Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

PENGELOLAAN AIR ATB

BY :

YOPI LATUL
14.07.0.007

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
BATAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengelolaan Air ATB”, untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Air. Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam penunjang pembelajaran serta
menambah wawasan pembaca sehingga pembaca pun mampu mengembangkan air bersih
dengan mudah dan aman.

Batam , 18 Januari 2017

Yopi Latul
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, jelas tertulis bahwa tujuan pembangunan
nasional adalah “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1
Dalam bidang perekonomian sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
menghendaki kemakmuran masyarakat secara merata, bukan kemakmuran secara individu.
Secara yuridis melalui norma hukum dasar (state gerund gezet), sistem perekonomian yang
diinginkan adalah sistem yang menggunakan prinsip keseimbangan, keselarasan serta
memberi kesempatan usaha bersama bagi setiap warga negara sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945.2 Berdasarkan norma dasar negara diatas, maka
pembangunan ekonomi Indonesia harus bertitik tolak dan berorientasi pada pencapaian tujuan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
disebut UUD NRI Tahun 1945) terdapat ciri-ciri positif yang hendak dicapai dan
dipertahankan dalam sistem perekonomian di Indonesia, sebagaimana bunyinya sebagai
berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara;
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
Air pada awal mulanya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Namun, pada
masa sekarang ini banyak permasalahan yang muncul karena keterbatasan air dari segi
kuantitas maupun kualitas air sebagai air bersih. Hal itu dikarenakan sumber daya alam yang
jumlahnya tidak bertambah namun penggunaannya yang semakin bertambah banyak.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi krisis air bersih. Sejumlah
kota besar di Indonesia menghadapi krisis air baku atau air bersih dalam beberapa tahun
mendatang. Kota-kota besar itu diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Denpasar, Medan, Makassar, Balikpapan termasuk Batam. Swastanisasi dan perubahan cara
pandang masyarakat terhadap air, dianggap sebuah upaya untuk melestarikan air dan
memperpanjang daya gunanya.
Krisis air bersih di perkotaan umumnya berbentuk tercemarnya sungai-sungai oleh limbah
rumah tangga dan industri. Padahal air sungai itu dijadikan bahan baku pengolahan air kotor
oleh Perusahaan Air Minum (PAM) menjadi air bersih dan ATB yang menjadi pabrik
penghasil air bersih di Batam. Dalam hal ini, peran dari PAM dan ATB sangatlah penting
karena pemenuhan akan kebutuhan air bersih masyarakat sangt bergantung pada kinerja dari
PAM dan ATB. Semakin tercemar air baku yang ada, semakin mahal biaya pengolahannya.
Di antara banyak hal yang harus dibiayai oleh PAM dan ATB dalam kegiatan proses
produksi dan distribusi air kepada para pelanggan, proses pengolahan air paling banyak
membutuhkan biaya operasional. Situasi ini memaksa masyarakat membayar lebih mahal air
bersih yang mereka gunakan. Seiring kemajuan dan kemampuan mengoperasionalkan
peralatan dan mesin mutakhir, PAM dan ATB dalam melakukan proses pengolahan air
menggunakan teknik pengolahan lengkap yang secara garis besar terdiri dari intake,
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi. Pengolahan lengkap tersebut
diberlakukan pada air baku yang berasal dari air permukaan atau sungai dan laut
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AIR BERSIH

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang


digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan
pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air
baku adalah air yang digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih.
Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air
permukaan (air sungai, air tanah dalam, mata air) (Hartomo, 1994; JICA, 1974; Linsley,
1989; Martin D, 2001; Sutrisno, 2002). Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat
ini menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat – Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan
Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.

B.KONDISI SUMBER AIR

Air tanah

Berdasarkan Hidrogeologi, Pulau Batam terbagi menjadi dua kelompok potensi air tanah,
yaitu yang berpotensi rendah dan berpotensi relatif tinggi. Daerah yang berpotensi untuk
menyimpan air tanah hanya berada di bagian tengah pulau Batam. Tingkat penyerapan air
hujan yang hanya 5% menyebabkan cadangan air tanah rata rata sebesar 126 l/detik. Kualitas
air tanah juga relatif kurang baik, karena ada nya pencemaran air asin, dan pencemaran
lingkungan.

Air Permukaan dan air Hujan.

Air hujan merupakan sumber air utama bagi penduduk nelayan di wilayah barat dan Selatan
Pulau Batam. Dengan curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun,
menyebabkan Air hujan menjadi potensi sumber air yg utama di Wilayah Batam.
Struktur Geologis yg ada di Batam hanya memungkinkan meyerapkan air hujan sebesar 5%
ke dalam tanah, sisanya akan terus melimpas dan mengalir ke laut. Kondisi ini lah yang
menyebabkan Batam memanfaatkan membangun waduk dan memanfaatkan estuari yang ada

C. SEKILAS TENTANG PT.ADHYA TIRTA BATAM

PT. ADHYA TIRTA BATAM berdiri sejak tahun 1996, perusahaan swasta yang melayani
masyarakat untuk mensuplai air bersih khussu daerah Kota Batam ini adalah perusahaan yang
telah sukses memanjakan masyarakat Kota Batam dalam pencukupan air bersih. PT.ADHYA
TIRTA BATAM dalam perjalanannya, telah mensuplai jutaan kubik air ke daerah Kota
Batam sejak tahun 1996. Data yang kami terima dalam observasi yang langsung diarahkan
oleh direktur produksi dari WTP Duriangkang, sejak tahun 1996, ATB telah mensuplai air
bersih sebesar 1.670.000 M3 melalui pipa-pipa air untuk langsung di konsumsi masyarakat
Kota Batam.

Untuk WTP atau Water Treatment Plantation , ATB memiliki 6 WTP yang ada di Kota
Batam.
Diurutkan dari yang terkecil:
1. WTP Baloi
2. WTP Nongsa
3. WTP Sungai Harapan
4. WTP Sei Ladi
5. WTP Mukakuning
6. WTP Duriangkang (3000 L/det)

Untuk IPA (Instalasi Pengolahan Air minum) sendiri ATB memiliki 7 IPA yang kami ambil
datanya sebagai berikut:

Kapasitas Produksi : 3535 L/det


Produksi Saat Ini : 2626 L/det
Kehilangan Air : 3.86%
Jumlah Staf : 79 Orang

Namun, PT.ADHYA TIRTA BATAM yang diberikan hak untuk melayani air bersih untuk
Kota Batam ini hanya dapat beroperasi hingga 2020 saja. Selanjutnya akan digantikan oleh
perusahaan swasta sekelas ATB lainnya.

D. PENGELOLAAN AIR ATB (ADHYA TIRTA BATAM)

Pengelolaan air bersih di Pulau Batam pada awalnya merupakan tanggung jawab Otorita
Batam (OB). Pada saat itu kapasitas air baku masih sebesar 850 liter/detik dari 5 waduk
yang ada. Otorita Batam sebagai penyelenggara air bersih hanya mampu memproduksi air
bersih sebesar 500 liter/detik dengan kualitas dan kuantitas yang relatif buruk sehingga
belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih terutama untuk industri dan jasa. Atas dasar
pertimbangan ketidaksiapan dan ketidakmampuan Otorita Batam untuk mengolah air dengan
kualitas yang diinginkan (mengikuti perkembangan Kota Singapura) dan mengatasi keluhan
dari berbagai pihak tentang kualitas air bersih di Pulau Batam maka Pemerintah Indonesia
dalam hal ini diwakili oleh Otorita Batam berinisiatif untuk melakukan kerjasama
pengelolaan air bersih dengan pihak swasta. Sehingga dengan kerjasama tersebut pengelolaan
air bersih di Pulau Batam dapat dilaksanakan secara profesional. Otorita Batam melakukan
studi kelayakan untuk mencari pelaksana pengelolaan air bersih dan setelah melakukan
proses negosiasi yang relative panjang, Otorita Batam akhirnya menunjuk konsorsium PT
Adhya Tirta Batam yang terdiri dari Biwater International Ltd., PT Bangun Cipta Kontraktor
dan PT Syabata Cemerlang sebagai pengelola dan operator pelaksana penyediaan air bersih di
Pulau Batam. Sebelumnya pada tanggal 3 Juni 1994, ketua Otorita Batam memberikan izin
prinsip kepada Konsorsium Biwater International Ltd., PT Bangun Cipta Kontraktor dan PT
Syabata Cemerlang. Dalam izin prinsip tersebut, Otorita Batam menyetujui rencana
kerjasama pengelolaan air bersih di Pulau Batam dengan sistem Built Operate and Transfer
(BOT) dengan catatan sebagai berikut :
a. Konsorsium Biwater&Co. menjual langsung produknya kepada konsumen dengan tarif
yang kompetitif dengan tarif di Singapura.
b. Kualitas air dan pelayanan agar sama dengan kualitas air dan pelayanan di Singapura.
c. Konsorsium Biwater&Co. Membeli air baku dari Otorita Batam dengan harga yang sama
dengan air baku yang dibeli Singapura dari Johor dan Pulau Bintan.
d. Otorita Batam mempertimbangkan untuk menyertakan saham pada konsorsium sebesar
20%.
Pengelolaan air bersih di Pulau Batam yang seharusnya dilaksanakan oleh Otorita Batam
yang memiliki wewenang monopoli air bersih di Pulau Batam dibenarkan berdasarkan Pasal
45 ayat (3) UU No. 7 Tahun 2004, Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999, Pasal 2 Peraturan
Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, maupun Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
294/PRT/M/200
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Jadi secara implisit UUD NRI Tahun 1945 juga mengakui adanya bentuk monopoli berupa
penguasaan sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak. Ini terealisasi dari
penguasaan yang dilakukan oleh badan usaha milik negara atas bidang tertentu sebagai salah
satu contohnya.4
Salah satu upaya mensejahterakan masyarakat adalah dengan meningkatkan daya guna akan
industri air bersih. Industri air bersih merupakan salah satu industri yang utama dalam
kelangsungan hidup setiap manusia dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga
ketersediaan air dari segi kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan. Dengan kata lain
terpenuhinya kebutuhan akan air bersih adalah salah satu hak dasar bagi setiap manusia
khususnya rakyat Indonesia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan air maka pemerintah
telah berupaya dengan mengundangkan ketentuan yang mengatur mengenai pengelolaan air
yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA). Fungsi
sumber daya air tidak hanya mempunyai fungsi social tetapi juga fungsi lingkungan hidup
dan ekonomi. Fungsi sosialnya tercermin pada hak guna air yaitu hak untuk memperoleh dan
memakai air yang meliputi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari termasuk pertanian
rakyat dan kebutuhan sosial lain yang diperoleh tanpa perijinan terkecuali apabila mengubah
kondisi sumber air. Sedangkan fungsi ekonomi tercermin pada hak guna usaha air yaitu hak
untuk memperoleh dan mengusahakan air yang meliputi pemenuhan untuk kebutuhan usaha
seperti untuk bahan baku produksi, untuk media usaha dan untuk bahan pembantu proses
produksi yang diperoleh melalui perijinan.
Dalam perinsip tersebut maka UU SDA memberikan pengaturan yang lebih ketat terhadap
upaya pengusahaan Sumber Daya Air daripada Undang- undang Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pengairan yang menyebutkan bahwa pengusahan air dan atau sumber-sumber air
dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah dengan berpedoman pada asas usaha
bersama dan kekeluargaan.Sedangkan dalam UU SDA pengusahaan diatur lebih ketat lagi
yaitu menyangkut ijin, wilayah sungai, alokasi air, konsultasi publik, perhatian fungsi sosial
dan kelestariannya dan lainnya sebagainya. Pelayanan publik di bidang air bersih di
Indonesia ditangani oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal ini oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Kerja sama antara pemerintah dengan badan usaha swasta
dalam pengelolaan proyek air bersih dalam rangka pelayanan sektor publik dalam
memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan bangsa dan negara serta meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang adil dan merata.
Dalam perkembangannya di Indonesia keberadaan PDAM menunjukkan kondisi yang
mengkhawatirkan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Persatuan Perusahaan Air Minum (Perpamsi) pada
tahun 1999 menunjukkan sebanyak 87 dari 303 PDAM di seluruh Indonesia berada dalam
kondisi kritis. Kondisi yang sama juga dinyatakan oleh Bapekin dalam Buletin BAPEKIN
No. 06/Tahun I/2001 yang menyatakan sebanyak 296 PDAM mengalami permasalahan
dalam kegiatan operasional. Permasalahan yang dihadapi oleh banyak PDAM di Indonesia
antara lain kesulitan mendanai biaya operasional dan masalah efisiensi sehingga tidak dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Akibatnya kualitas air bersih yang
diproduksi juga rendah. Masyarakat kerap mengeluh air yang disalurkan PDAM sering
macet, keruh (tidak jernih) dan masih mengeluarkan bau. Bahkan di beberapa wilayah di
Indonesia konsumen hanya dapat menggunakan air yang diproduksi PDAM untuk keperluan
kebersihan (mandi, mencuci, memasak), sedangkan untuk air bersih, konsumen terpaksa
harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli air minum dalam kemasan. Tingkat
kebocoran yang tinggi juga berdampak terhadap tingkat efisiensi PDAM. Tingkat kebocoran
fisik PDAM di Indonesia rata-rata di atas 30% (tiga puluh persen).

E. SIKLUS AIR BERSIH ATB

PROSES PENGOLAHAN AIR BERSIH

Tahapan proses pengolahan air bersih yang terjadi di PDAM mranggen dapat dalam
dibagi dalam sepuluh tahap yakni :

1. Tahap pengambilan air dari sumbernya (Intake)

Intake merupakan instalasi yang berfungsi untuk menyadap air dari sumber air,
Sumber air yang digunakan di ATB yaitu laut karena Batam di kelilingi oleh laut, yang
merupakan sumber air yang memiliki debit air yang cukup besar, sehingga dapat
meminimalkan resiko terhentinya proses dikarenakan tidak adanya bahan baku atau habisnya
air yang mengalir. Pengambilan air baku dari sungai dilengkapi dengan Bar Screen atau
pompa besar penagtur debitaor yang bertujuan untuk menyaring benda terapung sejenis
sampah agar tidak sampai masuk ke intake. Kapasitasnya berkisar 40 liter/detik. Sebab jika
sampah sampai masuk instalasi pengolahan akan mengganggu kerja pompa.

2. Aerator
Aerator dan Bak Pencampur memiliki kapasitas sampai 500 l/dt. Pada unit ini terjadi
beberapa proses pengolahan air.
Aerasi merupakan proses menambahkan kandungan udara pada air dengan tujuan untuk
meningkatkan kadar oksigen larut dalam air sehingga oksigen yang larut tersebut dapat
mengoksidasi zat-zat yang dapat mengganggu proses pengolahan air dan mengganggu
kesehatan. Aerator terdiri dari bak pengumpul dan cascade.

TAHAP PRASEDIMENTASI

Untuk sumber air baku yang karakteristik tinggi, butuh bangunan yang bentuknya hanya
berupa bak sederhana dan fungsinya untuk pengendapan partikel2 diskrit dan berat seperti
pasir dan lain-lain.
3. Tahap koagulasi

Pada proses koagulasi, coagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat
hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada pada air
baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik
menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Faktor yang
menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan. Pada
proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air
sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang
terkandung di dalamnya. Kemudian air di beri Al2 ( SO4)3, kaporit,dan CaCo3. Yang
berfungsi sebagai koagulan, dan mengurangi kesadahan. Destabilisasi partikel koloid ini bisa
dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan
pengadukan.

4. Pulsator

Pulsator merupakan suatu unit yang berfungsi sebagai flokulator dan sedimentasi.

Flokulator

Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor


yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari suspended solids,
pH, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya pengadukan.

Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi setelah endapan terbentuk dari
proses koagulasi flokulasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi tube settler yang bertujuan
mempercepat proses pengendapan.
5. Filtrasi

Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai
dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini
biasanya terdiri dari pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara
grafitasi. Disini adalah proses finishing, yang diperbaiki dari unit ini adalah dikontrol pH-nya
lagi, memastikan untuk suci dari hama bebas bakteri dengan pemberian kembali chlorine.
Penyaring yang digunakan adalah rapid sand filter (filter saringan cepat).
Sand filter jenis ini berupa bak yang beriisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk
menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). Air yang masuk ke
filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin dan tawas.Media penyaring biasanya
lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke
bawah melalui media tersebut. Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media,
sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu
pipa menuju reservoir
.

6. Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui
filter, air ini sudah menjadi airyang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih
dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.
7. Di Alirkan Ke Konsumen
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Terbatasnya sumber daya air tanah dan permukaan, menjadikan Batam harus menampung
limpasan air hujan agar masih bisa dimanfaatkan sebelum langsung menuju ke laut Dengan
situasi sumber air seperti itu maka peluang alternatif sumber air bagi Batam adalah dengan
memanfaatkan Estuari dan Dam/bendungan. Teknologi pengolahan air yang juga bisa
menjadi andalan adalah teknologi membran type Reverse Osmosis. Batam juga memiliki
keuntungan kelembagaan, karena kendali atas pengelolaan, wilayah daerah tangkapan air
semua berada di bawah kendali satu lembaga. Perkiraan biaya konstruksi dengan harga 2012 ,
untuk bendungan urugan tanah senilai Rp 200 Milyar per kilometer panjang, dan untuk Cut
Off wall (dinding kedap air) senilai Rp 80 Milyar per kilometer panjang. Harga tersebut
belum termasuk bangunan pelimpah (Spillway), Drainase, pintu air, dan juga proses
Deslinasi.Untuk menilai kualitas dari air PDAM seperti ATB tersebut sudah baik atau tidak
tidak dapat dilihat secara visual saja, namun harus dilakukan analisa terhadap air bersih
sehingga air bersih layak dikonsumsi masyarakat.Tahapan aerasi perlu dilakukan untuk
minimalisasi kandungan senyawa Fe, Mn dan Kaporit.

Anda mungkin juga menyukai