NOMOR : SK / 45 / XI / 2014
TENTANG
Ditetapkan di Binjai
Pada tanggal
DIREKTUR RSU SYLVANI
Kebijakan Umum
Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang akan dilakukan dialisa harus dikaji dan ditangani oleh Dokter
Konsulen Ginjal Hipertensi untuk menentukan indikasi dilakukan dialisa.
2. Pasien yang akan dilakukan dialisa harus menjalankan skrening atau beberapa
pemeriksaan dasar sebelum dilakukan dialisa pertama, kecuali pasien yang harus
menjalankan dialisa Cito. Pemeriksaan tersebut antara lain : pemeriksaan anti
Hepatitis.
3. Dialisa yang dilakukan pada pasien dilakukan oleh petugas terlatih.
4. Tindakan dialisa harus atas persetujuan pasien.
5. Tindakan dialisa harus tercatat di catatan perawatan pasien.
6. Pengelolaan limbah dilakukan sesuai persyaratan dan aturan.
7. Penggunaan dializer berulang pelaksanaannya diatur sesuai ikatan Nefrologi
sebanyak 7 kali ulang.
8. Pasien di kaji ulang setiap akan dilakukan dialisa dan diberikan pelayanan sesuai
hasil kajian ulang.
9. Pasien yang di dialisa mendapatkan pelayanan sesuai kemampuan rumah sakit
dalam pemenuhan fasilitas dan sumber daya berdasarkan syarat pemerintah
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
PROSEDUR 1. Peralatan :
a. Catatan medik.
b. Catatan hasil pemeriksaan penunjang medis.
c. Surat Pernyataan Persetujuan Tindakan Haemodialisa.
2. Prosedur :
a. Setelah pasien dinyatakan menderita penyakit yang
memerlukan tindakan Haemodialisa yang bersifat cito (bisa
mengancam jiwa) atau terencana.
PENGISIAN SURAT IZIN TINDAKAN
0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR b. Dokter yang menangani wajib menjelaskan kepada pasien,
mengenai :
1) Mengapa harus dilakukan tindakan Haemodialisa?
2) Berapa lama tindakan tersebut berlangsung?
3) Bagaimana prosedur tindakan tersebut dilakukan?
4) Alternatif tindakan yang lain?
5) Prognosa dari tindakan yang akan dilakukan?
c. Setelah penderita dan keluarga memperoleh penjelasan
tersebut, bila keluarga dan pasien setuju maka harus
mengisi formulir surat pernyataan persetujuan tindakan
secara lengkap.
d. Pasien yang memiliki jadwal rutin haemodialisa di RSU
SYLVANI harus memperbaharui Surat Pernyataan
Persetujuan Tindakan setiap satu bulan, kecuali jika tidak
menyetujui dilakukan tindakan haemodialisa.
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SK/PP/160/XI/2014 0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR e. Plester
f. Masker
2. Perawat cuci tangan dan memakai masker
3. Identifikasi pasien
4. Timbang berat badan
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin
6. Periksa TTV
7. Dekatkan semua alat yang akan dipakai
8. Tentukan lokasi inlet dan outlet
9. Jelaskan kepasien bahwa tindakan akan dimulai
10. Pasang duk sebagai alas lengan pasien
11. Isi spuit 5cc/10cc dengan cairan Nacl 0,9% yang telah diberi
heparin 2000 iu di dalam kom, lalu hubungkan spuit 5cc
tersebut dengan jarum AV Fistula ukuran 1 inch lalu dorong
sampai Nacl 0,9% terisi pada jarum AV Fistula dan pastikan
tidak ada udara
12. Pakai sarung tangan steril
13. Desinfektan lokasi yang akan diakses dengan depper
betadine 10% kemudian dibersihkan dengan depper alkohol
70% dengan cara memutar dari dalam keluar
14. Lakukan akses outlet terlebih dahulu kemudian inlet dan cek
apakah aliran darah lancar dengan cara diaspirasi kemudian
fiksasi dengan plester
15. Lepas spuit 5cc/10cc dari AV Fistula outlet kemudian tutup
16. Lakukan langkah ke 14, 15 untuk akses inlet
17. Lakukan SPO memulai haemodialisa
18. Alat-alat dirapikan kembali, tutup dan simpan bak instrumen
steril untuk tindakan mengakhiri haemodialisis
19. Lepaskan sarung tangan
20. Perawat cuci tangan
21. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
UNIT TERKAIT - Unit Haemodialisa RSU SYLVANI.
AKSES DOUBLE LUMEN CATETER
SK/PP/161/XI/2014 0 1/2
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SK/PP/161/XI/2014 0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR 2. Perawat cuci tangan dan memakai masker
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
4. Periksa Tanda Tanda Vital
5. Dekatkan semua alat yang akan dipakai
6. Desinfeksi pada daerah sekitar dobel lumen cateter dan pada
ujung dobel lumen cateter mula-mula dengan betadine
kemudian dengan alkohol
7. Pakai sarung tangan steril
8. Buka tutup doubel lumen cateter dan letakkan dalam kom
alkohol 70%
9. Buang yang terdapat pada inlet double lumen cateter ke
dalam nierbekken kurang lebih 3cc (dengan spuit 3cc) untuk
mencegah masuknya bekuan darah ke dalam tubuh pasien
10. Isi spuit 10cc dengan Nacl 0,9% yang sudah berisi heparin
2000 iu
11. Bilas inlet dengan satu arah mendorong saja pada double
lumen cateter. Bila heparin sudah masuk darah tidak boleh
ditarik lagi
12. Lakukan hal yang sama dengan nomor 9,10,11 untuk outlet
dobel lumen cateter
13. Lakukan SPO memulai haemodialisa
14. Alat-alat dirapikan kembali, tutup dan simpan bak instrumen
steril untuk tindakan mengakhiri haemodialisa
15. Lepaskan sarung tangan
16. Perawat cuci tangan
17. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
SK/PP/162/XI/2014 0 1/3
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SK/PP/162/XI/2014 0 2/3
RSU SYLVANI
PROSEDUR 1) Kom berisi alkohol 70%
2) Kom berisi betadine 10%
3) Nierbekken (bengkok)
f. Plester
g. Masker
h. Lidocain 2%
2. Penatalaksanaan.
3. Perawat cuci tangan dan memakai masker.
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Periksa tanda tanda vital.
6. Dekatkan semua alat yang akan dipakai.
7. Tentukan lokasi akses inlet, cari arteri femoralis sebagai
patokan. Apabila arteri femoralis sudah teraba tentukan
daerah vena femoralis ± 1 cm ke arah medial dari arteri
femoralis.
8. Desinfeksi lokasi yang akan di akses dengan depper alkohol
70% kemudian dibersihkan dengan depper betadine 10%
dengan cara memutar dari dalam ke luar.
9. Pakai sarung tangan steril .
10. Pasang duk bolong dia area akses femoralis (inlet) dan duk
biasa di area outlet.
11. Lakukan akses outlet :
a. Isi spuit 10cc dengan cairan Nacl 0,9% yang telah diberi
heparin 500-1000 iu di dalam kom, lalu hubungkan spuit
10 cc tersebut dengan jarum AV fistula ukuran 1 inch lalu
dorong sampai Nacl 0,9% terisi pada jarum AV fistula dan
pastikan tidak ada udara.
b. Lakukan akses dan cek apakah aliran darah lancar dengan
cara di aspirasi kemudian fiksasi dengan plester.
c. Lepas spuit 10cc dari AV fistula outlet kemudian tutup.
12. Lakukan akses inlet :
a. Lakukan anastesi lokal dengan menggunakan lidocain 2%
di daerah vena femoralis
AKSES HAEMODIALISA VENA FEMORALIS
SK/PP/162/XI/2014 0 3/3
RSU SYLVANI
PROSEDUR b. Isi spuit 10 cc dengan cairan Nacl 0,9 % yang telah diberi
heparin 2000 iu di dalam kom, lalu hubungkan spuit 10 cc
tersebut dengan jarum AV fistula ukuran 1 ¼ inch lalu
dorong sampai Nacl 0,9 % terisi pada jarum AV fistula dan
pastikan tidak ada udara.
c. Lakukan akses dan cek apakah aliran darah lancar dengan
cara di aspirasi kemudian fiksasi dengan plester.
d. Lepas spuit 10cc dari jarum AV fistula inlet kemudian
tutup.
13. Lakukan SPO memulai haemodialisa.
14. Alat-alat dirapikan kembali, tutup dan simpan bak instrumen
steril untuk tindakan mengakhiri haemodialisa.
15. Lepaskan sarung tangan.
16. Perawat cuci tangan.
17. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
SK/PP/163/XI/2014 0 1/3
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
.
No Revisi Halaman
0 2/3
RSU SYLVANI
PROSEDUR c. Temperatur 36-37 0C.
d. Natrium base 139 mEq (standar) atau sesuai kebutuhan.
8. Set program haemodialisa sesuai resep haemodialis.
a. Set waktu haemodialisa.
b. Set ultrafiltrasi sesuai dengan kebutuhan atau sampai
tercapai berat badan kering ( dry weight) .
c. Set program profilling ultrafiltrasi / natrium bila diperlukan.
9. Matikan pompa darah.
10. Tutup klem blood laine merah yang terhubung dengan selang
Nacl 0,9%.
11. Tutup klem blood laine merah dan biru. Lepaskan sambungan
blood line merah dan biru.
12. Blood line merah dihubungkan dengan akses inlet pasien
( dengan menggunakan kassa steril sebagai alas ).
13. Ujung blood line biru dihubungkan dengan gelas ukur.
14. Buka klem blood line merah dan klem akses inlet pasien.
15. Jalankan pompa darah dengan kecepatan 100-150 ml/menit.
16. Tampung cairan priming di gelas ukur.
17. Apabila darah sudah mencapai blood line biru, matikan pompa
darah dan tutup klem blood line biru secara bersamaan.
18. Ujung blood line biru dihubungkan dengan akses outlet pasien
( dengan menggunakan kassa steril sebagai alas, pastikan
tidak ada gelembung udara yang masuk ).
19. Buka klem blood line biru dan klem akses outlet.
20. Blood line merah dan biru difiksasi sesuai dengan kebutuhan
( tidak menyulitkan dan aman bagi pergerakkan pasien ).
21. Buka klem arterial dan venous pressure.
22. Naikan kecepatan pompa darah perlahan-lahan sampai
kecepatan 200-250 ml/menit.
23. Balikkan posisi dializer merah diatas dan biru dibawah.
24. Bebaskan udara yang timbul saat membalik dialiser .
25. Berikan heparin jam ke 1 ( dosis sesuai kebutuhan ).
26. Lepaskan sarung tangan
PROSEDUR MEMULAI HAEMODIALISA PADA AKSES AV
SHUNT, FEMORALIS DAN DOUBLE LUMEN CATETER
SK/PP/164/XI/2014 0 1/2
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SK/PP/164/XI/2014 0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR 4) Air detector
5) Heparin pump/heparin intermiten
b. Dialisat monitor
1) Dialisat flow ( QD )
2) Blood leak detector
3) TMP
4) Temperatur dialysat
5) Conductivity
5. Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan
6. Perawat mencuci tangan
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
PENGERTIAN Bed side monitor adalah alat yang digunakan untuk mengukur
dan menampilkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien
diantaranya tekanan darah, gelombang EKG, kecepatan denyut
jantung, kecepatan pernafasan, suhu tubuh dan saturasi oksigen.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk petugas dalam
mengoperasikan dan memelihara alat Bed side monitor guna
menjamin keselamatan pasien dan petugas serta menurunkan
biaya perbaikan.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSU SYLVANI Nomor : SK/45/XI/2014
tentang pelayanan Haemodialisa di RSU SYLVANI Medan
SPO/PP/165/XI/2014 0 2/2
RSU SYLVANI
SPO/PP/166/XI/2014 0 1/2
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR 10. Hidupkan alat dengan menekan / memutar tombol “ON/OFF”
ke posisi ON
11. Lakukan kalibrasi
12. Atur selector pada posisi standar
13. Oleskan jelly pada pasien secukupnya
14. Pasang strap dan chest elektroda pada kabel sadapan
15. Pasang strap dan chest elektroda pada pasien
16. Pilih program AUTO atau MANUAL kemudian START
17. Lakukan pemeriksaan
18. Tuliskan nama pasien, nomor rekam medik, tanggal, dan
waktu pemeriksaan pada lembar kertas hasil pemeriksaan
19. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ke posisi
OFF
20. Lepaskan alat dari jaringan listrik
21. Lepaskan kabel grounding
22. Lepaskan strap dan chest elektroda
23. Bersihkan sisa jelly pada pasien
24. Bersihkan kabel sadapan, strap elektroda, chest elektroda
25. Simpan kembali pada tempatnya
26. Perawat mencuci tangan
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SK/PP/169/XI/2014 0 1/2
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
PENGERTIAN Clotting Dializer adalah darah yang membeku dan berada pada
dializer bagian kompartemen darah.
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
PENGERTIAN Mati aliran listrik adalah terputusnya aliran listrik dari sumber
listrik ke mesin haemodialisa.
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SPO/PP/177/XI/2014 0 1/2
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
PENGERTIAN Kejang otot (kram) adalah timbulnya kejang otot pada pasien
yang sedang menjalani hemodialisis atau sesudah nya.
Penyebab Kejang otot:
1. Penarikan cairan (ultrafiltrasi) melebihi berat badan kering.
2. Penarikan cairan (ultrafiltrasi) dalam waktu cepat meskipun
berat badan kering belum tercapai.
3. Hipokalsemia.
SPO/PP/177/XI/2014 0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR 9. Lakukan penyuluhan kepada pasian supaya kenaikan berat
badan interdialitik tidak terlalu besar
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
SPO/PP/182/XI/2014 0 2/3
RSU SYLVANI
PROSEDUR d. Alkohol 70 %
e. Betadin 10 %
f. Plester
2. Perawat mencuci tangan.
3. Pakai sarung tangan.
4. Identifikasi pasien.
5. Lepaskan selang infuse NaCI 0,9% dari blood line kemudian
beri sambungan.
6. Stop pompa darah.
7. Tutup klem blood line inlet dan klem dobel lumen inlet.
8. Lepaskan blood line inlet dari dobel lumen inlet.
9. Sambungan blood line inlet dengan selang infuse NaCl 0,9%
10. Buka klem blood line inlet dan roll klem selang infus NaCl 0,9%
11. Jalankan pompa darah 100-150 ml/menit, masukan darah
kedalam tubuh pasien sampai bersih
12. Stop pompa darah
13. Tutup klem blood line outlet dan klem double lument outlet
14. Tutup klem blood line inlet dan roll klem selang infuse NaCl
0,9%
15. Ukur tekanan darah pasien
16. Lepaskan blood line outlet dari double lumen outlet
17. Ganti sarung tangan dengan yang steril
18. Bersihkan ujung doubel lumen dengan kassa alkohol
19. Masukan NaCl 0,9% + heparin ke dalam inlet dan outlet double
lumen sampai bersih dengan spuit 5cc setelah cairan NaCl
0,9% masuk, darah tidak boleh ditarik lagi (gerakan 1 arah
mendorong saja)
20. Pasang tutup double lumen
21. Lepaskan klem double lumen
22. Balut double lumen dengan kassa steril
23. Simpan blood line pada tempat yang sudah disediakan
24. Rapihkan alat-alat
25. Lepaskan sarung tangan
PROSEDUR MENGAKHIRI HEMODIALISIS PADA AKSES
DOUBLE LUMEN CATETER
SPO/PP/182/XI/2014 0 3/3
RSU SYLVANI
PROSEDUR 26. Perawat cuci tangan
27. Timbang berat badan pasien
28. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
SPO/PP/185/XI/2014 0 1/2
RSU SYLVANI
Ditetapkan Oleh :
DIREKTUR RSU SYLVANI
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
dr. Dovi Camela Sitepu, M. Kes
SPO/PP/185/XI/2014 0 2/2
RSU SYLVANI
PROSEDUR komputer.
7. Selesai HD pasien dijemput kembali oleh perawat / petugas
ruangan tempat pasien dirawat.
8. Bila sarana HD saat itu penuh, tetap menjalani terapi
konservatif sambil menunggu pelayanan HD berikutnya.
9. Biaya tindakan HD cito sesuai dengan pola tarif yang berlaku.
10. Dokter jaga / perawat ruangan menghubungi ruang HD untuk
pelayanan HD cito.
11. Bila tempat tersedia, perawat ruang HD menyiapkan tempat,
alat dan sarana pasien HD cito.
12. Perawat HD memanggil pasien dan memberikan pelayanan
HD.
13. Billing atau perawat menginput pelayanan tindakan HD cito di
komputer.
14. Selesai HD pasien dijemput kembali oleh perawat / petugas
ruangan tempat pasien dirawat.
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
PROSEDUR 1. Peralatan.
a. Catatan medik.
b. Catatan hasil pemeriksaan penunjang medis.
c. Surat pernyataan persetujuan tindakan.
2. Prosedur.
a. Setelah pasien dinyatakan menderita penyakit yang
memerlukan tindakan Hemodialisa yang bersifat Cito (Bisa
mengancam jiwa) atau terencana.
PENGISIAN SURAT PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
HAEMODIALISA UNTUK PASIEN YANG TIDAK PUNYA
JADWAL
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014
Ditetapkan Oleh :
STANDAR PROSEDUR DIREKTUR RSU SYLVANI
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO) 10 November 2014