Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERINTIS KEBANGKITAN NASIONAL DAN

PERJUANGAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

Di Susun Oleh :
IVAN SAPUTRA WIBOWO
KELAS VIII

MADRASAH TSANAWIYAH TEKNOLOGI INFORMATIKA


AL- MADANI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perasaan akan timbulnya nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama,
bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat
nasional. Nasionalisme yang bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru
muncul sekitar awal abad XX.
Timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam
negeri, juga ada faktor yang berasal dari luar (ekstern) seperti, Kemenangan Jepang atas Rusia.
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih)
menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu
ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika
pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar
sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang
terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
Nasionalisme atau kesadaran nasional didefinisikan sebagai kesadaran
keanggotaan suatu bangsa yang secara bersama - sama mencapai, mempertahankan, mengisi
kekuatan bangsa itu. Kesadaran nasional pertama kali setelah munculnya Budi Utomo dan
penderitaan rakyat Indonesia yang dijajah oleh penjajah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kebangkitan Nasional dan Kesadaran Kebangsaan


Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan,
Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik
Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa
ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan
ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis
yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu :
1. Sutomo
2. Ir. Soekarno
3. Dr. Tjipto Mangunkusumo
4. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD : Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki
Hajar Dewantara)
5. dr. Douwes Dekker, dan lain-lain.

Asal usul Kebangkitan Nasional


Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda),
Indische Partij. Pada tahun itu juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (di
Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan
kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Kebangkitan
pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya
diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.
Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.
Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama
menjadi Sarekat Islam.
Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik
eens Nederlander was" ("Seandainya aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang
memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan
Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih",
keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr.
Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.
Saat ini, tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan
Nasional.

2. Organisasi Pergerakan Nasional


1. Sarekat Islam
Awalnya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh
H.Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI
adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-
panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas, maka tidak memiliki anggota yang cukup
banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota lebih banyak dan luas ruang lingkupnya,
maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S
Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H.Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena
bermotivasi agama Islam. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Pada
tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan gubernur
jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Namun, Idenburg
menyetujui SI menjadi badan hukum. Anehnya yang mendapat pengakuan pemerintah
kolonial Belanda ) Gubernur Jenderal Idenburg justru cabang-cabang SI yang ada di
daerah. Ini merupakan taktik pemerintah kolonial Belanda untuk meml!ah belah
persatuan SI. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya
disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai
anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI perah menjadi
dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
i. Serekat Islam (SI) Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam.
dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto, H.Agus Salim, dan Suryopranoto yang
berpusat di Yogyakarta.
ii. Serekat Islam (SI) Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). dipimpin
oleh Semaun, yang berpusat di Semarang. dalam kongresnya di Madiun, SI
Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam )PSI. Kemudian pada tahun
1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia. Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI)

2. Indische Partij
Indische Partij didirikan oleh tokoh 3 serangkai yang beranggotakan para
cendekiawan Hindia Belanda. Mereka adalah E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara. 3
tokoh terpelajar tersebut mendirikan Partai Hindia di tanggal 25 Desember 1912.
Awalnya organisasi Indische Partij ini didirikan karena terjadinya diskriminasi dan
rasisme antar keturunan Belanda asli dan orang Eropa campuran yang lahir dari hasil
perkawinan Belanda dengan orang Indonesia. Meskipun begitu, sebenarnya 3 serangkai
ingin Indische Partij dapat memfasilitasi para pribumi juga. Sayangnya orang-orang
pribumi saat itu masih sangat sensitif dengan golongan Eropa karena menjadi bangsa
penjajah yang menyebabkan penderitaan keluarga mereka selama ratusan tahun. Sebagai
sebuah organisasi yang tujuannya bukan sekedar untuk merekatkan hubungan
kekeluargaan, Indische Partij merasa butuh pengakuan tertulis dari pemerintah Hindia
Belanda. Pemerintahan yang setirnya dipegang oleh bangsa Belanda sebagai negara
penjajah membuat suatu peraturan yang mengharuskan segala operasi organisasi di bumi
jajahan harus mendapatkan persetujuan pemerintah. Jika organisasi telah disetujui secara
legal oleh pemerintah, maka organisasi tersebut dapat beroperasi dengan aman dan
lancar karena keberadaannya telah dijamin oleh pemerintah. Sayangnya, meski telah
berusaha berkali-kali mengajukan izin operasi Indische Partij, pemerintah Belanda selalu
menolaknya. Bahkan hingga setahun setelah Indische Partij berjalan, tepatnya tanggal
11 Maret 1913 3 serangkai mengajukan permohonan izin digagalkan lagi. Penolakannya
langsung dinyatakan oleh Gubernur Belanda yang menjadi wakil Ratu Belanda di negara
jajahan Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Idenburg. Secara terang-terangan Belanda
mengatakan bahwa Indische Partij tidak diberikan izin beroperasi karena membahayakan
kepentingan Belanda. Sepak terjang 3 serangkai pasti berhasil membakar semangat
nasionalisme rakyat Hindi Belanda. Ditakutkan akan terjadi kudeta atau beberapa
pemberontakan yang membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda.

a) Konsistensi Tujuan

Sebenarnya ada banyak organisasi atau perserikatan yang didirikan oleh tokoh
nasional dan tetap beroperasi lancar. Mereka bergerak dengan penutup tujuan lain,
misalkan memperbaiki perekonomian masyarakat. Dengan sabotase semacam itu,
pemerintah Belanda akan lebih lunak mengeluarkan izin operasi. Namun 3 serangkai
memang sekumpulan orang-orang idealis. Di zaman pergerakan seperti itu, mereka
dengan terang-terangan menyatakan tujuan dibentuknya Indiche Partij adalah mencapai
Indonesia merdeka dengan memupuk semangat nasionalisme serta patriotisme di dalam
dada orang-orang Hindi Belanda. Baik itu para pribumi maupun bumiputera yang
merasa ada ikatan batin kuat dengan Hindia Belanda alias Indonesia. Tidak main-main
dengan tujuan agung pendirian Indische Partij, 3 serangkai tetap nekad menggerakkan
Indische Partij agar berguna bagi rakyat Hindia-Belanda. Mereka menyuarakan opini
mereka ke dalam media cetak yang kemudian disebarluaskan. Media berupa majalah
Het Tijdschrifc dan surat kabar De Express. Pastinya dengan keberanian menanggung
resiko menjadi buronan polisi Belanda, E.F.E Douwes Dekker mulai menggunakan
nama samaran. Ia memilih nama Multatuli yang bermakna orang yang menanggung
penuh kesengsaraan. Dengan nama itulah Douwes Dekker yang merupakan anak hasil
perkawinan campuran dari ayahnya Belanda dengan ibunya Hindia-Belanda mulai
mengkritis habis-habisan kondisi sosial dan politik di masanya Tulisannya benar-benar
tajam dan akurat. Meskipun merupakan suatu kejujuran, namun suaranya sangat
membahayakan kedudukan Belanda atas penjajahan Hindia-Belanda. Maka mulailah ia
menjadi daftar buruan polisi Belanda dimana-mana. Namun pemburuan ini belum
gencar dilaksanakan. 3 serangkai hanya diintai pergerakannya oleh para polisi Belanda.

b) Perkembangan Indische Partij

1) Berurusan dengan Polisi

Sudah diketahui publik bahwa Indische Partij merupakan organisasi


ilegal yang tidak kunjung diberi izin operasi oleh pemerintah. Anehnya, para
pendiri Indische Partij tetap saja beroperasi tanpa rasa takut seakan sepak
terjangnya telah didukung pemerintah kolonial. Mereka terus menulis dan
menyebarkan opini mereka lewat kedua medianya. Karena yang menjadi fokus
perhatian 3 serangkai adalah kondisi politik dan sosial, mereka selalu mengamati
setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Pernah suatu hari wakil
pemerintahan kolonial di Hindia-Belanda bermaksud merayakan sebuah pesta.
Bukan pesta syukuran, melainkan pesta penderitaan bagi warga pribumi.
Pemerintah kerajaan Belanda menginginkan suatu pesta peringatan
kemerdekaan Belanda di bawah kekejaman Napoleon Bonaparte yang berasal
dari Perancis. Telah genaplah 1 abad Belanda menjadi negara yang merdeka,
terus berkembang dan telah memiliki banyak negara jajahan. Yang dipikirkan
oleh 3 serangkai adalah perasaan rakyat Hindia-Belanda yang menjadi pihak
terjajah dan dipaksa merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajahnya hingga
berabad-abad lamanya.

