Abstrak
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga Oktober 2015 di Laboratorium Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan konsentrasi ekstrak kulit jengkol yang ditambahkan dalam pakan terhadap peningkatan imunitas dan
kelangsungan hidup benih gurame yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan
penelitian diantaranya A (Kontrol), B (10 ppm), C (15 ppm), D (20 ppm), dan E (25 ppm). Parameter yang diamati
adalah gejala klinis, jumlah sel darah putih, kelangsungan hidup dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan ekstrak kulit jengkol dalam pakan dengan konsentrasi 20 ppm efektif meningkatkan imunitas benih gurame
terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophila dengan rata-rata kelangsungan hidup berbeda nyata sebesar 93,33%,
dengan nilai presentase peningkatan jumlah sel darah putih tertinggi yaitu sebesar 55,74% setelah diberi perlakuan
ekstrak kulit jengkol
Abstract
Research was starting from March until October 2015 at Laboratory Water Resource Management, of Fisheries
and Marine Science Faculty of Padjadjaran University, Jatinangor. This research aim to determine the concentration
addition Jengkol pericarp extract in feed for increase seed Osphronemorus gouramy immune upon Aeromonas
hydrophila infection. The research was done using experimental method with Completely Randomized Design with five
treatments and three replications. The treatments were A (Control), B (10 ppm), C (15 ppm), D (20 ppm), dan E (25
ppm). Parameter observed were clinical symptomps, total leukocyte, survival rate and water quality. The result showed
Jengkol pericarp extract in feed with 20 ppm was the most effective to increase imunity Gourame seed to prevention of
Aeromonas hydrophila, with mean survival rate was 93,33% and the highest leukocyte amount was 55,74% after
treatments.
14
Rika Rosmawaty: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Dalam Pakan Ikan Untuk ...
15
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (14-22)
16
Rika Rosmawaty: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Dalam Pakan Ikan Untuk ...
Tabel 1. Gejala Klinis Yang Tampak Pada Benih Gurame Setelah Uji Tantang
Muncul Pada
Perlakuan Ulangan Gejala Klinis Yang Tampak Selama Penelitian Pengamatan Hari
Ke-
1 Bercak merah 2
Sisik mengelupas 2
Sirip rusak 4
Mata menonjol 5
A 2 Bercak merah 3
Sisik mengelupas 3
Sirip rusak 4
Mata menonjol 5
Perut menggembung 6
3 Bercak merah 2
Sisik mengelupas 2
Sirip rusak 4
Mata menonjol 5
Perut menggembung 7
1 Bercak merah 5
Sisik mengelupas 5
Sirip rusak 6
B 2 Bercak merah 4
Sisik mengelupas 4
3 Bercak merah 4
Sisik mengelupas 6
1 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
C 2 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
3 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
1 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
D 2 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
3 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
1 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
E 2 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
3 Tidak menunjukkan adanya gejala klinis 1-7
Pada hari ke-5 terjadi perubahan gerak menonjol (exopthalmia) pada ikan disebabkan oleh
renang. Bakteri Aeromonas hydrophila akumulasi cairan pada mata sehingga
mengeluarkan senyawa ekstoksin dan endotoskin, menyebabkan bola mata menjadi cembung dan
senyawa eksotoksin terdiri dari zat hemolisin, menonjol keluar. Menurut Kabata (1985) dropsy
protease, enteroksin, lechitinase, dan leucocidine. merupakan penggembungan pada daerah
Menurut Angka (2000) kandungan hemolisin dan abdominal karena adanya akumulasi cairan dalam
lechitinase yang berasal dari bakteri Aeromonas rongga perut. Terjadinya akumulasi cairan diduga
hydrophila mampu melisiskan sel-sel darah merah karena adanya toksik dari Aeromonas hydrophila.
dan menghancurkan berbagai sel jaringan, Hal ini diperkuat menurut Austin dan Austin
sedangkan menurut Lallier (1984) eksotoksin yang (1999) terjadinya dropsy sebagai akibat adanya
dikeluarkan bakteri akan disebarkan ke seluruh pelepasan Aerolysin Cytotoxic Enterotoxyn (ACT-
tubuh melalui aliran darah menyebabkan hemolisis gene) yang dapat menyebabkan terjadinya
dan pecahnya pembuluh darah. Kerusakan atau kerusakan jaringan. Menurut Kabata (1985) ikan
pecahnya pembuluh darah dan jaringan yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila
mengakibatkan darah keluar dari pembuluhnya menyebabkan penurunan nafsu makan, sedangkan
sehingga menimbulkan bercak merah pada menurut Aoki (1999) bakteri Aeromonas
permukaan tubuh serta rusaknya sisik dan sirip hydrophila berkembang biak di dalam usus, yang
benih gurame. Menurut Plumb (1994) mata menyebabkan pendarahan selaput pada usus.
17
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (14-22)
Pendapat yang sama dikemukanan oleh Angka perubahan fisik dan tingkah laku. Hal ini diduga
(2000) bahwa senyawa enteroksin yang karena adanya stimulasi dari bahan aktif ekstrak
dikeluarkan Aeromonas hydrophila menyerang kulit jengkol dalam membantu meningkatkan
saluran gastrointestinal pada ikan. pertahanan tubuh benih gurame non-spesifik
Benih gurame pada perlakuan A (kontrol) sehingga benih gurame ada dalam kondisi yang
yang tidak ditambahkan ekstrak kulit jengkol optimal dalam melawan serangan bakteri
menyebabkan kerusakan tubuh yang lebih parah Aeromonas hydrophila. Ekstrak kulit jengkol
dan menurunnya respon kejutan dibandingkan mengandung bahan aktif seperti flavonoid,
dengan perlakuan lainnya karena pertahanan tubuh saponin, alkaloid, glikosida, triterpenoid dan tanin.
alaminya yaitu pertahanan non spesifik tidak Menurut Syarifah (2006) golongan flavonoid,
mampu melawan serangan bakteri Aeromonas glikosida, triterpenoid, steroid, dan alkaloid
hydrophila. Hal ini menunjukkan ikan dalam memiliki peran dalam merangsang daya tahan
kondisi sakit akibat serangan bakteri Aeromonas tubuh atau sebagai imunomodulator, sedangkan
hydrophila, yang mengakibatkan berkurangnya menurut Chekee dalam Mardhiyani (2012) saponin
nafsu makan yang diduga akibat saluran selain berfungsi selain sebagai anti fungal dan anti
pencernaan yang terluka serta adanya kerusakan bakteri, juga dapat merangsang kekebalan
tubuh sehingga sehingga kekurangan asupan tubuh. Selain itu menurut Dadang (2014) senyawa-
nutrisi. senyawa tersebut dapat menghambat pengeluaran
Benih gurame pada perlakuan B (10 ppm) endotoksin seperti lipopolisakarida ataupun
gejala klinis mulai muncul pada hari ke-4 berupa eksotoksin seperti enzim protease, hemolisin dan
bercak merah dan sisik mengelupas, gejala klinis enteroktoksin sehingga dapat menurunkan tingkat
lain mulai muncul saat hari ke-5 berupa kerusakan serangan dari bakteri Aeromonas hydrophila
sirip sehingga di akhir pengamatan gejala klinis karena toksin tidak dapat keluar dan merusak
yang muncul berupa bercak merah, sisik jaringan tubuh benih gurame.
mengelupas dan kerusakan pada sirip benih
gurame. Gejala klinis yang muncul terjadi diduga Pengamatan Sel Darah Putih
karena konsentrasi ekstrak kulit jengkol pada
Pengamatan sel darah putih benih gurame
perlakuan tersebut masih rendah sehingga belum
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada saat
mampu meningkatkan imunitas atau pertahanan
sebelum diberi perlakuan pakan yang telah
alami tubuh terhadap serangan bakteri Aeromonas
ditambahkan ekstrak kulit jengkol, setelah diberi
hydrophila. Benih gurame perlakuan B (10 ppm)
perlakuan pakan dan setelah diuji tantang. Sel
pada hari ke-6 mulai menunjukkan menurunnya
darah putih pada ikan merupakan pertahanan tubuh
respon terhadap pakan, hal ini diduga karena
yang bersifat non-spesifik. Setiap perlakuan
ekstrak kulit jengkol dalam pakan belum maksimal
memberikan peningkatan jumlah sel darah putih
dalam menstimulan imunitas pada tubuh gurame
yang berbeda baik sebelum diberi perlakuan,
sehingga bakteri masih bisa masuk dan merusak
setelah diberi perlakuan maupun setelah uji tantang
jaringan tubuh dan organ lainnya seperti usus
(Gambar 1).
benih gurame yang menyebabkan terjadinya
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa ikan
penurunan nafsu makan.
uji perlakuan A yang tidak diberi ekstrak kulit
Benih gurame pada perlakuan C (15 ppm),
jengkol mengalami peningkatan jumlah sel darah
perlakuan D (20 ppm) dan perlakuan E (25 ppm)
putih paling rendah sebesar 59.066 sel/mm3.
tidak menunjukkan adanya gejala klinis berupa
98000 103200
100000 86800
59066 54533
51933 50800 50066 51266
50000
0
0 10 15 20 25
Ekstrak Kulit Jengkol (ppm)
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Setelah Uji Tantang
Gambar 1. Sel Darah Putih Gurame Hasil Pengamatan Selama Penelitian
18
Rika Rosmawaty: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Dalam Pakan Ikan Untuk ...
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan darah putih setelah uji tantang bervariasi untuk
jumlah sel darah putih pada perlakuan A setiap perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi
disebabkan karena adanya penambahan umur ekstrak kulit jengkol tidak selalu akan
benih bukan. Pemberian ekstrak kulit jengkol meningkatkan jumlah sel darah putih (Tabel 2).
melalui pakan memberikan peningkatan terhadap Perlakuan A setelah uji tantang menunjukkan
jumlah sel darah putih dan lebih besar dari peningkatan jumlah sel darah putih yang sangat
perlakuan A. Hal ini menunjukkan bahwa esktrak drastis dan memberikan nilai presentase tertinggi
kulit jengkol dapat meningkatkan jumlah sel darah di antara semua perlakuan yaitu sebesar 58,08%.
putih, sehingga imunitas ikan terhadap serangan Hal ini memperlihatkan bahwa benih gurame
bakteri juga akan mengalami peningkatan. dalam kondisi terserang bakteri Aeromonas
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit jengkol hydrophila yang ditunjukkan dengan adanya gejala
yang diberikan cenderung menghasilkan jumlah klinis yang lebih parah dibandingkan dengan
sel darah putih yang semakin tinggi, namun pada perlakuan lainnya. Peningkatan presentase jumlah
konsentrasi 25 ppm terjadi sedikit penurunan sel darah putih yang tinggi pada perlakuan A
jumlah sel darah putih, sehingga jumlah sel darah karena pada saat sebelum uji tantang jumlah sel
putih tertinggi terdapat pada konsentrasi 20 ppm. darah putih rendah sehingga ketika diuji tantang
Hal ini diduga bahwa bahan aktif imunostimulan jumlah sel darah putih yang tersedia tidak cukup
yang terdapat dalam ekstrak kulit jengkol yaitu untuk melakukan perlawanan terhadap serangan
flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida, dan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila sehingga
steroid yang dapat berperan sebagai untuk melawan bakteri tersebut dengan cara
imunostimulator sehingga memacu sistem imun memproduksi sel darah putih lebih banyak agar
benih gurame dalam meningkatkan pertahanan dapat bertahan dari serangan bakteri. Hal ini
terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophila diperkuat dengan pernyataan Anderson (1992)
dengan menginduksi perbanyakan sel darah putih. bahwa peningkatan jumlah sel darah putih dapat
Hal ini sesuai dengan pernyataan Anderson (1992) dijadikan sebagai tanda adanya infeksi, yang
bahwa senyawa fitokimia seperti steroid, ditunjukkan dengan adanya inflamasi sebagai
flavonoid, glikosida, fenol dan tanin bekerja untuk karakteristik tanggap kebal non spesifik, yang
mengaktivasi sel pertahanan seluler dengan cara respon tersebut juga muncul akibat adanya trauma
meningkatkan sel yang berperan sebagai imunitas terhadap bakteri, parasit, dan virus.
makrofag, granulosit, limfosit T dan B. Jumlah sel
Pada perlakuan B, C, D dan E setelah uji ikan, akan merangsang makrofag untuk
tantang nilai presentase peningkatan jumlah sel memproduksi interleukin yang akan membuat sel
darah putih sebesar 33,05%, 20,92%, 8,32% dan limfosit membelah menjadi limfosit-T dan
19,50%. Peningkatan pada perlakuan B, C, D dan limfosit-B serta membuat limfosit-B menjadi lebih
E tidak terlalu tinggi dibandingkan sebelum uji aktif dalam memproduksi antibodi, sedangkan
tantang (setelah diberi perlakuan), hal ini diduga limfosit-T memproduksi interferon yang
karena jumlah sel darah putih mencukupi dalam meningkatkan kemampuan makrofag dalam
melawan serangan bakteri Aeromonas hydrophila memproduksi lebih banyak lisozim (Anderson
saat diuji tantang. Rendahnya peningkatan 1992)
presentase jumlah sel darah putih karena kerja dari Menurut Sahu et. al. (2006) penggunaan
imunostimulan yang terkandung dalam bahan aktif imunostimulan dari bahan tumbuhan alami dapat
ekstrak kulit jengkol. Mekanisme kerja meningkatkan respon imun dari ikan. Hal ini
imonustimulan apabila masuk ke dalam tubuh menandakan bahwa bahan aktif dalam ekstrak kulit
19
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (14-22)
jengkol mencapai titik yang paling optimal sebagai saponin yang tinggi dalam ekstrak kulit jengkol
immunostimulator dalam meningkatkan (Tabel 2). Saponin merupakan racun yang dapat
pertahanan tubuh yang ditandai dengan adanya mengancurkan butir darah atau hemolisis pada
peningkatan sel darah putih, sehingga setelah darah dalam dosis tinggi. Menurut Arshad dkk
benih gurame di uji tantang jumlah sel darah putih dalam Wahyuni (2013) bahwa senyawa alkaloid
tidak meningkat secara drastis karena sel darah yang tinggi dapat menurunkan komponen leukosit
putih sudah tinggi setelah dilakukan pemberian darah yaitu granulosit, sehingga ekstrak kulit
pakan yang telah ditambah ekstrak kulit jengkol jengkol pada perlakuan E dapat menjadi
sehingga jumlah sel darah putih pada benih imunosupresor bagi benih gurame.
gurame perlakuan D sudah cukup dalam melawan
serang bakteri Aeromonas hydrophila. Kelangsungan Hidup Benih Gurame
Jumlah sel darah putih pada perlakuan E
Pengamatan kelangsungan hidup benih
(25 ppm) setelah diberi perlakuan menghasilkan
gurame dilakukan pada masa uji tantang selama
nilai presentasi sebesar 50,32%, perlakuan ini
tujuh hari. Berdasarkan hasil pengamatan setiap
memiliki konsentrasi paling tinggi diantara
perlakuan menghasilkan tingkat kelangsungan
perlakuan yang lain tetapi hasil jumlah sel darah
hidup yang berbeda (Gambar 2).
putihnya di bawah nilai perlakuan D. Hal ini
diduga karena adanya aktivitas alkaloid dan
90
80 71,11
70
60
50
40 31,11
30
20
10
0
0 10 15 20 25
Konsentrasi Ekstrak Kulit Jengkol
(ppm)
Berdasarkan Gambar 2 perlakuan A hal ini ditandai dengan adanya gejala klinis
(kontrol) yang tidak diberi ekstrak kulit jengkol yang merupaka respon meningkatkannya sel darah
memberikan kelangsungan hidup terendah diantara putih saat setelah diuji tantang respon yang berupa
semua perlakuan yang lain. Pada benih gurame peradangan pada bagian-bagian tubuh benih
yang diberi ekstrak kulit jengkol (perlakuan B, C gurame. Hal ini menunjukkan bahwa ikan dalam
dan D dengan konsentrasi 10, 15 dan 20 ppm) keadaan melawan serangan bakteri Aeromonas
dengan semakin tingginya konsentrasi memberikan hydrophila sehingga energi yang dikeluarkan lebih
kelangsungan hidup yang semakin tinggi juga, tinggi untuk menghadapi serangan. Berdasarkan
namun pada perlakuan E (20 ppm) terjadi pengamatan gejala klinis respon benih gurame
penurunan kelangsungan hidup. Perbedaan terhadap pakan semakin menurun (Tabel 5)
presentase kelangsungan hidup benih gurame pada sehingga benih gurame kekurangan energi untuk
setiap perlakuan diduga karena adanya perbedaan proses penyembuhan luka yang ditandai dengan
konsentrasi ekstrak kulit jengkol dalam pakan. gerak renang yang tidak teratur serta respon pasif
Tingkat kelangsungan hidup benih gurame yang terhadap kejutan yang mengakibatkan ikan
tinggi pada perlakuan B, C, D dan E menandakan semakin kekurangan energi sehingga pada
sistem imun non-spesifik benih gurame dapat perlakuan A ini terjadi kematian yang tinggi.
melawan bakteri diduga karena adanya aktivitas Pada perlakuan D (20 ppm) menghasilkan
senyawa ekstrak kulit jengkol, sedangkan pada kelangsungan hidup tertinggi sebesar 93,33%
perlakuan A hanya mengandalkan pertahanan berbeda nyata di antara semua perlakuan. Hal ini
tubuh non spesifik. menandakan bahwa perlakuan D merupakan
20
Rika Rosmawaty: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Dalam Pakan Ikan Untuk ...
perlakuan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan E yang hampir sama. Kondisi ini
perlakuan lain. Hal ini diduga senyawa disebabkan semakin tinggi konsentrasi, maka
immunostimulator dengan konsentrasi sebesar 20 semakin tinggi bahan aktif yang terkandung. Hal
ppm sudah mencapai titik optimal dalam ini diduga tingkat konsentrasi saponin dan alkaloid
meningkatkan imunitas benih gurame karena yang tinggi pada ekstrak kulit jengkol (Tabel 2),
adanya senyawa-senyawa metabolit sekunder yang sehingga menimbulkan mortalitas pada benih
dikandung ekstrak kulit jengkol untuk melawan gurame. Peningkatan konsentrasi tidak selalu
serangan bakteri Aeromonas hydrophila yang berimbang dengan kelangsungan hidup yang
ditandai pada hasil presentasi jumlah sel darah tinggi, karena diduga tingkat konsentrasi saponin
putih tertinggi di antara perlakuan lain. Senyawa- dan alkaloid yang tinggi menjadi racun bagi
senyawa tersebut diantaranya adalah flavonoid, gurame. Menurut Gan (1980) bahwa peningkatan
alkaloid, tanin, saponin, glikosida dan steroid. konsentrasi akan meningkatkan efek suatu
Flavonoid selain dapat menghambat pertumbuhan senyawa aktif hingga efek maksimum dan
bakteri, menghambat produksi enteroksin juga menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti
memacu sistem imun (Vieira dalam Dadang 2014). keracunan dan kematian. Hal ini diperkuat juga
Optimalnya jumlah konsentrasi membuat senyawa- dengan dengan pernyataan Arshad dkk dalam
senyawa tersebut bekerja maksimal dalam Wahyuni (2013) bahwa senyawa alkaloid yang
membuat pertahanan non spesifik benih gurame tinggi dapat menurunkan komponen leukosit darah
semakin kuat yang ditandai dengan jumlah sel yaitu granulosit. Menurut Franchis dalam
darah putih yang tinggi setelah diberi perlakuan, Kurnianingtyas (2013) saponin dalam jumlah yang
sehingga setelah diuji tantang mekanisme sesuai berperan sebagai immunostimulator,
pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila sedangkan dalam jumlah yang berlebih saponin
menjadi terhambat dan tingkat patogenitas akan berperan sebagai immunosupresor (zat yang
menurun. Dengan maksimalnya kerja menekan atau menurunkan sistem imun).
immunostimulator menjadikan benih gurame pada Berdasarkan tiga pernyataan tersebut diduga
perlakuan ini sehat yang ditandai dengan tidak konsentrasi 25 ppm pada perlakuan E, memberikan
adanya gejala klinis fisik, gerak renang, nafsu efek penurunan tingkat kelangsungan hidup benih
makan dan refleks yang normal sehingga energi gurame akibat tingginya kandungan senyawa
yang dikeluarkan oleh benih pada perlakuan ini alkaloid dan saponin dalam ekstrak kulit jengkol.
tidak terlalu besar hanya digunakan untuk
melawan serangan bakteri. Pengamatan Kualitas Air
Benih gurame pada perlakuan C (10 ppm)
Pengukuran kualitas air meliputi
dan perlakuan E (25 ppm) menghasilkan nilai
pengukuran suhu, pH, dan kadar oksigen terlarut
kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata
(DO) yang dilakukan sebanyak empat kali setiap
dengan nilai masing-masing sebesar 84,44% dan
satu minggu selama penelitian yaitu dari minggu
88,89%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
pemberian perlakuan hingga minggu uji tantang.
tinggi konsentrasi tidak seiring dengan semakin
Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian
tingginya efek imunostimulan, terlihat dari nilai
ditunjukkan pada Tabel 3.
kelangsungan hidup benih gurame perlakuan C dan
Berdasarkan hasil pengamatan nilai kualitas air sebesar 3,5-5 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran
pada penelitian menunjukkan kisaran yang sesuai kualitas air, menunjukkan bahwa hasil penelitian
untuk gurame. Menurut Bachtiar (2012) suhu yang tidak dipengaruhi kualitas air tetapi karena murni
ideal bagi gurame berkisar antar 23-28oC dengan adanya pengaruh perlakuan ekstrak kulit jengkol.
pH sekitar 6,5-8,5 dan kadar oksigen terlarut (DO)
21
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (14-22)
22