Anda di halaman 1dari 14

PEMILIHAN TEKNOLOGI STERILIZER PADA PABRIK

KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL


HIERARCHY PROCESS

Subiyanto
Pusat Audit Teknologi, Gedung Manajemen BPPT, Kawasan Puspiptek - Serpong, Tangerang Selatan-Banten 15314

E-mail: biyan_to2003@yahoo.com

Abstrak
Sejalan dengan peningkatan luas kebun sawit, jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) di
Indonesia meningkat dari 205 unit tahun 1998 menjadi 695 unit tahun 2012. Teknologinya juga mengalami
perkembangan (inovasi), dan salah satunya adalah alat rebusan (sterilizer) tandan buah segar (TBS), yaitu
dari model horisontal ke vertikal, dan dari sistem batch ke kontinyu. Kajian ini menganalisis penetapan
prioritas (priority setting) dalam pemilihan teknologi rebusan TBS yang sesuai dengan tujuan pengguna,
dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan karena mudah
dipahami dan mampu menyederhanakan persoalan komplek ke dalam struktur keputusan yang sederhana.
Dari tiga jenis produk teknologi yang dianalisis, hasilnya menunjukkan bahwa urutan prioritasnya adalah
sterilizer model vertikal dengan tingkat prioritas 0,366, kemudian diikuti dengan model horisontal (0,335)
dan model kontinyu (0,299).

Kata Kunci: penentuan prioritas, sterilizer, pabrik kelapa sawit, metode AHP

Abstract
In Indonesia, the increasing area of palm oil plantation has been followed by the increasing number
of palm oil mills from 205 units in 1998 to 695 units in 2012. The palm oil mill technology has also been
developed, and one of them is fresh bunch sterilizer. The technology of sterilizer changed from horizontal to
vertical, and the system improved from batch to continuous. This study analyze the determination of priority
in selecting sterilizer technology by using Analytical Hierarchy Process (AHP) method. The advantages of
AHP method are easy to understand and useful for decomposing a complex problems into a simple hierarchy
of decision problem. According to the evaluation of three alternatives by using AHP, it shows that the priority
order of the sterilizer models is respectively vertical, horizontal, and continuous with overall weight 0.366,
0.335, and 0.299 respectively.

Keywords : priority determination, sterilizer, palm oil mills, AHP

PENDAHULUAN pangsa sekitar 46% (Bisnis Indonesia, 2011). Fadli


Latar Belakang Hasan (2014) dari Gabungan Pengusaha Kelapa
Kelapa sawit merupakan komoditas yang Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa
pertumbuhannya paling pesat di antara produksi CPO tahun 2012 mencapai 26,5 juta ton,
komoditas perkebunan lainnya di Indonesia. Pada sedangkan pada tahun 2013 diprediksi mencapai
periode 1995-2009, produksi CPO tumbuh rata- 26 juta ton atau turun 1,9% dibandingkan tahun
rata 13 % per tahun, dari 4,48 juta ton tahun 1995 2012.
menjadi 19,5 juta ton tahun 2009 (Oil World, 2010). Seiring dengan kenaikan produksi CPO,
Indonesia Commodity and Derivatives Exchange jumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) juga
(ICDX) melaporkan bahwa dengan produksi CPO meningkat dari 205 unit tahun 1998 menjadi
sekitar 23,5 juta ton pada tahun 2011, Indonesia 320 unit tahun 2004, dan 477 unit tahun 2006,
menjadi produsen CPO nomor satu dunia dengan atau naik sekitar 13% per tahun (DMSI, 2008).

159
Ditjen Perkebunan (2012) melaporkan bahwa Permasalahannya, sarana, sistem dan
pada tahun 2010, jumlah PKS telah mencapai efisiensi kerja, serta keekonomian ketiga jenis
608 unit dengan total kapasitas sebesar 34.284 teknologi berbeda, dan setiap produsen/vendor
ton TBS/jam, sementara Creative Data Make alat mengklaim kelebihan dari produknya
Investigation & Research (CDMI) Consulting masing-masing. Di lain pihak, PKS sebagai
Group melaporkan bahwa jumlah PKS nasional pengguna teknologi menginginkan sterilizer yang
pada tahun 2012 sebanyak 695 unit dan tahun terbaik karena perannya yang sangat vital dalam
2013 diperkirakan menjadi 713 unit dengan total proses pengolahan CPO. Selama ini, pemilihan
kapasitas 34.628 ton TBS/jam (CDMI, 2014). teknologi yang dilakukan oleh manajemen PKS
Perkembangan jumlah PKS juga diikuti umumnya menggunakan pendekatan pragmatis,
dengan peningkatan teknologi. Pada tahun 1998, yaitu dengan melihat apa yang telah dilakukan
kapasitas olah rata-rata per unit PKS sekitar oleh PKS lain. Studi ini dimaksudkan untuk
39 ton TBS/jam, kemudian pada tahun 2004 mendiskusikan metode pemilihan teknologi
meningkat menjadi 42 ton TBS/jam, dan pada sterilizer yang lebih ilmiah dan komprehensif,
tahun 2010 menjadi sekitar 56 ton TBS/jam, dengan tujuan menghitung peringkat prioritas
atau tumbuh sekitar 4% per tahun (Subiyanto, (priority setting) atas ketiga jenis teknologi
2011). Teknologi prosesnya juga telah mulai sterilisasi tersebut.
bergeser dari semula sistem batch mengarah ke
kontinyu. Metode
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, salah Urgensi Penggunaan AHP
satu tahapan yang paling penting adalah perebusan A n a l isis pr ior it a s d a l a m st ud i i n i
tandan buah segar (TBS) atau sterilisasi, karena menggunakan model Multi-Criteria Decision
sangat menentukan jumlah (rendemen) dan Making (MCDM) yang diaplikasikan ke dalam
kualitas minyak (CPO) yang dihasilkan. Secara metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang
teknis, perebusan TBS dilakukan pada bejana dikembangkan oleh Saaty (1993). Metode AHP
bertekanan (sterilizer) dengan menggunakan dipilih dengan pertimbangan bahwa keputusan
steam. Menurut Pahan (2007), perebusan TBS pemilihan teknologi (sterilizer) merupakan bagian
bertujuan untuk memudahkan pelepasan dari rencana strategis perusahaan, dan dasar
berondolan dari janjangan, mematikan aktivitas keputusannya melibatkan beberapa kriteria yang
enzim penstimulir kenaikan asam lemak bebas, terukur maupun tidak terukur (tangible and
memudahkan pemisahan daging buah dari intangible). Di lain pihak, di antara keandalan
biji, mempermudah proses pemisahan molekul metode AHP adalah fleksibilitasnya dalam
minyak dari daging buah, serta menurunkan mengakomodasi data dan informasi, baik yang
kadar air dan merupakan proses pengeringan bersifat kuantitatif (terukur) maupun kualitatif
awal terhadap biji. Saat ini di Indonesia terdapat (tidak terukur). Selama ini pemilihan teknologi
tiga alternatif teknologi sterilizer, yaitu model yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya
horisontal, vertikal, dan kontinyu. Sampai dengan lebih banyak menggunakan parameter ekonomi,
pertengahan dekade 2000 - 2010, perebusan TBS dengan dukungan data yang bersifat kuantitatif.
semua PKS di Indonesia masih menggunakan Persaingan bisnis semakin ketat, sehingga
sterilizer model horisontal. Setelah itu mulai diperlukan penyelarasan antara strategi teknologi
dikenalkan teknologi sterilizer model vertikal. dengan strategi bisnis jangka panjang. Karena
Kedua model ini bekerja dengan sistem batch. itu penentuan jenis teknologi tidak cukup hanya
Terakhir muncul sterilizer yang bekerja secara didasarkan kepada parameter ekonomi saja, dan
kontinyu, yang diintroduksi dari Malaysia. AHP menjadi pilihan tool yang dapat mendukung

160 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172
penyelarasan antara strategi teknologi dan perusahaan pengelola PKS yang sedang
strategi bisnis tersebut (Ahmadabadi et al., 2013, merencanakan membangun/menambah PKS
Moreno-Jiménez et al., 2012). baru. Panelis terdiri dari 9 orang praktisi yang
Analisis pemilihan teknologi menggunakan juga merepresentasikan expert (di bidang teknik,
metode AHP sudah banyak dilakukan di luar manajemen, dan bisnis) dan dibantu oleh 2 orang
negeri, seperti yang dilakukan oleh Montenegro et tenaga ahli yang sekaligus menjadi fasilitator
al. (2013) di bidang teknologi industri kakao, Kim penerapan metode AHP. Beberapa data teknis
(2012) dibidang teknologi informasi, Abu Samah et lainnya bersumber dari prospektus pabrikan alat
al. (2011) di bidang teknologi lingkungan, dan Al- dan data sekunder.
Hawari et al. (2011) di bidang teknologi elektronik.
Di dalam negeri, penggunaan metode AHP untuk Model Analisis
mengevaluasi efisiensi teknologi gas buang Diag ra m a lir aplikasi metode A HP
rumah tangga ramah lingkungan juga dilakukan ditunjukkan pada Gambar 1. Prinsip-prinsip
oleh Moengin (2013). Penggunaan metode AHP yang digunakan dalam penerapan metode AHP
dalam industri kelapa sawit sudah dilakukan oleh menurut Saaty (1993) dan Saaty (2008) meliput:
beberapa peneliti dengan tujuan aplikasi yang (a) pemecahan/ penyederhanaan masalah
berbeda-beda, tetapi belum ada yang bertujuan (decomposition), (b) penilaian perbandingan
untuk pemilihan teknologi. Fibrian dkk. (2011) (comparative judgment), (c) konsistensi yang logis
menggunakan metode AHP untuk menganalisis (logical consistency), dan (d). sintesa prioritas
optimasi pemanfaatan tandan kosong (limbah) (synthesis of priority). Penjelasan lanjutan tentang
kelapa sawit, sementara Hidayat dkk. (2012) prinsip AHP disampaikan pada uraian berikut.
dan Hadiguna (2012) menggunakannya untuk
Penyederhanaan Permasalahan
menilai kinerja rantai pasok pada industri kelapa
Penyederhanaan permasalahan (pemilihan
sawit.
teknologi sterilizer) dilakukan dengan membuat
Pendekatan Analisis struktur permasalahan sedemikian rupa
sehingga sistematis dan realitasnya mudah
Analisis dalam kajian ini menggunakan
dipa ha mi. Ca ra nya denga n mela kuka n
kriteria teknis-teknologi dan bisnis. Kriteria
decomposition, yaitu memecah realitas yang
teknis-teknologi dimaksudkan untuk melihat
melingkupi ke dalam beberapa gugusan yang
kebutuhan, persyaratan teknologi, dan kendala
homogen (dapat dibandingkan), dan membagi
operasional yang dihadapi pengelola PKS untuk
lagi gugusan ini menjadi gugusan-gugusan yang
masing-masing model teknologi sterilisasi, serta
lebih kecil sehingga terbentuk suatu gambaran
kaitannya dengan kualitas dan kuantitas produk/
dalam bentuk hirarki yang lengkap. Langkah
output yang dihasilkan. Sementara kriteria
ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan
bisnis dimaksudkan untuk melihat prospek ke-
dari kasus yang dibahas secara lebih rinci serta
tiga jenis teknologi dari sisi biaya-manfaat, serta
untuk menjelaskan hubungan atau keterkaitan
pertimbangan strategis lain yang terkait bagi
dari masing-masing gugusan tersebut, baik
kelangsungan usaha.
secara horisontal maupun vertikal. Karena itu
Data teknis-teknologi untuk ketiga jenis
hirarki yang dihasilkan disebut dengan struktur
produk teknologi sterilizer dikumpulkan dari
keputusan.
hasil survey pada 3 unit PKS di Sumatera Utara
yang dikelola BUMN dan 1 unit PKS swasta di Penilaian Perbandingan
Riau. Survey dilakukan pada bulan Pebruari- Penilaian perbandingan (Comparative
Juni 2012. Sedangkan data dan informasi Judgment) yaitu membandingkan setiap elemen
terkait manajemen dan bisnis dikumpulkan dengan elemen lainnya pada setiap tingkat
dari hasil diskusi panel dengan manajemen hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh

Subiyanto: Pemilihan Teknologi Sterilizer pada Pabrik Kelapa Sawit 161


maka kuantifikasi penilaian dilakukan dengan
menggunakan skala komparasi sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 1.
Perbandingan berpasangan ( pairwise
comparison) disusun dalam format matriks.
Dalam format matematik, jika Z1, Z2, …, Zn
adalah set elemen, maka kuantifikasi penilaian
pada pasangan elemen itu akan membentuk
matriks n x n :
A = (aij) ; (i, j = 1, 2, …, n), di mana a ij
memenuhi aturan sebagai berikut :
• Jika aij = a, maka aji = 1/a ; a ≠ 0
• Jika Zi dinilai relatif sama dengan Zj, maka
aij = 1 ; aji = 1 ; dan aii = 1 untuk semua i;
• Jika Zi dinilai relatif sama dengan Zj, maka a
1 a12 ……… a1n
1/a12 1 ……… a2n
A = . . …… .
Gambar 1. Diagram alir aplikasi metode AHP . . …… .
1/a1n 1/a2n ……… 1

nilai tingkat kepentingan relatif elemen dalam Jika penilaian perbandingan berpasangan
kontribusinya terhadap setiap elemen yang dilakukan secara voting (mandiri) oleh masing-
ada pada hirarki di atasnya. Karena data yang masing penilai, maka hasil penilaian individu
dibandingkan satuan dan intensitasnya beragam,

Tabel 1. Skala komparasi dalam perbandingan berpasangan

Tingkat
Definisi Penjelasan
kepen-tingan
1 Sama pentingnya Kedua elemen memberikan kontribusi yang sama besarnya
kepada tujuan yang dikehendaki
3 Sedikit lebih penting Pengalaman cenderung mengarah sedikit pada satu elemen
yang disukai dibanding dengan elemen lainnya
5 Jelas lebih penting Pengalaman lebih kuat kecenderungannya memenangkan satu
elemen dengan kuat
7 Sangat jelas lebih Pengalaman menunjukkan dominasi satu elemen terhadap
penting elemen lainnya
9 Pasti/ mutlak lebih Petunjuk yang ada menegaskan dominasi satu elemen terhadap
penting elemen lainnya, dengan tanpa keraguan lagi
2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu Seringkali diperlukan suatu interpolasi penilaian kompromi
antara dua nilai yang secara numeric
berdekatan
1/(1–9) Kebalikan nilai Asumsi yang masuk akal
tingkat kepenting-an
dari skala 1–9
Sumber : Saaty (1993)

162 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172
harus diolah dulu ke dalam matriks pendapat (CR) ≤ 0,1. Jika CR > 0,1 maka harus dilakukan
gabungan. Pada studi ini karena penilaian penilaian ulang, sampai dipenuhi persyaratan CR
dilakukan secara konsensus, maka tidak ≤ 0,1.
diperlukan pengolahan pendapat gabungan,
Sintesa Prioritas
karena pendapat yang muncul sudah merupakan
Sintesa prioritas (Synthesis of Priority)
pendapat gabungan dari para penilai.
dimaksudkan untuk menyusun prioritas
Konsistensi yang logis elemen-elemen keputusan pada berdasarkan
Perbandingan berpasangan harus dilakukan kepada hirarki yang ada. Sintesa dilakukan
secara konsisten. Contohnya, jika harga sterilizer secara horisontal dan vertikal. Sintesa awal
model horisontal 30% lebih murah dari model dilakukan secara horisontal dengan tujuan untuk
vertikal dan model vertikal 30% lebih murah menghitung tingkat prioritas setiap elemen pada
dari model kontinyu, maka model horisontal setiap hirarki, dan hasilnya disebut dengan
seharusnya lebih murah sekitar 50% dari model prioritas lokal.
kontinyu. Jika model horisontal hanya 30% lebih Tiap hirarki keputusan mempengaruhi faktor
murah dari model kontinyu, maka penilaiannya puncak (tujuan akhir) dengan intensitas yang
tidak konsisten. Penilaian dilakukan oleh para berbeda. Karena itu sintesa prioritas terakhir
ahli yang kompeten (experts), dan dalam studi ini adalah dengan melakukan pengolahan vertikal.
ditempuh melalui mekanisme konsensus. Suatu Pengolahan vertikal dimaksudkan untuk
penilaian perbandingan berpasangan dikatakan menyusun prioritas pengaruh setiap elemen
memenuhi persyaratan jika Consistency Ratio pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap

(a) (b) (c)


Gambar 2. (a) Sterilizer horisontal, (b)vertikal, dan (c) kontinyu

Tabel 2. Perbandingan sistem teknologi sterilizer

Parameter Sistem teknologi sterilizer


Teknologi Horisontal Vertikal Kontinyu
1. Kebutuhan area besar (± 4000 m2) kecil (± 500 m2) sedang (600-1000 m2)
instalasi alat
2. Sistem kerja/ batch batch tapi dibantu kontinyu
kontinyuitas dengan alat semi
proses otomatis

Subiyanto: Pemilihan Teknologi Sterilizer pada Pabrik Kelapa Sawit 163


3. Alat angkut buah lori dan tracknya conveyor conveyor
4. Pengoperasian Agak rumit (transportasi Relatif mudah Mudah (proses secara
buah sawit, penutupan (transportasi buah sawit kontinyu dan serba
& pembukaan pintu menggunakan conveyor, otomatis)
sterilizer dilakukan secara penutupan & pembukaan
manual) pintu sterilizer secara
hidraulik, dilengkapi dgn
PLC)
5. Jumlah operator banyak (14 orang) sedang (4 orang) sedikit (1 orang pengawas/
tidak secara khusus
mengoperasikan sterilizer
karena prosesnya
kontinyu)
6. Sistem perebusan 3 puncak tekanan steam 1–2 puncak tekanan tanpa puncak (datar dari
(peak) steam (peak) awal-akhir rebusan)
7. Tekanan puncak 3 bar 3 bar 1 bar
steam
8. Safety kurang (area kerja licin sedang (bejana baik (keterlibatan orang
karena ceceran minyak, bertekanan tinggi dengan minimal dan alat bekerja
risiko tersabet kawat frekuensi lebih rendah) pada tekanan atmosfer)
penarik lori yg putus,
benda berat/lori jatuh dari
crane, bejana bertekanan
tinggi/ meledak)
9. Perawatan m u d a h , t a p i m a h a l mudah (penggantian sukar dan mahal
(penggantian lori secara rantai conveyor, dan bisa ( p e n g g a n t i a n r a n t a i
berkala) dilakukan sendiri) conveyor, dimana bahan
dan teknisi masih impor)
Sumber: Sia (2009), Awan (2012), CHD Engineering (2009), serta hasil wawancara dan observasi lapangan

sasaran utama, dan hasilnya disebut dengan teknologi sterilizer model horisontal, vertikal, dan
prioritas global. Sintesa prioritas horisontal kontinyu secara fisik ditunjukkan pada Gambar
dan vertikal dalam studi ini dilakukan dengan 2, sedangkan deskripsi singkat tentang sistem
bantuan software Criterium Desicion Plus. dan teknologinya disampaikan pada Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Data dan Analisis


Deskripsi Teknologi Sterilizer Perumusan Kriteria dan Hirarki
Proses sterilisasi TBS membutuhkan energi Tujuan akhir (ultimate goal) pada studi ini
(steam) bertekanan dan menuntut keterandalan adalah memilih teknologi sterilizer yang mampu
alat. Ketidaktepatan dalam penyediaan dan memberikan nilai manfaat terbesar untuk
pendistribusian steam yang sesuai dengan kelangsungan bisnis. Dengan demikian hirarki
kebutuhan akan berpengaruh kepada pemborosan yang paling atas (hirarki I) dari analisis AHP
energi serta tidak meratanya perebusan, yang ini adalah mencari teknologi sterilizer yang ideal.
pada akhirnya berpengaruh kepada biaya Alternatif teknologi sterilizer yang akan dipilih
sterilisasi, tingkat rendemen, kapasitas olah, serta adalah : (1) model horisontal, (2) model vertikal,
kualitas CPO yang dihasilkan. Perbandingan dan (3) model kontinyu. Dengan pertimbangan

164 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172
bahwa pemilihan teknologi merupakan bagian Kriteria performa alat harus diimbangi
dari perencanaan strategis perusahaan, dengan kriteria keuangan untuk tujuan
maka pada hirarki II dibentuk kriteria yang bisnis. Artinya, pemilihan teknologi perlu
berpengaruh kepada tujuan akhir, yang terdiri mempertimbangkan realita kemampuan
dari elemen: (1) performa alat, (2) keuangan, dan perusahaan dalam menyediakan dana investasi
(3) image teknologi. untuk pengadaan alat, biaya operasional yang
Perfoma alat merupakan indikator keandalan murah, dan kalkulasi tingkat pengembalian
dan efektivitas kerja alat yang datanya relatif modal atas investasi yang dikeluarkan. Untuk
objektif dan pasti. Karena itu elemen ini pemodelan analisa, kriteria keuangan ini
dianggap merupakan kriteria utama yang selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sub kriteria
harus menjadi pertimbangan dalam memilih (hirarki III) dalam bentuk indikator terukur
teknologi. Keandalan dan efektivitas alat yang terdiri dari elemen : (2.1) nilai investasi
tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam atau harga alat (2.2) biaya operasional, dan (2.3)
bentuk indikator atau sub kriteria yang data tingkat pengembalian investasi (internal rate of
dan informasinya mudah diperoleh. Karena itu return=IRR).
pada hirarki III di bawah elemen performa alat, Pemain industri CPO semakin banyak
disusun sub kriteria yang terdiri dari elemen sehingga kompetisi semakin meningkat. Bagi
yang relevan dengan performa alat, yaitu : (1.1) perusahaan yang memiliki perhatian terhadap
efisiensi alat, (1.2) produk yang dihasilkan, dan nilai kompetisi, image perusahaan menjadi
(1.3) kepraktisan alat (kemudahan pengoperasian kebutuhan. Karena itu image teknologi perlu
& perawatan). dipertimbangkan sebagai kriteria dalam

Teknologi Sterilizer bernilai


tambah maksimal

Performa Image
Keuangan
Alat Teknologi

Efisiensi Alat Produk yg Kepraktisan Nilai Biaya Tingkat Pe- Safety Alat Dampak Kekinian
Dihasilkan Alat Investasi Operasional ngembalian Lingkungan Teknologi
Siklus rebusan Minyak dlm Kemudahan Harga alat Biaya IRR Risiko Minyak udara Kontinyuitas
Konsumsi listrik tankos pengoperasian Nilai area perawatan Payback ledakan buangan proses
Konsumsi uap Minyak dlm Frekuensi Upah Operatorl period Benda jatuh Partkel asap Tingkat
kondensat kerusakan Licin boiler otomasi
Kernel losses Kemudahan Sabetan tali Kebisingan
Kadar ALB perbaikan Kebersihan
Inti yg pecah

Sterilizer Sterilizer Sterilizer


Horisontal Vertikal Kontinyu

Gambar 3. Struktur hirarki keputusan pemilihan teknologi sterilizer

Subiyanto: Pemilihan Teknologi Sterilizer pada Pabrik Kelapa Sawit 165


Tabel 3. Matriks perbandingan hirarki II Perbandingan Berpasangan
Hirarki II
Tujuan Performa Keuang an Image Tekn
(UG) Alat (PA) (KU) (IT) Karena hirarki I merupakan jenjang puncak
PA 1 2 5 yang menggambarkan tujuan akhir dari analisis
KU 1/2 1 3
yaitu untuk mendapatkan model alat sterilizer
IT 1/5 1/3 1
yang ideal (mampu memberikan nilai manfaat
terbesar untuk kelangsungan bisnis), maka
penilaian (perbandingan tingkat prioritas elemen)
dimulai pada hirarki II. Pada hirarki II, tingkat
kepentingan relatif atau tingkat prioritas dari
tiga elemen yang ada untuk mendukung tujuan
pemilihan alat sterilizer yang memberikan nilai
tambah maksimal dibandingkan satu sama
lain secara berpasangan (pairwise comparison).
Untuk mendapatkan penilaian yang objektif dan
berkualitas, penilaian perbandingan dilakukan
melalui forum diskusi panel yang terdiri dari
pihak-pihak yang kompeten di bidang bisnis,
keteknikan, dan operasional produksi.
Gambar 4. Perbandingan berpasangan hirarki Hasil penilaian panel menggunakan skala
II komparasi berdasarkan Tabel 1 untuk hirarki
II seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Penilaian
matriks berpasangan dan pengolahan data dalam
studi ini dilakukan menggunakan software dan
pemilihan teknologi, walaupun bobotnya
contoh prosesnya ditunjukkan pada Gambar 4.
tidak sebesar kriteria performa teknologi dan
Hasil perhitungan komputer menunjukkan bahwa
keuangan. Agar penilaiannya objektif dan
dengan nilai perbandingan seperti pada Tabel 3,
terukur, kriteria image teknologi pada hirarki II
diperoleh Consistency Ratio (CR) sebesar 0,003,
dijabarkan ke dalam sub kriteria yang terdiri dari
yang berarti bahwa penilaian telah dilakukan
elemen : (3.1) keselamatan (safety), (3.2) dampak
secara konsisten (CR < 0,1), sehingga memenuhi
lingkungan, dan (3.3) kekinian teknologi. Hasil
syarat untuk pengolahan lanjutan.
penelitian Radjagukguk (2009) menunjukkan
Hirarki III
bahwa kecelakaan kerja terbesar (53%) pada
pengoperasian PKS horisontal terdapat pada Karena hirarki II merupakan hirarki tidak
operator sterilizer. lengkap (tidak semua sub kriteria di jenjang
Berdasarkan deskripsi tujuan akhir, kriteria, bawahnya mempunyai hubungan langsung, misal
dan sub kriteria, serta alternatif teknologi yang kriteria performa alat tidak mempunyai hubungan
akan dipilih, maka secara keseluruhan struktur langsung dengan sub kriteria nilai investasi),
hirarki keputusan yang terbentuk adalah seperti maka perbandingan pada hirarki III dilakukan
pada Gambar 3. Variabel dalam kotak garis hanya terhadap sub kriteria yang mempunyai
putus-putus menunjukkan indikator proxy untuk hubungan langsung yang sama dengan elemen
elemen hirarki III agar pembandingan lebih di atasnya (hirarki II). Sesuai struktur hirarki
terukur. pada Gambar 3, penilaian perbandingan antar

166 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172
sub kriteria pada hirarki III dilakukan sebagai Hirarki IV
berikut :
Pada hirarki IV, penilaian dilakukan dengan
• Pada kriteria performa alat, sub kriteria
menghitung performansi relatif dari masing-
efisiensi alat, produk yang dihasilkan, dan
masing model sterilizer, dari sudut pandang
kepraktisan alat dibandingkan tingkat
sub kriteria yang ada pada hirarki III. Karena
kepentingannya secara berpasangan;
• Cara penilaian yang sama berlaku untuk jumlah sub kriteria pada hirarki III ada sembilan
kriteria keuangan dan image teknologi. dan hirarkinya berbentuk lengkap, maka ada
sembilan set pairwise comparison. Sub kriteria
pada hirarki III dijabarkan ke dalam bentuk
Tabel 4. Efisiensi menurut jenis sterilizer
“indikator proxy” yang dinilai mewakili sub
Sub-kriteria kriteria yang bersangkutan agar pembandingan
Horisontal Vertikal Kontinyu
efisiensi
(H) (V) (K) elemen hirarki IV lebih terukur. Indikator
teknologi
proxy ini merupakan fakta alat yang sebagian
Siklus rebusan 95–110 90–100 80–90
besar terukur, atau secara faktual di lapangan
(menit/siklus)
15–17 16–18 18–20 derajatnya dapat dibedakan. Indikator proxy
Konsumsi
listrik (Kwh/ untuk masing-masing elemen III ditunjukkan
ton TBS) pada Gambar 3 (dan Tabel 5).
Konsumsi uap 600–700 300–400 540–560 Penilaian performansi alternatif berdasarkan
(kg/ton TBS) sub kriteria efisiensi teknologi hirarki ditunjukkan
Sumber : PTPN IV (2010); Pahan (2007); CHD (2009); pada Tabel 4. Elemen efisiensi teknologi diwakili
dan Hasil Survey

Tabel 5. Perbandingan performansi masing-masing sterilizer pada hirarki IV

Bobot
No Sub-kriteria Indikator Proxy H V K
Indikator*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Efisiensi Alat Siklus perebusan (menit) 0,33 3 2 1
Konsumsi listrik/ton TBS (KWH) 0,33 1 2 4
Konsumsi uap/ton TBS (kg) 0,34 6 1 3
Penilaian akhir 1,00 6 1 3
2 Produk yang Kehilangan minyak dalam tandan kosong (%) 0,40 1 3 3
Dihasilkan Kehilangan minyak dalam air kondensat (%) 0,30 3 5 1
Kehilangan Kernel (%) 0,10 3 3 3
Kualitas CPO (% ALB) 0,10 3 5 2
Kualitas Kernel (% inti pecah) 0,10 3 3 5
Penilaian akhir 1,00 1 4 2
3 Kepraktisan Alat Kemudahan pengoperasian 0,40 6 2 1
Frekuensi kerusakan alat 0,20 1 1 3
Tingkat kesulitan perbaikan 0,40 1 2 5
Penilaian akhir 1,00 3 1 3

Subiyanto: Pemilihan Teknologi Sterilizer pada Pabrik Kelapa Sawit 167


4 Nilai Investasi Nilai pengadaan alat (Rp) 0,95 1 2 4
Nilai area stasiun rebusan (Rp) 0,05 6 1 1
Penilaian akhir 1,00 1 3 5
5 Biaya Biaya perawatan alat (Rp) 0,50 6 2 4
Operasional Beban upah SDM pabrik (Rp) 0,50 6 3 1
Penilaian akhir 1,00 3 1 1
6 Tingkat IRR (%) 0,60 4 2 1
Pengembalian Payback Period (thn) 0,40 1 3 5
Investasi
Penilaian akhir 1,00 5 1 3
7 Safety Alat & Potensi ledakan (tekanan steam) 0,25 3 3 1
Lingkungan Potensi benda jatuh (dari crane) 0,25 6 2 1
Kerja
Potensi terpeleset (licin) 0,25 8 3 1
Potensi sabetan tali kawat putus 0,25 6 1 1
Penilaian akhir 1,00 6 3 1
8 Dampak Polusi udara (minyak pada udara blowdown) 0,25 6 3 1
Lingkungan Polusi udara (kandungan partikel dalam asap 0,25 6 3 1
cerobong boiler saat peak)
Gangguan suara (kebisingan alat) 0,25 6 3 1
Kebersihan lingkungan kerja 0,25 6 3 1
Penilaian akhir 1,00 6 3 1
9 Kekinian Kontinyuitas proses 0,50 6 4 1
Teknologi Otomasi proses 0,50 6 4 1
Penilaian akhir 1,00 6 4 1
Sumber: Hasil pengolahan data berdasarkan penilaian panel
* konsensus panel berdasarkan fakta dan pengalaman lapangan tentang kontribusi capaian indikator proxy
terhadap sub kriteria terkait.

oleh indikator proxy : (1) siklus rebusan, (2) berdasarkan pemakaian listrik adalah sterilizer
konsumsi listrik, dan (3) konsumsi uap, sehingga horisontal, sterilizer vertikal, dan sterilizer
berdasarkan data teknis dari indikator proxy ini kontinyu. Selanjutnya data teknis pada Tabel
maka performansi dari ketiga jenis sterilizer dapat 4 dikonversikan menjadi skala komparasi 1–9,
dinilai. Contoh untuk indikator konsumsi listrik, sehingga penilaian performansi masing-masing
dengan kriteria bahwa alat yang mengkonsumsi teknologi urutannya adalah “1” untuk sterilizer
listrik paling kecil dinilai paling baik, maka panel horizontal, “2” untuk sterilizer vertikal, dan
menilai urutan tingkat prioritas jenis sterilizer “4” untuk sterilizer kontinyu. Penilaian yang
sama berlaku untuk indikator proxy yang lain,
sehingga panel mengkonversi data alat pada
Tabel 6. Matriks perbandingan Sub Kriteria Tabel 4 menjadi data format skala komparasi
Efisiensi Teknologi
berpasangan sebagaimana ditunjukkan oleh
Efisiensi Teknologi H (6) V (1) K (3) kolom (5), (6), dan (7) pada Tabel 5.
H (6) 1 1/6 3/6 Derajat pengaruh setiap indikator proxy
V (1) 6 1 3 terhadap sub kriteria hirarki III dapat berbeda,
K (3) 6/3=2 1/3 1 sehingga perlu dilakukan pembobotan. Besarnya
bobot merupakan hasil konsensus panel, tetapi

168 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172
Tabel 7. Tingkat prioritas lokal untuk seluruh hirarki

LEVEL IV
LEVEL 1 LEVEL II LEVEL III (Tingkat Prioritas Model
Sterilizer)
Tujuan Kriteria Prioritas Sub Kriteria Prioritas Horisontal Vertikal Kontinyu
Model Performa 0,582 Efisiensi Alat 0,387 0,111 0,667 0,222
Sterilizer alat Produk yang 0,443 0,571 0,143 0,286
Ideal Dihasilkan
Kepraktisan Alat 0,169 0,143 0,571 0,286
Keuangan 0,309 Tingkat 0,200 0,122 0,648 0,230
Pengembalian
Investasi
Nilai Investasi 0,600 0,648 0,230 0,122
Biaya Operasional 0,200 0,143 0,286 0,571
Image 0,109 Kekinian Teknologi 0,648 0,106 0,193 0,701
Teknologi Safety Alat 0,230 0,111 0,222 0,667
Dampak 0,122 0,111 0,222 0,667
Lingkungan
Sumber: hasil pengolahan data

magnitude-nya didasarkan atas fakta teknis. Penilaian performansi sterilizer dari


Sebagai contoh, pada sub kriteria produk sudut pandang sub kriteria efisiensi teknologi
yang dihasilkan, indikator proxy kehilangan selanjutnya dilakukan dengan menghitung
minyak (kuantitas) diberi bobot lebih tinggi rata-rata tertimbang dari semua indikator
dibanding kualitas minyak, karena fakta bisnis proxy, dengan menormalisasi angka-angka pada
menunjukkan bahwa dampak dari indikator kolom (5), (6), dan (7) dengan bobot dari masing-
kuantitas terhadap pendapatan lebih nyata. Dari masing indikator proxy (kolom 4), dan hasilnya
segi dampak indikator kuantitas, kehilangan ditunjukkan pada baris penilaian akhir pada
minyak dalam tandan kosong diberi bobot paling Tabel 5. Angka pada baris penilaian akhir ini
besar (0,40) karena fakta hasil laboratorium menunjukkan penilaian panel untuk performansi
dan neraca bahan menunjukkan bahwa total masing-masing jenis sterilizer pada masing-masing
kehilangan minyak yang terdapat pada tandan sub kriteria. Selanjutnya berdasarkan penilaian
kosong paling besar dibanding kehilangan performansi dari ketiga jenis teknologi tersebut,
minyak yang terdapat pada air kondensat (0,3), dilakukan perbandingan berpasangan untuk sub
terlebih lagi terhadap kehilangan kernel (0,1). kriteria efisiensi teknologi dan menghasilkan

Gambar 6. Kontribusi Kriteria (hirarki II) pada tujuan akhir

Subiyanto: Pemilihan Teknologi Sterilizer pada Pabrik Kelapa Sawit 169


Gambar 8. Diagram tingkat keputusan prioritas model sterilizer

matriks perba ndinga n sebagaimana sebesar 0,6. Sub kriteria yang paling berpengaruh
ditunjukkan Tabel 6. untuk image teknologi adalah kekinian teknologi
dengan bobot lokal sebesar 0,648.
Hasil Analisis
Pada jenjang paling bawah, sterilizer model
1) Hasil Pengolahan Horisontal
horisontal sangat bagus performansinya ditinjau
H a s i l p en g ol a h a n hor i s ont a l ya n g
dari segi produk yang dihasilkan (0,571) dan
menunjukkan tingkat prioritas elemen pada
nilai investasi (0,648), tetapi lemah pada sub
suatu hirarki (prioritas lokal) terhadap elemen di
kriteria kekinian teknologi, safety alat, dampak
atasnya secara lengkap disampaikan pada Tabel 7
lingkungan, efisiensi alat, dan biaya operasional
Pada hirarki II, elemen performa alat mempunyai
(perawatan lori). Sementara itu, sterilizer model
kontribusi prioritas yang paling kuat (0,582)
vertikal memiliki performansi yang bagus pada
dalam menentukan model sterilizer yang ideal,
sub kriteria efisiensi alat, tingkat pengembalian,
dibanding dengan elemen keuangan (0,309) dan
dan kepraktisan alat, tetapi lemah pada sub
image teknologi (0,109). Argumentasinya karena
kriteria produk yang dihasilkan. Sedangkan
performa alat merupakan kriteria pembeda yang
sterilizer model kontinyu, memiliki performansi
paling relevan untuk perbandingan teknologi dan
yang bagus pada sub kriteria kekinian teknologi,
datanya murni merupakan kondisi objektif alat.
safety alat, dampak lingkungan dan biaya
Pada kriteria performa alat, sub kriteria
operasional, tetapi lemah pada sub kriteria beban
yang paling berpengaruh adalah produk yang
investasi, tingkat pengembalian, dan efisiensi
dihasilkan (0,443), dibanding dengan efisiensi
alat.
alat (0,387) maupun kepraktisan alat (0,169).
Walaupun semua sub kriteria penting, tetapi 2) Hasil Pengolahan Vertikal
nilai output diperhitungkan paling besar Distribusi tingkat pengaruh kumulatif
dibanding dengan nilai utilitas (energi) maupun kriteria pada hirarki II terhadap hasil/keputusan
nilai penghematan biaya operasi. Selanjutnya akhir ditunjukkan pada Gambar 6. Berdasarkan
pada kriteria keuangan, sub kriteria yang paling Gambar 6, terlihat bahwa kontributor terbesar
berpengaruh adalah beban investasi dengan bonot yang mengantarkan sterilizer model vertikal

Gambar 7. Kontribusi sub kriteria (hirarki III) pada tujuan akhir

170 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172
kepada prioritas tertinggi adalah kriteria sterilizer horisontal. Walaupun demikian sterilizer
performa alat yang didukung selanjutnya oleh horisontal kurang didukung oleh sub kriteria lain
kriteria keuangan. Sementara itu sterilizer model sehingga secara keseluruhan tingkat prioritas
horisontal menonjol pada kriteria keuangan kumulatifnya masih di bawah sterilizer vertikal,
dibanding dengan dua model yang lain, tetapi tetapi masih di atas sterilizer kontinyu.
sangat lemah pada image teknologi. Sedangkan Berdasarkan tingkat pengaruh kumulatif
sterilizer kontinyu sangat dominan pada kriteria dari kriteria dan sub kriteria pada hirarki II
image teknologi dibanding dengan dua model dan III, maka hasil pengolahan vertikal yang
yang lain, tetapi pengaruh kriteria performa melibatkan seluruh hirarki menghasilkan
teknologi dan keuangan paling lemah dibanding tingkat keputusan final dalam menjawab tujuan
dengan dua model lainnya. akhir, yaitu penetapan model sterilizer yang ideal.
Distribusi tingkat pengaruh kumulatif sub Keputusan final tersebut menunjukkan bahwa
kriteria pada hirarki III terhadap hasil/keputusan urutan tingkat prioritas untuk alat sterilizer
akhir ditunjukkan pada Gambar 7. Pada hirarki adalah model vertikal dengan tingkat prioritas
III, pengaruh sub kriteria efisiensi alat sangat sebesar 0,338, kemudian diikuti dengan model
dominan dalam menentukan sterilizer yang ideal, horisontal (0,335) dan model kontinyu (0,299)
dan kondisi ini muncul dominan pada sterilizer seperti ditunjukkan pada Gambar 8.
model vertikal. Berdasarkan hasil survey, sterilizer
model vertikal yang menggunakan model single SIMPULAN
peak paling hemat dalam penggunaan steam, yaitu Ha si l a na l isis pem i l i ha n t ek nolog i
sekitar 350 kg/ton TBS, dibanding dengan model menggunakan metode AHP menyimpulkan
horisontal atau model kontinyu yang konsumsi bahwa sterilizer model vertikal mempunyai
steam-nya di atas 500 kg/ton TBS. Siklus rebusan tingkat prioritas yang paling tinggi (0,366),
yang dimiliki juga relatif pendek, yaitu sekitar dibanding model horisontal (0,335) dan kontinyu
90 menit. Di samping itu sterilizer vertikal juga (0,299). Berdasarkan metode analisis yang
unggul pada sub kriteria kepraktisan alat, karena digunakan, pemilihan jenis alat rebusan TBS
pengoperasiannya dipermudah dengan otomasi mengarah kepada sterilizer vertikal, karena
transportasi tandan buah dan model buka/tutup keunggulannya pada kriteria performa alat,
alat sterilizer, sementara tingkat kerusakan yang khususnya efisiensi alat. Hasil akhir tingkat
muncul bisa dengan cepat diperbaiki oleh teknisi prioritas model alat dipengaruhi oleh kebijakan
internal. Hasil perhitungan juga menunjukkan strategi bisnis perusahaan, khususnya oleh
bahwa pengaruh kombinasi antara data Internal tim penilai dalam memberikan bobot teknologi
Rate of Return (IRR) dan Payback Period telah pada variabel strategis. Karena itu manajemen
memberikan intensitas efek prioritas sub kriteria puncak perlu aktif terlibat dalam memberikan
tingkat pengembalian yang lebih dominan pada penilaian.
PKS yang menggunakan sterilizer vertikal
dibanding dengan model horisontal maupun DAFTAR PUSTAKA
kontinyu. Abu S., Abd Manaf, L., Aris, A.Z. and Sulaiman,
W.N.A., 2011. Solid Waste Management:
Produk yang dihasilkan dan efisiensi alat
Analytical Hierarchy Process (AHP) Application
merupakan sub kriteria yang pengaruhnya of Selecting Treatment Technology in Sepang
dominan dalam menentukan hasil akhir Municipal Council Malaysia, Journal of Current
pemilihan model sterilizer. Kontribusi sub World Environment. 6 (1), 1–16.
Ahmadabadi, M.N., Najafi, M., Peyman Gholami, and
kriteria ini sangat dominan pada sterilizer
Payam Gholami, 2013. Using Analytic Hierarchy
horisontal. Begitu juga sub kriteria nilai investasi, Process (AHP) to Select and Rank a Strategy Based
khususnya nilai pengadaan alat yang paling Technology, International Journal of Computer
rendah, pengaruhnya cukup dominan pada Science and Business Informatics, 4 (1).

Subiyanto: Pemilihan Teknologi Sterilizer pada Pabrik Kelapa Sawit 171


Al-Hawari, T., Al-Bo’ol, S., and A. Momani, A., Montenegro, LV., Amparo Baviera-Puig, A.B., and
2011. Selection of Temperature Measuring Álvarez-Coque, J.M.G., 2014. Multi-Criteria
Sensors Using the Analytic Hierarchy Process, Methodology: AHP and Fuzzy Logic in the
Jordan Journal of Mechanical and Industrial Selection of Post-Harvest Technology for
Engineering, 5 (5), 451–459. Smallholder Cocoa Production, International
Awan T., 2012. Leading Palm Oil Mill Technology Food and Agribusiness Management Review,17
Innovator. Video Expose Company No. 417234- (2).
T. Sdn Bhd. Moreno-Jiménez, J.P., Arcocha, D., Arcocha, Emilio
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005. Larrodé, E., and Muerza, V., 2012. An AHP
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Multicriteria Selection Of Products in Industrial
Kelapa Sawit Indonesia, Departemen Pertanian, and Technological Diversification Strategies,
Jakarta. Proceedings of the EWG -DSS Workshop
Bisnis Indonesia, 31 Desember 2011. Saatnya RI on Decision Support Systems & Operation
Menentukan Harga CPO Dunia, Edisi Harian. Management Trend and Solution in Industries,
CDMI Consulting Group, 2013. Studi Potensi Bisnis Liverpool, United Kingdom.
dan Pelaku Utama Industri CPO di Indonesia Oil World, 2010. Oil World Annual 2010. World Summary
2014 –2017, PT. Central Data Mediatama Tables, Comodity Section, Country Section,
Indonesia, Jakarta. Indonesia. ISTA Mielke GmbhH, Langenberg
Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), 2008. Industri Hamburg-Germany.
dan Perdagangan Minyak Sawit, Jakarta. PTPN IV, 2010. Studi Kelayakan Penggunaan
CHD Engineering, 2009. CHD Vertical Sterilizer Teknologi Vertical Sterilizer di PTPN IV
(leaflet/prospektus), Sdn. Bhd. (Persero), Laporan (tidak dipublikasikan),
Ditjen Perkebunan, 2012. Pembangunan Pabrik Medan.
Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Produksi Pahan, I., 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit:
CPO, URL:http//www.ditjenbun@deptan.go.id. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir,
Fibrian, D. C., Sri M., dan Marimin, 2011. Sistem Penebar Swadaya, Jakarta.
Penunjang Keputusan Untuk Optimalisasi Radjagukguk, J., 2009. Gambaran Kecelakaan Kerja
Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit, Pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 20 (2), PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-
130–142. 2008, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Fadli H., 2014. Refleksi Industri Kelapa Sawit 2013 Universitas Sumatera Utara, Medan.
dan Prospek 2014, GAPKI, Jakarta URL: http:// Subiyanto, 2011. Pemetaan Teknologi Industri
www.gapki.or.id/. Kelapa Sawit Nasional, Jurnal Ilmiah Sain
Hadiguna, R.A., 2012. Model Penilaian Risiko Berbasis dan Teknologi – BPPT, Penerbit BPPT Pres,
Kinerja untuk Rantai Pasok Kelapa Sawit Jakarta.
Berkelanjutan di Indonesia, Jurnal Teknik Saaty, T.L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Industri, 14 (1), 13–24. Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk
Hidayat, M., Ani S., Sukardi, dan Mohamad Yani, Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
2012. Model Identifikasi Risiko dan Strategi Kompleks, PT Pustaka Binaman Pressindo,
Peningkatan Nilai Tambah pada Rantai Pasok Jakarta.
Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Industri, 14 (2), Saaty, T.L., 2008. Decision Making with The Analytic
89–96. Hierarchy Process, Int. J. Services Sciences,
Kim, W., 2012. Reverse Analytic Hierarchy Process 1(1).
(AHP) to Prioritize Emerging IT Technologies: Siew, W., 2012. Palm Oil Milling Process, Malaysian
A Case Study in Korea IT Industry, African Palm Oil Board, Kuala Lumpur, Malaysia.
Journal of Business Management, 6 (24), 7214– Sia, T. T., 2009. Cost Reduction Strategies in Palm
7229. Oil Milling Process & Maintenance, Proceeding
Moengin, P., 2013. Model AHP/DEA untuk Mengukur The XVI International Oil Palm Conference and
Efisiensi Penggunaan Teknologi Gas Buang Expopalma, Cartegena de Indias, Columbia.
Rumah Tangga Ramah Lingkungan. J@TI Sitepu, T., 2011. Analisa Kebutuhan Uap pada Sterilizer
Undip, VIII (1). Pabrik Kelapa Sawit dengan Lama Perebusan 90
Menit, Jurnal Dinamis, II (8).

172 Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus 2013: 159–172

Anda mungkin juga menyukai