Anda di halaman 1dari 2

3.

9 Simetri dan Paritas Fungsi Gelombang


Jika potensial mempunyai pusat simetri, misalnya potensial pada osilator harmonis, maka
partikel memiliki keadaan dinamis yang sama pada posisi-posisi yang simetris dan peluang
menemukanpartikel pada posisi-posisi yang simetris itu adalah sama. Jika a dan a‟ dua posisi
yang simetris, maka
|𝜑(𝑎)|2 = |𝜑(𝑎′ )|2 .....................................................(3.9.1)

atau, jika fungsi gelombang itu ril,


𝜑(𝑎) = ±𝜑(𝑎′ )
(3.9.2)

Oleh sebab itu, fungsi gelombang pada titik-titik yang simetris besarnya sama, tetapi bisa
berbeda tanda. Jika 𝜑(𝑎) = +𝜑(𝑎′ ) dikatakan fungsi tersebut memiliki paritas genap, dan jika
𝜑(𝑎) = −𝜑(𝑎′ ) fungsi memiliki paritas ganjil. Untuk soal-soal yang mempunyai suatu pusat
simetri, keadaan-keadaan stasioner digambarkan oleh fungsi-fungsi yang memiliki paritas
yang baik, yakni genap atau ganjil.
Dalam sumur potensial tak hingga Gb.3.5 titik x=0 adalah pusat simetri; fungsi-fungsi
keadaan mestilah genap atau ganjil relatif terhadap x=0. Hal ini terlihat pada Gb.3.6, di mana
keadaan dengan n=1, 3, 5, … mempunyai paritas genap dan n=2, 4, 6,…mempunyai paritas
ganjil. Dalam gambar yang sama terlihat juga bahwa distribusi peluang simetris terhadap x=0.
Hal yang sama terlihat jelas pada sumur potensial terhingga (lihat Gb.3.10), dan osilator
harmonis sederhana (lihat Gb.3.16). Tetapi potensial seperti dalam Gb.3.12 tidak
memperlihatkan suatu titik simetri, sehingga fungsi-fungsi keadaannya tidak genap maupun
ganjil (lihat Gb.3.14). Fungsi-fungsi seperti 𝜑1 pada Gb.3.6, Gb.3.12 dan 𝜑0 pada Gb.3.16
adalah keadaan-keadaan dasar dari sistem bersangkutan. Terlihat bahwa fungsi keadaan dasar
mempunyai tanda yang sama (tidak memotong sumbu-x), sementara fungsi-fungsi yang lebih
tinggi (tereksitasi) memotong sumbu-x (berubah tanda) sekali, dua kali, dan seterusnya. Oleh
sebab itu kita bisa katakan, semakin banyak titik potong fungsi itu dengan sumbu-x semakin
besar energinya.Oleh sebab itu, fungsi gelombang pada titik-titik yang simetris besarnya sama,
tetapi bisa berbeda tanda. Jika 𝜑(𝑎) = +𝜑(𝑎′ ) dikatakan fungsi tersebut memiliki paritas
genap, dan jika 𝜑(𝑎) = −𝜑(𝑎′ ) fungsi memiliki paritas ganjil. Untuk soal-soal yang
mempunyai suatu pusat simetri, keadaan-keadaan stasioner digambarkan oleh fungsi-fungsi
yang memiliki paritas yang baik, yakni genap atau ganjil.
3.10 Transisi dan Aturan Seleksi
Suatu medan listrik yang berosilasi (misalnya bagian listrik dari gelombang elektromagnet),
𝜀⃗ = 𝜀⃗0 cos 𝜔𝑡, jika berinteraksi dengan elektron, akan menggeser posisi elektron dari posisi
stasionernya. Pergeseran itu akan menimbulkan suatu momen dipol 𝜇⃗ = 𝑒𝑟⃗. Selanjutnya, dipol
itu berinteraksi dengan medan dan menimbulkan Hamiltonian
̂𝐷 = 𝜇⃗. 𝜀⃗ = 𝑒𝜀⃗0 . 𝑟⃗ cos 𝜔𝑡
𝐻
(3.10.1)
Interaksi itu memungkinkan elektron bertransisi (berpindah keadaan) dari keadaan awal
𝜑𝑖 ke keadaan akhir 𝜑𝑟 . Probabilitas transisi diungkapkan sebagai berikut:

𝑃𝑖𝑓 ∝ | 𝑒 ∫ 𝜑𝑖∗ (𝑟)[𝜀⃗⃗⃗⃗.


0 𝑟⃗]𝜑𝑓 (𝑟)𝑑𝑣|2

∝ | 𝑒 ∫ 𝜑𝑖∗ (𝑟)[𝜀𝑜𝑥 . 𝑥 + 𝜀𝑜𝑦 . 𝑦 + 𝜀𝑜𝑧 . 𝑧]𝜑𝑓 (𝑟)𝑑𝑣|2

2 (𝑎) 2
∝ ∑ 𝜀𝑜𝑎 |𝑀𝑖𝑓 | ; 𝑎 = 𝑥, 𝑦, 𝑧
𝑎

(3.10.2)
di mana
(𝑥)
𝑀𝑖𝑓 = 𝑒 ∫ 𝜑𝑖∗ (𝑟) 𝑥 𝜑𝑓 (𝑟) 𝑑𝑣

(3.10.3)
disebut komponen-x dari momen transisi. Transisi dari suatu keadaan 𝛹𝑖 ke keadaan 𝛹𝑓
disebut terlarang (forbidden) jika 𝑀𝑖𝑓 = 0;. Sebaliknya transisi diperbolehkan (allowed) jika
𝑀𝑖𝑓 ≠ 0 Bergantung pada sistemnya, ada aturan untuk transisi yang diperbolehkan; inilah yang
disebut aturan seleksi. Misalnya, pada sistem dengan sumur potensial tak hingga berlaku 𝑀𝑖𝑓 ≠
0 jika |𝑖 ± 𝑓|= suatu bilangan ganjil. Sedangkan pada osilator harmonis sederhana 𝑀𝑖𝑓 ≠ 0
jika |𝑖 − 𝑓|=1.

Anda mungkin juga menyukai