Bogor.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur untuk
tempat penyimpanan sampel yang akan dianalisis, kertas label untuk melabeli
setiap sampel yang diampil pada setiap plot, kamera untuk dokumentasi hasil
data, dan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS untuk mengolah data.
Eucalyptus IND 47 pada areal IUPHHK PT Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele.
Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Data tersebut antara
lain data diameter, tinggi bebas cabang (Tbc), tinggi total (Ttot), dan berat basah
batang, cabang, dan daun untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium (kadar air,
kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon) dan diperoleh model alometrik
terbaik.
Data Sekunder
Data sekunder adalah yang diperoleh dari IUPHHK-HT PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk Sektor Tele, yaitu peta lokasi penelitian, keadaan lapangan (topogafi,
areal penelitian 2,4 Ha dan Intensitas Sampling sebesar 2,5% untuk hutan
Metode yang digunakan adalah systematic strip sampling with random start.
Plot penelitian yang digunakan sebanyak 3 plot dimana letak plot berada
pada jarak 50 m dari jalan utama kemudian diikuti dengan plot 2 dan plot 3
40 m 40 m 40 m
50 m
JALAN UTAMA
diambil dalam inventarisasi ini adalah diameter pohon setinggi dada (dbh),
tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi total (Ttot) pohon dalam setiap plot
secara keseluruhan.
3. Pemilihan pohon sampel pada setiap plot dengan kriteria sehat dan memiliki
ukuran diameter rata-rata yang dianggap mewakili pohon yang ada dalam plot
contoh penelitian. Jumlah pohon sampel yang diambil pada setiap plot adalah
penebangan di IUPHHK-HT PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele. Karena
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung batang.
basahnya.
uji bagian batang (pangkal, tengah, dan ujung batang), cabang, dan ranting.
Untuk bagian batang terdapat 3 sampel dengan 3 ulangan pada setiap plot.
Pengambilan contoh uji batang dari bagian empelur sampai bagian sisi batang
seperti pada gambar 2. Dengan berat kira-kira 300gr. Untuk bagian cabang
8. Semua sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam plastik lalu diberi
A. Kadar air
1. Contoh uji dikeringkan dalam tanur suhu 103 ± 2ºC sampai tercapai berat
keringnya.
2. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering
c. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill).
d. Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran
40-60 mesh.
e. Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ± 2 g, dimasukkan
f. Contoh uji dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 950 ºC selama 2 menit.
g. Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap berat
kering contoh uji merupakan kadar zat terbang. Pengukuran persen zat terbang
terhadap sampel dari tumbuhan bawah dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
2. Kadar abu
a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur
c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur
contoh uji merupakan kadar abu contoh uji. Pengukuran kadar abu terhadap
sampel dari tiap bagian pohon dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
3. Kadar karbon
karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang
4. Pengolahan Data
A. Kadar Air
Nilai kadar air contoh uji didapat dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut
Dimana :
KA = Kadar Air
Berat kering/biomassa
Dimana:
Berat kering total dari keseluruhan pohon merupakan penjumlahan berat kering
total bagian-bagian pohon Eucalyptus IND 47 yang terdiri dari berat kering
Kadar zat yang mudah menguap dinyatakan dalam persen berat dengan
A−B
Kadar zat terbang = x 100 %
A
Dimana :
B = Berat contoh uji dikurangi berat cawan dan sisa contoh uji berat cawan
Kadar Abu
berat abu
Kadar abu = berat contoh uji kering oven
x 100%
Kadar karbon terikat arang = 100% - kadar zat terbang arang – kadar abu
Ŷ = ß0Dß1
Ŷ = ß0+ ß1D2H
Ŷ = ß0 Dß1Hß2
Dimana :
persentase besarnya variabilitas dalam data yang dijelaskan oleh model regresi.
Maksimum nilai R-square adalah 100% dan minimal 0%. Jika nilai R-square
100%, misalnya untuk regresi linier sederhana semua titik data akan menempel ke
garis regresi, semakin kecil R-square maka data makin menyebar jauh dari garis.
6. Analisis Data
𝑑𝑑�
t hitung =
𝑆𝑆𝑆𝑆 /√𝑛𝑛
keterangan:
Sd = Simpangan baku
tegakan Eucalytus IND 47 dapat ditentukan berdasarkan data tinggi total, tinggi
bebas cabang, diameter setinggi dada (DBH), dan berat basah bagian-bagian
tegakan yang meliputi berat basah batang, berat basah ranting, dan berat basah
daun. Tujuan data karakteristik tegakan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
terbesar pada plot 1 yaitu 24 m dan tinggi total tegakan terkecil 13,78 m.
Sedangkan tinggi bebas cabang terbesar adalah 17,5 m dan tinggi bebas cabang
terkecil 10 m. Diameter terbesar yaitu 21,3 cm dan diameter terkecil 7,2 cm. Pada
plot 2 tinggi total terbesar tegakan adalah 22,78 m dan tinggi total terkecil 10,25
m. Sedangkan tinggi bebas cabang terbesar 17 m dan tinggi bebas cabang terkecil
7,5 m. Diameter terbesar adalah 19,5 cm dan diameter terkecil sebesar 5 cm. Pada
plot 3 tinggi total terbesar yaitu 24,4 m dan tinggi total terkecil 15,93 m.
Sedangkan tinggi bebas cabang terbesar 16,8 m dan tinggi bebas cabang terkecil
10,87 m. Diameter terbesar adalah 18,9 cm dan diameter terkecil 10,1 cm.
Perbandingan rataan diameter, tinggi bebas cabang, dan tinggi total tegakan
Eucalyptus IND 47 pada tiga plot contoh penelitian. Rataan tinggi total tegakan
terbesar terdapat pada plot 3, yaitu sebesar 20,70 m dan terkecil pada plot 2
sebesar 17,28 m. Rataan tinggi bebas cabang tegakan terbesar terdapat pada plot
1, yaitu 14,80 m dan terkecil pada plot 2 sebesar 12,41 m. Rataan diameter
terbesar terdapat pada plot 3, yaitu sebesar 14,96 cm dan terkecil pada plot 2
sebesar 12,10 cm. Berdasarkan hasil analisis tersebut, data tinggi total, tinggi
bebas cabang, dan diameter terkecil terdapat pada plot 2. Hal ini disebabkan areal
inventarisasi tersebut, kesuburan tanah pada plot 2 dapat dinyatakan lebih rendah
yaitu dengan cara memanen atau menebang sampel. Pengukuran berat basah
berbeda-beda. Total berat basah terbesar terdapat pada sampel tebang 3 plot 2
yaitu sebesar 312,90 kg dengan diameter 18,40 cm; tinggi bebas cabang 16,00 m;
tinggi total 22,78 m. Sedangkan total berat basah terkecil terdapat pada sampel
tebang 1 plot 1 yaitu sebesar 180,30 dengan diameter 14,20 cm; tinggi bebas
Eucalyptus IND 47, yaitu batang, ranting, dan daun diperoleh rataan total berat
komponen bagian tegakan. Total berat basah batang adalah 2158,70 kg dengan
persentase 97,04 % dari berat basah keseluruhan sampel tebang. Kemudian total
berat basah ranting sebesar 33,3 kg dengan persentase 1,50 %. Dan total berat
basah daun 32,4 kg dengan persentase 1,46 %. Rata-rata berat basah pada bagian
batang adalah 239,86 kg, bagian ranting 3,70 kg, dan bagian daun 3,60 kg.
tegakan Eucalyptus IND 47. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muhdi, et al (2014)
yang menyatakan bahwa bagian batang memiliki berat basah tertinggi karena
memiliki ukuran yang lebih besar dam mampu menyimpan air dalam jumlah yang
tinggi sedangkan daun memiliki ukuran yang kecil dan mengandung bahan
organik.
Berat basah tegakan Eucalyptus IND 47 yang meliputi berat basah batang,
berat basah ranting, dan berat basah daun tidak selalu memiliki hubungan yang
linear. Dimana perubahan ukuran diameter pada tegakan dalam suatu plot tidak
selalu berbanding lurus dengan perubahan tinggi dan berat basahnya secara
signifikan. Misalnya, diameter yang semakin besar tidak selalu diikuti dengan
tinggi dan berat basah yang semakin besar. Oleh sebab itu diperlukan model
persamaan alometrik non linear untuk menduga biomassa dan massa karbon pada
Kadar Air
dalam kayu terhadap berat kering tanurnya yang dinyatakan dalam persen.
Pengukuran data di lapangan tidak menghasilkan data kadar air secara langsung
untuk menentukan jumlah kadar air. Data kadar air sampel tebang setiap bagian
Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Kadar Air Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Sampel Kadar Air (%)
Plot Tebang Batang Ranting Daun
I 1 16,44 77,21 97,01
2 16,26 77,21 97,01
3 15,83 77,21 97,01
II 1 12,92 126,12 80,44
2 11,64 126,12 80,44
3 12,24 126,12 80,44
III 1 14,86 62,61 94,41
2 15,16 62,61 94,41
3 13,70 62,61 94,41
Total 129,05 797,81 815,57
Rataan 14,34 88,65 90,62
antara batang, ranting, dan daun. Berdasarkan pengujian terhadap setiap sampel
tebang, kadar air terbesar terdapat pada bagian ranting yaitu berkisar antara
62,61% - 126,12%. Sedangkan kadar air terkecil terdapat pada bagian batang
yaitu berkisar antara 11,64% - 16,44%. Dan kadar air pada bagian daun berkisar
antara 80,44% - 97,01%. Berdasarkan tabel tersebut, kadar air pada ranting
ini menggunakan kadar air berdasarkan berat kering sehingga hasilnya lebih besar
dari 100%. Menurut Syarif dan Halid (1993) kadar air merupakan persentase
kandungan suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet
basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai
batas maksimum teoritis sebesar 100 persen sedangkan kadar air berdasarkan
Gambar 4. Perbandingan Rataan Kadar Air pada Bagian Tegakan Eucalyptus IND 47
tegakan Eucalyptus IND 47. Berdasarkan gambar tersebut rataan kadar air
terbesar terdapat pada bagian daun yaitu sebesar 90, 61% kemudian pada bagian
ranting 88,64% dan batang 14,33%. Hal ini sesuai dengan penelitian Pardosi,
(2007) pada tegakan Eucalyptus grandis yang menyatakan kadar air terbesar
terdapat pada bagian daun yaitu sebesar 80-246% dan kadar air terkecil terdapat
pada batang. Menurut Amira (2008) daun memiliki kadar air terbesar karena daun
merupakan unit fotosintesis yang memiliki stomata yang menyebabkan banyak air
terpena, dan fenolik yang mudah menguap dan dan hilang pada pemanasan 950ºC.
Hasil penelitian berikut menunjukkan nilai rata-rata kadar zat terbang pada bagian
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Kadar Zat Terbang Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Plot Sampel Kadar Zat Terbang (%)
Tebang Batang Ranting Daun
I 1 50,38 66,32 75,27
2 49,13 66,32 75,27
3 48,97 66,32 75,27
II 1 48,24 63,52 77,21
2 47,73 63,52 77,21
3 45,51 63,52 77,21
III 1 48,52 62,79 75,15
2 52,14 62,79 75,15
3 54,82 62,79 75,15
Total 445,42 577,87 682,91
Rataan 49,49 64,21 75,88
bagian daun, yaitu berkisar antara 75,15% - 77,21% dengan rataan sebesar
75,88%. Sedangkan persentase kadar zat terbang terendah terdapat pada bagian
batang, yaitu berkisar antara 45,51% - 54,82% dengan rataan sebesar 49,49%.
terdapat pada bagian daun, yaitu sebesar 40%. Menurut Hilmi (2003), daun
memiliki kadar zat terbang tertinggi karena daun tersusun atas klorofil a
mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif yang tinggi, serta
pori-pori yang terisi oleh parenkim yang mati. Jenis zat tersebut sukar menguap
Kadar Abu
Kadar abu merupakan kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan
tinggi yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium,
kalium, dan magnesium. Sedangkan abu merupakan sisa pembakaran dari bahan
laboratorium diperoleh data kadar abu sampel tebang tegakan Eucalyptus IND 47
pada bagian tegakan Eucalyptus IND 47. Persentase kadar abu terbesar terdapat
pada bagian daun yaitu berkisar antara 3,35% - 3,87%. Sedangkan persentase
kadar abu terendah terdapat pada bagian batang yaitu berkisar antara 0,78% -
1,65%. Perbandingan rataaan kadar zat terbang bagian tegakan Eucalyptus IND
daun, yaitu 54%. Sedangkan rataan kadar abu terkecil terdapat pada batang, yaitu
Perbedaan nilai kadar abu pada bagian tanaman disebabkan oleh perbedaan
Kadar karbon
terbang dan kadar abu. Kadar karbon pada bagian-bagian tegakan Eucalyptus IND
pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Rata-Rata Kadar Karbon Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Plot Sampel Kadar Karbon (%)
Tebang Batang Ranting Daun
I 1 48,56 32,08 21,06
2 50,04 32,08 21,06
3 50,14 32,08 21,06
II 1 50,84 33,80 19,44
2 51,14 33,80 19,44
3 53,72 33,80 19,44
III 1 49,84 35,30 20,97
2 46,75 35,30 20,97
3 43,68 35,30 20,97
Total 444,69 303,53 184,41
Rataan 49,41 33,73 20,49
terbesar adalah pada bagian batang yaitu berkisar antara 43,68% - 53,72% dengan
rataan sebesar 49,41%. Sedangkan persentase kadar karbon terkecil adalah bagian
daun yaitu berkisar antara 19,44% - 21,06% dengan rataan sebesar 20,49%. Dan
persentase karbon pada bagian ranting berkisar antara 32,08% – 35,30% dengan
yaitu sebesar 48%. Sedangkan rataan kadar karbon terkecil terdapat pada bagian
daun, yaitu sebesar 20% Batang memiliki kadar karbon terbesar karena selama
masa produktif batang lebih banyak menyerap dan menyimpan karbon melalui
daun dalam proses fotosintesis. Sehingga tingginya kadar karbon dalam batang ini
dibandingkan dengan jenis yang berbeda, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Saragih (2015) pada tanaman karet di areal perkebunan rakyat Desa
rataan kadar karbon terbesar terdapat pada bagian batang, yaitu sebesar 61,77%.
sel pada batang. Dinding sel batang tersusun atas selulosa, hemiselulosa, lignin,
Tabel 3 dan 4 menunjukkan persentase rataan nilai kadar zat terbang dan
kadar abu yang tertinggi terdapat pada daun dan terendah pada batang. Sedangkan
pada daun. Berdasarkan data tersebut jumlah kadar zat terbang dan kadar abu
terkandung pada setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47, yaitu bagian batang,
ranting, dan daun. Hasil uji rata-rata beda rata-rata karbon tersebut disajikan
dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji beda rata-rata karbon pada bagian-bagian tegakan Eucalyptus IND 47
berdasarkan uji t-student
Bagian tegakan Beda rata-rata Signifikansi
Ranting 1,398866 0,000***
Daun 0,791647 0,000***
Uji t-student Batang 2,858044 0,000***
Daun 0,791647 0,000***
Batang 2,858044 0,000***
Ranting 1,398866 0,000***
Keterangan : *** : berbeda nyata (P<0,05) pada taraf kepercayaan 95%
pada setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47. Perbedaan rata-rata kadar karbon
dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi < 0,05 pada selang kepercayaan 95%.
Hasil beda rata-rata karbon dengan uji t-student menampilkan nilai signifikansi
pada bagian batang sebesar 0,000; bagian ranting 0,000; dan bagian daun 0,000.
Sehingga berdasarkan hasil tersebut maka H1 diterima (Ho ditolak), yaitu adanya
perbedaan karbon antar setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47. Hal ini sesuai
dengan Tabel 5 yang menunjukkan perbedaan yang cukup nyata rata-rata karbon
sebagai bobot kering tanaman per unit areal. Kandungan biomassa suatu tegakan
Nilai biomassa (berat kering) dari sampel tebang tegakan Eucalyptus IND 47 pada
Tabel 7. Nilai Rata-Rata Biomassa (Berat Kering) Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus
IND 47
No Sampel Batang Ranting Daun Total
Plot Tebang Biomassa
BB (Kg) BK BB BK BB BK (Kg/btg)
(kg) (Kg) (kg) (Kg) (kg)
I 1 175,10 150,38 1,90 1,08 3,30 1,68 153,14
2 291,20 250,48 4,90 2,77 4,00 2,03 255,28
3 269,00 232,24 7,00 3,95 3,40 1,72 237,91
II 1 243,30 215,47 1,10 0,49 1,50 0,83 216,79
2 280,20 250,99 4,10 1,81 4,90 2,71 255,51
3 308,20 274,59 1,90 0,84 2,80 1,56 276,99
III 1 228,80 199,20 5,50 3,39 5,20 2,68 205,27
2 183,00 158,90 3,50 2,16 2,80 1,44 162,5
3 179,90 158,22 3,40 2,09 4,50 2,31 162,62
Total 2158,70 1890,47 33,30 18,58 32,40 16,96 1926,01
Rataan 239,85 210,05 3,70 2,06 3,60 1,89 214,00
terdapat pada bagian batang, kemudian pada bagian ranting dan daun. Nilai
biomassa pada bagian batang berkisar antara 150,38 kg - 274,59 kg dengan rataan
3,95 kg dengan rataan sebesar 2,06. Nilai biomassa pada bagian daun berkisar
antara 0,83 kg - 2,71 kg dengan rataan sebesar 1,89 kg. Selanjutnya untuk rataan
pada Gambar 8.
Data jumlah biomassa terbesar sesuai dengan diagram di atas adalah pada
bagian batang yaitu sebesar 98% dari total tegakan. Sedangkan bagian ranting dan
daun masing-masing sebesar 1%. Jika Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
tanaman karet terdapat pada bagian batang, yaitu sebesar 21,45 kg. Dan jika
dibandingkan dengan jenis lain sesuai dengan penelitian Pasaribu (2015) pada
bagian batang, yaitu sebesar 7,90 kg. Menurut Hairiah & Rahayu (2007) bahan
bagian batang utama untuk pertumbuhan. Selain itu rongga sel yang terdapat pada
hemiselulosa sehingga biomassa pada batang akan lebih besar jika dibanding
Massa karbon
dalam Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Massa karbon Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
No. Sampel Massa karbon (Kg) Total
Plot Tebang Batang Ranting Daun Massa
karbon
I 1 73,01 0,34 0,36 73,71
2 125,32 0,89 0,42 126,63
3 116,44 1,27 0,37 118,08
II 1 109,53 0,17 0,17 109,87
2 128,36 0,61 0,52 129,49
3 147,50 0,29 0,30 148,09
III 1 99,28 1,19 0,57 101,04
2 74,29 0,76 0,30 75,35
3 69,10 0,73 0,49 70,32
Total 942,83 6,25 3,50 952,58
Rataan 104,76 0,69 0,39 105,84
batang yaitu berkisar antara 69,10 kg - 147,50 kg dengan rataan sebesar 104,76
kg. Nilai massa karbon pada ranting berkisar antara 0,17 kg - 1,27 kg dengan
rataan sebesar 0,69 kg. Sedangkan nilai massa karbon terkecil terdapat pada
bagian daun yaitu berkisar antara 0,17 kg - 0,57 kg dengan rataan sebesar 0,39 kg.
Selanjutnya untuk rata-rata biomassa total per batang yaitu sebesar 105,84
pada batang yaitu sebesar 98,98%. Sedangkan nilai massa karbon pada ranting
sebesar 0,66% dan nilai massa karbon pada daun yaitu 0,36%. Hasil persentase
dari nilai massa karbon tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan nilai total
massa karbon bagian tegakan dengan nilai total keseluruhan massa karbon
tegakan dalam plot contoh penelitian. Hasil analisis data massa karbon ini sesuai
bagian dari tegakan yang memiliki nilai biomassa dan massa karbon tertinggi.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya hubungan antara biomassa dan
massa karbon. Dimana semakin tinggi nilai biomassa suatu bagian tanaman
semakin tinggi nilai massa karbonnya. Hal ini disebabkan karena perumusan
massa karbon adalah perkalian antara biomassa (berat kering) dengan kadar
karbon antar bagian tegakan sehingga besarnya kandungan karbon dalam tegakan
Jika dibandingkan dengan jenis yang berbeda hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Sitanggang (2014) pada tegakan kelapa sawit yang
yaitu sebesar 179,57 kg. Dan penelitian Situmorang (2015) pada Bambu Belangke
yang juga menyatakan bahwa rata-rata massa karbon terbesar terdapat pada
model alometrik batang, model alometrik ranting, dan model alometrik cabang.
Setiap jenis tanaman memiliki model alometrik yang berbeda. Hal ini disebabkan
yang digunakan dalam persamaan alometrik ini adalah diameter, tinggi bebas
cabang, dan tinggi total tegakan. Dimensi-dimensi ini disebut sebagai variabel
bebas. Sedangkan biomassa dan massa karbon disebut sebagai variabel terikat.
persamaan alometrik lain yang menggunakan variabel bebas yang berbeda pula.
karbon merupakan model yang berasal dari sampel tebang tegakan Eucalyptus
IND 47 (batang, ranting, daun) dan total biomassa dari bagian-bagian tegakan
tersebut yang dihubungkan dengan dimensi tegakan, yaitu diameter setinggi dada
(DBH), tinggi bebas cabang, dan tinggi total. Metode yang digunakan untuk
yaitu dengan menimbang massa karbon bagian-bagian tegakan dan total massa
tersebut. Model alometrik untuk menduga massa karbon setiap bagian tegakan
dan total massa karbon dari setiap bagian tegakan Eucalyptus IND 47 disajikan
Tabel 10. Model Alometrik Biomassa Sampel Tebang Tegakan Eucalyptus IND 47
Bagian Model Alometrik S P R-Sq
(%)
2
C = 211,961 – 22,349D + 0,971D 1,8285 0,034 67,7
C = -8,087D7,387 1,8226 0,011 62,5
Batang C = -140,195 + 0,150D2Htot 1,4463 0,008 79,8
C = -251,397 + 0,156D2Hbc 1,1045 0,002 88,2
C = -181,263D4,482Htot13,857 1,4505 0,008 79,6
C = -296,688D4,730Hbc15,151 1,0849 0,001 88,6
2
C = 5,033 – 0,566D + 0,018D 0,4215 0,702 11,1
C = 0,981D-0,019 0,4096 0,712 2,1
Ranting C = -1,174 – 0,002D2Htot 0,4232 0,719 10,4
C = -3,535 – 0,002D2Hbc 0,3806 0,381 27,5
C = -0,786D-0,048Htot0,141 0,4211 0,698 11,3
-0,055 0,209
C = -3,004D Hbc 0,3799 0,376 27,8
C = 3,985 – 0,483D + 0,016D2 0,0862 0,042 65,3
C = 0,435D-0,003 0,1351 0,851 0,5
Daun C = -0,298 – 3,7345D2Htot 0,1388 0,729 10,0
C = -0,767 – 3,7007D2Hbc 0,1331 0,567 17,3
-0,014 0,053
C = -0,233D Htot 0,1366 0,662 12,8
C = -0,691D-0,013Hbc0,059 0,1311 0,518 19,7
C = 220,979 – 23,398D + 1,004D2 1,8221 0,033 67,8
C = -6,672D7,365 1,8259 0,011 62,3
Total C = -141,666 + 0,148 D2Htot 1,4324 0,008 80,1
Massa C = -255,699 + 0,153 D2Hbc 1,0651 0,001 89,0
4,419 14,052
Karbon C = -182,282D Htot 1,4380 0,008 80,0
C = -300,382D4,661Hbc15,419 1,0462 0,001 89,4
Keterangan : C = Massa karbon (kg) P = Signifikansi
D = Diameter setinggi dada (cm) S = Standar error
Htot = Tinggi total (m) R-Sq = Koefisien determinasi
Hbc = Tinggi bebas cabang (m)
karbon tegakan Eucalyptus IND 47 yang dibentuk mengikuti fungsi logaritma dan
menggunakan peubah bebas berupa diameter setinggi dada (DBH), tinggi bebas
tersebut terdiri dari model biomassa dan massa karbon yang terdiri dari satu
peubah bebas dan dua peubah bebas. Model yang dengan satu peubah bebas saja
menggunakan data diameter dan model dengan dua peubah bebas menggunakan
diameter dengan tinggi total atau tinggi bebas cabang. Pengujian terhadap
beberapa model tersebut pada setiap bagian tegakan dan total bagian tegakan
standar error (S) terkecil, dan nilai uji signifikansi (P) terkecil.
tegakan Eucalyptus IND 47 diperoleh dengan dua peubah, yaitu diameter dan
tinggi bebas cabang. Model alometrik untuk biomassa berdasarkan Tabel 9 adalah
92,3 %; nilai standar error 1,4766; dan nilai signifikasi 0,000. Sedangkan model
C = -255,699 + 0,153 D2Hbc dengan nilai R-square sebesar 89,0%; nilai standar
merupakan salah satu model yang efisien dalam pengumpulan data. Menurut
2. Tanaman yang akan diukur posisinya miring atau condong. Kesalahan ini dapat
diminimumkan dengan membuat garis tegak lurus terhadap arah condong dan
3. Jarak antara pengukur dengan tanaman yang di ukur tidak horizontal, biasanya
menggunakan dua peubah bebas, yaitu diameter dan tinggi bebas cabang
pengukur atau penggunaan alat yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan
sehingga tidak menghasilkan data yang efisien. Oleh sebab itu, penggunaan data
model alometrik yang terpilih dengan peubah diameter adalah model terbaik yang
2,9378; dan signifikansi 0,028. Model alometrik yang terbaik untuk menduga
dengan nilai R-Square sebesar 67,8 %; nilai standar error 1,8221; dan signifikansi
0,033. Nilai R-square sebesar 69,6% pada biomassa dan 67,8 % pada massa
karbon dapat diartikan sebagai keragaman biomassa sebesar 69,6% dan massa
karbon sebesar 67,8 % pada tegakan Eucalyptus IND 47 dapat dijelaskan oleh
pengaruh peubah bebas, yaitu diameter dan tinggi bebas cabang melalui
Durbin-Watson merupakan salah satu metode pengujian yang dilakukan untuk uji
asumsi tidak terjadi autokorelasi yang bertujuan untuk melihat kebebasan data.
Dengan signifikansi 5%, jumlah sampel tebang 9, dan jumlah variabel independen
adalah 3 (diameter, tinggi bebas cabang, dan tinggi total) maka diperoleh nilai
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada data variabel terikat regresi karena
autokorelasi.
Inflation Factor) sebesar 1,744. Analisis nilai VIF merupakan salah satu metode
korelasi antar variabel bebas (independent variable) pada model regresi. Nilai VIF
≤
yang digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinier adalah nilai toleransi
0,10 atau ≥ 10. Sehingga berdasarkan nilai VIF tersebut dapat disimpulkan bahwa
semua asumsi yang diuji memenuhi asumsi bebas multikolinier atau tidak terjadi
yang memenuhi dalam analisis Durbin-Watson ini adalah 4-du ≤ d ≤ 4-dl (1,8718
VIF yang diperoleh adalah sebesar 1,744. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
asumsi yang diuji memenuhi asumsi bebas multikolinier karena nilai VIF < 10.
bahwa asumsi model regresi tersebut dapat dipergunakan dengan baik. Oleh sebab
itu perlu dilakukan uji visual kenormalan sisaan persamaan untuk mengetahui
apakah nilai sisaannya menyebar secara normal atau tidak. Uji visual kenormalan
sisaan persamaan pada model alometrik terpilih biomassa dan massa karbon
Nilai sisaan dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan
dengan probability normal-nya pola garis linear melalui pusat sumbu. Gambar 10
Gambar 11. Visualisasi Plot Uji Kenormalan Sisaan Model Alometrik Terpilih Massa
Karbon pada Tegakan Eucalyptus IND 47
Tabel 12. Potensi Biomassa Dan Cadangan Karbon Pada Tegakan Eucalyptus
No plot Total Total Total massa Total massa
biomassa biomassa karbon (kg) karbon
(kg) (ton/ha) (ton/ha)
1 5131,03 256,55 2538,08 126,90
2 4732,29 236,61 2271,23 113,56
3 4727,38 236,37 2323,70 116,19
Total 14590,70 729,53 7133,01 356,65
Rata-rata 4863,57 243,18 2377,67 118,88
yang terkandung dalam tegakan Eucalyptus IND 47. Total biomassa yang
terkandung dalam Eucalyptus IND 47 yaitu 729,53 ton/ha dengan rataan sebesar
243,18 ton/ha. Sedangkan jumlah total cadangan karbonnya adalah 356,66 ton/ha
dengan rataan sebesar 118,88 ton/ha. Berdasarkan penelitian Siahaan, A.F (2009)
yang juga di Hutan Tanaman Industri PT Toba Pulp Lestari Sektor Habinsaran
menyebutkan bahwa total biomassa pada Eucalyptus,sp pada umur 5 tahun adalah
sebesar 224,41 ton/ha dengan rataan sebesar 74,81 ton/ha dan total jumlah
PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli pada Eucalyptus dengan berbagai macam
klon (IND 32, IND 33, IND 47, IND 48) dan kelas umur berbeda (1, 2, 3, dan 4
tahun) menyebutkan bahwa jumlah biomassa dan massa karbon terbesar terdapat
biomassanya adalah 114,60 ton/ha dan massa karbonnya sebesar 193,47 ton C/ha.
IND 47 sebesar 133,76 ton C/ha, dan IND 48 adalah 176,75 ton C/ha.
Berdasarkan penelitian Rahayu, dkk (2013) pada hutan tanaman PT. Finnantara
Eucalyptus pellita kelas umur 5 tahun adalah sebesar 135,128 ton C/ha.
Tele memiliki jumlah cadangan karbon yang lebih kecil dibanding dengan dua
sektor lainnya, yaitu Sektor Habinsaran dan Sektor Aek Nauli. Berdasarkan
kondisi iklim dan topografi, Sektor Tele memiliki kondisi iklim dan cuaca yang
berbeda dengan dua sektor tersebut, yaitu lebih dingin dan berada di daerah
dengan topografi yang lebih tinggi. Menurut Kusmana (1993) perbedaan jumlah
simpanan karbon dipengaruhi oleh faktor umur, tegakan, diameter pohon, dan
iklim. Faktor iklim seperti curah hujan dan cahaya matahari merupakan faktor
Kesimpulan
Hutan Tanaman Industri Toba Pulp Lestari, Tbk Sektor Tele adalah sebesar
Saran