yang ada, utamanya di
area berisiko

Jenis kegagalan
No Area paling beresiko Alternatif Tindakan
sistem utilitas
1 Listrik kamar operasi dan Kalau gagal di OK : suplai
ruang dari Genzet secara
perawatan intensif otomatis (10 detik)
2 Air mati/ Seluruh area Hubungi PDAM untuk
terkontaminasi dari pelayanan dan pengiriman Air.
salah satu sumber Dapur
3 AC Kamar operasi dan Perbaikan/ ganti AC baru
ruang intensif

-Positeve presure Air Kamar operasi


4 Saluran air kotor Seluruh area rumah Beri tekanan air tinggi untuk
sakit melancarkan saluran
5 Gas Medis Kamar Operasi, Manual dipindahkan ke
Ruang intensive central back up
6 Nurse call Sesuai lokasi Telp Ruangan
7 Komputer Sesuai lokasi Manual
9 Telephone Sesuai lokasi HP dan HT
10 Medical air Kamar operasi dan Pakai cadangan
compresor ruang intensive
11 Medical and surgical Kamar operasi dan Pakai yang portable
vacuum system ruang intensive

f. Koordinasi dan kewenangan


1) Ka IPSRS sebagai koordinator bertanggung jawab sesuai denganuraian
tugasnya pada sistem utilitas rumah sakit
2) Koordinator menginformasikan ke unit pelayanan bila terjadinya
kegagalan pada suatu sistim utilitas serta melakukan upaya alternative segera
untukberlangsungnya proses pelayanan
3) Koordinator melakukan koordinasi dengan produsen/ pemasokuntuk
proses pemeliharaan dan preventif pada system utilitas rumah sakit.
4) Koordinator melakukan koodinasi dengan Kasi Tuud untuk proses
inspeksidan pemeliharaan,serta membuat dokumentasi prosesnya danlaporan
serta rekomendasi kepada Karumkit.
g. Program review dan evaluasi
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sisitem
utilitas yangada.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan sisitem
utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusunlaporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan air
(sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk memantau
kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk memastikan perkembangan
system tsb.
5) Pemantauan kualitas air di water treatment ruang hemodialisa
didokumentasi sesuai jadwal dan dilakukan setiap sebulan sekali untuk
pengecekan bakteriologi. Untuk pengecekan kimia dilakukan minimal setahun
sekali.

h. Program pendidikan.
Staf yang bertugas menangani system utilitas rumah sakit mendapatkan
pelatihansesuai penugasan.

BAB III
PENUTUP

Demikian Panduan Manajemen Risiko Fasilitas Rumah Sakit Umum Sylvani dibuat
sebagai acuan dalam melaksanakan program Manajemen Risiko Fasilitas di Rumah Sakit
Umum Sylvani.

Binjai, 2018
Direktur Rumah Sakit Umum Sylvani

Dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai