Keberhasilan penyusunan e-book ini tentunya bukan atas usaha penulis saja.
Ada banyak pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan untuk
penyusunan e-book ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun material
sehingga e-book ini berhasil disusun.
E-book yang ada di hadapan pembaca ini tentu tidak luput dari kekurangan.
Selalu ada celah untuk perbaikan. Sehingga, dengan senang hati penulis akan
menerima kritik, saran, serta masukan yang membangun dari pembaca. Demikian
semoga e-book ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Penyusun
1
Menjadi Penulis Terkenal
Ala Pidi Baiq
“Saya adalah imigran dari surga, yang diselundupkan oleh ayahku di kamar
pengantin, ayah tidak bekerja sendirian, dibantu oleh ibuku. Ibuku tugasnya adalah
menyimpan hasil selundupan, kemudian saya dilahirkan sebagai anak nakal,
disekolahkan bukan kemauan saya tapi kemauan ibu saya. Saya bangga menjadi
anak nakal karena tanpa anak nakal reuni nggak akan ramai. Tanpa anak nakal guru
BP tidak ada pekerjaan, saya bersyukur kenakalan saya ini entah bagaimana
berakhir pada saya membuat karya, gitu loh.”
Kalimat di atas merupakan kalimat yang diucapkan Pidi Baiq saat menjadi
pembicara dalam acara kuliah umum mata kuliah Studium Generale KU-4078 di
Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Rabu, 23 Januari 2019. Menurutnya ia selalu
berpikir ‘ngawur’ seperti itu. Siapa yang tidak mengenal sosok Pidi Baiq? Beliau
merupakan seniman multitalenta yang akrab dipanggil dengan sebutan “Kang Pidi”
atau “ayah”. Salah satu karyanya yang paling booming adalah novel dan film yang
berjudul “Dilan”.
Dalam e-book ini nantinya akan dibahas beberapa materi yang diutarakan
Kang Pidi serta tanya jawab dengan peserta saat di ITB. Seperti pembahasan apa
itu kreativitas, bagaimana sinergi teamwork dalam dunia kreativitas, apa pesan
yang ingin disampaikan Pidi Baiq pada setiap karyanya, motivasi terbesar, hingga
pengalaman Kang Pidi sampai jadi penulis terkenal. Oleh karena itu, semua
pembahasan tersebut akhirnya penulis rangkum dan disusun menjadi e-book
dengan judul “Menjadi Penulis Terkenal Ala Pidi Baiq”.
2
Kreativitas
“Kreativitas itu mitos, kreativitas itu dusta”
Ketika ditanya soal kreativitas, Kang Pidi menjawab bahwa kreativitas itu
mitos dan dusta. Menurutnya, kreativitas itu dusta dan mitos kalau seseorang ingin
kreatif tapi mentalnya masih eksakta. Karena ada perbedaan antara eksata dan
kreativitas. Keduanya ada di dua dunia yang berbeda. Perbedaan tersebut antara
lain sebagai berikut :
3
b. Di dunia eksata berpikir dahulu baru berbicara. Sementara di dunia
kreativitas berbicara dahulu baru berpikir. Jadi lebih banyak eksperimen,
baru mencari-cari alasan dan mencari penjelasan setelah melakukan
sesuatu. Seperti Kang Pidi juga membuat lagu seenaknya dahulu, setelah itu
baru diedit. Jadi lebih banyak main-mainnya. Kalau dunia eksakta pasti mikir
dahulu baru disampaikan, karena itu sebuah teori.
4
Menurutnya Einstein bukanlah orang eksakta, tetapi orang kreativitas yang
kemudian diambil ilmunya di dunia eksakta. Mereka orang-orang kreatif,
orang-orang yang berimajinasi.
“Kreativitas berawal dari sesuatu yang iseng, apa yang dekat dengan kita,
kemudian dicoba-coba, kemudian jalanin aja”
Ilustrasi
Saat kuliah dulu Pidi Baiq pernah membina Salman ITB dan pernah
mengalami penolakan. Pengalaman tersebut kemudian dijadikan ilustrasi menarik
oleh salah satu penerbit Islam. Saat ditanya bagaimana proses kreativitas dalam
ilustrasi tersebut, Kang Pidi tertawa dan langsung menceritakan pengalamannya
yang lain.
Ketika Kang Pidi tahu itu penerbit Islam, beliau langsung mengirim
naskahnya sebelum tahun 2008. Lalu bilang ke penerbit untuk menerbitkan
naskahnya, kalau tidak nanti Kang Pidi akan memusuhi karena itu merupakan
penerbit Islam yang seharusnya menegakkan kasih sayang. “Kalau penerbit tidak
menerbitkan berarti telah menegakkan permusuhan” ujar Pidi Baiq disambut gelak
tawa.
5
Setelah itu Pidi Baiq mendatangi penerbit, dan bertanya jika ada dua teks
proklamasi, yang satu printout hasil desain di komputer dengan motif-motif di
samping kanan kirinya dengan font pilihan yang ada di komputer. Sementara satu
lagi secarik kertas tulisan Soekarno dan corat-coret.Kang Pidi menanyakan
penerbit akan memilih yang mana, dan dijawab yang tulisan Soekarno. Kang Pidi
lalu meminta untuk memakai naskah aslinya saja yang tidak diedit. Akhirnya
naskah beliau diterbitkan dan menjadi best seller seperti novel Dilan.
Ketika membuat film bersama bareng Fajar Bustomi juga seperti itu. Kang
Pidi membuat template film yang baru yang tidak seperti film Indonesia pada
umumnya. Kang Pidi lebih memilih siomay, kantin sebagai template dibanding
sesuatu yang beautiful. Dan terbukti idenya tersebut bisa menjadi film yang
booming.Jadi, dari pengalaman tersebut dapat dilihat bahwa penerbit dan
sutradara film kebanyakan merupakan orang-orang eksakta yang harus mengacu
kepada teori. Karena di dunia kreativitas hasilnya hampir sama, dimana novel yang
difilmkan tidak sesuai buku. Sementara Pidi Baiq ingin film Dilan sesuai dengan
bukunya.
Jika dilihat dari cerita Kang Pidi tersebut, persoalannya adalah bisa atau
tidak kamu memulai sesuatu yang baru, karena pasti mempunyai risiko yang tinggi.
Diterima atau tidak. Oleh karena itu, harus bermain-main untuk menemukan
sebuah kreativitas. Seperti Pidi Baiq ketika menjawab pertanyaan di sosial media,
beliau juga senang bergurau dan bermain-main. Karena terkadang dunia kreativitas
dengan orang gila bedanya tipis. Orang kreativitas bisa memanage pikirannya,
sementara orang gila tidak.
6
Teamwork
Terkait bagaimana perlunya sinergi teamwork, menurut Kang Pidi masing-
masing harus taat terhadap kapasitasnya masing-masing. Misalnya seorang
wardrobe dalam film harus menurut kepada arahan sutradara dan tidak boleh
seenaknya sendiri. Namun, yang sering menjadi masalah adalah ketika seorang
wardrobe kapasitasnya apa, ikut campur ke wilayah lain. Artinya dalam teamwork
setiap orang harus bekerja sesuai kapasitasnya agar menjadi tim yang solid.
Seperti tim Dilan yang menurut Kang Pidi sangat solid, sadar dengan kapasitas
masing-masing sehingga tidak ikut campur ke wilayah yang lain. Jadi solid tidak
solid tergantung pada siapa diri kita, setting diri kita.
Pesan
Dalam sebuah buku atau film dan karya yang lainnya pasti ada sebuah pesan
yang ingin disampaikan kepada khalayak. Terutama karena setiap orang
mempunyai persepsi dan pandangan yang berbeda-beda dalam menilai. Akan
tetapi, bagi Pidi Baiq dalam membuat suatu karya tidak harus ada pesan, tidak
harus ada moral yang disampaikan. Menurutnya pesan moral sudah ada bagian
sendiri siapa yang harus menyampaikan, karena Kang Pidi ingin bebas netral dan
tidak ada desakan maupun tuntutan dari manapun.
Begitu juga ketika buku Dilan mendapat award buku terbaik se-Asia, Kang
Pidi mendapat undangan untuk menghadiri penghargaan tetapi tidak datang. Kang
Pidi tidak pernah mau datang apabila berkaitan dengan publisitas seperti di
televisi. Karena hal tersebut hanya merupakan kepentingan-kepentingan
publisitas, kepentingan popularitas.
7
Pidi Baiq tidak ingin didesak oleh hal-hal diluar dirinya. Harapan Kang Pidi adalah
agar dirinya tetap santai dan tidak terlalu mengejar sesuatu yang duniawi.
Motivasi
Motivasi terbesar seorang Pidi Baiq dalam menggeluti dunia seni menulis
novel bukanlah soal kepentingan duniawi semata, karena berkaitan dengan kontrol
dari luar. Kang Pidi berpikir suatu saat nanti pasti semua orang akan mati, jadi apa
yang harus dilakukan sebelum itu. Seperti membahagiakan anak, bukan sekedar
memberikan uang dan kebutuhan pokok tetapi juga membuat mereka bangga siapa
orang tuanya.
Motivasi lainnya karena ada waktu luang, kalau tidak ada mungkin tidak akan
menulis. Kang Pidi sendiri dalam menulis novel tidak tahu teori novel itu
bagaimana, hanya ingin bercerita tentang Dilan dan Milea ditahun 1990. Sehingga
saat ada orang yang menyebut karyanya adalah novel, Kang Pidi terkejut. “Oh ini
novel ya?” ujarnya. Jadi selama ada waktu, beliau akan tertap berkarya.
Pidi Baiq dalam berkarya tidak berpikir seperti kebanyakan orang pada
umumnya. Mungkin orang-orang berkarya dengan motivasi dan tujuan untuk
kesenian Indonesia. Namun, Kang Pidi tidak meniatkan berkarya seperti itu. Lebih
kepada apa yang harus diperbuat sebelum waktu di dunia habis (meninggal). Dan
kalau Kang Pidi ditanya apa itu seni, maka akan dijawab seni adalah bahasa
Indonesia, bahasa Inggrisnya art.
8
Titik Balik
Ada sebuah pertanyaan, apakah ada sebuah moment yang paling berkesan
dan menjadi titik balik seorang Pidi Baiq ? Jawaban Kang Pidi adalah sering
menemukan titik balik dari hal yang ‘ngaco’ atau main-main. Selain itu, banyak juga
menemukan titik balik dari lagu-lagu yang diciptakannya. Menurutnya seseorang
tidak akan bisa menemukan titik balik dengan cara merenung atau mencari ilham.
Justru dengan hal yang main-main bisa ditemukan titik balik.
Seperti saat membuat buku Dilan, ide bukanlah bagaimana membuat buku
itu, tetapi ide adalah awal ketika berpikir ingin menulis buku. Sementara inspirasi
bisa muncul di pertengahan jalan ketika sedang bermain-main. Jadi apapun bisa
terwujud jika sudah memulainya. Contohnya seperti pengalaman Kang Pidi waktu
kecil, beliau walaupun tidak tahu mau menulis apa tetapi tetap berada di depan
komputer.
Bisa memulai dengan menulis “Ya Tuhan, kemarin saya pergi ke Dago”. Dari
kalimat yang pendek lama-lama bisa menjadi kalimat yang panjang. Dulu Kang Pidi
suka menulis bermula dari sebuah mesin ketik. Awalnya memulai dengan menulis
benda-benda yang ada di dalam rumah seperti tirai, meja, bangku, pembantu
rumah, Ibu, dan siapa saja yang dilihat waktu itu. Dari hanya benda-benda rumah
kemudian dikembangkan kalimatnya menjadi setrikaan di atas meja, tirai yang
terbuka, dan lainnya. Bermula dari satu kata menjadi satu kalimat, dan seterusnya
hingga menjadi beberapa halaman.
9
Prinsip
Pinsip bagi Pidi Baiq bukan berada di wilayah benar atau salah. Karena benar
salah itu hukum tergantung pada alasannya. Jika membunuh itu dosa, tetapi dalam
perang menjadi boleh. Jika bohong itu tidak boleh, tetapi kalau seorang istri sudah
membeli baju jauh-jauh dan menanyakan kepada suami apakah bajunya bagus
maka suami bisa menjawab bagus walaupun bohong. Dalam artian hukum itu
bergantung pada alasannya.
10
Kemudian ada yang membuat teori-teori, padahal anak-anak itu ketika menari di
bawah bulan purnama tidak pernah membuat catatan maksud dan tujuan. Pasti
mereka tidak menulis maksud dan tujuan atau berkompromi dahulu.
Hal yang ditakutkan Kang Pidi kalau seseorang sudah berada di dunia
kreativitas adalah tidak ada lagi dorongan untuk bermain-main. Adanya tekanan-
tekanan dari luar dan membuat tidak asli lagi.
11
Contoh lain seperti saat berpikir ingin terbang kebulan, itu adalah imajinasi.
Kemudian berkompromi dengan eksakta (mencari cara) baru bisa terbang. Tetapi
ketika kamu berada diimajinasi, lalu langsung berkompromi dengan eksakta nanti
tidak menyatu. Jadi imajinasi kreativitas adalah hal lain dari dunia eksakta. Kamu
bisa bebas berpikir dahulu, ingin ke bulan, ingin ke mars, ingin membuat matahari,
dan sebagainya. Setelah itu baru mengacu pada eksakta. Jadi jangan berimajinasi
di ruangannya eksakta.
Nah yang ditakutkan Kang Pidi adalah ketika seseorang membuat karya di
ruangan eksakta. Ketika mencari ide dan mencari inspirasi cukup di ruang
kreativitas, nanti baru dipadukan. Maka ada kombinasi di antara eksakta dan
kreativitas yang kemudian melahirkan intuisi.
Di dunia imajinasi ada hal lain, sehingga jika belum apa-apa jangan langsung
ke eksakta. Mislanya ingin membuat tulisan di atas langit, kira-kira bisa tidak. Lebih
baik betul-betul dibuat dahulu, karena di dunia kreativitas membuat dahulu baru
berpikir. Bicara dahulu baru berpikir. Ketika membuat lagu juga membuat dahulu
baru diedit. Dalam mengedit logikanya harus benar, secara akal harus diterima.
Tetapi ketika sedang membuat lagu itu tidak perlu berpikir “wah ini boleh tidak ya”
tidak seperti itu.
Beda dengan dunia eksakta, karena sudah ada teori dan sudah ada pakem-
pakemnya. Bahkan sebuah eksakta bisa berubah teorinya karena dunia imajinasi.
Jadi dunia teori bisa diubah karena imajinasi yang terus-menerus.
12
Penutup
Dunia kretaif dan dunia eksakta adalah dunia yang berbeda. Kamu harus
bekerja sama antar kedua itu untuk mencapai intuisi. Oleh karena itu, Pidi Baiq
mempunyai beberapa tim dalam sebuah teamwork untuk mengerjakan sesuatu
bersama-sama. Pidi Baiq juga yakin kalau Nyoman Nuarta membuat patung tidak
sendirian, pasti didukung oleh orang-orang sipil dan teknik kimia. Menyangkut
tentang dunia kreativitas, dimana kelak kamu akan mencari inspirasi dan ide untuk
membuat sebuah tugas akhir, maka jangan berada di wilayah eksakta ketika
mencari ide. Akan tetapi, kelak logika eksakta bisa jadi yang akan mendukung
sesuatu mungkin atau tidak untuk diwujudkan.
Sumber
Youtube Institut Teknologi Bandung :
https://www.youtube.com/watch?v=FT2VPWiGPj4
Contact Us!
0823-2975-8794
www.ikutlomba.org
ikutlomba
@ikutlomba
@ikut_lomba
13