Halaman
Peraturan Kepala Rumah Sakit Tk. III dr. Reksodiwiryo Nomor ... Tahun I
... tentang pedoman tentang Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan
Obat (PKPO)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar
memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk
tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan
dengan cara memanfaatkan Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada
fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model ini akan terjadi
efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah
2
Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
Rumah Sakit.
3
B. Tujuan Pedoman
1. Menjamin Mutu, Manfaat, Keamanan Serta Khasiat Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan
3. Melindungi Pasien, Masyarakat, dan Staf dari Penggunaan Obat yang tidak
Aman
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan. Apoteker dalam
risiko.
D. Batasan Operasional
4
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan,
identifikasi, pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang tidak dikehendaki dan
efek obat, pemantauan terapi obat, ronde visite, evaluasi penggunaan obat,
E. Landasan Hukum
kefarmasian
7. Keputusan mentri kesehatan no. 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
6
C. Pengaturan Jaga
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Bangunan
berikut:
sakit dan terpisah antara ruang pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan
7) Ada ruang khusus untuk apoteker yang akan memberikan konsultasi kepada
8
9) Ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
10)Terdapat satu Depo Farmasi yang berfungsi sebagai tempat penyiapan obat
2. Peralatan
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
obat luar dan dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan
ganda, dengan kunci yang selalu dibawa oleh apoteker / asisten apoteker
penanggungjawab shift
4) Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik.
6) Troly Emergency
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pakai
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu.
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan
10
tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
Pakai;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
Habis Pakai;
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
pegawai.
yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya sekali
11
dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan Obat yang
untuk meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Daftar obat High Alert harus di tandatangani oleh kepala Rumah Sakit.
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium
3. Obat-Obat sitostatika.
1. Pemilihan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
c. pola penyakit;
12
d. efektifitas dan keamanan;
f. mutu;
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah
Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep,
pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
balik;
13
f. Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;
melakukan monitoring.
penderita;
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
terjangkau.
2. Perencanaan Kebutuhan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
14
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
f. rencana pengembangan.
3. Pengadaan
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara
lain:
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
15
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
dipertanggung jawabkan.
Untuk mencegah kekosongan stok obat di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat
a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
b. Persyaratan pemasok.
4. Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
16
BAB V
LOGISTIK
A. Penyimpanan
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar
dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
17
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
demi keselamatan.
dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) disertai
Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look
Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
menjamin:
a. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;
18
B. Pendistribusian
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem distribusi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
- Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
- Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
19
b. Sistem Unit Dosis
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
c. Sistem Kombinasi
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b +
c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien
rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau
Resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar
A. LATAR BELAKANG
1. Tujuan
Sebagai pedoman bagi paramedic dalam melakukan pemberian obat untuk
pencegahan error yang merupakan salah satu upaya patien safety
2. Fungsi
Perlindungan petugas dalam penyerahanan obat kepada pasien
B. Ruang Lingkup
20
1. Farmasi klinik yaitu ruang lingkup farmasi yang dilakukan dalam kegiatan
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan,
meliputi:
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien yang meliputi kajian
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
pasien.
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien.
g. Melakukan evaluasi penggunaan obat (EPO)
h. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
i. Melaporkan setiap kegiatan
2. Farmasi non-klinik mencakup kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi,
meliputi:
a. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan.
b. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang
merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat formularium,
standarisasi sampai menjaga dan memparbaharui standar obat.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
21
e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
C. LANDASAN HUKUM
Peraturan perundangan mengenai pembentukan tim penyusun pedoman
dasar dispensing sediaan steril :
• UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
22
BAB III
VERIFIKASI PESANAN OBAT
A. Tata Laksana
1. Cuci tangan
23
dipenuhi. Batas dosis obat tertentu direkomendasikan oleh
buku-buku referensi.
4) Benar waktu : Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki
plasma dan mencapai konsentrasi efektif minimum ( MEC :
Minimum Effective Concentration ). Puncak kerja terjadi pada
saat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma.
Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
Implikasi dalam keperawatan meliputi :
1). Pada saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan,
dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari
agar kadar terapi obat dalam darah bisa dipertahankan :
a) Satu kali sehari : setiap rentang waktu 24 jam
b) Dua kali sehari : setiap rentang waktu 12 jam
c) Tiga kali sehari : setiap rentang waktu 8 jam.
24
3). Adalah tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah
pasien telah di jadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik.
Seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan
kontraindikasi pemberian obat.
25
3. Obat-obat yang pemberiannya diinstruksikan dokter melalui
telpon,agar diterima secara benar harus dilakukan langkah-langkah
4. Obat High Alert adalah obat-obat yang perlu diwaspadai dan sangat
beresiko tinggi bila salah penggunaannya dapat mengakibatkan KTD (
Kejadian Tidak Diharapkan ) seperti Sentinel ( cacat atau cidera
berat ) bahkan kematian. Sebelum memberikan Obat High Alert
lakukan 7 hal yang benar dan double cek dengan petugas kesehatan
lainnya.
26
makan obat, obat yang berlanjut di rawat inap, dan obat apa yang
menimbulkan alergi, serta bagaimana reaksi alerginya.
BAB IV
PENUTUP
Sebelum menyerahkan obat kepasien terlebih dahulu lakukan verifikasi resep
Sebagai pedoman untuk melakukan penyerahan obat , dengan memperhatikan 7
benar serta dosis dan rute pemberiannya. Dengan adanya pedoman verifikasi
pesanan obat pelayanan farmasi dirumah sakit akan semakin optimal.
Pakai
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
D. Pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
Habis Pakai.
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
E. Administrasi
terdiri dari:
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
28
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun). Jenis-
- dokumentasi farmasi.
Farmasi; dan
- laporan tahunan.
b. Administrasi Keuangan
semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
29
Manajemen resiko merupakan aktivitas Pelayanan Kefarmasian yang dilakukan
pasien, tenaga kesehatan dan keluarga pasien, serta risiko kehilangan dalam suatu
organisasi.
2. Mengidentifikasi Resiko
b. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Habis Pakai seperti spesifikasi (merek, dosis, bentuk sediaan) dan kuantitas;
30
g. Ketidaktepatan penyimpanan yang berpotensi terjadinya kerusakan dan
3. Menganalisa Risiko
data sesungguhnya.
4. Mengevaluasi Risiko
Keputusan Direktur) serta menentukan prioritas masalah yang harus segera diatasi.
disepakati.
5. Mengatasi Risiko
31
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
32
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
3. rekonsiliasi Obat;
5. Visite
bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
c. stabilitas; dan
33
d. aturan dan cara penggunaan.
b. duplikasi pengobatan;
d. kontraindikasi; dan
e. interaksi Obat.
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
penggunaan Obat;
(ROTD);
34
- mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
digunakan;
a. nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
3. Rekonsiliasi Obat
35
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi,
kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan
terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan
dokter.
a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan, diganti,
dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang
pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal
kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek
Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar
Obat pasien, Obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data
Obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua Obat
yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal harus
36
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah, sedang dan akan
terjadi bila ada Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada
dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan
dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
disengaja;
dan
Obat.
d. Komunikasi
informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
37
komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
- menjawab pertanyaan;
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
kesehatan lainnya
5. Visite
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan
terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien
38
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi Obat dari
kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi
Tahapan PTO:
- pemantauan; dan
- tindak lanjut.
39
- kerahasiaan informasi; dan
respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
MESO bertujuan:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan;
ESO;
40
d. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim Farmasi
dan Terapi;
a. kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
Petunjuk teknis mengenai monitoring efek samping Obat akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
a. indikator peresepan
b. indikator pelayanan
c. indikator fasilitas.
41
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari
dibutuhkan;
kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang
ditetapkan.
Kegiatan:
2) melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai;
dan
1) ruangan khusus;
3) HEPA Filter
4) lemari pencampuran
42
B. Manajemen Risiko Pelayanan Farmasi Klinik
klinik adalah:
Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien akan berakibat
terhadap kemungkinan kesalahan dalam terapi. Faktor risiko tersebut adalah umur,
gender, etnik, ras, status kehamilan, status nutrisi, status sistem imun, fungsi ginjal,
fungsi hati.
Faktor risiko yang terkait penyakit pasien terdiri dari 3 faktor yaitu: tingkat
profil reaksi Obat tidak dikehendaki, rute dan teknik pemberian, persepsi pasien
melakukan:
1. Analisa risiko baik secara kualitatif, semi kualitatif, kuantitatif dan semi kuantitatif.
43
- menganalisa risiko yang mungkin masih ada
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
perlindungan bagi tenaga kerja dan bertujuan untuk mencegah serta mengurangi
44
1. Menjamin para pekerja dan orang lain yang ada disekitar tempat kerja
efisien.
gangguan kesehatan fisik, mental dan sosial pada semua pekerja yang disebabkan
oleh kondisi dan lingkungan kerja sehingga diharapkan produktivitas pekerja dapat
dipertahankan dan apabila si pekerja telah memasuki usia pensiun maka yang
sebagai berikut:
pekerja :
a. Sebelum dipekerjakan
45
- sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran pernafasan (TBC) dan
wabah, dan
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja
- tertular pasien
- alergi obat
- keracunan obat
- resistensi obat
46
PROSEDUR K3 IFRS
1. Kebakaran :
a. Upaya Pencegahan Kebakaran
aceton dll.
kebakaran dimatikan
dimatikan
5. Dapatkan APAR (alat pemadam api ringan), buka segel & padamkan
api
47
8. Kosongkan koridor & jalan penghubung dan atur agar jalanjalan
11. Siapkan evakuasi obat bius, injeksi, obat–obat resusitasi & cairan
intravena
14. Siapkan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan darurat
sesuai kebutuhan
a. Air : Hydrant
b. Busa (foam)
d. Gas CO2
2. Cuci Tangan
48
3. Sesudah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
saling mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari mengunci pada telapak kanan dan
sebaliknya
3. Bahan-Bahan Berbahaya
cara :
a. Memasang LABEL
c. Melaksanakan KEBERSIHAN
mungkin
49
g. Menggunakan alat proteksi diri lab jas, pakaian kerja, pelindung kaki,
i. Untuk pertolongan pertama, air untuk mandi, cuci dan air untuk
Berbahaya“.
bahayanya
berbahaya melalui proses kimia, fisika dan atau hayati dengan cara
atau udara atau zat netral lain, membiarkan bahan berbahaya dalam
tempat tertentu agar tereduksi secara alami oleh sinar matahari maupun
dahulu
50
• Menyiapkan air atau zat penetral lain dalam rangka menetralkan
b. Jika korban pingsan atau hampir pingsan, baringkan korban dengan posisi
a. Segera berikan 2 hingga 4 gelas air. Jika air tidak tersedia dapat diberikan
Perhatian : Tidak boleh memberikan sesuatu melalui mulut jika korban pingsan
51
• Memberikan 1 st soda roti + 1 gelas air hangat atau 1/2 st serbuk
mustar + 1 gelas air hangat atau 1/4 st serbuk tawas + 1 gelas air
hangat
a. Penolong harus menggunakan masker yang tepat, jika tidak ada masker yang
c. Korban harus segera dibawa ke tempat udara segar. Jika tempat itu ruangan
berjendela, buka semua jendela yang ada. Longgarkan semua pakaian yang
d. Jika korban susah bernafas, beri nafas buatan terus menerus hingga
dianggap cukup.
e. Jaga korban tetap hangat, hindarkan korban menggigil, jika perlu korban
diselimuti rapat-rapat
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
52
tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu diharapkan dapat terbentuk
dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah berlalu.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini
rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu
b. Pelaksanaan, yaitu:
bentuk kriteria.
53
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan.
prioritas
mencapainya
menggunakan kriteria
tersebut
indikator, suatu alat / tolak ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan
54
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk
diselenggarakan.
d. rasional.
kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh Instalasi
terencana, sistematis dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam
terhadap seluruh proses tata kelola Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
evaluasi, yaitu:
55
c. Retrospektif adalah program pengendalian yang dijalankan setelah
audit internal.
a. Audit (pengawasan)
c. Survei
langsung.
d. Observasi
Obat.
BAB IX
PENUTUP
56
Perkembangan dan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien untuk itu
kerjasama dan koordinasi yang lebih baik antara Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Ditetapkan : di Padang
Pada Tanggal : Februari 2018
57