SITI GUSTI NINGRUM. Pengujian Residu Antibiotika dalam Susu Segar dari
Beberapa Peternakan Sapi Perah di Wilayah Jawa Barat Menggunakan Metode
Bioassay. Dibimbing oleh HADRI LATIF dan AGATHA WINNY SANJAYA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Pengujian Residu Antibiotika dalam Susu Segar dari
Beberapa Peternakan Sapi Perah di Provinsi Jawa Barat
Menggunakan Metode Bioassay
Nama : Siti Gusti Ningrum
NIM : B04070066
Disetujui,
Prof. Dr. drh. A. Winny Sanjaya, M.S. Dr. drh. Hadri Latif, M.Si.
Pembimbing II Pembimbing I
Diketahui,
Tanggal Lulus :
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengujian Residu Antibiotika dalam Susu Segar dari
Beberapa Peternakan Sapi Perah di Wilayah Jawa Barat Menggunakan Metode
Bioassay. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Selama penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan berbagai
bantuan baik materi, informasi, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. drh. Hadri Latif,
M.Si. dan Ibu Prof. Dr. drh. Agatha Winny Sanjaya, M.S selaku pembimbing,
serta Dr.Iis Arifiantini, M.Si yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. drh Denny Widaya Lukman,
M.Si, Bapak Dr. drh. Trioso Purnawarman, M.Si, Ibu Prof. Dr. drh. Mirnawati
Bachrum Sudarwanto, Ibu drh. Herwin Pisestiyani, M.Si, Ibu Dr. Ir. Etih Sudarnika
M.Si, Bapak drh. Chaerul Basri, M.Epid beserta staf KESMAVET FKH IPB, serta
Ibu drh. Nuraini beserta staf Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan (BPMPP),
yang telah membantu penulis selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………………….. 2
1.3 Manfaat ………………………………………………………………….... 2
1.4 Hipotesis ………………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Susu…………………………………………………………..….. 3
2.2 Keamanan Pangan ...…………………………………………………….. 4
2.3 Penggunaan Antibiotika dalam Peternakan ………….……………….. 4
2.3.1 Penisilin……………………………………………………………… 4
2.3.2 Aminoglikosida ………...………………………………………….. 5
2.3.3 Tetrasiklin ..…………………………………………………………. 6
2.3.4 Makrolida ………………………………………………………….... 6
2.4 Residu Antibiotika dalam Susu …..………………………………….….. 6
2.5 Dampak Residu Antibiotika pada Konsumen ..………………………... 8
2.6 Metode Pengujian Residu Antibiotika………………………………....... 9
2.6.1 Uji Cepat ………………………………………………………….. 9
2.6.2 Uji Tapis dengan Bioassay ……………………………………… 9
2.6.3 Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) …………...... 11
2.6.4 High Performance Liquid Chromatographic …………………… 11
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..……………………………………….… 12
3.2 Alat dan Bahan …...……………………………………………………… 12
3.3 Metode Penelitian……………………………………………………….... 12
3.3.1 Pengambilan dan Persiapan Sampel ..……..…………………. 12
3.3.2 Persiapan Uji dan Pengujian Sampel ….……………………… 13
3.3.2.1 Persiapan Uji ….…………………………………………... 13
3.3.2.1.1 Analisa Residu Golongan Penisilin …………... 13
3.3.2.1.2 Analisa Residu Golongan Aminoglikosida…. 14
3.3.2.1.3 Analisa Residu Golongan Tetrasiklin ………... 14
3.3.2.1.4 Analisa Residu Golongan Makrolida .………… 15
3.3.2.2 Persiapan Larutan Dapar ….………………………..…… 15
3.3.2.3 Persiapan Larutan Baku ………………………………… 15
3.4.2.4 Cara Pengujian Sampel Susu ………………………....... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Residu Penisilin dalam Susu……………………………………………. 18
4.2 Residu Aminoglikosida dalam Susu…..………………………………… 20
4.3 Residu Tetrasiklin dalam Susu………………………………………….. 21
4.4 Residu Makrolida dalam Susu…………………………………………... 21
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Syarat mutu susu segar ……………………………………………………….. 3
2 Withdrawal time beberapa jenis antibiotika ……..…………………………… 8
3 Batas maksimum residu antibiotika dalam susu ........................................... 9
4 Hasil uji residu penisilin ……………………………………………………….. 19
5 Hasil uji residu aminoglikosida ……………..…………………………………. 20
6 Hasil uji residu tetrasiklin ………………...…………………………………… 21
7 Hasil uji residu makrolida ………………..……………………………………. 22
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan keberadaan residu antibiotika
dalam susu segar yang dihasilkan di wilayah Jawa Barat.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya keamanan susu dari bahaya residu antibiotika
sebagai upaya untuk perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.
1.4 Hipotesis
Susu segar yang dihasilkan dari peternakan sapi perah di Jawa Barat tidak
mengandung residu antibiotika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu merupakan hasil utama pada usaha budidaya ternak perah. Susu
yang dihasilkan harus memenuhi syarat ASUH yaitu aman, sehat, utuh, dan halal
(Hidayat 2010). Hal ini membutuhkan perhatian khusus karena susu merupakan
sumber utama yang paling memungkinkan terjadinya foodborne disease pada
4
2.3.1 Penisilin
Penisilin merupakan antibiotika kelompok β-laktam yang penggunaannya
efektif terutama untuk melawan sebagian besar bakteri gram positif. Senyawa ini
sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk semua infeksi karena tidak
menimbulkan efek samping yang toksik dan bersifat bakterisidal (Olson 2003).
Menurut Admin (2007), absorbsi penisilin bisa melalui peroral, intramuscular,
5
2.3.2 Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan golongan antibiotika yang efektif melawan
bakteri gram negatif. Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah streptomisin,
neomisin, kelompok kanamisin-gentamisin, dan spektinomicin. Streptomisin
merupakan obat pilihan pertama untuk menangani kasus tuberculosis. Namun,
aminoglikosida memiliki potensi toksik dan residu pada pangan asal hewan
(Riviere & Papich 2009).
Menurut Adams (2001), absorpsi aminoglikosida lebih baik melalui
parenteral sehingga absorpsi terjadi sangat cepat dan tuntas. Distribusi
aminoglikosida terjadi dalam waktu 1 jam setelah injeksi. Polykationik dari
antibiotika ini menyebabkan penetrasi aminoglikosida melalui membran barier
dengan cara difusi sederhana sangat terbatas sehingga konsentrasi
aminoglikosida yang ditemukan di cairan sekresi sangat sedikit. Rute ekskresi
utama dari aminoglikosida adalah melalui ginjal.
6
2.3.3 Tetrasiklin
Menurut Mutschler (1991), tetrasiklin merupakan golongan antibiotika
berspektrum luas yang bekerja pada semua mikroba yang peka terhadap
penisilin, bakteri gram negatif, mikoplasma, leptospira, rikettsia, dan amoeba.
Obat ini sering digunakan untuk mengatasi Bruselosis di peternakan sapi perah.
Menurut Karlina et al. (2009), dalam plasma darah semua jenis tetrasiklin terikat
oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Tetrasiklin mampu
berpenestrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh dengan cukup baik.
Golongan tetrasiklin dapat menembus membran barier dan terdapat dalam susu
dalam kadar yang relatif tinggi. Selain melalui susu, antibiotika ini diekskresikan
melalui empedu dan urin.
2.3.4 Makrolida
1. Penisilin G 96 jam
2. Eritromisin 36 jam
3. Tetrasiklin 72 jam
4. Streptomisin 48 jam
Sumber: Bishop (2005).
Penisilin 0,1
Oksitetrasiklin 0,05
Streptomisin 0,1
Eritromisin 0,1
Sumber: BSN (2000).
dan relatif tidak mahal. Salah satu metode uji tapis yang umum digunakan untuk
mendeteksi residu antibiotika pada pangan, termasuk susu adalah bioassay.
Bioassay merupakan suatu pengujian yang menggunakan mikroorganisme
untuk mendeteksi senyawa antibiotika yang masih aktif (BSN 2008). Menurut
Eenennaam et al. (1993), sensitifisitas dari metode bioassay dapat ditunjukkan
dengan konsentrasi minimum residu antibiotika yang bisa dideteksi. Limit deteksi
bioassay terhadap golongan beta laktam adalah 0.00125 ppm. Nilai ini
menunjukkan bahwa pengujian residu beta laktam dalam bahan pangan asal
hewan bisa terdeteksi hingga 0.00125 ppm. Limit deteksi bioassay terhadap
golongan tetrasiklin adalah 0.03 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa pengujian
residu tetrasiklin dalam bahan pangan asal hewan bisa terdeteksi hingga
0.03 ppm. Limit deteksi bioassay terhadap golongan aminoglikosida dan
makrolida adalah 0.1 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa pengujian residu beta
laktam dalam bahan pangan asal hewan bisa terdeteksi hingga 0.1 ppm. Limit
deteksi ini masih di bawah batas maksimum residu yang telah ditetapkan oleh
SNI nomor 01-6366-2000. Hal ini menunjukkan bahwa metode bioassay dapat
diandalkan untuk mendeteksi residu antibiotika dari golongan beta laktam,
tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida.
Menurut Eenennaam et al. (1993), spesifisitas dari metode bioassay dapat
ditunjukkan dari tipe golongan antibiotika yang dapat dideteksi dengan melihat
hambatan pertumbuhan bakteri. Bakteri tersebut adalah Bacillus
stearothermophilus ATCC 7953 untuk golongan beta laktam, Bacillus cereus
ATCC 11778 untuk golongan tetrasiklin, Bacillus subtilis ATCC 6633 untuk
golongan aminoglikosida, dan Kocuria rizophila ATCC 9341 untuk golongan
makrolida. Bakteri-bakteri ini digunakan karena kemampuannya untuk melakukan
pertumbuhan yang cepat pada suhu optimum sehingga memungkinkan untuk
memperoleh hasil analisis dalam waktu beberapa jam saja. Sporanya dapat
disimpan dalam waktu cukup lama sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu
(Pikkemat et al. 2009).
Prinsip dari uji ini adalah adanya daya hambatan pertumbuhan bakteri oleh
antibiotika yang terkandung dalam produk peternakan menunjukkan positif ada
residu. Sebaliknya, jika tidak ada daya hambatan pertumbuhan bakteri oleh
antibiotika maka produk peternakan dinyatakan tidak mengandung residu
antibiotika atau negatif residu (Zulfianti 2005).
11
Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Cianjur). Lima sampel diambil dari masing-
masing kabupaten kemudian dibawa ke laboratorium dalam cooling box.
mendapatkan data yang akurat maka pengujian sampel dilakukan dengan tiga
kali pengulangan sehingga setiap jenis golongan antibiotika menggunakan tiga
cawan petri.
Hasil uji ditentukan dengan mengamati dan mengukur diameter zona
hambatan yang terbentuk di sekeliling kertas cakram menggunakan jangka
sorong. Apabila di sekitar kertas cakram terdapat zona hambatan maka susu
yang diperiksa dinyatakan positif mengandung antibiotika, namun apabila di
sekitar kertas cakram tidak terdapat zona hambatan maka susu yang diperiksa
dinyatakan negatif mengandung residu antibiotika. Konsentrasi antibiotika yang
berada dalam sampel dapat ditentukan secara semi kuantitatif. Semakin luas
zona hambatan di sekitar kertas indikator maka semakin tinggi konsentrasi residu
antibiotika dalam sampel. Berikut adalah salah satu gambar hasil pengujian
residu antibiotika pada sampel (Gambar 1).
4
Gambar 1 Contoh hasil uji residu antibiotika menggunakan metode bioassay.
Sampel 1 (1), sampel 2 (2), sampel 3 (3), kontrol positif (4), dan
kontrol negatif (5)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Simpulan
1. Tidak ditemukan adanya residu antibiotika dari golongan beta laktam,
makrolida, tetrasiklin, dan aminoglikosida dalam sampel susu yang diperoleh
dari peternakan sapi perah di wilayah Jawa Barat.
2. Bioassay dapat digunakan sebagai uji tapis untuk mendeteksi residu
antibiotika dari golongan beta laktam, makrolida, tetrasiklin, dan
aminoglikosida pada susu segar.
5.2 Saran
1. Untuk mengetahui prevalensi residu antibiotika pada susu segar di wilayah
Jawa Barat maka perlu adanya perhitungan jumlah sampel yang sesuai
dengan hasil surveilan sebelumnya.
2. Perlu secara konsisten menerapkan good farming practices di peternakan
sapi perah untuk mencegah keberadaan residu antibiotika dalam susu segar.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bishop MY, ed. 2005. The Veterinary Formula. Ed ke-6. Cambridge: Great Britain
University Press.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2000. SNI No. 01-6366-2000 tentang Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan
Makanan Asal Hewan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI No. 7424:2008 tentang Metode
Uji Tapis (Screening Test) Residu Antibiotika pada Daging, Telur, dan Susu
secara Bioassay. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI No. 3141.1:2011 tentang Susu
Segar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Eenennaam ALV, Cullor JS, Peran VL, Gardner A, Smith WL, Dellinoer J,
Outerbocks WM. 1993. Evaluation of milk antibiotic residue screening tests
in cattle with naturally occurring clinical mastitis. Dairy Sci 76: 3041-3053.
Giguere S, Prescott JF, Baggot JD, Walker RD, Dawling PM. 2006. Antimicrobial
Therapy in Veterinary Medicine, 4th Ed. USA: Blackwell Publishing.
Lastari P, Murad J. 1995. Residu antibiotika dalam air susu sapi dan peternakan
di Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran 103:15-18.
Martaleni. 2007. Deteksi residu antibiotika pada karkas, organ, dan kaki ayam
pedaging yang diperoleh dari pasar tradisional Kabupaten Tanggerang
[Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pikkemat MG, Rapallini MLBA, Dijk SOV, Elferink JWA. 2009. Comparison of
three microbial screening methods for antibiotics using routine monitoring
samples. Anal Chim Acta 637: 298-304.
Plumb DC, Pharm D. 1999. Veterinary Drug Handbook, Third Edition. Lowa:
Lowa State University Press.
Riviere JE, Papich MG. 2009. Veterinary Pharmacology and Therapeutics, Ninth
Edition. USA: Wiley Blackwell.
Wehr M, Frank JF. 2004. Standard Methods for The Examination of Dairy
Products. Washington: American Public Health Association.