2) Dihukum Pemerintah

Raden Mas Suwardi Suryaningrat menjadi tokoh pertama yang


menyuarakan tindakan tidak berperikemanusiaan tersebut. Ia menulis di kolom
De Express dengan judul ‘Als ik een Nederlander was’ yang jika diartikan ke
dalam bahasa Indonesia berarti ‘Andaikan Aku Seorang Belanda.’ Tulisannya
ini mengantarkan Ki Hajar Dewantara ke dalam jeruji besi karena dianggap
menghina pemerintah. Parahnya lagi, sahabat Ki Hajar, dr. Cipto Mangunkusmo
langsung meneruskan pemikiran sahabatnya yang lebih dulu masuk sel tahanan.
dr. Cipto menulis ‘Kracht of Vrees?’ dan dimuat di De Express tanggal 26 Juli
1913. Dia tidak lagi membicarakan topik yang sama persis dengan Ki Hajar.
Namun, dr. Cipto mengungkit tentang rasa ketakutan, kekhawatiran serta
kekuatan yang terus memojokkan pemerintah Belanda. Akibatnya, ia menyusul
Ki Hajar menikmati dinginnya dinding penjara. Karena di antara 3 serangkai
yang tidak dimasukkan penjara hanya Douwes Dekker saja, ia mencoba
meluapkan perasaan dan pemikirannya dengan cara menulis. Lagi-lagi tulisan
ini dimuat di De Express tanggal 5 Agustus 1913. Tulisannya diberi judul Onze
Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat yang artinya
Pahlawan Kita : Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. 3 pahlawan
tulisan tersebut mau tidak mau langsung dijebloskan ke dalam penjara
semua. Tetapi pemerintah Belanda berpendapat, jika mereka dijadikan satu di
dalam tahanan, maka mereka akan tetap bersatu dan menyebarkan pengaruhnya
meskipun dari dalam jeruji besi. Akhirnya mereka menjalani pengasingan yang
masing-masing dibedakan tempatnya. 3 serangkai sempat dibuang ke tanah
Belanda agar tidak mempengaruhi orang-orang di Hindia Belanda. Namun
akhirnya Douwes Dekker yang masuk penjara terakhir daripada sahabat-
sahabatnya kemudian dikirim ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pengasingan
ini dilaksanakan akhir tahun 1913. Sementara itu, dr. Cipto Mangunkusumo
dibuang ke pulau Banda yang memiliki laut terdalam se-nusantara. Di sana, dr.
Cipto sempat mengalami sakit parah yang membuat sulit perawatannya. Dia pun
dikirim kembali ke Jawa di tahun 1914.

3) Bubarnya Indische Partij

Sekembalinya dari pengasingan pada tahun 1919, Douwes Dekker dan


Ki Hadjar Dewantara mengabdikan diri di dunia pendidikan. Mereka menyadari
bahwa kemerdekaan dapat didapatkan dan dinikmati bila warganya memiliki
kemampuan untuk itu. Yaitu dengan jalan pendidikan, mereka mencoba
membuka kembali pola pikir masyarakat yang masih tertutup. Ki Hadjar
mendirikan Taman Siswa yang terkenal akan Tut Wuri Handayani-nya.
Sementara itu, Douwes Dekker semakin tajam menulis di samping pada 1940 ia
mendirikan Ksatrian Institut yang diletakkannya di Sukabumi, Jawa Barat.
Dinamika perkembangan pergerakan Indische partij terus mengalami
kemunduran. Douwes Dekker yang semakin beringas menulis telah melahirkan
Max Havelar menggunakan nama samaran Multatuli. Setelah gagal berkali-kali,
akhirnya polisi Belanda berhasil meringkusnya kembali untuk diasingkan ke
Suriname –sebuah daratan di Amerika Selatan yang menjadi tempat
pembuangan warga Hindia-Belanda. Pembubaran Indische Partij tidak secara
resmi mengingat pendiriannya sendiri juga tidak diresmikan pemerintah.
Organisasi ini tenggelam sendiri seiring dengan berpencarnya 3 serangkai
mengikuti nasib perjuangan masing-masing.

3. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan nasional yang
berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia didirikan oleh mahasiswa Indonesia
serta orang-orang Belanda yang menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang
tinggal di Negeri Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri
pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang bersifat sosial.
Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan komunikasi antar mahasiswa Indonesia
yang belajar di negeri Belanda. Namun, setelah kedatangan pemimpin Indische Partiij di
Belanda, IV berkembang pesat dan memusatkan kegiatannya pada bidang politik.
Tokoh-tokoh organisasi yang berpandangan maju tersebut mencetuskan untuk pertama
kali konsep Hindia Bebas dari Belanda dan terbentuknya negara Hindia yang diperintah
oleh rakyatnya sendiri. Program kegiatannya antara lain bekerja di Indonesia dan
membentuk Indonesische Verbond van Studeerenden (Persatuan Mahasiswa Indonesia).
Hal terpenting dari penggabungan ini adalah dengan digantinya "Indische" dengan
"Indonesische." Hal ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah pergerakan nasional
Indonesia dikenalkan istilah "Indonesische" atau "Indonesia" dalam kegiatan akademik
dan politik. Pada tahun 1923, Iwa Kusumasumatri sebagai ketua, sejak saat itu sifat
perjuangan politik organisasi semakin kuat. Dalam rapat umum 1923 organisasi ini
menyepakati tiga asas pokok organisasi yaitu:
a) Indonesia menentukan nasib sendiri;
b) untuk itu Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan sendiri;
c) untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.

Untuk menunjukkan sikap nasionalismenya, para pengurus organisasi ini kemudian


mengubah nama majalah Hindia Putera dengan Indonesia Merdeka. Pada edisi pertama
majalah Indonesia Merdeka diungkapkan bahwa penjajahan Indonesia oleh Belanda dan
penjajahan Belanda oleh Spanyol memiliki banyak persamaan. Selain itu diungkapkan
pula alasan tidak disebutnya negara Hindia Belanda karena hampir sama dengan orang
Belanda yang tidak mau menyebut negaranya dengan Nederland-Spanyol. Para
mahasiswa mengetahui hal ini setelah mempelajari mengenai perjuangan Belanda
melawan Spanyol.
Organisasi ini juga berpendapat bahwa kemerdekaan adalah hak setiap bangsa yang
ada di dunia, termasuk hak bangsa Indonesia yang masih terjajah. Semangat perjuangan
politiknya yang jelas menuju Indonesia merdeka menjadikan organisasi ini disegani
oleh oranisasi-organisasi sejenis di kalangan negara-negara terjajah di Asia. Propaganda
tentang tujuan dan ideologi baru bangsa Indonesia disosialisasikan secara lebih gencar
oleh organisasi ini dengan menerbitkan buklet dalam rangka memperingati hari jadi
yang ke-15 pada 1924. Indische Vereeniging (IV) pada 3 Februari 1925 berubah
namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Dalam majalah Indonesia Merdeka, ditulis
bahwa perubahan nama ini diharapkan dapat memurnikan organisasi dan mempertegas
prinsip perjuangan organisasi. Sementara, dalam artikel yang muncul pada bulan yang
sama dengan judul Strijd in Twee Front (Perjuangan di Dua Front), menyatakan bahwa
perjuangan selanjutnya akan lebih berat dan pemuda Indonesia tidak akan ada yang
dapat menghindarinya.
Mereka harus berusaha mengerahkan semua kemampuannya jika ingin mencapai
kemerdekaan. Para pemimpin Perhimpunan Indonesia menyatakan bahwa organisasi
mereka merupakan organisasi pergerakan nasional. Sebagai kelompok elite serta
golongan menengah baru, mereka harus memainkan peran pentingnya sebagai agen
pengubah masyarakat dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka, dari
masyarakat terbelenggu menjadi masyarakat bebas, dan dari masyarakat yang bodoh
menjadi masyarakat yang pintar. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut diperlukan
wadah negara kesatuan yang merdeka dan berdaulat. Salah seorang pemimpin
Perhimpunan Indonesia, Moh. Hatta, dengan penuh semangat menyerukan bersatunya
semua unsur nasionalis Indonesia. Di antara empat pikiran pokok ideologi Perhimpunan
Indonesia, pokok pikiran "merdeka" merupakan kuncinya. Keempat pokok pikiran itu
adalah kesatuan nasional, kemerdekaan, nonkooperatif, dan kemandirian. ideologi
Perhimpunan Indonesia yang terdiri dari empat gagasan telah disetujui pada Januari
1925. Keempat gagasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. membentuk suatu negara Indonesia yang merdeka;
b. partisipasi seluruh lapisan rakyat Indonesia dalam suatu perjuangan terpadu
untuk mencapai kemerdekaan;
c. konflik kepentingan antara penjajah dan yang dijajah harus dilawan dengan
mempertajam dan mempertegas konflik. Konflik ditujukan untuk melawan
penjajah; dan
d. pengaruh buruk penjajahan Belanda terhadap kesehatan fisik dan psikis bangsa
Indonesia harus segera dipulihkan dan dinormalkan dengan cara terus berjuang
mencapai kemerdekaan.
e. Berkembangnya paham marxisme, leninisme, dan sosialisme di Eropa mengenai
perjuangan kelas dan konflik antara kaum kapitalis dan kaum proletar telah
mempengaruhi cara pandang tokoh-tokoh pergerakan nasional yang tinggal di
Belanda, Eropa. Oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional, paham-paham tersebut
diaplikasikan dalam ideologi pergerakan nasional. Mereka memandang bahwa
rakyat negeri jajahan adalah sebagai kaum proletar yang tertindas akibat
imperialisme yang identik dengan kapitalisme.
Tokoh pergerakan, seperti Semaun, dibuang ke Amsterdam, Mohammad
Hatta, Ali Sastroamidojo, Gatot Mangkupraja, dan Subarjo adalah penganut paham-
paham baru dari Eropa tersebut. Paham marxis, leninis, dan sosialis telah
memberikan dorongan kepada mahasiswa dalam menumbuhkan semangat
perjuangan bangsa kulit sawo matang Indonesia dengan bangsa kulit putih Belanda.
Dalam melakukan kegiatan politiknya, para mahasiswa Indonesia di Belanda sering
mengadakan pertemuan, diskusi ilmiah dan politik diantara mereka sendiri serta
dengan berbagai mahasiswa lainnya di negeri Belanda. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan persamaan pandangan serta menggalang simpati baik dari
Indonesia, dunia internasional, maupun dari orang Belanda sendiri tentang
Indonesia merdeka. Oleh karena itu, PI menganjurkan agar semua organisasi
pergerakan nasional menjadikan konsep Indonesia merdeka sebagai program
utamanya. Seruan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda terhadap organisasi
pergerakan di Indonesia untuk meningkatkan aktifitas politik mendapat sambutan di
Indonesia. Salah satu di antaranya adalah PKI.
Pada November 1926, komite revolusioner PKI mengadakan
pemberontakan di Jawa Barat. Januari 1927, PKI juga mengulangi aksinya di pantai
barat Sumatra. Namun kedua aksi ini mengalami kegagalan. Pemberontakan PKI
yang gagal di Banten dianggap tanggung jawab PI di Negeri Belanda. Setelah terjadi
pemberontakan tersebut pemerintahan kolonial Belanda berusaha menangkap para
pemimpin PI di Belanda. Tokoh-tokoh PI, seperti Ali Sastroamidjojo, Abdul Karim,
M Jusuf, dan Moh Hatta dianggap memiliki hubungan dekat dengan Moskow,
sebagai markas gerakan comintern. Akibat tuduhan itu mereka ditangkap, kemudian
diadili atas tuduhan makar terhadap pemerintah. Karena pembelaan mereka,
akhirnya mereka dibebaskan setelah tidak terbukti terlibat dalam pemberontakan
tersebut. Dalam pidato pembelaannya, mereka menjelaskan bahwa PI hanya sekedar
membicarakan kemungkinan tindak kekerasan, kecuali pemerintah Belanda
memikirkan tentang kemerdekaan Indonesia. Pembebasan mereka dari tuduhan
tersebut dirayakan oleh anggota-anggota PI dan partai-partai nasionalis Indonesia,
karena dianggap sebagai suatu kemenangan gerakan nasionalis atas negeri kolonial
Belanda. Karena kemenangan tersebut, maka kaum nasionalis Indonesia di Belanda
semakin mendapat simpati massa di Belanda. Perhimpunan Indonesia mempunyai
peran penting dalam pergerakan nasionalis Indonesia, walaupun organisasi ini
berdiri di Belanda dan banyak bergerak di negeri tersebut. Peran tersebut antara lain:
a. sebagai pembuka keterkungkungan psikologis bangsa Indonesia dan kekuasaan
sistem kolonial;
b. pengembang ideologi sekuler sehingga bisa mendorong semangat revolusioner
dan nasionalis;
c. mempersatukan unsur golongan ke dalam organisasi secara keseluruhan;
d. memperkenalkan istilah Indonesia untuk mengembangkan jati diri nasional dan
tidak bersifat kedaerahan; dan
e. sebagai organisasi kebangsaan yang paling orsinil dalam mempropagandakan
ideologi Indonesia Merdeka.

4. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Sejarah mengenai PNI tidak dapat dipisahkan dari sejarah Indische Partij karena dari
sanalah Ir. Soekarno mendapatkan ide mendirikan PNI. Memang, PNI bukan satu-
satunya organisasi pergerakan yang tujuannya meraih kemerdekaan Indonesia. Namun
PNI merupakan organisasi alias partai politik pertama di Hindia-Belanda yang
mengurusi politik dalam rupa partai. PNI merupakan salah satu partai paling
berpengaruh di Indonesia sejak pertama kali berdiri tanggal 4 Juli 1927. Pada waktu itu,
banyak organisasi pergerakan nasional yang didirikan untuk menyadarkan bangsa
Indonesia akan pentingnya sebuah kemerdekaan. Salah satu organisasi tersebut adalah
Perhimpunan Indonesia yang sebelumnya bernama Indische Partij. Perhimpunan
Indonesia menjalankan kegiatannya dari negeri Belanda yang jauh karena memang para
pendirinya adalah kumpulan mahasiswa Indonesia yang merantau untuk belajar di
Belanda. Namun kerasnya niat Perhimpunan Indonesia dalam menyebarkan semangat
nasionalisme akhirnya sampai juga ke tanah air.
Majalah Indonesia Merdeka yang dimiliki oleh Perhimpunan Indonesia
menginspirasi para tokoh nasionalis di tanah air. Salah satunya yaitu Ir. Soekarno yang
saat itu aktif berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Bapak proklamator ini memiliki ide
untuk memperpanjang pemikiran para mahasiswa Belanda agar tersampaikan kepada
rakyat Indonesia. Akhirnya Ir. Soekarno membentuk sebuah klub belajar yang
kegiatannya membahas isi Indonesia Merdeka. Klub ini dinamainya Algemeene Studie
Club(ASC).Selain karena semangat Perhimpunan Indonesia yang inspiratif, ternyata PNI
tidak hanya berdiri atas dasar semangat kemerdekaan dari PI. Keadaan politik dan sosial
yang semrawut akibat penodaan sejarah PKI yang memberontak di tahun 1926 membuat
Ir. Soekarno geregetan dan ingin segera turun tangan. Beliau merasa bahwa Indonesia
memerlukan cara baru lagi untuk memperoleh kemerdekaan sejati.
a) Awal Terbentuk

PNI lahir dari hasil rapat antara Ir. Soekarno bersama beberapa rekan
seperjuangannya seperti Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Soedjadi, Mr. Budiarto, Mr.
Soenarjo, dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Merekalah yang nantinya menjadi
pemimpin-pemimpin Perserikatan Nasional Indonesia atau selanjutnya berubah
menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) di tahun 1928. Para pendiri PNI yang
memang sebelumnya telah berpengalaman di bidang pergerakan nasional pun
otomatis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti untuk melebarkan sayap PNI.
Dengan cepat PNI mendapatkan massa dalam jumlah luar biasa. Ir. Soekarno yang
tersohor akan kemampuan orasinya menjadi daya tarik utama partai ini. Propaganda
politik yang terus disebar oleh PNI menuai kecaman keras dari Belanda. Namun
tokoh-tokoh PNI tidak menghiraukannya. PNI lahir sebagai partai pembaharu yang
membawa semangat dan harapan baru rakyat Indonesia setelah ISDV alias PKI
melakukan aksi sepihak yang menimbulkan korban. Terlebih, ISDV ini sudah
dilarang beroperasi oleh pemerintah Belanda. Sementara itu, organisasi pergerakan
nasional yang lain kurang menggigit karena minim aksi nyata menuju Indonesia
merdeka. Kiranya faktor-faktor inilah yang membantu PNI meraih simpati
khalayak hingga menetapkan markas besarnya di Regentsweg nomor 8 kota
Bandung.

b) Prinsip-prinsip PNI

Dalam bergerak, PNI memiliki trilogi yang lahir dari pendapat Bung Karno
sebagai tumpuannya. Trilogi ini yaitu kesadaran nasional, kemauan nasional serta
perbuatan nasional. Kegunaan trilogi ini dijadikan pedoman perjuangan pergerakan
PNI dalam meraih tujuannya. Sementara itu, tujuan PNI untuk meraih kemerdekaan
Indonesia bukanlah suatu keinginan remeh. Kemerdekaan Indonesia harus
diperjuangkan serius. Karenanya, Ir. Soekarno kembali menciptakan asas yang
dijadikan landasan pergerakan PNI. Asas tersebut meliputi tekad PNI untuk
berjuang secara mandiri tanpa bantuan siapapun, menolak bekerjasama dengan
pemerintah Belanda dalam bentuk apapun dan bersikap antipati terhadap mereka.
Berbicara mengenai partai politik, tentunya setiap partai memiliki ideologi sendiri
yang digotong. PNI membawa marhaenisme sebagai ideologi politiknya. Ideologi
ini memang belum pernah ada sebelumnya. Ir. Soekarnolah yang menciptakan
marhaenisme setelah terinspirasi dengan penderitaan seorang buruh tani di
Bandung Selatan yang hidup bahagia, tidak pernah pernah mengeluh bahkan dapat
menjadi penerang bagi orang lain meskipun dirinya sendiri sebenarnya butuh
pertolongan karena terus dijajah. Petani malang tersebut bernama Marhaen.
Karenanya, aliran politik Soekarno dinamakan Marhaenisme.

c) Perburuan Pemimpin PNI

Tidak gentarnya Soekarno beserta kawan-kawannya di PNI mengundang


emosi pemerintah Belanda. Para tokoh PNI terus mempropagandakan kemerdekaan
Indonesia yang harus diraih dari hasil usaha sendiri. Pemerintah Belanda pun
terpaksa mengeluarkan surat penangkapan atas Ir. Soekarno dan beberapa petinggi
PNI di Yogyakarta di tanggal 24 Desember 1929. Namun polisi Belanda baru
berhasil menangkapnya 5 hari setelah terbitnya surat perintah tersebut. Ir. Soekarno
ditangkap bersama Soepriadinata, Maskun Sumadiredja, dan Gatot Mangkupradja
yang nantinya menjadi pembuat sejarah PETA. Mulai akhir tahun 1929 ini hingga
pertengahan tahun 1930, keempat tokoh PNI ini menunggu dihadapkannya mereka
ke depan pengadilan. Yang paling menginspirasi dari tokoh politik tersebut adalah
sikap mereka di dalam penjara. Bung Karno menunjukkan kepada orang-orang
bahwa penjara bukanlah batas yang mengurung diri dan pikiran seseorang. Ia terus
bergerak aktif menelurkan ide-ide baru mengenai kemerdekaan Indonesia. Justru
pemikiran brilliannya yang mendapat sambutan dunia karena gempar melihat karya
Soekarno dihasilkan di balik jeruji besi selama masa menunggu pengadilan. Di
dalam penjara Soekarno terus menulis dan menuangkan pikiran-pikirannya. Penjara
yang sangat sempit, pengap dan bahkan harus bersatu dengan kotorannya sendiri
yang tidak sempat disiram ternyata gagal menghentikan perjuangan Soekarno dari
balik jeruji. Di sinilah Soekarno menghasilkan naskah pidato ‘Indonesia
Menggugat’ yang terkenal itu. Pembelaannya yang disusun dalam penjara
dibacakan pula di muka pengadilan pada bulan Agustus 1930. Betapapun banyak
pihak yang bersimpati dengan Indonesia Menggugat, Soekarno dan rekan-rekannya
tetap dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke penjara Sukamiskin di Bandung.

d) PNI Tanpa Soekarno

Karena kehilangan sosok Soekarno sementara perjuangan harus tetap


berjalan, PNI memutuskan mengangkat pemimpin baru. Mr. Sartono didaulat
menggantikan Soekarno pada tanggal 25 April 1931 dan mengubah PNI menjadi
gerakan baru bernama Partindo. Di sisi lain, Moh. Hatta yang juga berpengaruh di
PNI mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru di tahun yang sama.
Soekarno yang terus mengamati perkembangan luar dari penjara, beliau memilih
menorehkan sejarah Partindo bersama Mr. Sartono. Namun di tahun 1933, beliau
malah diasingkan Belanda ke Ende, pulau Flores hingga tahun 1942. Sementara itu,
Moh. Hatta dengan Syahrir juga dianggap sebagai tokoh yang berbahaya jika
dibiarkan hidup bebas di Jawa. Mereka pun diasingkan ke Bandaneira hingga tahun
yang sama seperti Ir. Soekarno. PNI terus berkembang dan berjalan apapun yang
terjadi. Hebatnya, rakyat terus percaya dengan partai ini meskipun para
pemimpinnya banyak yang dijebloskan ke penjara atau justru dibuang jauh. Hingga
pada akhirnya PNI menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum tahun 1955 yang
membuktikan nyatanya sejarah demokrasi di Indonesia.
Di tahun 1973, PNI menjadi payung dari 4 partai politik lainnya yang ikut
Pemilu tahun 1971. Kelima partai politik ini bernafaskan nasionalisme. Mereka pun
disatukan dengan nama Partai Demokrasi Indonesia. Seorang Soekarnois bernama
Supeni yang pernah menjabat sebagai duta besar keliling Indonesia membangkitkan
kembali PNI di tahun 1998 dan membuat PNI ikut dalam Pemilu tahun 1999.
Selanjutnya, tampuk kepemimpinan PNI kembali ke tangan keturunan Soekarno.
Rachmawati Soekarnoputri menjadi penguasa PNI yang kemudian merubah
namanya menjadi PNI-Marhaenisme. Sekarang ini, Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri dianggap sebagai
jelmaan PNI yang dulu didirikan oleh ayahnya.

5. Sumpah pemuda

Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan salah satu peristiwa penting dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini menjadi satu tonggak utama
bangkitnya semangat para pemuda Indonesia untuk menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia. Sumpah Pemuda adalah sebuah “produk” yang muncul dari
pelaksanaan Kongres Pemuda Kedua yang dilangsungkan 27-28 Oktober 1928 di
Batavia (Jakarta). Kongres tersebut dilaksanakan di dalam tiga gedung yang berbeda dan
dibagi dalam tiga kali rapat. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai
wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong
Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI,
Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda
Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien
Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus
mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong
Sumatranen Bond. Turut hadir juga 2 perwakilan dari Papua yakni Aitai Karubaba dan
Poreu Ohee. Rapat pertama berlangsung pada hari Sabtu, 27 Oktober 1928. Diadakan di
Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan
Banteng).

Pada saat itu ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap jika kongres yang digelar
tersebut dapat memperkuat semangat persatuan para pemuda Indonesia. Di rapat ini juga
salah satu sastrawan bernama Muhammad Yamin memaparkan uraian tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya terdapat lima faktor yang bisa
memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
kemauan. Rapat kedua diselenggarakan satu hari setelahnya. Pada hari Minggu, 28
Oktober 1928, kongres diadakan di Gedung Oost-Java Bioscoop. Di kongres kali ini,
para peserta membahas masalah pendidikan. Pada saat itu kedua pembicara yang
merupakan tokoh pendidikan Indonesia pada saat itu, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro mengatakan jika seorang anak harus mendapatkan pendidikan
kebangsaan, dan harus mendapat keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di
rumah.

Selain itu, mereka juga menyoroti jika seorang Anak harus dididik secara
demokratis.Pada rangkaian rapat terakhir yang sekaligus menjadi penutup Kongres
Pemuda Kedua, para peserta berkumpul di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan
Kramat Raya 106. Pada saat itu, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan
demokrasi selain gerakan kepanduan. Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan
tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik
anak-anak disiplin dan mandiri: hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.Sebelum
kongres ditutup, lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman diperdengarkan.
Atas saran Sugondo kepada Supratman, lagu tersebut dimainkannya hanya dengan alat
musik biola saja. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta.

Kongres akhirnya ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres yang


ditulis oleh Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo
ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan
kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de
resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres
ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut,
kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga.

Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan


panjang-lebar oleh Yamin. Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam
putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Oleh para pemuda yang
hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia. Berikut ini adalah bunyi tiga
keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum
Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah
Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia
BAB III

PENUTUP
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat
Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan
kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan
Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi
Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Organisasi- organisasi
kebangsaan yang terbentuk setalah Budi Utomo :

I. Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama


Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh
H.Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa.
II. Indische Partij didirikan oleh tokoh 3 serangkai yang beranggotakan para
cendekiawan Hindia Belanda. Mereka adalah E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar
Dewantara. 3 tokoh terpelajar tersebut mendirikan Partai Hindia di tanggal 25
Desember 1912. Awalnya organisasi Indische Partij ini didirikan karena
terjadinya diskriminasi dan rasisme antar keturunan Belanda asli dan orang
Eropa campuran yang lahir dari hasil perkawinan Belanda dengan orang
Indonesia
III. Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan nasional yang
berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia didirikan oleh mahasiswa
Indonesia serta orang-orang Belanda yang menaruh perhatian pada nasib Hindia
Belanda yang tinggal di Negeri Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische
Vereeniging (IV) berdiri pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah
perhimpunan yang bersifat sosial.
IV. PNI, Karena kehilangan sosok Soekarno sementara perjuangan harus tetap
berjalan, PNI memutuskan mengangkat pemimpin baru. Mr. Sartono didaulat
menggantikan Soekarno pada tanggal 25 April 1931 dan mengubah PNI menjadi
gerakan baru bernama Partindo. Di sisi lain, Moh. Hatta yang juga berpengaruh
di PNI mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru di tahun yang
sama.
V. Peristiwa sejarah Sumpah Pemuda merupakan salah satu peristiwa penting
dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini menjadi satu
tonggak utama bangkitnya semangat para pemuda Indonesia untuk menegaskan
cita-cita berdirinya negara Indonesia. Sumpah Pemuda adalah sebuah “produk”
yang muncul dari pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai