JENNI SITUMEANG
18.72.420656
1
BAB I
PENDAHULUAN
Secara global penderita HIV dari berbagai negara tercatat 36,7 juta jiwa.
Dari total penderita yang ada 1,8 juta jiwa diantaranya adalah anak anak yang
berusia di bawah 15 tahun selebihnya adalah orang dewasa sejumlah 34,9 juta
jiwa.(UNAIDS DATA 2017).
2
tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari kondisi ini kasus
HIV AIDS dan sifat sikap pencegahan HIV AIDS terutama bagi ibu hamil
maka pemeritah dalam hal ini kementrian kesehatan membuat program
skrining HIV pada ibu hamil, dimana pada kunjungan pertama ibu hamil ke
fasilitas kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit) diwajibkan periksa HIV
dengan pemeriksaan lainnya seperti haemoglobin, golongan darah,
HbsAg(Permentes 21 tahun 2013).
1.5 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 HIV
Seseorang yang terinfeksi HIV dan menderita AIDS sering disebut dengan
ODHA (orang yang hidup dengan HIV / AIDS). Orang yang terinfeksi HIV
akan berpotensi sebagai pembawa penularan virus tersebut selama hidupnya.
Dan ibu hamil akan menularkan kepada anak yang dikandung melalui
placenta.
Kehamilan adalah masa dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir, kehamilan dibagi dalam 3
triwulan/trimester, yaitu triwulan/trimester pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan/trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan. Istilah-
4
istilah yang terkait dengan kehamilan antara lain: primigravida untuk wanita
yang hamil pertama kali, multigravida untuk wanita yang hamil beberapa
kali.
2.2.2 Fusi
Bagian luar virus HIV dan membran sel CD4 bergabung jadi satu, dan
virus HIV mampu masuk ke dalam sel CD4.
5
2.2.3 Reverse Transcription
Setelah berhasil masuk ke dalam sel CD4, virus HIV melepaskan dan
menggunakan enzim bernama reverse transcriptase yang mengubah materi
genetiknya – HIV RNA – menjadi HIV DNA.
Setelah dia berubah dari HIV RNA jadi HIV DNA, virus HIV bisa masuk
ke dalam nukleus alias inti dari sel CD4 dan bergabung dengan materi
genetiknya sel CD4.
2.2.4 Integrasi
Di dalam inti sel CD4, HIV melepas enzim lain bernama integrase.
Enzim ini membuat virus HIV bisa memasukkan DNA virusnya ke dalam
DNA sel CD4.
2.2.5 Replikasi
2.2.6 Perakitan
Protein dan RNA HIV baru bergerak ke permukaan CD4 dan menjadi
virus HIV yang belum menular.
2.2.7 Budding
Sel HIV yang ‘baru lahir’ ini mendorong dirinya keluar dari sel CD4,
dan melepas enzim bernama protease. Enzim ini memecah protein di
dalam HIV yang belum menular, dan mengubahnya jadi virus matang
yang siap menyebarkan HIV dan menunggangi sel CD4 lainnya.
6
sebanyak 17,75% dari jumlah total penduduk. Jumlah penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan meningkat secara drastis . Kemiskinan
dan HIV/AIDS merupakan dua hal yang sangat berhubungan. Kemiskinan
merupakan faktor yang menyebabkan orang dekat dengan peri-laku
berisiko terkena HIV(+)/AIDS. Kemiskinan mempunyai dampak terhadap
sikap seseorang di mana orang tersebut berisiko terkena infeksi HIV.
Disamping itu, kemiskinan menyebabkan terjadinya peningkatan
terpaparnya risiko infeksi HIV. Kemiskinan menuntut wanita mencari
tambahan pemasukan keuangan untuk membantu suami dan keluarga
ataupun untuk dirinya sendiri. Biasanya mereka mencari tambahan
pemasukan keuangan ini dengan bekerja di luar rumah. Dengan tingginya
angka pengangguran diIndonesia, sangat sulit bagi wanitauntuk mencari
pekerjaan yang layak dan baik seperti pekerja kantoran. Oleh karena itu,
jalan yang paling mudah adalah dengan menjadi PSK. Padahal pekerjaan
ini mempunyai risiko tinggi tertular dan terkena infeksi HIV.
7
tidak akan terinfeksi HIV dengan mengunakan jarum suntik secara
bersamaan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengetahui bahwa
pengunaan jarum suntik secara bersama-sama dengan orang lain akan
meningkatkan risiko tinggi penyebaran HIV dan penyakityang
menyertainya. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali bahwa mayoritas
dari mereka tidak menyadari bahaya ini.Tidak jarang pula pemakai
narkoba sendiri yang berprofesi sebagai PSK baik wanita maupun laki-
laki. Hal ini menyebabkan penyebaran infeksi HIV di antara penguna
jarum suntik yang diikuti seks bebas lebih tinggi dibandingkan penye-
baran karena hal yang lain. Mereka men-jual seks untuk memenuhi
kebutuhan membeli narkoba di samping kebutuhan biologis mereka
sendiri. Parahnya lagi sepertiga dari mereka tidak menggunakan kondom
dan tidak melakukan seks aman. Padahal hubungan seksual yang tidak
aman dan tidak mengunakan kondom merupakan faktor utama penyebaran
HIV.Mereka tidak menyadari akan bahaya pengunaan jarum suntik secara
bersama-sama dan bergantian serta pentingnya pengunaan kondom saat
melakukan hubungan seksual.
8
HIV.Tingkat pendidikan yang rendah serta pengetahuan yang kurang
tentang penye-baran HIV sangat berhubungan sekali dengan penyebaran
virus HIV. Oleh karena itu menyadarkan remaja untuk menghindari
perilaku berisiko sangat penting.
2.3.5 Biologi
Secara biologi, wanita lebih berisiko terinfeksi HIV dibandingkan
laki-laki. Hal ini disebabkan karena besarnya struktur mukosa vagina pada
wanita dan tingginya konsentrasi virus dalam sperma pada laki-laki.
Akibatnya
wanita mempunyai risiko lebih besar terinfeksi HIV apalagi dengan tidak
mengunakan alat pengaman pada saat melakukan hubungan seksual.
Orang yang terkena penyakit hubungan seksual lainnya seperti gonorrhea,
infeksi yang disebabkan trichomonas dan clamidia lebih berisiko terinfeksi
HIV dibandingkan dengan orang yang tidak terkena penyakit hubungan
seksual tersebut baik pada laki-laki maupun wanita. Infeksi dari laki-laki
ke wanita dua kali lebih tinggi dibandingkan infeksi dari wanita ke laki-
laki. HIV juga dapat ditularkan melalui ibu ke anak yang dikandungnya
selama kehamilan. Di Indonesia, kasus HIV(+) /AIDS yang ditularkan dari
ibu ke anaknya ini dilaporkan rendah dibandingkan dengan cara penularan
yang lain. Hanya sekitar 2,59% dari semua kasus HIV(+) /AIDS pada
September 2007 yang ditularkan dari ibu ke anak di Indonesia.
Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama yakni transmisi
melalui mukosa genital (hubungan seksual) transmisi langsung ke peredaran
9
darah melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau melalui komponen darah
yang terkontaminasi, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin. CDC pernah
melaporkan adanya penularan HIV pada petugas kesehatan.
2.5 Diagnosa
Menurut permenkes 59 tahun 2013 bawa untuk mendukung percepatan
penurunan angka kematian ibu hamil,bersalin dan nifas di perlukan
pemeriksaan laboratorium yang tepat dan terarah untuk ibu hamil ,bersalin
10
dan nifas yang di selenggarakan oleh laboratorium pada jenjang fasilitas
pelayanan kesehatan.
Mengingat angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada saat ini telah
berhasi di turunkan dari 307 per 100000 kelahiran hidup 2002 menjadi 102
per 100000 kelahiran pada tahun 2015. Penyakit menular HIV/AIDS
termasuk salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu.Untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah perlu dilakukan deteksi
dini HIV pada ibu hamil dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat dan
terarah pada setiap ibu hamil agar dapat di lakukan intervensi lebih awal.
Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosa.
Dengan demikian di harapkan hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan
akurat karena turut membantu menurunkan angka kematian ibu hamil selama
kehamilan.
11
Menghambat enzim reserve transcriptase atau menghambat
kerja enzim protease .
Pengobatan ARV terbukti bermanfaat memperbaiki kulitas
hidup, menjadikan infeksi oportunistik menjadi lebih jarang
ditemukan dan lebih mudah di atasi sehingga menekan morbiditas
dan mortalitas dini,tetapi ARV belum dapat menyembuhkan atau
membunuh virus HIV .
Kendala dalam pemberian ARV antara lain kesukaran
ODHA untuk minum obat secara teratur , adanya efek samping
obat da timbulnya resistensi HIV terhadap obat ARV.
Karena belum ditemukan obat yang efektifmaka
pencegahan penularan menjadi sangat penting, dalam hal ini
pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar
mengenai patofiosiologi HIV dan cara penularannya menjadi
sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang ,terutama
mengenai fakta penyebaran penyakit pada kelompok beresiko
rendah dan yang beresiko tinggi dan perilaku yang dapat mebantu
mencegah penyebaran HIV.
12
BAB III
PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengetahui tentang skrining HIV pada
ibu hamil di puskesmas ARSEL.
3.3.1 populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang
akan di lakukan. Populasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pasien
ibu hamil yang di periksa HIV di puskesmas Arut Selatan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi tang nilainya diukur, yang
nantinya di pakai oleh peneliti untuk menduga karakteristik dari
populasinya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan sampel acak.
Skrining HIV pada ibu hamil adalah pemeriksaan HIV pada ibu
hamil yang berkunjung pertama sekali ke fasilitas kesehatan dalam hal ini
yang berkunjung ke puskesmas Arut Selatan.
13
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Data
Alat
1. Tabung vakum tutup ungu
2. Srynge 3 cc
3. Tissue
4. Torniquet
5. Rapid test HIV
14
(8) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
ke atas dengan sudut kemiringan andara jarum dan kulit
adalah 15˚.
(9) Setelah darah masuk ke dalam spuit, minta pasien membuka
kepalannya
(10) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet,
spuit dan kapas di tempat suntikan, tekan kapas lalu plester.
ii) Penelitian HIV dengan rapid test
(1) Buka bungkus shipi dan letakkan strip pada tempat yang
bersih dan kering
(2) Beri identitas pada stuip sesuai dengan identitas sampel
yang akan di periksa
(3) Ambil 20 µl serum teteskan pada well sampel strip test,
tambahkam 1 tetes dihents pada well yang sama
(4) Tunggu selama 15 menit, baca hasilnya
Interprestasi hasil
15
Daftar Pustaka
16
17