Di Susun Oleh :
IVAN SAPUTRA WIBOWO
KELAS VIII
A. Latar Belakang
Perasaan akan timbulnya nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama,
bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat
nasional. Nasionalisme yang bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru
muncul sekitar awal abad XX.
Timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam
negeri, juga ada faktor yang berasal dari luar (ekstern) seperti, Kemenangan Jepang atas Rusia.
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih)
menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu
ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika
pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar
sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang
terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
Nasionalisme atau kesadaran nasional didefinisikan sebagai kesadaran
keanggotaan suatu bangsa yang secara bersama - sama mencapai, mempertahankan, mengisi
kekuatan bangsa itu. Kesadaran nasional pertama kali setelah munculnya Budi Utomo dan
penderitaan rakyat Indonesia yang dijajah oleh penjajah.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Indische Partij
Indische Partij didirikan oleh tokoh 3 serangkai yang beranggotakan para
cendekiawan Hindia Belanda. Mereka adalah E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara. 3
tokoh terpelajar tersebut mendirikan Partai Hindia di tanggal 25 Desember 1912.
Awalnya organisasi Indische Partij ini didirikan karena terjadinya diskriminasi dan
rasisme antar keturunan Belanda asli dan orang Eropa campuran yang lahir dari hasil
perkawinan Belanda dengan orang Indonesia. Meskipun begitu, sebenarnya 3 serangkai
ingin Indische Partij dapat memfasilitasi para pribumi juga. Sayangnya orang-orang
pribumi saat itu masih sangat sensitif dengan golongan Eropa karena menjadi bangsa
penjajah yang menyebabkan penderitaan keluarga mereka selama ratusan tahun. Sebagai
sebuah organisasi yang tujuannya bukan sekedar untuk merekatkan hubungan
kekeluargaan, Indische Partij merasa butuh pengakuan tertulis dari pemerintah Hindia
Belanda. Pemerintahan yang setirnya dipegang oleh bangsa Belanda sebagai negara
penjajah membuat suatu peraturan yang mengharuskan segala operasi organisasi di bumi
jajahan harus mendapatkan persetujuan pemerintah. Jika organisasi telah disetujui secara
legal oleh pemerintah, maka organisasi tersebut dapat beroperasi dengan aman dan
lancar karena keberadaannya telah dijamin oleh pemerintah. Sayangnya, meski telah
berusaha berkali-kali mengajukan izin operasi Indische Partij, pemerintah Belanda selalu
menolaknya. Bahkan hingga setahun setelah Indische Partij berjalan, tepatnya tanggal
11 Maret 1913 3 serangkai mengajukan permohonan izin digagalkan lagi. Penolakannya
langsung dinyatakan oleh Gubernur Belanda yang menjadi wakil Ratu Belanda di negara
jajahan Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Idenburg. Secara terang-terangan Belanda
mengatakan bahwa Indische Partij tidak diberikan izin beroperasi karena membahayakan
kepentingan Belanda. Sepak terjang 3 serangkai pasti berhasil membakar semangat
nasionalisme rakyat Hindi Belanda. Ditakutkan akan terjadi kudeta atau beberapa
pemberontakan yang membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda.
a) Konsistensi Tujuan
Sebenarnya ada banyak organisasi atau perserikatan yang didirikan oleh tokoh
nasional dan tetap beroperasi lancar. Mereka bergerak dengan penutup tujuan lain,
misalkan memperbaiki perekonomian masyarakat. Dengan sabotase semacam itu,
pemerintah Belanda akan lebih lunak mengeluarkan izin operasi. Namun 3 serangkai
memang sekumpulan orang-orang idealis. Di zaman pergerakan seperti itu, mereka
dengan terang-terangan menyatakan tujuan dibentuknya Indiche Partij adalah mencapai
Indonesia merdeka dengan memupuk semangat nasionalisme serta patriotisme di dalam
dada orang-orang Hindi Belanda. Baik itu para pribumi maupun bumiputera yang
merasa ada ikatan batin kuat dengan Hindia Belanda alias Indonesia. Tidak main-main
dengan tujuan agung pendirian Indische Partij, 3 serangkai tetap nekad menggerakkan
Indische Partij agar berguna bagi rakyat Hindia-Belanda. Mereka menyuarakan opini
mereka ke dalam media cetak yang kemudian disebarluaskan. Media berupa majalah
Het Tijdschrifc dan surat kabar De Express. Pastinya dengan keberanian menanggung
resiko menjadi buronan polisi Belanda, E.F.E Douwes Dekker mulai menggunakan
nama samaran. Ia memilih nama Multatuli yang bermakna orang yang menanggung
penuh kesengsaraan. Dengan nama itulah Douwes Dekker yang merupakan anak hasil
perkawinan campuran dari ayahnya Belanda dengan ibunya Hindia-Belanda mulai
mengkritis habis-habisan kondisi sosial dan politik di masanya Tulisannya benar-benar
tajam dan akurat. Meskipun merupakan suatu kejujuran, namun suaranya sangat
membahayakan kedudukan Belanda atas penjajahan Hindia-Belanda. Maka mulailah ia
menjadi daftar buruan polisi Belanda dimana-mana. Namun pemburuan ini belum
gencar dilaksanakan. 3 serangkai hanya diintai pergerakannya oleh para polisi Belanda.
2) Dihukum Pemerintah
3. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan nasional yang
berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia didirikan oleh mahasiswa Indonesia
serta orang-orang Belanda yang menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang
tinggal di Negeri Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri
pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang bersifat sosial.
Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan komunikasi antar mahasiswa Indonesia
yang belajar di negeri Belanda. Namun, setelah kedatangan pemimpin Indische Partiij di
Belanda, IV berkembang pesat dan memusatkan kegiatannya pada bidang politik.
Tokoh-tokoh organisasi yang berpandangan maju tersebut mencetuskan untuk pertama
kali konsep Hindia Bebas dari Belanda dan terbentuknya negara Hindia yang diperintah
oleh rakyatnya sendiri. Program kegiatannya antara lain bekerja di Indonesia dan
membentuk Indonesische Verbond van Studeerenden (Persatuan Mahasiswa Indonesia).
Hal terpenting dari penggabungan ini adalah dengan digantinya "Indische" dengan
"Indonesische." Hal ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah pergerakan nasional
Indonesia dikenalkan istilah "Indonesische" atau "Indonesia" dalam kegiatan akademik
dan politik. Pada tahun 1923, Iwa Kusumasumatri sebagai ketua, sejak saat itu sifat
perjuangan politik organisasi semakin kuat. Dalam rapat umum 1923 organisasi ini
menyepakati tiga asas pokok organisasi yaitu:
a) Indonesia menentukan nasib sendiri;
b) untuk itu Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan sendiri;
c) untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.
Sejarah mengenai PNI tidak dapat dipisahkan dari sejarah Indische Partij karena dari
sanalah Ir. Soekarno mendapatkan ide mendirikan PNI. Memang, PNI bukan satu-
satunya organisasi pergerakan yang tujuannya meraih kemerdekaan Indonesia. Namun
PNI merupakan organisasi alias partai politik pertama di Hindia-Belanda yang
mengurusi politik dalam rupa partai. PNI merupakan salah satu partai paling
berpengaruh di Indonesia sejak pertama kali berdiri tanggal 4 Juli 1927. Pada waktu itu,
banyak organisasi pergerakan nasional yang didirikan untuk menyadarkan bangsa
Indonesia akan pentingnya sebuah kemerdekaan. Salah satu organisasi tersebut adalah
Perhimpunan Indonesia yang sebelumnya bernama Indische Partij. Perhimpunan
Indonesia menjalankan kegiatannya dari negeri Belanda yang jauh karena memang para
pendirinya adalah kumpulan mahasiswa Indonesia yang merantau untuk belajar di
Belanda. Namun kerasnya niat Perhimpunan Indonesia dalam menyebarkan semangat
nasionalisme akhirnya sampai juga ke tanah air.
Majalah Indonesia Merdeka yang dimiliki oleh Perhimpunan Indonesia
menginspirasi para tokoh nasionalis di tanah air. Salah satunya yaitu Ir. Soekarno yang
saat itu aktif berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Bapak proklamator ini memiliki ide
untuk memperpanjang pemikiran para mahasiswa Belanda agar tersampaikan kepada
rakyat Indonesia. Akhirnya Ir. Soekarno membentuk sebuah klub belajar yang
kegiatannya membahas isi Indonesia Merdeka. Klub ini dinamainya Algemeene Studie
Club(ASC).Selain karena semangat Perhimpunan Indonesia yang inspiratif, ternyata PNI
tidak hanya berdiri atas dasar semangat kemerdekaan dari PI. Keadaan politik dan sosial
yang semrawut akibat penodaan sejarah PKI yang memberontak di tahun 1926 membuat
Ir. Soekarno geregetan dan ingin segera turun tangan. Beliau merasa bahwa Indonesia
memerlukan cara baru lagi untuk memperoleh kemerdekaan sejati.
a) Awal Terbentuk
PNI lahir dari hasil rapat antara Ir. Soekarno bersama beberapa rekan
seperjuangannya seperti Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Soedjadi, Mr. Budiarto, Mr.
Soenarjo, dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Merekalah yang nantinya menjadi
pemimpin-pemimpin Perserikatan Nasional Indonesia atau selanjutnya berubah
menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) di tahun 1928. Para pendiri PNI yang
memang sebelumnya telah berpengalaman di bidang pergerakan nasional pun
otomatis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti untuk melebarkan sayap PNI.
Dengan cepat PNI mendapatkan massa dalam jumlah luar biasa. Ir. Soekarno yang
tersohor akan kemampuan orasinya menjadi daya tarik utama partai ini. Propaganda
politik yang terus disebar oleh PNI menuai kecaman keras dari Belanda. Namun
tokoh-tokoh PNI tidak menghiraukannya. PNI lahir sebagai partai pembaharu yang
membawa semangat dan harapan baru rakyat Indonesia setelah ISDV alias PKI
melakukan aksi sepihak yang menimbulkan korban. Terlebih, ISDV ini sudah
dilarang beroperasi oleh pemerintah Belanda. Sementara itu, organisasi pergerakan
nasional yang lain kurang menggigit karena minim aksi nyata menuju Indonesia
merdeka. Kiranya faktor-faktor inilah yang membantu PNI meraih simpati
khalayak hingga menetapkan markas besarnya di Regentsweg nomor 8 kota
Bandung.
b) Prinsip-prinsip PNI
Dalam bergerak, PNI memiliki trilogi yang lahir dari pendapat Bung Karno
sebagai tumpuannya. Trilogi ini yaitu kesadaran nasional, kemauan nasional serta
perbuatan nasional. Kegunaan trilogi ini dijadikan pedoman perjuangan pergerakan
PNI dalam meraih tujuannya. Sementara itu, tujuan PNI untuk meraih kemerdekaan
Indonesia bukanlah suatu keinginan remeh. Kemerdekaan Indonesia harus
diperjuangkan serius. Karenanya, Ir. Soekarno kembali menciptakan asas yang
dijadikan landasan pergerakan PNI. Asas tersebut meliputi tekad PNI untuk
berjuang secara mandiri tanpa bantuan siapapun, menolak bekerjasama dengan
pemerintah Belanda dalam bentuk apapun dan bersikap antipati terhadap mereka.
Berbicara mengenai partai politik, tentunya setiap partai memiliki ideologi sendiri
yang digotong. PNI membawa marhaenisme sebagai ideologi politiknya. Ideologi
ini memang belum pernah ada sebelumnya. Ir. Soekarnolah yang menciptakan
marhaenisme setelah terinspirasi dengan penderitaan seorang buruh tani di
Bandung Selatan yang hidup bahagia, tidak pernah pernah mengeluh bahkan dapat
menjadi penerang bagi orang lain meskipun dirinya sendiri sebenarnya butuh
pertolongan karena terus dijajah. Petani malang tersebut bernama Marhaen.
Karenanya, aliran politik Soekarno dinamakan Marhaenisme.
5. Sumpah pemuda
Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan salah satu peristiwa penting dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini menjadi satu tonggak utama
bangkitnya semangat para pemuda Indonesia untuk menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia. Sumpah Pemuda adalah sebuah “produk” yang muncul dari
pelaksanaan Kongres Pemuda Kedua yang dilangsungkan 27-28 Oktober 1928 di
Batavia (Jakarta). Kongres tersebut dilaksanakan di dalam tiga gedung yang berbeda dan
dibagi dalam tiga kali rapat. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai
wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong
Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI,
Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda
Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien
Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus
mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong
Sumatranen Bond. Turut hadir juga 2 perwakilan dari Papua yakni Aitai Karubaba dan
Poreu Ohee. Rapat pertama berlangsung pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928. Diadakan di
Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan
Banteng).
Pada saat itu ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap jika kongres yang digelar
tersebut dapat memperkuat semangat persatuan para pemuda Indonesia. Di rapat ini juga
salah satu sastrawan bernama Muhammad Yamin memaparkan uraian tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya terdapat lima faktor yang bisa
memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
kemauan. Rapat kedua diselenggarakan satu hari setelahnya. Pada hari Minggu, 28
Oktober 1928, kongres diadakan di Gedung Oost-Java Bioscoop. Di kongres kali ini,
para peserta membahas masalah pendidikan. Pada saat itu kedua pembicara yang
merupakan tokoh pendidikan Indonesia pada saat itu, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro mengatakan jika seorang anak harus mendapatkan pendidikan
kebangsaan, dan harus mendapat keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di
rumah.
Selain itu, mereka juga menyoroti jika seorang Anak harus dididik secara
demokratis.Pada rangkaian rapat terakhir yang sekaligus menjadi penutup Kongres
Pemuda Kedua, para peserta berkumpul di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan
Kramat Raya 106. Pada saat itu, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan
demokrasi selain gerakan kepanduan. Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan
tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik
anak-anak disiplin dan mandiri: hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.Sebelum
kongres ditutup, lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman diperdengarkan.
Atas saran Sugondo kepada Supratman, lagu tersebut dimainkannya hanya dengan alat
musik biola saja. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta.
PENUTUP
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat
Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan
kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan
Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi
Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Organisasi- organisasi
kebangsaan yang terbentuk setalah Budi Utomo :