Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN HIV PADA IBU HAMIL


DI PUSKESMAS ARUT SELATAN
TAHUN 2019

JENNI SITUMEANG
18.72.420656

PROGRAM KHUSUS STUDI D III ANALIS


KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALANGKARAYA
PALANGKARAYA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiensi Virus) adalah suatu virus yang dapat


menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan
melumpuhkan sistem kekebalan (imunitas) tubuh sehingga tubuh menjadi
lemah dalam melawan infeksi. Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiensi
Sindrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.
Penyebaran HIV berkembang dengan cepat mengenai wanita dan laki laki
termasu anak anak.

Secara global penderita HIV dari berbagai negara tercatat 36,7 juta jiwa.
Dari total penderita yang ada 1,8 juta jiwa diantaranya adalah anak anak yang
berusia di bawah 15 tahun selebihnya adalah orang dewasa sejumlah 34,9 juta
jiwa.(UNAIDS DATA 2017).

Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai wilayah dengan pengidap


HIV AIDS terbanyak di Asia setelah India dan China. Menurut kementrian
kesehatan Republik Indonesia jumlah penderita HIV sampai maret 2017
sebanyak 242.699 jiwa dan penderita AIDS sampai maret 2017 sebanyak
87.453 jiwa. Penderita HIV yang perempuan sebagian diantaranya adalah ibu
hamil. Ibu hamil merupakan kelompok beresiko tertularnya HIV dan setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena jumlah laki laki yang
melakukan hubungan seksual yang tidak aman sehingga akan menularkan
HIV pada pasangan seksualnya. Ibu hamil yang mengidap HIV akan beresiko
menularkan penyakitnya pada bayi yang dikandungnya.

Penderita HIV di Kalimantan Tengah mencapai 593 jiwa dan penderita


AIDS mencapai 214 jiwa, angka ini masih tercatat sampai maret 2017. Angka

2
tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari kondisi ini kasus
HIV AIDS dan sifat sikap pencegahan HIV AIDS terutama bagi ibu hamil
maka pemeritah dalam hal ini kementrian kesehatan membuat program
skrining HIV pada ibu hamil, dimana pada kunjungan pertama ibu hamil ke
fasilitas kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit) diwajibkan periksa HIV
dengan pemeriksaan lainnya seperti haemoglobin, golongan darah,
HbsAg(Permentes 21 tahun 2013).

Sesuai dengan progream kementrian diatas puskesmas Arut Selatan telah


melaksanakannya.dimana pada saat kunjungan pertama dilaksanakan
pemeriksaan HIV haemoglobin, golongan darah, dan HbsAg. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan dengan rapid test pemeriksaan ini digunakan untuk
skrining HIV di puskesmas Arut Selatan khususnya. Pemeriksaan ini
menentukan adanya antibodi HIV didalam darah pasien penderita HIV.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana skrining HIV pada ibu hamil di puskesmas Arut Selatan?

1.3 Batasan Masalah


Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti tentang skrining HIV pada ibu
hamil menggunakan metode Rapid Test di puskesmas Arut Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan adanya penderita
HIV pada ibu hamil di puskesmas Arut Selatan.

1.5 Manfaat

 Umum  Menemukan penderita HIV AIDS sedini mungkin.


 Khusus  *Menemukan penderita HIV pada ibu hamil.
*mengurangi penularan HIV dari ibu ke anak.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

2.1.1 HIV

HIV (Human Immunodeficiensi Virus) adalah virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian berdampak pada penurunan
sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit yang disebut
AIDS(Acquired Immunodeficiensi Sindrome). Virus HIV ditemukan oleh
Barre – sinousi, Moitagnier dan kawan kawan pada institut Pasteur pada
tahun 1983. Virus HIV menyerang sel sel darah putih yang mana sel sel darah
putih tersebut merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi
melindungi tubuh dari serangan penyakit (Depkes RI 2014).

Seseorang yang terinfeksi HIV dan menderita AIDS sering disebut dengan
ODHA (orang yang hidup dengan HIV / AIDS). Orang yang terinfeksi HIV
akan berpotensi sebagai pembawa penularan virus tersebut selama hidupnya.
Dan ibu hamil akan menularkan kepada anak yang dikandung melalui
placenta.

2.1.2 Pengertian Ibu


Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah
melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk
wanita yang sudah bersuami. Panggilan yang takzim kepada wanita baik yang
sudah bersuami maupun yang belum.

2.1.3 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir, kehamilan dibagi dalam 3
triwulan/trimester, yaitu triwulan/trimester pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan/trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan. Istilah-

4
istilah yang terkait dengan kehamilan antara lain: primigravida untuk wanita
yang hamil pertama kali, multigravida untuk wanita yang hamil beberapa
kali.

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira kira 40 minggu (280


hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung
28 dan sampai 36 minggu disebut kemahilan premature, sedangkan lebih dari
43 minggu disebut kehamilan postmatur.

2.2 Siklus HIV

Virus HIV menghancurkan sistem kekebalan tubuh secara perlahan dengan


cara menyerang dan membunuh sel CD4. Sel CD4 adalah sejenis sel darah
putih yang punya peran penting dalam melindungi tubuh dari infeksi. Begitu
pelindung ini sudah diserang habis, virus HIV bisa dengan gampangnya
menyebar ke mana-mana.

Siklus hidup HIV adalah:

2.2.1 Virus Mengikatkan Diri

Virus HIV mengikatkan dirinya pada reseptor di permukaan sel CD4.

2.2.2 Fusi

Bagian luar virus HIV dan membran sel CD4 bergabung jadi satu, dan
virus HIV mampu masuk ke dalam sel CD4.

5
2.2.3 Reverse Transcription

Setelah berhasil masuk ke dalam sel CD4, virus HIV melepaskan dan
menggunakan enzim bernama reverse transcriptase yang mengubah materi
genetiknya – HIV RNA – menjadi HIV DNA.

Setelah dia berubah dari HIV RNA jadi HIV DNA, virus HIV bisa masuk
ke dalam nukleus alias inti dari sel CD4 dan bergabung dengan materi
genetiknya sel CD4.

2.2.4 Integrasi

Di dalam inti sel CD4, HIV melepas enzim lain bernama integrase.
Enzim ini membuat virus HIV bisa memasukkan DNA virusnya ke dalam
DNA sel CD4.

2.2.5 Replikasi

Setelah dia terintegrasi dengan DNA sel CD4, HIV mulai


memanfaatkan sel CD4 untuk membuat protein HIV: yang akan
menciptakan lebih banyak virus HIV.

2.2.6 Perakitan

Protein dan RNA HIV baru bergerak ke permukaan CD4 dan menjadi
virus HIV yang belum menular.

2.2.7 Budding

Sel HIV yang ‘baru lahir’ ini mendorong dirinya keluar dari sel CD4,
dan melepas enzim bernama protease. Enzim ini memecah protein di
dalam HIV yang belum menular, dan mengubahnya jadi virus matang
yang siap menyebarkan HIV dan menunggangi sel CD4 lainnya.

2.3 Faktor Penentu Penyebaran HIV /AIDS

2.3.1 Sosial ekonomi

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia


dengan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

6
sebanyak 17,75% dari jumlah total penduduk. Jumlah penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan meningkat secara drastis . Kemiskinan
dan HIV/AIDS merupakan dua hal yang sangat berhubungan. Kemiskinan
merupakan faktor yang menyebabkan orang dekat dengan peri-laku
berisiko terkena HIV(+)/AIDS. Kemiskinan mempunyai dampak terhadap
sikap seseorang di mana orang tersebut berisiko terkena infeksi HIV.
Disamping itu, kemiskinan menyebabkan terjadinya peningkatan
terpaparnya risiko infeksi HIV. Kemiskinan menuntut wanita mencari
tambahan pemasukan keuangan untuk membantu suami dan keluarga
ataupun untuk dirinya sendiri. Biasanya mereka mencari tambahan
pemasukan keuangan ini dengan bekerja di luar rumah. Dengan tingginya
angka pengangguran diIndonesia, sangat sulit bagi wanitauntuk mencari
pekerjaan yang layak dan baik seperti pekerja kantoran. Oleh karena itu,
jalan yang paling mudah adalah dengan menjadi PSK. Padahal pekerjaan
ini mempunyai risiko tinggi tertular dan terkena infeksi HIV.

2.3.2 Jenis Kelamin Rasio


penderita HIV antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1.Hal ini di
sebabkan karena wanita lebih setia dari pada laki-laki.Laki laki yang
melakukan seks bebas tanpa pengaman akan beresiko terkena HIV dan
akan menularkan kepada pasangan seksualnya.

2.3.3 Perilaku dan gaya hidup


50% dari kasus baru HIV berhubungan dengan pengunaan jarum
suntik yang tidak aman. Data dari Depkes pada tahun 2006
memperkirakan bahwa ada sekitar 191.000-248.000 penguna jarum suntik
yang tidak aman di Indonesia dan jumlah ini akan semakin meningkat
setiap tahunnya. Pengunaan jarum suntik yang tidak aman ini tidak hanya
di kalangan orang kaya tetapi juga orang miskin. Mereka masih
mengunakan jarum suntik secara bergantianyang tidak steril meskipun
mereka mengetahui dimana mereka bisa mendapatkan jarum suntik yang
steril dan masih baru. Parahnya lagi mereka merasa yakin bahwa mereka

7
tidak akan terinfeksi HIV dengan mengunakan jarum suntik secara
bersamaan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengetahui bahwa
pengunaan jarum suntik secara bersama-sama dengan orang lain akan
meningkatkan risiko tinggi penyebaran HIV dan penyakityang
menyertainya. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali bahwa mayoritas
dari mereka tidak menyadari bahaya ini.Tidak jarang pula pemakai
narkoba sendiri yang berprofesi sebagai PSK baik wanita maupun laki-
laki. Hal ini menyebabkan penyebaran infeksi HIV di antara penguna
jarum suntik yang diikuti seks bebas lebih tinggi dibandingkan penye-
baran karena hal yang lain. Mereka men-jual seks untuk memenuhi
kebutuhan membeli narkoba di samping kebutuhan biologis mereka
sendiri. Parahnya lagi sepertiga dari mereka tidak menggunakan kondom
dan tidak melakukan seks aman. Padahal hubungan seksual yang tidak
aman dan tidak mengunakan kondom merupakan faktor utama penyebaran
HIV.Mereka tidak menyadari akan bahaya pengunaan jarum suntik secara
bersama-sama dan bergantian serta pentingnya pengunaan kondom saat
melakukan hubungan seksual.

2.3.4 Sosial budaya


Hampir semua budaya di Indonesia tabu membicarakan seks pada
remaja baik di lingkungan sekolah maupun keluarga. Hal ini menyebabkan
remaja mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Seringkali
informasi yang didapatkan oleh remaja berasal dari teman sebaya atau
media yang kadangkadang informasi tersebut tidak benar dan malah
menyesatkan. Hal ini tentu saja mempengaruhi perilaku remaja. Generasi
remaja pada saat ini sudah banyak yang melakukan hubungan seksual
secara dini. Fenomena ini terjadi karena adanya globalisasi dan gaya hidup
modern yang mempengaruhi perilaku mereka. Remaja lebih suka meniru
budaya barat seperti mulai melakukan hubungan seks di usia dini seperti
orang-orang modern di dalam pikiran mereka. Parahnya lagi remaja tidak
mengetahui bagaimana cara melakukan seks yang aman. Sehingga hal ini
menyebabkan remaja berisiko tinggi terhadap penyebaran virus

8
HIV.Tingkat pendidikan yang rendah serta pengetahuan yang kurang
tentang penye-baran HIV sangat berhubungan sekali dengan penyebaran
virus HIV. Oleh karena itu menyadarkan remaja untuk menghindari
perilaku berisiko sangat penting.

2.3.5 Biologi
Secara biologi, wanita lebih berisiko terinfeksi HIV dibandingkan
laki-laki. Hal ini disebabkan karena besarnya struktur mukosa vagina pada
wanita dan tingginya konsentrasi virus dalam sperma pada laki-laki.
Akibatnya
wanita mempunyai risiko lebih besar terinfeksi HIV apalagi dengan tidak
mengunakan alat pengaman pada saat melakukan hubungan seksual.
Orang yang terkena penyakit hubungan seksual lainnya seperti gonorrhea,
infeksi yang disebabkan trichomonas dan clamidia lebih berisiko terinfeksi
HIV dibandingkan dengan orang yang tidak terkena penyakit hubungan
seksual tersebut baik pada laki-laki maupun wanita. Infeksi dari laki-laki
ke wanita dua kali lebih tinggi dibandingkan infeksi dari wanita ke laki-
laki. HIV juga dapat ditularkan melalui ibu ke anak yang dikandungnya
selama kehamilan. Di Indonesia, kasus HIV(+) /AIDS yang ditularkan dari
ibu ke anaknya ini dilaporkan rendah dibandingkan dengan cara penularan
yang lain. Hanya sekitar 2,59% dari semua kasus HIV(+) /AIDS pada
September 2007 yang ditularkan dari ibu ke anak di Indonesia.

2.3.6 Palayanan kesehatan


Kasus HIV/AIDS tidak hanya ditemukan di daerah perkotaan tapi
juga daerah perdesaan.Oleh karena itu pelayanan kesehatan bagi penderita
HIV seharusnya mudah di jangkau.Hal ini untuk memudahkan penderita
mendapatkan obat dan pengetahuan tentang penyakitnya.

2.4 Cara Penularan

Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama yakni transmisi
melalui mukosa genital (hubungan seksual) transmisi langsung ke peredaran

9
darah melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau melalui komponen darah
yang terkontaminasi, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin. CDC pernah
melaporkan adanya penularan HIV pada petugas kesehatan.

Sebenarnya risiko penularan HIV melalui tusukan jarum maupun percikan


cairan darah sangat rendah. Risiko penularan melalui perlukaan kulit (misal
akibat tusukan jarum atau luka karena benda tajam yang tercemar HIV) hanya
sekitar 0,3% sedangkan risiko penularan akibat terpercik cairan tubuh yang
tercemar HIV pada mukosa sebesar 0,09%. (Djauzi S dkk, 2002)

Penularan yang paling umum


a. Melalui donor darah yang terinfeksi HIV
cara ini sudah di minimalisir dengan adanya pemeriksaan IMLTD
di PMI
b. Lewat hubungan seksual
segala aktifitas seksual dapat menularkan HIV jika di lakukan
tanpa pengaman (kondom ).Penggunaan kondom tidak dapat
menghilangkan resiko penularan HIV di karenakan masalah pada
penyalahgunaan dan kerusakan kondom.Jadi penggunaan kondom
hanya berguna untuk menguranggi resiko penularan saja dan masih
bisa tertular kalau kondom tersebut dalam keadaan bocor.
c. Penularan dari ibu ke anak
Dalam hal ini ibu hamil yang menderita HIV dapat menularkan kepada
bayi yang di kandungnya selama kehamilan,persalinan dan melahirkan
atau dengan cara menyusui karena HIV dapat di tularkan juga melalui
ASI.Selain itu,HIV juga dapat di tularkan kepada bayi melalui
makanan yangdi kunyahkan terlebih dahulu oleh ibu yang terinfeksi
HIV,meskipun resikonya sangat rendah.

2.5 Diagnosa
Menurut permenkes 59 tahun 2013 bawa untuk mendukung percepatan
penurunan angka kematian ibu hamil,bersalin dan nifas di perlukan
pemeriksaan laboratorium yang tepat dan terarah untuk ibu hamil ,bersalin

10
dan nifas yang di selenggarakan oleh laboratorium pada jenjang fasilitas
pelayanan kesehatan.
Mengingat angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada saat ini telah
berhasi di turunkan dari 307 per 100000 kelahiran hidup 2002 menjadi 102
per 100000 kelahiran pada tahun 2015. Penyakit menular HIV/AIDS
termasuk salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu.Untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah perlu dilakukan deteksi
dini HIV pada ibu hamil dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat dan
terarah pada setiap ibu hamil agar dapat di lakukan intervensi lebih awal.
Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosa.
Dengan demikian di harapkan hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan
akurat karena turut membantu menurunkan angka kematian ibu hamil selama
kehamilan.

2.6 Upaya Penanggulangan HIV/AIDS

Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang


panjang.Sistem imunitas menurun secara progresif sehingga muncul infeksi –
infeksi oportunistik yang dapat muncul secara bersamaan pula dan berakhir
dengan kematian.Sementara itu hingga saatini belum di temukan obat
maupun vaksin yang efektif.Sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat di bagi
dalam tiga kelompok, dengan tujuan sebagai berikut:
a. Pengobatan suportif
Pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum
penderita.Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik,obat
sistomatik , vitamin , dan dukungan psikososial agar penderita
dapat melakukan aktifitas seperti semula /seoptimal
mungkin.Pengobatan infeksi oportusik dilakukan secara emperis
b. Pengobatan infeksi oportusik
Pengobatan yang di tujukan untuk infeksi oportusik dan di
lakukan secara emperis
c. Pengobatan antiretroviral (ARV)

11
Menghambat enzim reserve transcriptase atau menghambat
kerja enzim protease .
Pengobatan ARV terbukti bermanfaat memperbaiki kulitas
hidup, menjadikan infeksi oportunistik menjadi lebih jarang
ditemukan dan lebih mudah di atasi sehingga menekan morbiditas
dan mortalitas dini,tetapi ARV belum dapat menyembuhkan atau
membunuh virus HIV .
Kendala dalam pemberian ARV antara lain kesukaran
ODHA untuk minum obat secara teratur , adanya efek samping
obat da timbulnya resistensi HIV terhadap obat ARV.
Karena belum ditemukan obat yang efektifmaka
pencegahan penularan menjadi sangat penting, dalam hal ini
pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar
mengenai patofiosiologi HIV dan cara penularannya menjadi
sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang ,terutama
mengenai fakta penyebaran penyakit pada kelompok beresiko
rendah dan yang beresiko tinggi dan perilaku yang dapat mebantu
mencegah penyebaran HIV.

12
BAB III
PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan metode penelitian deskriftif. Penelitian


deskriptif adalah suatu metoda penelitian yang dilakukan denngan tujuan
untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan fakta-fakta mengenai poulasi.
Secara sistematis dan akurat.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengetahui tentang skrining HIV pada
ibu hamil di puskesmas ARSEL.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari proposal dan penelitian.pengambilan


data dilakukan di laboratorium puskesmas arut selatan yang diambil dari
januari – desember 2019 yang kebetulan dikerjakan oleh peneliti sendiri
bersama teman tim analis puskesmas Arut Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang
akan di lakukan. Populasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pasien
ibu hamil yang di periksa HIV di puskesmas Arut Selatan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi tang nilainya diukur, yang
nantinya di pakai oleh peneliti untuk menduga karakteristik dari
populasinya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan sampel acak.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Skrining HIV pada ibu hamil adalah pemeriksaan HIV pada ibu
hamil yang berkunjung pertama sekali ke fasilitas kesehatan dalam hal ini
yang berkunjung ke puskesmas Arut Selatan.

13
3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Data

Data adalah fakta empirik yang di kumpulkan oleh peneliti untuk


kepentingan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data yang digunakan
oleh peneliti adalah data primer yang diambildari Januari – Desember
2019 di register laboratorium puskesmas Arut Selatan.

3.5.2 Alat dan Bahan

 Alat
1. Tabung vakum tutup ungu
2. Srynge 3 cc
3. Tissue
4. Torniquet
5. Rapid test HIV

3.5.3 Prosedur penelitian

1. Metode: Rapid Test


2. Cara kerja

i) Cara pengambilan darah vena


(1) Salam pada pasien
(2) Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akna
dilakukan
(3) Tanyakan nama, umur, dan alamat, sesuaikan dengan
lembar permintaaan
(4) Minta pasien meluruskan lengannya, dan mengepal tangan
(5) Pasang torniquet kira kira 10 cm diatas lipatan
(6) Pilih bagian vena mediana cubili, lakukan perabaan
memastikan posisi vena
(7) Bersihkan kulit pada bagiann yang akan diambil dengan
kapas alkohol 70% dan biarkan mengering

14
(8) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
ke atas dengan sudut kemiringan andara jarum dan kulit
adalah 15˚.
(9) Setelah darah masuk ke dalam spuit, minta pasien membuka
kepalannya
(10) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet,
spuit dan kapas di tempat suntikan, tekan kapas lalu plester.
ii) Penelitian HIV dengan rapid test
(1) Buka bungkus shipi dan letakkan strip pada tempat yang
bersih dan kering
(2) Beri identitas pada stuip sesuai dengan identitas sampel
yang akan di periksa
(3) Ambil 20 µl serum teteskan pada well sampel strip test,
tambahkam 1 tetes dihents pada well yang sama
(4) Tunggu selama 15 menit, baca hasilnya

Interprestasi hasil

 Muncul garis 2. Berarti HIV reaktif


 Muncul daris 1. Berarti HIV non reaktif
 Tidak ada garis muncul berarti invalid, ulangi pemeriksaan

3.6 Pengolahan Data Dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data di puskesmas arut selatan


dari januari-desember 2019 yang melakukan pemeriksaan HIV pada
kunjungan pertama ibu hamil

15
Daftar Pustaka

1. Anton M. Moeliono, S.S (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :


Balai Pustaka.
2. Agustini S. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Tanda Bahaya pada
Kehamilan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cimandala Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor Tahun 2012. Jakarta: universitas Indonesia
2012.

16
17

Anda mungkin juga menyukai