Anda di halaman 1dari 1

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Diharamkan darah yang dialirkan karena darah

seperti itu dapat membangkitkan syahwat dan menimbulkan amarah. Jika terus dikonsumsi,
maka akan membuat seseorang bersikap melampaui batas. Saluran darah inilah tempat
mengalirnya setan pada badan manusia. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Setan itu bisa menyusup dalam diri manusia melalui saluran darahnya.”
(HR. Bukhari, no. 3281; Muslim, no. 2175).” (Disebutkan oleh Al-Qasimi dalam tafsirnya, 3:
41-42. Dinukil dari Tafsir Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, 1: 405.)

Begitu pula orang yang memakan binatang buas yang bertaring bisa mendapat pengaruh
sombong dan congkak di mana sifat tersebut termasuk watak hewan buas. Ada juga hewan
yang diharamkan karena sifatnya yang khobits (menjijikkan) seperti babi yang kita bahas
kali ini. Maka orang yang gemar memakan babi akan punya sifat khobits pula. Juga yang
memakan hewan ini bisa mewarisi sifat sombong dan angkuh sebagaimana babi.

Jika ada pengaruh jelek seperti di atas, kenapa dalam keadaan darurat masih dibolehkan
untuk dimakan?

Jawabnya, karena kebolehannya dalam keadaan darurat seperti itu mengingat bahwa
mengambil maslahat dengan dipertahankannya jiwa lebih didahulukan daripada menolak
bahaya seperti yang disebutkan. Karena bahaya di atas tidak diwarisi ketika dalam keadaan
hajat yang besar seperti yang disebutkan. (Lihat kitab Al-Ath’imah karya guru kami, Syaikh
Shalih Al-Fauzan, hlm. 39-40. Lihat penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’
Al-Fatawa, 21: 585 dan 20: 340)

Anda mungkin juga menyukai