Anda di halaman 1dari 36

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HT PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Sektor Tele Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian

dilaksanakan pada November 2015 sampai Desember 2015. Inventarisasi dan

pengambilan sampel dilaksanakan di lapangan dan analisis karbon di laksanakan

di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur untuk

mengukur diameter dan tinggi pohon, parang untuk memotong bagian-bagian

tanaman, timbangan untuk menimbang berat sampel, kantong plastik sebagai

tempat penyimpanan sampel yang akan dianalisis, kertas label untuk melabeli

setiap sampel yang diampil pada setiap plot, kamera untuk dokumentasi hasil

kegiatan, alat tulis untuk mencatat data dilapangan,kalkulator untuk menghitung

data, dan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS untuk mengolah data.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tegakan

Eucalyptus IND 47 pada areal IUPHHK PT Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi pengumpulan data dan informasi yang

dibutuhkan serta analisis laboratorium. Penelitian ini menggunakan sistem

Universitas Sumatera Utara


destructive sampling, yaitu dengan melakukan pemanenan terhadap pohon.

Tahapan kegiatannya sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Data tersebut antara

lain data diameter, tinggi bebas cabang (Tbc), tinggi total (Ttot), dan berat basah

batang, cabang, dan daun untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium (kadar air,

kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon) dan diperoleh model alometrik

terbaik.

Data Sekunder

Data sekunder adalah yang diperoleh dari IUPHHK-HT PT. Toba Pulp

Lestari, Tbk Sektor Tele, yaitu peta lokasi penelitian, keadaan lapangan (topogafi,

tanah, geologi, dan iklim) dan keadaan hutan.

2. Analisis Data di Lapangan

A. Peletakan plot untuk penebangan pohon

Tahapan kerja yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Membuat plot ukuran 40 m x 5 m (Hairiah, dkk, 2011) dengan luas total

areal penelitian 2,4 Ha dan Intensitas Sampling sebesar 2,5% untuk hutan

tanaman kelas umur 5 tahun (Direktorat PSMK Kemendikbud RI, 2013).

Metode yang digunakan adalah systematic strip sampling with random start.

Plot penelitian yang digunakan sebanyak 3 plot dimana letak plot berada

pada jarak 50 m dari jalan utama kemudian diikuti dengan plot 2 dan plot 3

dengan jarak masing-masing 100 m.

Universitas Sumatera Utara


5m 5m
PLOT 3 PLOT 2 PLOT 1
100 m 100 m

40 m 40 m 40 m

50 m

JALAN UTAMA

Gambar 1. Desain Plot Inventarisasi Tegakan

2. Dilakukan inventarisasi pada tegakan Eucalyptus IND 47. Parameter yang

diambil dalam inventarisasi ini adalah diameter pohon setinggi dada (dbh),

tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi total (Ttot) pohon dalam setiap plot

secara keseluruhan.

3. Pemilihan pohon sampel pada setiap plot dengan kriteria sehat dan memiliki

ukuran diameter rata-rata yang dianggap mewakili pohon yang ada dalam plot

contoh penelitian. Jumlah pohon sampel yang diambil pada setiap plot adalah

sebanyak 3 pohon sampel.

4. Menebang pohon sampel. Penebangan dilakukan sesuai dengan sistem

penebangan di IUPHHK-HT PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele. Karena

pengambilan contoh sampel tepat dilakukan pada saat penebangan.

5. Memisahkan bagian-bagian pohon, yaitu batang, cabang, dan daun. Batang

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung batang.

6. Menimbang bagian-bagian batang, cabang, dan daun untuk memperoleh berat

basahnya.

Universitas Sumatera Utara


7. Pengambilan contoh uji pada setiap plot contoh. Contoh uji terdiri dari contoh

uji bagian batang (pangkal, tengah, dan ujung batang), cabang, dan ranting.

Untuk bagian batang terdapat 3 sampel dengan 3 ulangan pada setiap plot.

Pengambilan contoh uji batang dari bagian empelur sampai bagian sisi batang

seperti pada gambar 2. Dengan berat kira-kira 300gr. Untuk bagian cabang

dan daun sebanyak 300g.

Contoh sampel uji


batang

Gambar 2. Cara Pengambilan Sampel Uji Batang

8. Semua sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam plastik lalu diberi

label sebagai penanda.

3. Analisis Data di Laboratorium

A. Kadar air

1. Contoh uji dikeringkan dalam tanur suhu 103 ± 2ºC sampai tercapai berat

konstan, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator dan ditimbang berat

keringnya.

2. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering

tanur ialah kadar air contoh uji.

B. Pengukuran kadar karbon

Pengukuran kadar karbon dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Kadar zat terbang

Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American Society for

Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Sampel dari bagian pohon berkayu dipotong menjadi bagian-bagian kecil

sebesar batang korek api, sedangkan sampel daun dicincang.

b. Sampel kemudian dioven pada suhu 80ºC selama 48 jam.

c. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill).

d. Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran

40-60 mesh.

e. Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ± 2 g, dimasukkan

kedalam cawan porselin, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya,

dan ditimbang dengan timbang Sartorius.

f. Contoh uji dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 950 ºC selama 2 menit.

Kemudian didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang.

g. Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap berat

kering contoh uji merupakan kadar zat terbang. Pengukuran persen zat terbang

terhadap sampel dari tumbuhan bawah dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

2. Kadar abu

Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing

Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur

listrik bersuhu 900 ºC selama 6 jam.

Universitas Sumatera Utara


b. Selanjutnya didinginkan di dalam eksikator dan kemudian ditimbang untuk

mencari berat akhirnya.

c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur

contoh uji merupakan kadar abu contoh uji. Pengukuran kadar abu terhadap

sampel dari tiap bagian pohon dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

3. Kadar karbon

Penentuan kadar karbon contoh uji dari bagian-bagian pohon

menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana kadar

karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang

dan kadar abu.

4. Pengolahan Data

A. Kadar Air

Nilai kadar air contoh uji didapat dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut

(Haygeen & Bowyer,1996 dalam Purwitasari, 2011)

Dimana :

KA = Kadar Air

Bo = Berat awal contoh uji

BKT = Berat kering tanur (oven) dari contoh uji

Berat kering/biomassa

Berat kering total bagian-bagian pohon dihitung dengan rumus :

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵
BK = % 𝐾𝐾𝐾𝐾 (Haygeen & Bowyer,1996 dalam Purwitasari, 2011)
1+[ ]
100

Dimana:

BK = Berat kering/biomassa (kg)

BB = Berat Basah (kg)

KA = Kadar air (%)

Berat kering total dari keseluruhan pohon merupakan penjumlahan berat kering

total bagian-bagian pohon Eucalyptus IND 47 yang terdiri dari berat kering

batang, ranting, dan daun

Kadar Zat Terbang

Kadar zat yang mudah menguap dinyatakan dalam persen berat dengan

rumus sebagai berikut (ASTM, 1990a dalam Purwitasari, 2011)

A−B
Kadar zat terbang = x 100 %
A

Dimana :

A = Berat kering tanur pada suhu 105

B = Berat contoh uji dikurangi berat cawan dan sisa contoh uji berat cawan

dan sisa contoh uji pada suhu 950

Kadar Abu

Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus sebagai berikut

(ASTM, 1990a dalam Purwitasari, 2011)

berat abu
Kadar abu = berat contoh uji kering oven
x 100%

Universitas Sumatera Utara


Kadar karbon

Penentuan kadar karbon terikat (fixed carbon) ditentukan berdasarkan

rumus berikut ini

Kadar karbon terikat arang = 100% - kadar zat terbang arang – kadar abu

5. Pemilihan model alometrik terbaik

Model persamaan alometrik untuk penaksiran biomassa atau massa karbon


dari bagian-bagian tegakan Eucalyptus IND 47 menggunakan satu atau lebih peubah
dimensi berikut ini.

Ŷ = ß0+ ß1D+ ß2D2

Ŷ = ß0Dß1

Ŷ = ß0+ ß1D2H

Ŷ = ß0 Dß1Hß2

Dimana :

Ŷ = Taksiran nilai biomassa atau karbon tegakan (kg/batang)

D = Diameter (dbh) (cm)

H = Tinggi total (cm)

ß0, ß1, ß2 = Konstanta (parameter) regresi

Untuk mencari penduga persamaan model allometrik dilakukan melalui

analisis regresi koefisien determinasi (R-square). Nilai R-square ini menunjukkan

persentase besarnya variabilitas dalam data yang dijelaskan oleh model regresi.

Maksimum nilai R-square adalah 100% dan minimal 0%. Jika nilai R-square

100%, misalnya untuk regresi linier sederhana semua titik data akan menempel ke

garis regresi, semakin kecil R-square maka data makin menyebar jauh dari garis.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu jika R-square kecil maka keeratan hubungan antara X dan Y

lemah dan jika R-square 0% menunjukkan bahwa X tidak memiliki hubungan

dengan Y (Sutaryo, 2009).

6. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah:

1. Analisis perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon dilakukan dengan

analisis statistik dengan uji beda nilai tengah menggunakan uji

t-student berpasangan (Mattjik dan Sumertaya, 2000 dalam Dahlan, 2005).

Adapun parameter yang diuji adalah :

1. Menentukan formulasi hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata karbon antar setiap bagian tanaman

H1 : Ada perbedaan rata-rata karbon antar setiap bagian tanaman

2. Menguji signifikansi pengaruh variabel x terhadap y yang menggunakan uji t

dengan rumus sebagai berikut:

𝑑𝑑�
t hitung =
𝑆𝑆𝑆𝑆 /√𝑛𝑛

keterangan:

𝑑𝑑̅ = nilai tengah dari dua beda contoh

Sd = Simpangan baku

n = banyaknya pasangan contoh

3. Menentukan taraf nyata pada selang kepercayaan 95%

4. Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima (H1 ditolak) apabila P > 0,05

H1 diterima (H0 ditolak) apabila P < 0,0

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tegakan Eucalyptus IND 47

Tegakan Eucalytus IND 47 merupakan hasil persilangan dari Eucalyptus

urophylla S.T. Blake dengan Eucalyptus grandis W.Hill ex Maid. Karakteristik

tegakan Eucalytus IND 47 dapat ditentukan berdasarkan data tinggi total, tinggi

bebas cabang, diameter setinggi dada (DBH), dan berat basah bagian-bagian

tegakan yang meliputi berat basah batang, berat basah ranting, dan berat basah

daun. Tujuan data karakteristik tegakan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

karakteristik tegakan Eucalytus IND 47 di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil

inventarisasi yang dilakukan pada plot contoh penelitian diperoleh data

karakteristik tegakan Eucalytus IND 47 yang disajikan dalam Lampiran 3.

Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan, data tinggi total tegakan

terbesar pada plot 1 yaitu 24 m dan tinggi total tegakan terkecil 13,78 m.

Sedangkan tinggi bebas cabang terbesar adalah 17,5 m dan tinggi bebas cabang

terkecil 10 m. Diameter terbesar yaitu 21,3 cm dan diameter terkecil 7,2 cm. Pada

plot 2 tinggi total terbesar tegakan adalah 22,78 m dan tinggi total terkecil 10,25

m. Sedangkan tinggi bebas cabang terbesar 17 m dan tinggi bebas cabang terkecil

7,5 m. Diameter terbesar adalah 19,5 cm dan diameter terkecil sebesar 5 cm. Pada

plot 3 tinggi total terbesar yaitu 24,4 m dan tinggi total terkecil 15,93 m.

Sedangkan tinggi bebas cabang terbesar 16,8 m dan tinggi bebas cabang terkecil

10,87 m. Diameter terbesar adalah 18,9 cm dan diameter terkecil 10,1 cm.

Perbandingan rataan diameter, tinggi bebas cabang, dan tinggi total tegakan

Eucalyptus IND 47 disajikan dalam Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Rataan Diameter, Tinggi Bebas Cabang, dan Tinggi Total pada Plot
Contoh Penelitian Tegakan Eucalyptus IND 47.

Gambar 3 menunjukkan rataan hasil inventarisasi karakteristik tegakan

Eucalyptus IND 47 pada tiga plot contoh penelitian. Rataan tinggi total tegakan

terbesar terdapat pada plot 3, yaitu sebesar 20,70 m dan terkecil pada plot 2

sebesar 17,28 m. Rataan tinggi bebas cabang tegakan terbesar terdapat pada plot

1, yaitu 14,80 m dan terkecil pada plot 2 sebesar 12,41 m. Rataan diameter

terbesar terdapat pada plot 3, yaitu sebesar 14,96 cm dan terkecil pada plot 2

sebesar 12,10 cm. Berdasarkan hasil analisis tersebut, data tinggi total, tinggi

bebas cabang, dan diameter terkecil terdapat pada plot 2. Hal ini disebabkan areal

penanaman tegakan Eucalyptus IND 47 pada plot 2 tidak memiliki kodisi

topografi yang datar sehingga menyebabkan adanya pengaruh perbedaan struktur

dan kesuburan tanah terhadap pertumbuhan tegakan. Dan berdasarkan hasil

inventarisasi tersebut, kesuburan tanah pada plot 2 dapat dinyatakan lebih rendah

jika dibandingkan dengan plot lainnya berdasarkan data karakteristik tegakannya.

Universitas Sumatera Utara


Berat Basah Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47

Pemilihan sampel tebang tegakan dilakukan setelah inventarisasi di

lapangan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode destructive sampling,

yaitu dengan cara memanen atau menebang sampel. Pengukuran berat basah

Eucalyptus IND 47 dilakukan dengan cara menimbang langsung bobot bagian-

bagian tegakan (batang, ranting, dan daun) di lapangan. Karakteristik sampel

tebang tegakan Eucalyptus IND 47 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47


No. Sampel DBH Tbc Tinggi Berat basah (Kg) Total Berat
Plot Tebang (cm) (m) Total Basah (kg)
(m) Batang Ranting Daun
I 1 14,20 15,00 20,39 175,10 1,90 3,30 180,30
2 17,50 16,30 22,80 291,20 4,90 4,00 300,10
3 17,30 16,50 22,47 269,00 7,00 3,40 279,40
II 1 14,00 16,00 21,23 243,30 1,10 1,50 245,90
2 19,50 17,00 22,15 280,20 4,10 4,90 289,20
3 18,40 16,00 22,78 308,20 1,90 2,80 312,90
III 1 11,10 16,20 22,70 228,80 5,50 5,20 239,50
2 13,60 13,80 20,12 183,00 3,50 2,80 189,30
3 11,90 14,50 20,90 179,90 3,40 4,50 187,80
Total 2158,70 33,30 32,40 2224,40
Rataan 15,28 15,70 21,73 239,86 3,70 3,60 247,16

Tabel 1 menunjukkan total berat basah sampel tegakan Eucalyptus IND 47

berbeda-beda. Total berat basah terbesar terdapat pada sampel tebang 3 plot 2

yaitu sebesar 312,90 kg dengan diameter 18,40 cm; tinggi bebas cabang 16,00 m;

tinggi total 22,78 m. Sedangkan total berat basah terkecil terdapat pada sampel

tebang 1 plot 1 yaitu sebesar 180,30 dengan diameter 14,20 cm; tinggi bebas

cabang 15,00 m; tinggi total 20,39 m.

Berdasarkan pengukuran terhadap bagian-bagian sampel tebang tegakan

Eucalyptus IND 47, yaitu batang, ranting, dan daun diperoleh rataan total berat

Universitas Sumatera Utara


basah sebesar 247,16 kg dan berat total bagian tegakan sebesar 2224,40 kg. Berat

basah batang tegakan Eucalyptus merupakan bagian terbesar dari seluruh

komponen bagian tegakan. Total berat basah batang adalah 2158,70 kg dengan

persentase 97,04 % dari berat basah keseluruhan sampel tebang. Kemudian total

berat basah ranting sebesar 33,3 kg dengan persentase 1,50 %. Dan total berat

basah daun 32,4 kg dengan persentase 1,46 %. Rata-rata berat basah pada bagian

batang adalah 239,86 kg, bagian ranting 3,70 kg, dan bagian daun 3,60 kg.

Batang merupakan komponen yang memiliki berat basah terbesar pada

tegakan Eucalyptus IND 47. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muhdi, et al (2014)

yang menyatakan bahwa bagian batang memiliki berat basah tertinggi karena

memiliki ukuran yang lebih besar dam mampu menyimpan air dalam jumlah yang

tinggi sedangkan daun memiliki ukuran yang kecil dan mengandung bahan

organik.

Berat basah tegakan Eucalyptus IND 47 yang meliputi berat basah batang,

berat basah ranting, dan berat basah daun tidak selalu memiliki hubungan yang

linear. Dimana perubahan ukuran diameter pada tegakan dalam suatu plot tidak

selalu berbanding lurus dengan perubahan tinggi dan berat basahnya secara

signifikan. Misalnya, diameter yang semakin besar tidak selalu diikuti dengan

tinggi dan berat basah yang semakin besar. Oleh sebab itu diperlukan model

persamaan alometrik non linear untuk menduga biomassa dan massa karbon pada

tegakan Eucalyptus IND 47.

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik Sifat Fisis dan Kimia Sampel pada Tebang Tegakan
Eucalyptus IND 47

Kadar Air

Kadar air merupakan persentase jumlah kandungan air yang terdapat

dalam kayu terhadap berat kering tanurnya yang dinyatakan dalam persen.

Pengukuran data di lapangan tidak menghasilkan data kadar air secara langsung

melainkan data berat basah. Sehingga dilakukan pengolahan data di laboratorium

untuk menentukan jumlah kadar air. Data kadar air sampel tebang setiap bagian

tegakan Eucalyptus IND 47 yang telah dianalisis dilaboratorium disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Kadar Air Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Sampel Kadar Air (%)
Plot Tebang Batang Ranting Daun
I 1 16,44 77,21 97,01
2 16,26 77,21 97,01
3 15,83 77,21 97,01
II 1 12,92 126,12 80,44
2 11,64 126,12 80,44
3 12,24 126,12 80,44
III 1 14,86 62,61 94,41
2 15,16 62,61 94,41
3 13,70 62,61 94,41
Total 129,05 797,81 815,57
Rataan 14,34 88,65 90,62

Pada tabel 2 persentase kadar air tegakan Eucalyptus IND 47 berbeda

antara batang, ranting, dan daun. Berdasarkan pengujian terhadap setiap sampel

tebang, kadar air terbesar terdapat pada bagian ranting yaitu berkisar antara

62,61% - 126,12%. Sedangkan kadar air terkecil terdapat pada bagian batang

yaitu berkisar antara 11,64% - 16,44%. Dan kadar air pada bagian daun berkisar

antara 80,44% - 97,01%. Berdasarkan tabel tersebut, kadar air pada ranting

Universitas Sumatera Utara


melebihi 100%. Hal ini disebabkan oleh penghitungan kadar air dalam penelitian

ini menggunakan kadar air berdasarkan berat kering sehingga hasilnya lebih besar

dari 100%. Menurut Syarif dan Halid (1993) kadar air merupakan persentase

kandungan suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet

basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai

batas maksimum teoritis sebesar 100 persen sedangkan kadar air berdasarkan

berat kering dapat lebih dari 100 persen.

Perbandingan rataaan kadar air bagian tegakan Eucalyptus IND 47

disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan Rataan Kadar Air pada Bagian Tegakan Eucalyptus IND 47

Gambar 4 menyajikan persentase rataan keseluruhan sampel tebang

tegakan Eucalyptus IND 47. Berdasarkan gambar tersebut rataan kadar air

terbesar terdapat pada bagian daun yaitu sebesar 90, 61% kemudian pada bagian

ranting 88,64% dan batang 14,33%. Hal ini sesuai dengan penelitian Pardosi,

(2007) pada tegakan Eucalyptus grandis yang menyatakan kadar air terbesar

terdapat pada bagian daun yaitu sebesar 80-246% dan kadar air terkecil terdapat

pada batang. Menurut Amira (2008) daun memiliki kadar air terbesar karena daun

merupakan unit fotosintesis yang memiliki stomata yang menyebabkan banyak air

Universitas Sumatera Utara


dari lingkungan yang diserap oleh daun sehingga banyak rongga sel dalam daun

yang diisi oleh air.

Kadar Zat Terbang

Zat terbang merupakan zat-zat yang disusun oleh senyawa alifatik,

terpena, dan fenolik yang mudah menguap dan dan hilang pada pemanasan 950ºC.

Hasil penelitian berikut menunjukkan nilai rata-rata kadar zat terbang pada bagian

tegakan Eucalyptus IND 47 yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Kadar Zat Terbang Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Plot Sampel Kadar Zat Terbang (%)
Tebang Batang Ranting Daun
I 1 50,38 66,32 75,27
2 49,13 66,32 75,27
3 48,97 66,32 75,27
II 1 48,24 63,52 77,21
2 47,73 63,52 77,21
3 45,51 63,52 77,21
III 1 48,52 62,79 75,15
2 52,14 62,79 75,15
3 54,82 62,79 75,15
Total 445,42 577,87 682,91
Rataan 49,49 64,21 75,88

Berdasarkan Tabel 3 persentase kadar zat terbang tertinggi terdapat pada

bagian daun, yaitu berkisar antara 75,15% - 77,21% dengan rataan sebesar

75,88%. Sedangkan persentase kadar zat terbang terendah terdapat pada bagian

batang, yaitu berkisar antara 45,51% - 54,82% dengan rataan sebesar 49,49%.

Perbandingan rataaan kadar zat terbang bagian tegakan Eucalyptus IND 47

disajikan dalam Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Perbandingan Rataan Kadar Zat Terbang pada Tegakan Eucalyptus IND 47

Berdasarkan Gambar 5 persentase rataan kadar zat terbang tertinggi

terdapat pada bagian daun, yaitu sebesar 40%. Menurut Hilmi (2003), daun

memiliki kadar zat terbang tertinggi karena daun tersusun atas klorofil a

(C55H72O5N4Mg) dan Klorofil b (C55H70O6N4Mg) dengan berat molekul tinggi

sehingga meningkatkan kadar abu pada proses karbonisasi. Sedangkan batang

mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif yang tinggi, serta

pori-pori yang terisi oleh parenkim yang mati. Jenis zat tersebut sukar menguap

sehingga menyebabkan kadar zat terbang pada batang rendah.

Kadar Abu

Kadar abu merupakan kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan

tinggi yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium,

kalium, dan magnesium. Sedangkan abu merupakan sisa pembakaran dari bahan

yang mengandung bahan organik. Berdasarkan hasil uji dan analisis di

laboratorium diperoleh data kadar abu sampel tebang tegakan Eucalyptus IND 47

yang disajikan dalam Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Nilai Rata-Rata Kadar Zat Abu Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Plot Sampel Kadar Abu (%)
Tebang Batang Ranting Daun
I 1 1,07 1,61 3,67
2 0,83 1,61 3,67
3 0,90 1,61 3,67
II 1 0,93 2,68 3,35
2 1,13 2,68 3,35
3 0,78 2,68 3,35
III 1 1,65 1,91 3,87
2 1,11 1,91 3,87
3 1,50 1,91 3,87
Total 9,88 18,59 32,68
Rataan 1,10 2,07 3,63

Berdasarkan data dari tabel 4 diperoleh perbedaan persentase kadar abu

pada bagian tegakan Eucalyptus IND 47. Persentase kadar abu terbesar terdapat

pada bagian daun yaitu berkisar antara 3,35% - 3,87%. Sedangkan persentase

kadar abu terendah terdapat pada bagian batang yaitu berkisar antara 0,78% -

1,65%. Perbandingan rataaan kadar zat terbang bagian tegakan Eucalyptus IND

47 disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 6. Perbandingan Rataan Kadar Abu pada Tegakan Eucalyptus IND 47

Berdasarkan Gambar 6 rataan kadar abu terbesar terdapat pada bagian

daun, yaitu 54%. Sedangkan rataan kadar abu terkecil terdapat pada batang, yaitu

Universitas Sumatera Utara


sebesar 16%. Daun memiliki kadar abu terbesar karena mengandung lebih banyak

bahan organik dibandingkan bagian tegakan lainnya (batang dan ranting).

Perbedaan nilai kadar abu pada bagian tanaman disebabkan oleh perbedaan

kandungan organik yang dimiliki oleh bagian tanaman tersebut.

Kadar karbon

Kadar karbon merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat

terbang dan kadar abu. Kadar karbon pada bagian-bagian tegakan Eucalyptus IND

47 memiliki persentase yang berbeda-beda. Nilai rata-rata kadar karbon disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Rata-Rata Kadar Karbon Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Plot Sampel Kadar Karbon (%)
Tebang Batang Ranting Daun
I 1 48,56 32,08 21,06
2 50,04 32,08 21,06
3 50,14 32,08 21,06
II 1 50,84 33,80 19,44
2 51,14 33,80 19,44
3 53,72 33,80 19,44
III 1 49,84 35,30 20,97
2 46,75 35,30 20,97
3 43,68 35,30 20,97
Total 444,69 303,53 184,41
Rataan 49,41 33,73 20,49

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, persentase kadar karbon

terbesar adalah pada bagian batang yaitu berkisar antara 43,68% - 53,72% dengan

rataan sebesar 49,41%. Sedangkan persentase kadar karbon terkecil adalah bagian

daun yaitu berkisar antara 19,44% - 21,06% dengan rataan sebesar 20,49%. Dan

persentase karbon pada bagian ranting berkisar antara 32,08% – 35,30% dengan

Universitas Sumatera Utara


rataan sebesar 33,73%. Perbandingan rataan kadar karbon pada bagian tegakan

Eucalyptus IND 47 disajikan dalam Gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan Rataan Kadar Karbon pada Tegakan Eucalyptus IND 47

Berdasarkan Gambar 7 rataan karbon terbesar terdapat pada bagian batang,

yaitu sebesar 48%. Sedangkan rataan kadar karbon terkecil terdapat pada bagian

daun, yaitu sebesar 20% Batang memiliki kadar karbon terbesar karena selama

masa produktif batang lebih banyak menyerap dan menyimpan karbon melalui

daun dalam proses fotosintesis. Sehingga tingginya kadar karbon dalam batang ini

disebabkan karena batang lebih banyak mengandung unsur karbon. Jika

dibandingkan dengan jenis yang berbeda, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Saragih (2015) pada tanaman karet di areal perkebunan rakyat Desa

Tarean Kecamatan Silindak Kabupaten Serdang Bedagai yang menyatakan bahwa

rataan kadar karbon terbesar terdapat pada bagian batang, yaitu sebesar 61,77%.

Menurut Limbong (2009) unsur karbon merupakan komponen penyusun dinding

sel pada batang. Dinding sel batang tersusun atas selulosa, hemiselulosa, lignin,

zat ekstraktif yang sebagian besar tersusun oleh unsur karbon.

Tabel 3 dan 4 menunjukkan persentase rataan nilai kadar zat terbang dan

kadar abu yang tertinggi terdapat pada daun dan terendah pada batang. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara


pada Tabel 5 persentase kadar karbon terbesar terdapat pada batang dan terendah

pada daun. Berdasarkan data tersebut jumlah kadar zat terbang dan kadar abu

memiliki nilai yang terbalik dengan kadar karbonnya.

Uji Beda Rata-Rata Berdasarkan Uji t-Student

Uji beda rata-rata berdasarkan uji t-student yang dilakukan pada

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar karbon yang

terkandung pada setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47, yaitu bagian batang,

ranting, dan daun. Hasil uji rata-rata beda rata-rata karbon tersebut disajikan

dalam Tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji beda rata-rata karbon pada bagian-bagian tegakan Eucalyptus IND 47
berdasarkan uji t-student
Bagian tegakan Beda rata-rata Signifikansi
Ranting 1,398866 0,000***
Daun 0,791647 0,000***
Uji t-student Batang 2,858044 0,000***
Daun 0,791647 0,000***
Batang 2,858044 0,000***
Ranting 1,398866 0,000***
Keterangan : *** : berbeda nyata (P<0,05) pada taraf kepercayaan 95%

Tabel 6 menunjukkan bahwa adanya perbedaan nyata rata-rata karbon

pada setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47. Perbedaan rata-rata kadar karbon

dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi < 0,05 pada selang kepercayaan 95%.

Hasil beda rata-rata karbon dengan uji t-student menampilkan nilai signifikansi

pada bagian batang sebesar 0,000; bagian ranting 0,000; dan bagian daun 0,000.

Sehingga berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima (Ho ditolak), yaitu adanya

perbedaan karbon antar setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47. Hal ini sesuai

dengan Tabel 5 yang menunjukkan perbedaan yang cukup nyata rata-rata karbon

Universitas Sumatera Utara


pada setiap bagian tegakan, yaitu pada bagian batang sebesar 88,93%, bagian

ranting 33,72%, dan bagian daun 20,49%.

Analisis biomassa dan Karbon Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47

Biomassa (Berat Kering)

Biomassa merupakan jumlah total materi organik tanaman yang dihasilkan

sebagai bobot kering tanaman per unit areal. Kandungan biomassa suatu tegakan

merupakan penjumlahan dari kandungan biomassa setiap bagian tegakannya.

Nilai biomassa (berat kering) dari sampel tebang tegakan Eucalyptus IND 47 pada

setiap bagian tegakannya disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Rata-Rata Biomassa (Berat Kering) Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus
IND 47
No Sampel Batang Ranting Daun Total
Plot Tebang Biomassa
BB (Kg) BK BB BK BB BK (Kg/btg)
(kg) (Kg) (kg) (Kg) (kg)
I 1 175,10 150,38 1,90 1,08 3,30 1,68 153,14
2 291,20 250,48 4,90 2,77 4,00 2,03 255,28
3 269,00 232,24 7,00 3,95 3,40 1,72 237,91
II 1 243,30 215,47 1,10 0,49 1,50 0,83 216,79
2 280,20 250,99 4,10 1,81 4,90 2,71 255,51
3 308,20 274,59 1,90 0,84 2,80 1,56 276,99
III 1 228,80 199,20 5,50 3,39 5,20 2,68 205,27
2 183,00 158,90 3,50 2,16 2,80 1,44 162,5
3 179,90 158,22 3,40 2,09 4,50 2,31 162,62
Total 2158,70 1890,47 33,30 18,58 32,40 16,96 1926,01
Rataan 239,85 210,05 3,70 2,06 3,60 1,89 214,00

Berdasarkan Tabel 7, nilai rata-rata biomassa sampel tebang tegakan

Eucalyptus IND 47 memiliki variasi yang berbeda. Nilai biomassa tertinggi

terdapat pada bagian batang, kemudian pada bagian ranting dan daun. Nilai

biomassa pada bagian batang berkisar antara 150,38 kg - 274,59 kg dengan rataan

Universitas Sumatera Utara


sebesar 210,05 kg. Nilai biomassa pada bagian ranting berkisar antara 0,49 kg -

3,95 kg dengan rataan sebesar 2,06. Nilai biomassa pada bagian daun berkisar

antara 0,83 kg - 2,71 kg dengan rataan sebesar 1,89 kg. Selanjutnya untuk rataan

total biomassa per tegakan adalah sebesar 214,00 kg/tegakan. Persentase

kandungan biomassa rata-rata pada bagian tegakan Eucalyptus IND 47 disajikan

pada Gambar 8.

Gambar 8. Persentase Biomassa pada Bagian Tegakan Eucalyptus IND 47

Data jumlah biomassa terbesar sesuai dengan diagram di atas adalah pada

bagian batang yaitu sebesar 98% dari total tegakan. Sedangkan bagian ranting dan

daun masing-masing sebesar 1%. Jika Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Sipayung (2015) yang menyatakan bahwa rataan biomassa terbesar

tanaman karet terdapat pada bagian batang, yaitu sebesar 21,45 kg. Dan jika

dibandingkan dengan jenis lain sesuai dengan penelitian Pasaribu (2015) pada

Bambu Belangke menyatakan bahwa rataan biomassa terbesar terdapat pada

bagian batang, yaitu sebesar 7,90 kg. Menurut Hairiah & Rahayu (2007) bahan

organik yang terbentuk dari proses fotosintesis lebih banyak di distribusikan ke

bagian batang utama untuk pertumbuhan. Selain itu rongga sel yang terdapat pada

Universitas Sumatera Utara


batang pohon banyak terisi oleh zat-zat penyusun kayu seperti selulosa dan

hemiselulosa sehingga biomassa pada batang akan lebih besar jika dibanding

dengan bagian pohon yang lain.

Massa karbon

Nilai rata-rata karbon sampel tebang tegakan Eucalyptus IND 47 disajikan

dalam Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Rata-Rata Massa karbon Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Sampel Massa karbon (Kg) Total
Plot Tebang Batang Ranting Daun Massa
karbon
I 1 73,01 0,34 0,36 73,71
2 125,32 0,89 0,42 126,63
3 116,44 1,27 0,37 118,08
II 1 109,53 0,17 0,17 109,87
2 128,36 0,61 0,52 129,49
3 147,50 0,29 0,30 148,09
III 1 99,28 1,19 0,57 101,04
2 74,29 0,76 0,30 75,35
3 69,10 0,73 0,49 70,32
Total 942,83 6,25 3,50 952,58
Rataan 104,76 0,69 0,39 105,84

Tabel 8 menunjukkan nilai massa karbon terbesar terdapat pada bagian

batang yaitu berkisar antara 69,10 kg - 147,50 kg dengan rataan sebesar 104,76

kg. Nilai massa karbon pada ranting berkisar antara 0,17 kg - 1,27 kg dengan

rataan sebesar 0,69 kg. Sedangkan nilai massa karbon terkecil terdapat pada

bagian daun yaitu berkisar antara 0,17 kg - 0,57 kg dengan rataan sebesar 0,39 kg.

Selanjutnya untuk rata-rata biomassa total per batang yaitu sebesar 105,84

kg/batang. Persentase kandungan rata-rata massa karbon pada bagian tegakan

Eucalyptus IND 47 disajikan pada Gambar 9.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 9. Persentase Massa Karbon pada Bagian Tegakan Eucalyptus IND 47

Rata-rata nilai total massa karbon terbesar berdasarkan Gambar 9 adalah

pada batang yaitu sebesar 98,98%. Sedangkan nilai massa karbon pada ranting

sebesar 0,66% dan nilai massa karbon pada daun yaitu 0,36%. Hasil persentase

dari nilai massa karbon tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan nilai total

massa karbon bagian tegakan dengan nilai total keseluruhan massa karbon

tegakan dalam plot contoh penelitian. Hasil analisis data massa karbon ini sesuai

dengan hasil analisis biomassa yang menunjukkan bahwa batang merupakan

bagian dari tegakan yang memiliki nilai biomassa dan massa karbon tertinggi.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya hubungan antara biomassa dan

massa karbon. Dimana semakin tinggi nilai biomassa suatu bagian tanaman

semakin tinggi nilai massa karbonnya. Hal ini disebabkan karena perumusan

massa karbon adalah perkalian antara biomassa (berat kering) dengan kadar

karbon antar bagian tegakan sehingga besarnya kandungan karbon dalam tegakan

berbanding lurus dengan nilai biomassanya.

Jika dibandingkan dengan jenis yang berbeda hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian Sitanggang (2014) pada tegakan kelapa sawit yang

Universitas Sumatera Utara


menyatakan bahwa rata-rata massa karbon terbesar terdapat pada bagian batang,

yaitu sebesar 179,57 kg. Dan penelitian Situmorang (2015) pada Bambu Belangke

yang juga menyatakan bahwa rata-rata massa karbon terbesar terdapat pada

bagian batang, yaitu sebesar 2,81 kg.

Model Alometrik Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47

Biomassa dan massa karbon tegakan Eucalyptus IND 47 dapat ditaksir

dengan menggunakan model alometrik. Model alometrik tersebut dibagi menjadi

model alometrik batang, model alometrik ranting, dan model alometrik cabang.

Setiap jenis tanaman memiliki model alometrik yang berbeda. Hal ini disebabkan

persamaan alometrik dibangun berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap

dimensi-dimensi tegakan yang dihubungkan dengan biomassa dan massa karbon

tegakan sehingga menghasilkan persamaan yang linear. Dimensi-dimensi tegakan

yang digunakan dalam persamaan alometrik ini adalah diameter, tinggi bebas

cabang, dan tinggi total tegakan. Dimensi-dimensi ini disebut sebagai variabel

bebas. Sedangkan biomassa dan massa karbon disebut sebagai variabel terikat.

Persamaan alometrik yang dibuat merupakan hubungan antara variabel terikat

pada bagain-bagian tegakan Eucalyptus IND 47 dengan variabel bebasnya.

Selanjutnya persamaan alometrik yang dibuat tersebut dibandingkan dengan

persamaan alometrik lain yang menggunakan variabel bebas yang berbeda pula.

Sehingga dari persamaan-persamaan tersebut dipilih model alometrik terbaik yang

menduga biomassa dan massa karbon dalam tegakan.

Model alometrik yang dibangun untuk menduga biomassa dan massa

karbon merupakan model yang berasal dari sampel tebang tegakan Eucalyptus

Universitas Sumatera Utara


IND 47. Model alometrik untuk menduga biomassa setiap bagian tanaman dan

total biomassa dari setiap bagian tanaman disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Model Alometrik Biomassa Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47


Bagian Model Alometrik S P R-Sq
(%)
W = 421,863 – 41,693D + 1,762 D2 2,9468 0,029 69,3
W = 22,463D12,278 2,9911 0,011 63,1
Batang W = -200,231 + 0,249D2Htot 2,3148 0,007 81,1
W = -399,407 + 0,254D2Hbc 1,5984 0,001 91,0
W = -268,687 D7,395 Htot23,297 2,3301 0,007 80,8
W = -473,632 D7,712 Hbc26,044 1,5694 0,001 91,3
W = 12,533 – 1,383D + 0,044 D2 1,2975 0,812 6,7
-0,031
W = 2,528D 1,2399 0,841 0,6
Ranting W = -3,815 – 0,004D2Htot 1,2779 0,741 9,5
W = -10,641 – 0,005 D2Hbc 1,1585 0,411 25,6
W = -2,825D-0,120Htot0,428 1,2745 0,729 10,0
W = -9,267D-0,139Hbc0,619 1,1588 0,412 25,6
2
W = 20,024 – 2,452D + 0,080 D 0, 3731 0,021 72,2
W = 1,877D1,7472 0,6555 0,995 80,8
Daun W = -1,653 + 0,001D2Htot 0,6681 0,706 11,0
W = -3,607 – 0,001D2Hbc 0,6477 0,586 16,3
W = -1,480D-0,056Htot0,269 0,6593 0,652 13,3
W = -3,427D-0,048Hbc0,278 0,6404 0,548 18,2
2
W = 454,419 – 45,528D + 1,886D 2,9378 0,028 69,6
W = 26,868D12,248 3,0200 0,011 62,5
Total W = -205,699 + 0,244 D2Htot 2,2882 0,006 81,6
Biomassa W = -413,656 + 0,248 D2Hbc 1,4766 0,000 92,3
W = -272,992D7,218Htot23,994 2,3083 0,007 81,2
W = -486,326D7,525Hbc26,942 1,4515 0,000 92,6
Keterangan : W = Biomassa (kg) P = Signifikansi
D = Diameter setinggi dada (cm) S = Standar error
Htot = Tinggi total (m) R-Sq = Koefisien determinasi
Hbc = Tinggi bebas cabang (m)

Model alometrik untuk menduga biomassa pada tabel diatas diperoleh

berdasarkan penaksiran terhadap biomassa bagian-bagian tegakan Eucalyptus

IND 47 (batang, ranting, daun) dan total biomassa dari bagian-bagian tegakan

tersebut yang dihubungkan dengan dimensi tegakan, yaitu diameter setinggi dada

(DBH), tinggi bebas cabang, dan tinggi total. Metode yang digunakan untuk

menduga persamaan alometrik massa karbon sama dengan biomassa tegakan,

yaitu dengan menimbang massa karbon bagian-bagian tegakan dan total massa

Universitas Sumatera Utara


karbon bagian tegakan yang dihubungkan dengan dimensi-dimensi tegakan

tersebut. Model alometrik untuk menduga massa karbon setiap bagian tegakan

dan total massa karbon dari setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47 disajikan

dalam Tabel 10.

Tabel 10. Model Alometrik Biomassa Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
Bagian Model Alometrik S P R-Sq
(%)
2
C = 211,961 – 22,349D + 0,971D 1,8285 0,034 67,7
C = -8,087D7,387 1,8226 0,011 62,5
Batang C = -140,195 + 0,150D2Htot 1,4463 0,008 79,8
C = -251,397 + 0,156D2Hbc 1,1045 0,002 88,2
C = -181,263D4,482Htot13,857 1,4505 0,008 79,6
C = -296,688D4,730Hbc15,151 1,0849 0,001 88,6
2
C = 5,033 – 0,566D + 0,018D 0,4215 0,702 11,1
C = 0,981D-0,019 0,4096 0,712 2,1
Ranting C = -1,174 – 0,002D2Htot 0,4232 0,719 10,4
C = -3,535 – 0,002D2Hbc 0,3806 0,381 27,5
C = -0,786D-0,048Htot0,141 0,4211 0,698 11,3
-0,055 0,209
C = -3,004D Hbc 0,3799 0,376 27,8
C = 3,985 – 0,483D + 0,016D2 0,0862 0,042 65,3
C = 0,435D-0,003 0,1351 0,851 0,5
Daun C = -0,298 – 3,7345D2Htot 0,1388 0,729 10,0
C = -0,767 – 3,7007D2Hbc 0,1331 0,567 17,3
-0,014 0,053
C = -0,233D Htot 0,1366 0,662 12,8
C = -0,691D-0,013Hbc0,059 0,1311 0,518 19,7
C = 220,979 – 23,398D + 1,004D2 1,8221 0,033 67,8
C = -6,672D7,365 1,8259 0,011 62,3
Total C = -141,666 + 0,148 D2Htot 1,4324 0,008 80,1
Massa C = -255,699 + 0,153 D2Hbc 1,0651 0,001 89,0
4,419 14,052
Karbon C = -182,282D Htot 1,4380 0,008 80,0
C = -300,382D4,661Hbc15,419 1,0462 0,001 89,4
Keterangan : C = Massa karbon (kg) P = Signifikansi
D = Diameter setinggi dada (cm) S = Standar error
Htot = Tinggi total (m) R-Sq = Koefisien determinasi
Hbc = Tinggi bebas cabang (m)

Tabel 9 dan Tabel 10 menunjukkan model alometrik biomassa dan massa

karbon tegakan Eucalyptus IND 47 yang dibentuk mengikuti fungsi logaritma dan

menggunakan persamaan linear sederhana. Persamaan linear tersebut

menggunakan peubah bebas berupa diameter setinggi dada (DBH), tinggi bebas

Universitas Sumatera Utara


cabang, dan tinggi total yang disebut juga dengan variabel bebas dan variabel

terikat berupa biomassa dan massa karbon.

Pemilihan model alometrik terbaik biomassa dan massa karbon dilakukan

dengan pengujian terhadap beberapa model. Model-model yang digunakan

tersebut terdiri dari model biomassa dan massa karbon yang terdiri dari satu

peubah bebas dan dua peubah bebas. Model yang dengan satu peubah bebas saja

menggunakan data diameter dan model dengan dua peubah bebas menggunakan

diameter dengan tinggi total atau tinggi bebas cabang. Pengujian terhadap

beberapa model tersebut pada setiap bagian tegakan dan total bagian tegakan

menghasilkan beberapa model. Kemudian model tersebut dipilih untuk

memperoleh model alometrik terbaik. Pemilihan model alometrik terbaik

biomassa dan massa karbon dilakukan terhadap model yang memenuhi

persyaratan statistik, yaitu nilai koefisien determinasi (R-Sq) terbesar, nilai

standar error (S) terkecil, dan nilai uji signifikansi (P) terkecil.

Secara statistik model alometrik terbaik biomassa dan massa karbon

tegakan Eucalyptus IND 47 diperoleh dengan dua peubah, yaitu diameter dan

tinggi bebas cabang. Model alometrik untuk biomassa berdasarkan Tabel 9 adalah

W = -413,656 + 0,248 D2Hbc. Model tersebut memiliki nilai R-square sebesar

92,3 %; nilai standar error 1,4766; dan nilai signifikasi 0,000. Sedangkan model

alometrik massa karbon tegakan Eucalyptus IND 47 berdasarkan Tabel 10 adalah

C = -255,699 + 0,153 D2Hbc dengan nilai R-square sebesar 89,0%; nilai standar

error 1,0651; dan nilai signifikasi 0,001.

Namun pemilihan model alometrik berdasarkan persyaratan statistik harus

memperhatikan tingkat ke efisienan model dan tingkat kemudahan dalam

Universitas Sumatera Utara


pengumpulan data peubah bebasnya. Sehingga pemilihan model alometrik untuk

menduga biomassa dan massa karbon berdasarkan peubah bebas diameter

merupakan salah satu model yang efisien dalam pengumpulan data. Menurut

Adriono (2009) beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam

kegiatan pengukuran tinggi tanaman adalah

1. Kesalahan melihat puncak tanaman dikarenakan kondisi tanaman yang rapat

sehingga puncak tanaman tidak terlihat.

2. Tanaman yang akan diukur posisinya miring atau condong. Kesalahan ini dapat

diminimumkan dengan membuat garis tegak lurus terhadap arah condong dan

melakukan pengukuran dari garis tersebut.

3. Jarak antara pengukur dengan tanaman yang di ukur tidak horizontal, biasanya

terjadi pada kondisi lapangan yang miring >15%.

4. Tingkat keakuratan alat pengukuran, dimana tiap-tiap alat pengukuran tinggi

memiliki keakuratan yang berbeda-beda.

Model alometrik untuk menduga biomassa dan massa karbon dengan

menggunakan dua peubah bebas, yaitu diameter dan tinggi bebas cabang

seringkali menghasilkan galat karena kesalahan paralaks yang disebabkan

pengukur atau penggunaan alat yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan

sehingga tidak menghasilkan data yang efisien. Oleh sebab itu, penggunaan data

diameter sebagai peubah bebas dapat digunakan untuk meminimalisir kesalahan.

Berdasarkan pengujian terhadap model-model yang telah dilakukan, maka

model alometrik yang terpilih dengan peubah diameter adalah model terbaik yang

dapat diterapkan. Model alometrik yang terbaik untuk menduga biomassa

berdasarkan Tabel 9 adalah W = 454,419 – 45,528D + 1,886D2. Secara statistik

Universitas Sumatera Utara


model tersebut memiliki nilai R-Square sebesar 69,6%; nilai standar error

2,9378; dan signifikansi 0,028. Model alometrik yang terbaik untuk menduga

massa karbon berdasarkan tabel 10 adalah C = 220,979 – 23,398D + 1,004D2

dengan nilai R-Square sebesar 67,8 %; nilai standar error 1,8221; dan signifikansi

0,033. Nilai R-square sebesar 69,6% pada biomassa dan 67,8 % pada massa

karbon dapat diartikan sebagai keragaman biomassa sebesar 69,6% dan massa

karbon sebesar 67,8 % pada tegakan Eucalyptus IND 47 dapat dijelaskan oleh

pengaruh peubah bebas, yaitu diameter dan tinggi bebas cabang melalui

persamaan linear. Sedangkan sisanya sebanyak 30,4% dan 32,2% dapat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Hasil output model alometrik biomassa tegakan Eucalyptus IND 47

dengan menggunakan software SPSS disajikan dalam Lampiran 7. Pada bagian

model summary di Lampiran 7 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,270

Durbin-Watson merupakan salah satu metode pengujian yang dilakukan untuk uji

asumsi tidak terjadi autokorelasi yang bertujuan untuk melihat kebebasan data.

Dengan signifikansi 5%, jumlah sampel tebang 9, dan jumlah variabel independen

adalah 3 (diameter, tinggi bebas cabang, dan tinggi total) maka diperoleh nilai

dl = 0,4548 dan nilai du = 2,1282. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada data variabel terikat regresi karena

hipotesis yang memenuhi dalam analisis Durbin-Watson tersebut adalah

4-du ≤ d ≤ 4 -dl (1,8718≤ 2,270 ≤ 3,5452) yang me nunjukkan tidak terjadi

autokorelasi.

Pada bagian Coefficients di Lampiran 7 diperoleh nilai VIF (Variace

Inflation Factor) sebesar 1,744. Analisis nilai VIF merupakan salah satu metode

Universitas Sumatera Utara


dalam uji tidak terjadi multikolinier. Hal ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya

korelasi antar variabel bebas (independent variable) pada model regresi. Nilai VIF


yang digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinier adalah nilai toleransi

0,10 atau ≥ 10. Sehingga berdasarkan nilai VIF tersebut dapat disimpulkan bahwa

semua asumsi yang diuji memenuhi asumsi bebas multikolinier atau tidak terjadi

saling hubungan/kolerasi antar variabel bebasnya. Hasil output model alometrik

massa karbon tegakan Eucalyptus IND 47 dengan menggunakan software SPSS

disajikan dalam Lampiran 8. Pada Nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,215.

Kemudian diperoleh nilai dl = 0,4548 dan nilai du = 2,1282 sehingga hipotesis

yang memenuhi dalam analisis Durbin-Watson ini adalah 4-du ≤ d ≤ 4-dl (1,8718

≤ 2,215 ≤ 3,5452) yang menunjukkan tidak terjadi autokorelasi. Sedangkan nilai

VIF yang diperoleh adalah sebesar 1,744. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

asumsi yang diuji memenuhi asumsi bebas multikolinier karena nilai VIF < 10.

Pertimbangan dalam pembuatan model selain persamaan regresi adalah

pertimbangan kenormalan nilai sisaan yang terpenuhi. Hal ini menunjukkan

bahwa asumsi model regresi tersebut dapat dipergunakan dengan baik. Oleh sebab

itu perlu dilakukan uji visual kenormalan sisaan persamaan untuk mengetahui

apakah nilai sisaannya menyebar secara normal atau tidak. Uji visual kenormalan

sisaan persamaan pada model alometrik terpilih biomassa dan massa karbon

tegakan Eucalyptus IND 47 disajikan dalam Gambar 10 dan Gambar 11.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 10. Visualisasi Plot Uji Kenormalan Sisaan Model Alometrik Terpilih Biomassa
pada Tegakan Eucalyptus IND 47

Nilai sisaan dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan

dengan probability normal-nya pola garis linear melalui pusat sumbu. Gambar 10

di atas menunjukkan bahwa pola penyebaran data membentuk garis lurus

sehingga sisaan model alometriknya menyebar secara normal.

Gambar 11. Visualisasi Plot Uji Kenormalan Sisaan Model Alometrik Terpilih Massa
Karbon pada Tegakan Eucalyptus IND 47

Universitas Sumatera Utara


Potensi Biomassa dan Cadangan Karbon Tegakan Eucalyptus IND 47

Potensi biomassa dan cadangan karbon tegakan Eucalyptus IND 47

berdasarkan model alometrik terpilih yaitu W = 454,419 – 45,528D + 1,886D2 dan

C = 220,979 – 23,398D + 1,004D2 di sajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Potensi Biomassa Dan Cadangan Karbon Pada Tegakan Eucalyptus
No plot Total Total Total massa Total massa
biomassa biomassa karbon (kg) karbon
(kg) (ton/ha) (ton/ha)
1 5131,03 256,55 2538,08 126,90
2 4732,29 236,61 2271,23 113,56
3 4727,38 236,37 2323,70 116,19
Total 14590,70 729,53 7133,01 356,65
Rata-rata 4863,57 243,18 2377,67 118,88

Tabel 12 menunjukkan rata-rata total biomassa dan total massa karbon

yang terkandung dalam tegakan Eucalyptus IND 47. Total biomassa yang

terkandung dalam Eucalyptus IND 47 yaitu 729,53 ton/ha dengan rataan sebesar

243,18 ton/ha. Sedangkan jumlah total cadangan karbonnya adalah 356,66 ton/ha

dengan rataan sebesar 118,88 ton/ha. Berdasarkan penelitian Siahaan, A.F (2009)

yang juga di Hutan Tanaman Industri PT Toba Pulp Lestari Sektor Habinsaran

menyebutkan bahwa total biomassa pada Eucalyptus,sp pada umur 5 tahun adalah

sebesar 224,41 ton/ha dengan rataan sebesar 74,81 ton/ha dan total jumlah

kandungan karbonnya sebesar 112,21 ton/ha dengan rataan sebesar 37,40.

Sedangkan menurut penelitian Hutabarat, C (2011) di Hutan Tanaman Industri

PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli pada Eucalyptus dengan berbagai macam

klon (IND 32, IND 33, IND 47, IND 48) dan kelas umur berbeda (1, 2, 3, dan 4

tahun) menyebutkan bahwa jumlah biomassa dan massa karbon terbesar terdapat

pada tegakan Eucalyptus IND 33 dengan kelas umur 4 tahun. Jumlah

biomassanya adalah 114,60 ton/ha dan massa karbonnya sebesar 193,47 ton C/ha.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan fiksasi karbon umur 4 tahun pada IND 32 adalah 122,56 ton C/ha,

IND 47 sebesar 133,76 ton C/ha, dan IND 48 adalah 176,75 ton C/ha.

Berdasarkan penelitian Rahayu, dkk (2013) pada hutan tanaman PT. Finnantara

Intiga Kabupaten Sintang menyebutkan bahwa jumlah penyerapan karbon pada

Eucalyptus pellita kelas umur 5 tahun adalah sebesar 135,128 ton C/ha.

Pendugaan cadangan karbon pada tegakan Eucalyptus, sp yang dilakukan

di Hutan Tanaman Industri tersebut menunjukkan hasil yang berbeda-beda.

Berdasarkan data di atas pendugaan cadangan karbon yang dilakukan di Sektor

Tele memiliki jumlah cadangan karbon yang lebih kecil dibanding dengan dua

sektor lainnya, yaitu Sektor Habinsaran dan Sektor Aek Nauli. Berdasarkan

kondisi iklim dan topografi, Sektor Tele memiliki kondisi iklim dan cuaca yang

berbeda dengan dua sektor tersebut, yaitu lebih dingin dan berada di daerah

dengan topografi yang lebih tinggi. Menurut Kusmana (1993) perbedaan jumlah

simpanan karbon dipengaruhi oleh faktor umur, tegakan, diameter pohon, dan

iklim. Faktor iklim seperti curah hujan dan cahaya matahari merupakan faktor

yang sangat penting mempengaruhi laju peningkatan biomassa pohon.

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kandungan biomassa yang terdapat pada Eucalytus IND 47 adalah 213,997

kg/batang dan kandungan karbonnya adalah sebesar 98,98% pada batang,

0,66% pada ranting, dan 0,36% pada daun.

2. Persamaan alometrik terbaik yang terpilih untuk menduga cadangan karbon

pada tegakan Eucalytus IND 47 adalah W = 454,419 – 45,528D + 1,886D2 dan

C = 220,979 – 23,398D + 1,004D2.

3. Potensi biomassa dan cadangan karbon pada tegakan Eucalytus IND 47 di

Hutan Tanaman Industri Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele adalah sebesar

243,18 ton/ha dan 118,89 ton C/ha.

Saran

Untuk mengurangi jumlah karbon yang terdapat di udara

direkomendasikan untuk menanam Eucalyptus IND 47 karena berpotensi dalam

menyimpan cadangan karbon.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai