Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN BUNUH DIRI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya

sendiri dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang

mungkin pada waktu yang singkat(W.F.Maramis, 1992).


b. Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan

(Budi Anna Keliat, 1993)


c. Bunuh diri adalah tindakan sengaja bunuh diri sendiri. Menyakiti diri adalah istilah

yang lebih luas mengacu pada disengaja keracunan diri sendiri secara sengaja atau

cedera, yang mungkin tidak memiliki niat fatal atau hasil (WHO, 2014)
Jadi, Bunuh diri adalah perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang

bertujuan untuk mengakhiri hidup dan menyakiti diri sendiri.


2. Kategori bunuh diri (Stuart, 2007)
1. Bunuh diri langsung
Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri

hidup seperti pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri, melompat dari

tempat yang tinggi, menenggelamkan diri, dll.


2. Bunuh diri tidak langsung
Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk

mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat,

makan berlebihan, aktivitas seks bebas, ketidakpatuhan terhadap program medis, atau

olahraga atau pekerjaan yang membahayakan yang dilatar belakangi oleh adanya

tekanan psikologis.

3. Perilaku resiko bunuh diri


Menurut Stuart (2013), perilaku bunuh diri biasanya dibagi ke dalam kategori ide

bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.
1. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri, ide bunuh diri bisa

pasif ketika hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk bertindak atau aktif

ketika ada pemikiran dan rencana yang menyebabkan kematian.


2. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung, verbal

atau non verbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri hidupnya. Orang

dengan ancaman bunuh diri dapat membuat pernyataan seperti berikut :


“ Apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi?”
“ Saya tidak akan berada disini lebih lama lagi”
“ Tidak ada yang bisa saya lakukan lagi”
Juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan harta berharga,

membuat surat wasiat atau pengaturan pemakaman, atau menarik diri dari

persahabatan dan kegaitan positif.


3. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat

menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.


4. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak

ditemukan tepat pada waktunya.


4. Skala
Skala Intensitas bunuh diri (S I R S)
1. Score 0
Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
2. Score 1
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak menganacam bunuh diri.
3. Score 2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.

4. Score 3
Mengancam bunuh diri, misal : Tinggalkan saya atau saya bunuh diri.
5. Score 4
Aktif mencoba bunuh diri
5. Psikodinamika
a. Etiologi bunuh diri digolongkan dalam beberapa unsur
1) Etiologi bunuh diri pada anak
Pelarian dari penganiayaan atau perkosaan, situasi keluarga yang kacau,

perasaan tidak disayang atauselalu tidak dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina

disekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.


2) Penyebab bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan

interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan ayng

tidak dimengerti orang lain, kehilangaan orang yang dicintai, keadaan fisik,

masalah dengan orang tua, masalah seksual, depresi.


3) Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak,

kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua,

kompetensi untuk sukses.


4) Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari mandiri ketergantungan, penyakit yang menurunkan

kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti didalam masyarakat, kesepian dan

isolasi sosial, kehilangan ganda (pekerjaan, serta pasangan), sumber hidup

berkurang.

b. Faktor determinan
1) Kebudayaan
Kebudayaan mempengaruhi niat dan tekad seseorang individu untuk

mempengaruhi hidupnya dan merupakan faktor penting yang mempengaruhi hal

bunuh diri disamping kedudukan sosial dan ekonomi dan situasi eksterm yang

merugikan.
2) Jenis kelamin
Angka bunuh diri pada wanita lebih besar dari pria, disemua Negara. Angka

perbandingannya mencapa 3:1.


3) Umur
Angka bunuh diri meningkat dengan bertambahnya usia, kurvanya menunjukkan

garis lurus yang mendaki. Angka bunuh diri berbanding lurus dengan
peningkatan usia, namun beberapa mengungkapkan angka meningkat pada

usia15-30 tahun.
4) Status perkawinan
Frekuensi bunuh diri lebih kecil pada mereka yang sudah menikah, terutam yang

sudah mempunyai anak dibandingkan mereka yang belum berkeluarga, janda

maupun cerai.
c. Faktor Predisposisi
1) Genetik
Perilaku bunuh diri menurut sherlock dan sadock (20110) serta
varcarolis dan halter (2010), merupakan suatu yang diturunkan dalam
keluarga kembar monozigot memiliki resiko lebih tinggi melakukan bunuh
diri (stuart,videback 2011). Selanjutnya riwayat keluarga bengan bunuh diri
secara signifikan berperan sebagai faktor resiko terhadap perilaku destruktif
terhadap diri sendiri stuart (2011)
2) Hubungan neurokimia
Neurotransmitter adalah zat kimia otak yang ditransmisikan dari dan ke
sel-sel saraf. Peningkatan atau penurunan neurotransmiter akan berakibat
perubahan pada perilaku bunuh diri adalah dopamine, norepineprin,
asetilkolin, asam amino ,dan GABBA (stuart,2011). Berdasarkan hasil
penelitian, menunjukan bahwa bunuh diri berhubungan dengan kadar
serotonin akan memfasilitasi adaptasi respon emosi (stuart,2011). Bunuh diri
menurut fortaine (2009) juga berhubungan dengan trauma diotak,adanya
riwayat cedera kepala mempengaruhi perilaku agresif,impulsive yang bisa
terjadi pada anak dan orang dewasa. Bukti yang berkembang menunjukan
asosiasi antara bunuh diri atau kecenderungan bunuh diri diesebabkan oleh
rendahnya tingkat serotonin neurotransmiter otak (stuart,2013).
3) Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri mengalami gangguan jiwa empat gangguan jiwa yang membuat individu
beresiko untuk bunuh diri adalah gangguan mood,penyalahgunaan
zat,skizoprenia,dan gangguan kecemasan.

d. Rentang respon berhubungan dengan bunuh diri


Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif sampai respon

maladptife pada bunuh diri.

respon adaptif
menghargai diri respon maladaptive
bunuh diri
berani mengambil merusak diri sendiri
resiko dalam me- secara langsung
ngembangkan diri

dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor. Respon individu

terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat

stress yang dialami. Individu yang sehat akan senantiasa berespon secara adaptif dan

jika gagal ia berespon secara maladaptive dengan menggunakan koping bunuh diri.
e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk menaggulabgi stress.

Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah

langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidaknya orang yang

hendak melakukan bunuh diri egoistic atau anomik berada dalam keadaan patologis.

Mereka semua yang mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi dari yang

ringan sampai berat perlu dibantu. Pencegahan bunuh diri altruistic boleh dikatakan

tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah.


1. Seseorang dapat mengatasi risiko bunuh diri dengan menggunakan sumber
koping internal dan eksternal yang tersedia (Stuart, 2013). Sumber koping terdiri
atas kemampuan personal, dukungan sosial, aset material, dan keyakinan. Empat
komponen tersebut dapat membantu seseorang dalam mengintergrasikan
pengalaman penuh tekanan dan belajar tentang mekanisme koping yang adaptif,
ketidakseimbangan pada empat komponen sumber koping akan menyebabkan
perilaku yang negatif dalam mengontrol risiko bunuh diri. Pada klien dengan
risiko bunuh diri kemampuan personal yang harus dimiliki meliputi kemampuan
secara fisik dan mental (Stuart, 2011, Videback, 2011).
2. Kemampuan sehat secara fisik teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat.
Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif, afektif, perilaku, dan sosial.
Kemampuan kognitif meliputi mengidentifikasi masalah, menilai dan
menyelesaikan masalah. Kemampuan afektif meliputi kemampuan untuk
meningkatkan konsep diri terkait adanya masalah. Kemampuan perilaku terkait
dengan kemampuan melakukan tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan
stressor yang dialami (Stuart, 2011). Seluruh kemampuan ini digunakan dalam
rangka mengontrol kondisi risiko bunuh diri yang dirasakan oleh klien.
Sumber dukungan sosial pada klien dengan risiko bunuh diri meliputi
dukungan dalam membantu klien mengontrol perasaan sedih berkepanjangan.
Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan fisik dan psikologis.
Dukungan fisik diperoleh dari keterlibatan aktif keluarga, kader, dan significant
other dalam membantu klien mengontrol perasaan. Apabila dukungan sosial
tidak terjadi maka yang muncul adalah hubungan kurang baik dengan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, kurang terlibat dalam organisasi
sosial/kelompok sebaya, serta ada konflik nilai budaya (Stuart, 2011).
3. Aset material yang dapat diperoleh klien dengan risiko bunuh diri meliputi
dukungan finansial yang membantu perawatan klien di rumah sakit, meliputi
ketersediaan dana baik dari asuransi maupun tabungan. Tidak terpenuhinya aset
material seperti penghasilan kurang, sulit memperoleh pelayanan kesehatan, tidak
memiliki pekerjaan/posisi akan berpotensi menimbulkan risiko bunuh diri pada
klien akibat tidak optimalnya sumber koping yang dimiliki oleh klien.
4. Keyakinan positif pada klien dengan risiko bunuh diri diperoleh dari keyakinan
klien terhadap kondisi kesehatan dan kemampuan diri dalam mengontrol
perasaan sedih berkepanjangan yang dirasakan. Adanya keyakinan yang positif
akan berpotensi meningkatkan motivasi klien untuk menggunakan mekanisme
koping yang adaptif. Sebaliknya keyakinan yang negatif akan meningkatkan
risiko bunuh diri yang dialami oleh klien dan jelas berpotensi menimbulkan
perilaku maladaptif pada klien. Pada klien risiko bunuh diri umumnya tidak
memiliki kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional. Orang dengan
risiko bunuh diri ini cenderung menghindar (Stuart, 2011, Videback, 2011,
Sadock & Sadock, 2010).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri difokuskan pada pencegahan bunuh

diri. Pencegahan dapat dicapai karena semua individu tetap ingin hidup dan tidak ada

yang seratus persen ingin mati. Pengkajian tingkah laku bunuh diri termasuk aplikasi

observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik serta

rencana yang spesifik.


Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan

tingkat resiko dari tingkah laku bunuh diri. Untuk ini ada beberapa pendapat dan petunjuk

yang dipilih perawat sebagai berikut:


1. Data subjektif :
Pasien mungkin mengungkapkan tentang :
a) Merasa hidupnya tak berguna lagi
b) Ingin mati
c) Pernah mencoba bunuh diri
d) Mengancam bunuh diri
e) Merasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya
2. Data objektif :
a) Ekspresi murung
b) Tidak bergairah
c) Banyak diam
d) Ada bekas percobaan bunuh diri (Kemenkes, 2012)
2. Perencanaan
Perencanaan meliputi penentuan diagnosis keperawatan, tujuan dan intervensi

keperawatan. Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan pada keadaan gawat darurat

adalah sebagai berikut:


a. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri
b. Potensial untuk bunuh diri
c. Koping yang tidak efektif
d. Isolasi sosial
e. Gangguan konsep diri: Perasaan tidak berharga
Tujuan utama asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri pada keadaan darurat adalah

mrlindungi keselamatan klien atau mencegah terjadinya bunuh diri dan membantu klien

mengganti koping yang destruktif dengan konstruktif. Contoh perumusan tujuan adalah:

Tujuan jangka panjang:

Dua minggu sebelum pulang dari rumah sakit, klien dapat mengontrol diri untuk tidak

bunuh diri

Tujuan jangka pendek:

a. Dalam waktu 3 hari klien tetap bersama staf secara sukarela


b. Dalam waktu 1 minggu klien akan memberitahu staf jika ada perasaan atau

dorongan untuk merusak diri


c. Dalam 2 minggu klien dapat menuliskan 3 hal positif tentang dirinya.

Diagnosa keperawatan SP/Kemampuan klien


Resiko bunuh diri SP 1 :
1. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri,
isyarat, ancaman, percobaan (jika percobaan
segera dirujuk)
2. Identifikasi benda-benda berbahaya dan
mengamankannya (lingkungan aman untuk
pasien)
3. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan
bunuh diri : buat daftar aspek positif diri
sendiri, latihan afirmasi/berfikir positif yang
dimiliki
4. Masukan pada jadwal latihan berfikir positif
5x/hari
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri
sendiri, beri pujian, kaji ulang resiko bunuh
diri.

2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan


bunuh diri : buat aspek daftar positif keluarga
dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir positif
keluarga dan lingkungan

3. Masukan jadwal latihan berfikir positif tentang


diri, keluarga dan lingkungan

SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang
keluarga dan lingkungan. Beri pujian. Kaji
resiko bunuh diri
2. Diskusikan harapan dan masa depan
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa
depan
4. Latih cara-cara mencapai harapan dan masa
depan secara bertahap
5. Masukan pada jadwal latihan berfikir positif
tentang diri, keluarga dan lingkungan kegiatan
yang dipilih

SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan serta kegiatan yang
dipilih. Beri pujian
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa
depan
3. Masukkan jadwal pada latihan berfikir positif
pada diri, keluarga, serta kegiatan yang dipilih
untuk persiapan masa depan

SP 5 s.d 12 :
1. Evaluasi kegiatan latihan peningkatan positif
diri, keluarga dan lingkungan. Beri pujian
2. Evaluasi tahapan kegiatan mencapai harapan
masa depan
3. Latih kegiatan harian
4. Nilai kemampuan yang telah mandiri
5. Nilai apakah resiko bunuh diri teratasi

3. Intervensi
a. Melindungi
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya.

Tempatkan klien ditempat yang aman, buka diisolasi serta semua tindakan dijelaskan

pada klien. Pengawasan selama 24 jam harus dilakukan pada klien resiko tinggi

bunuh diri. Kecenderungan bunuh diri yang ada di masyarakat memerlukan bantuan

yang segera.
b. Meningkatkan harga diri
Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Dengan

menyediakan waktu bagi klien akan menujukkan bahwa klien penting untuk ditindak

lanjuti. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negative, berikan pujian

pada hal yang positif. Bersama klien identifikasi sumber kepuasan dan rencana

aktivitas yang meningkatkan keberhasilan intervensi.

c. Menguatkan koping konstrukti atau sehat


Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian dan

penguatan pada koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu
dimodifikasi atau diganti dengan koping baru yang sehat, misalnya klien yang sering

marah bisa dibimbing dengan lastihan asertif.


d. Menggali perasaan
Perawat membantu klien untuk mengenal perasaannya, bersama-sama mencari faktor

predisposisi yang mempengaruhi perilaku klien. Dengan mengenal penyebab

perilaku klien maka klien dapat mengubahnya pada masa yang akan datang.
e. Menggerakkan dukungan sosial
Biasanya klien yang mempunyai kecenderungan bunuh diri atau kurang dukungan

sosial. Untuk itu, perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien,

keluaarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan dimasyarakat dapat membantu

mengontrol perilaku klien


4. Evaluasi
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang

tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan

modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi

rencana sangat membantu pencapaian tujuan asuhan keperawatan.


Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat

melindungi diri sendiri, melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat

mengembangkan alternative pemecahan masalah bunuh diri.

SP 1 Klien : Melindungi klien dari pencobaan bunuh diri.


Peragakan komunikasi dibawah ini.
Fase orientasi:
“Selamat pagi Anto, kenalkan nama saya adalah perawat Beti yang akan bertugas di

ruang melati ini, saya berdinas pagi dari jam 7 sampai 2 siang”
“bagaimanaperasaan Anto hari ini?”
“bagaimana kalu kita bercakap-cakap tentang apa yang Anto rasakan selama ini? Dimana

dan jam berapa kita akan bicara?”


Fase Kerja:
”Bagaimana perasaan Anto setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini anda

merasa paling menderita didunia ini? Apakah Anto kehilangan kepercayaan diri? Apakah

merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah Anto merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Anto sering

mengalami sulit berkonsentrasi? Apakah anto berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin

bunuh diri, atau berharap bahwa Anto mati? Apakah Anto pernah mencoba bunuh diri?

Apa sebabnya? Bagaimana caranya? Apa yang Anto rasakan?” (jika pasien

menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan

untuk melindungi klien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah Anto tampaknya Anto

membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup, saya

perlu memeriksa seluruh isi kamr Anto ini untuk memastikan tidak ada benda-benda

yang membahayakan Anto”)


“Nah Anto, karena Anto tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk

mengakhiri hidup Anto, maka saya tidak akan membiarkan Anto sendiri”.
“Apa yang Anto lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul

maka untuk mengatasinya Anto harus langsung minta bantuan kepada perawat diruangan

ini dan juga keluarga, ataun teman yang sedang besuk. Jadi Anto jangan sendirian ya,

katakana pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri

kehidupan”.
“Saya percaya Anto dapat mengatasi masalah, Oke Anto!”
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan Anto sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin

bunuh diri?”
“coba anto sebutkan lagi cara tersebut!”
“Saya akan menemani Anto terus sampai keinginan bunuh diri hilang” (jangan tinggalkan

pasien).
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:

CV.Trans Info Media

Kellat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan profesional jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai