Anda di halaman 1dari 2

RESUME HUKUM PIDANA LANJUTAN

PERCOBAAN (POGING)

Didalam istilah bahasa Belanda, percobaan ini disebut dengan “poging”, dapat dikatakan
menurut doktrin bahwa percobaan adalah “permulaan kejahatan yang belum selesai” atau “een
reeds begonnen doch nog niet voltooid mijsdrijf”. Percobaan merupakan suatu tindakan
dilakukan oleh pelaku namun pelaku belum sempat menyelesaikan apa yang hendak
dilaksanakannya dan tidak melakukan semua bagian yang diuraikan dalam rumusan suatu
delik. Kadangkala suatu kejahatan telah mulai dilakukan, akan tetapi tidak dapat diselesaikan
sesuai dengan keinginan/maksud pelaku. Ada 2 arti percobaan, yaitu : (1). Yang dimaksud
dengan usaha hendak berbuat adalah orang yang telah mulai berbuat (untuk mencapai suatu
tujuan), yang mana perbuatan itu tidak menjadi selesai. Syaratnya yaitu perbuatan telah
dimulai, artinya tidaklah cukup sekedar kehendak (alam batin) semata. (2). Yang dimaksud
dengan melakukan sesuatu dalam keadaan diuji adalah melakukan perbuatan atau rangkaian
perbuatan dalam hal untuk menguji suatu kajian tertentu dibidang ilmu pengetahuan tertentu.

Didalam ilmu hukum pidana istilah percobaan mengandung satu arti yang lebih sempit,
yaitu satu usaha yang tidak berakibat seperti dimaksud, jadi yang sia-sia. Percobaan ini
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : (1). Percobaan tertunda, padahal tidak dapat diselesaikan
perbuatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. (2). Percobaan gagal,
perbuatan diselesaikan, akan tetapi hasil yang dituju tidak tercapai.

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana, khususnya dalam Pasal 53 KUHP mengatur
mengenai percobaan tindak pidana sebagai perbuatan yang dapat dipidana. Berkaitan dengan
percobaan, KUHP memberikan ancaman yang maksimumnya diperingan, yaitu dikurangi
sepertiganya (1/3) dari maksimum pidana pokoknya, sedangkan terhadap ancaman pidana mati
dan penjara seumur hidup, maksimumnya menjadi 15 tahun. Pengurangan tidak diberikan bagi
pidana tambahan (Pasal 53 ayat (2,3,4) KUHP). Percobaan untuk melakukan kejahatan
terancam hukuman, bila maksud si pembuat sudah nyata dengan dimulainya perbuatan itu dan
perbuatan itu tidak selesai hanyalah lantaran hal yang tidak bergantung kepada kemauan
sendiri. Ada 4 syarat yang harus dipenuhi supaya suatu percobaan untuk melakukan suatu delik
dapat dihukum, yaitu : (1). Delik yang dicoba mesti merupakan kejahatan. (2). Maksud untuk
melakukan kejahatan itu mesti nyata. (3). Kejahatan itu mesti sudah mulai dilakukan. (4).
Kejahatan itu tidak diselesaikan, hanyalah karena suatu hal yang tidak dikehendaki si pembuat.
Jika ditinjau isi Pasal 53 ayat (1) KUHP dapat diketahui adanya 3 unsur dari percobaan,
yaitu : (1). Adanya niat, yaitu kehendak untuk melakukan kejahatan. (2). Adanya permulaan
pelaksanaan, yaitu terjadinya suatu perbuatan tertentu, maka perbuatan itulah yang dapat
dipidana. Terdapat 2 teori berkaitan dengan permulaan pelaksanaan dalam percobaan ini, yaitu
: (a). Subjektif, yaitu melakukan percobaan harus dipidana, oleh karena orang tersebut bersifat
berbahaya. Dalam teori ini, permulaan pelaksanaan yaitu apabila dari wujud perbuatan yang
dilakukan telah nampak secara jelas niat atau kehendaknya untuk melakukan suatu tindak
pidana. (b). Objektif, yaitu dasar untuk memidana percobaan adalah karena berbahayanya
perbuatan yang dilakukan. Dalam teori ini, permulaan pelaksanaan yaitu apabila dari wujud
perbuatan itu telah Nampak secara jelas arah satu-satunya dari wujud perbuatan, yaitu tindak
pidana tertentu. (3). Tidak selesainya pelaksanaan itu semata-mata bukan karena kehendak
sendiri, yaitu jaminan kepada seseorang yang dengan kehendak sendiri, dengan sukarela
mengurungkan pelaksanaan kejahatan yang telah dimulai.

Percobaan yang tidak mampu (Ondeugdelijke Poging) itu terjadi, apabila seseorang telah
melakukan perbuatan jahat yang dikehendaki untuk diselesaikan, tetapi walaupun ia telah
melakukan perbuatan-perbuatan yang diperlukan, kejahatan itu tidak dapat diselesaikan bukan
karena dihalang-halangi. Tidak mampu atau tidak diselesaikannya kejahatan itu dapat
disebabkan karena objek atau sarananya, tetapi mungkin juga karena alat atau sasarannya
(middel). Tidak mampunya itu dapat berbentuk, yaitu : (1). Ketidakmampuan yang
mutlak/absolut berarti bagaimana pun juga kejahatan itu tidak mungkin diselesaikan, hal ini
baik mengenai objeknya (sasarannya) maupun mengenai alat/sasarannya (middel). (2).
Ketidakmampuan relative berarti karena keadaan khusus, baik pada objek maupun sasarannya,
kejahatan itu tidak dapat diselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai