Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA


DOKTER SPESIALIS TERHADAP PELAKSANAAN BPJS KESEHATAN DI
RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO

Shabrina Hasnaulia Safarah, Bagoes Widjanarko, Zahroh Shaluhiyah


Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
Email: Sheizasafarah@gmail.com

ABSTRACT

National health insurance (BPJS Kesehatan) is an Indonesian governmenting


program that aims to improve the Indonesians health. In the program’s
implementation, specialist hold an important role for the hospital. Therefore the
specialist satisfaction is very influential to the hospital performance.
The purpose of this study is to describe characteristics and its relation in
specialist job satisfaction on the implementation of national health insurance.
This research is quantitative study with cross sectional design. The total
populations are 56 specialist working in dr. Cipto Panti Wilasa Hospital
Semarang. Interview with quesionnaire was used to collect the data. Univariat
and bivariat analysis was used in this research.
Most specialist has an age range from 33-47 years old (57,5%), the majority of
specialist’s gender is male (70%), most specialist have specialist as their last
education (80%), with working period mostly for 4 years (55%), the majority of
specialist is partner specialist (82,5%), most of specialist work in 3 workplace
(57,5%), most specialist doesn’t have structural position (95%), and the majority
of specialist’s income is Rp 10.000.000 – Rp 50.000.000,-. Chi square test result
show that age is related to medical income as subvariabel of satisfaction,
(p=0,012), and total work place related to supervision as subvariabel of
satisfaction (p=0,011). There is no relation among job satisfaction and age
(p=0,433), gender (p=0,297), level of education (p=1,000), working period
(0,638), working status (p=1,000), total working place (p=0,154), structural
position (p=1,000), and income (p=0,482).
It is advisable to review clinical pathway need based on hospital’s data, local
condition, and daily census towards high incident rate and costly cases, conduct
monitoring and evaluation towards clinical pathway implementation in hospital,
further review on INA CBG’s rates along with IDI, cooordination meeting with
specialist as health provider in National Health Insurance.

Keyword : Job satisfaction, specialist, implementation of national health


insurance

PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia Tahun 2004. Berdasarkan Undang –
membentuk suatu program Sistem Undang No.24 Tahun 2011 tentang
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) BPJS, PT Askes (Persero) berubah
yang bertujuan memberi kepastian nama menjadi BPJS kesehatan yang
perlindungan dan kesejahteraan implementasinya sejak tanggal 1
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Januari 2014.1prosedur
sesuai Undang Undang No. 40 pemberian pelayanan jaminan

809
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kesehatan pada seluruh peserta adalah menurunnya kinerja dokter


dengan sistem rujukan berjenjang spesialis. Berdasarkan studi
Ketika pelayanan faskes tingkat pendahuluan bagian rekam medis
pertama tidak dapat menyatakan bahwa hampir semua
menangani pasien baik itu karena dokter spesialis tidak lengkap dalam
keterbatasan tenaga medis atau alat pengisian data rekam medis yang
medis, pasien dapat dialihkan ke merupakan salah satu tanggung
Rumah Sakit sebagai fasilitas tingkat jawab dari seorang dokter dalam
lanjutan.2 memberi pelayanan baik rawat jalan
Jaminan kesehatan bagi peserta maupun rawat inap. Hal ini menjadi
BPJS harus memenuhi aspek salah satu indikator bahwa para
kualitas dengan mementingkan dokter belum bekerja secara optimal
kendali mutu dan biaya. Dalam dalam mengikuti kebijakan yang
rangka meningkatkan mutu telah ditetapkan.
pelayanan kesehatan, Kementrian Berdasarkan studi pendahuluan
Kesehatan Republik Indonesia telah terdapat dokter spesialis yang tidak
menentukan kebijakan penerapan mau menerima pasien BPJS
konsep INA-CBGs (Indonesia Case Kesehatan. Selain itu berdasarkan
Base Groups)Pada sistem ini besar wawancara, pasien menyatakan
pembayaran klaim secara tidak bahwa kurang puas dengan
langsung ditentukan pada ketepatan keberjalanan BPJS Kesehatan salah
informasi resume medis satunya karena pemeriksaan dan
Ketidaktepatan pengisian catatan konsultasi yang dilakukan oleh
rekam medis sebagai tanggung dokter spesialis menjadi lebih
jawab dokter spesialis akan singkat dibandingkan dengan
berdampak pada grouper kode INA- sebelum adanya BPJS Kesehatan.
CBGs yang akan berujung pada Hal ini disebabkan oleh terbatasnya
tidak tepatnya klaim yang akan waktu dokter spesialis dalam
diajukan dari rumah sakit kepada melakukan konsultasi kepada pasien
BPJS Kesehatan. di era BPJS Kesehatan. Selain itu,
Dalam meningkatkan mutu dalam studi pendahuluan oleh
pelayanan di fasilitas kesehatan peneliti selama seminggu
harus memperhatikan kinerja didapatkan kerugian rumah sakit dari
sumber daya manusia. Salah satu perawatan rawat inap sebagai selisih
sumber daya manusia di fasilitas negatif antara tarif rumah sakit dan
kesehatan rujukan tingkat lanjut tarif klaim yang diberikan oleh BPJS
yang paling dominan adalah dokter Kesehatan. Menurut laporan
spesialis. Menurut Muclas kinerja keuangan Medicare, pembayaran
individu dipengaruhi oleh kepuasan paket DRG yang tidak tepat
kerja individu, sehingga kepuasan disebabkan karena adanya
kerja dokter secara individu besar pemeriksaan yang tidak diperlukan,
pengaruhnya terhadap kinerja rumah tidak ada atau kurang lengkapnya
sakit. Kinerja dokter akan tinggi dokumentasi, dan koding yang tidak
apabila pada saat melakukan tepat.4
pekerjaanya dokter merasa nyaman Kepuasan kerja adalah keadaan
yang didapat dari kepuasan kerja.3 emosional yang menyenangkan atau
Dampak kepuasan kerja yang sikap umum terhadap perbedaan
kurang dalam kasus kepuasan kerja penghargaan yang diterima dan
dokter spesialis terhadap yang seharusnya diterima serta
pelaksanaan BPJS Kesehatan terhadap faktor – faktor pekerjaan,

810
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penyesuaian diri, dan hubungan Karakteristik Kategori F %


sosial individu diluar kerja. Dalam Usia Kelompok 23 57,
Iswanti, bahwa Cue dan Gianakis usia 33-47 5
menyatakan bahwa kepuasan kerja tahun
adalah hal penting dalam teori dan Kelompok 17 42,
praktek karena mempengaruhi usia 48-70 5
kapasitas kerja agar menghasilkan tahun
kinerja yang efisien dan dapat Jenis Laki-laki 28 70
memenuhi pekerjaan dengan kelamin Perempuan 12 30
sukses. Pendidikan Spesialis 32 80
Oleh karena itu peneliti tertarik Terakhir Subspesialis 8 20
untuk menganalisis kepuasan kerja Masa Kerja < 4 Tahun 4 10
dokter spesialis terhadap 4 Tahun 36 90
pelaksanaan BPJS Kesehatan Status Dokter Tetap 7 17,
kebutuhan pendidikan kesehatan 5
reproduksi pada siswa SMP di Dokter Mitra 33 82,
Wilayah Kecamatan Pedurungan 5
serta faktor yang berhubungan Jumlah ≤2 tempat 18 45
dengan pendidikan kesehatan Tempat Kerja kerja
reproduksi 3 tempat kerja 22 55
Jabatan Ada Jabatan 2 5
METODE PENELITIAN Tidak Ada 38 95
Penelitian bersifat deskriptif Jabatan
analitik dengan pendekatan Penghasilan Rp 30 75
kuantitatif rancangan cross 10.000.000–
sectional. Pengumpulan data Rp
menggunakan wawancara 50.000.000
kuesioner. Populasinya adalah >Rp 10 25
seluruh dokter spesialis yang 50.000.000
bekerja di RSPWDC, sejumlah 56 Hasil distribusi frekuensi (tabel
orang. Teknik sampling 1) menunjukkan responden berusia
menggunakan total sampel yaitu 33-47 tahun (57,5%), laki-laki (70%),
semua dokter spesialis yang bekerja spesialis (80%), masa kerja 4 tahun
sebagai dokter spesialis tetap dan (90%), dokter mitra (82,5%), bekerja
dokter spesialis mitra sebanyak 56 di 3 tempat kerja (55%), tidak
orang.Penelitian dengan teori memiliki jabatan (95%),
Herzbergdenganmelibatkan faktor berpenghasilan Rp 10.000.000–Rp
hygiene dan motivator. Analisis data 50.000.000 (75%).
yaitu univariat dan bivariat
menggunakan uji statisticchi-square. Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Kepuasan Kerja Dokter Spesialis
HASIL PENELITIAN terhadap Pelaksanaan BPJS
Tabel 1. Hasil Univariat Kesehatan
Karakteristik Responden Jumlah
Kepuasan
Frekuensi %
Tidak Puas 16 40
Puas 24 60
Total 40 100
Tabel 2 menunjukkan sebanyak
40% responden tidak puas dalam

811
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pelaksanaan BPJS Kesehatan di PEMBAHASAN


RS. Panti Wilasa Dr. Cipto. a. Usia
Pertanyaan mengenai kepuasan Kepuasan kerja dengan umur
terdiri dari 8 subvariabel pertanyaan. individu menunjukkan hubungan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi positif dimana semakin tua umur
Jawaban Kepuasan Kerja Dokter karyawan semakin tinggi tingkat
Spesialis pada Pelaksanaan BPJS kepuasan kerjanya. Tenaga kerja
Kesehatan yang lebih senior cenderung
Kategori Jawaban puas dengan pekerjaannya
Variabel
Tidak Total karna mereka lebih mampu
No Pernyataa Puas menyesuaikan diri dengan
Puas
n lingkungan berdasarkan
f % f % f %
5
Kebijakan 100 pengalamannya.
Rumah Dalam penelitian ini tidak
Sakit ditemukan hubungan antara usia
2 1 4 dengan kepuasan kerja, tetapi
1. terhadap 55 45
2 8 0 sebagian besar jawaban tidak
BPJS
Kesehata puas didapatkan dari responden
n dengan kelompok umur 48-70
3 82, 7 17,5 4 100 tahun yaitu dokter spesialis yang
2. Fasilitas lebih senior. Hal ini menunjukkan
3 5 0
Pekerjaan 1 42,5 4 100 adanya ketidaksesuaian
2 57, pelaksanaan BPJS Kesehatan
3. itu 7 0
3 5 dengan pengalaman dokter
Sendiri
Hubunga 5 12,5 4 100 spesialis. Berdasarkan hasil
n dengan 3 87, 0 wawancara diketahui bahwa hal
4. ini disebabkan karena terdapat
Rekan 5 5
Kerja beberapa peraturan BPJS
2 2 50 4 100 Kesehatan yang tidak sesuai
5. Supervisi 50 dengan peraturan kedokteran
0 0 0
Jasa 2 52, 1 47,5 4 100 dalam hal ini adalah penulisan
6. resep obat-obatan, pemberian
Medis 1 5 9 0
Kesempat 1 32,5 4 100 jasa medis yang tidak sesuai
2 67, dengan kaidah kedokteran dan
7. an 3 0
7 5 kebijakan kebutuhan diagnosis
Promosi
Pengharg 3 87, 5 12,5 4 100 pasien. Dari hasil penelitian
8. sebanyak 31 responden (77,5%)
aan 5 5 0
mengaku tidak puas dengan
Pada tabel 3 diketahui
panduan kebijakan formularium
bahwavariabel ketidakpuasan paling
nasional. Hal ini dikarenakan
banyak terdapat pada variabel
karena beberapa obat yang
supervisi (50%). Sementara
dibutuhkan sesuai diagnosa
ituvariabel kepuasan kerja dokter
pasien tidak masuk dalam
spesialis dengan kategori puas
formularium nasional.
paling banyak terdapat pada variabel
Ketidakpuasan terhadap
Hubungan dengan Rekan Kerja
formularium nasional juga
(87,5%), dan penghargaan (87,5%).
sejalan dengan pengakuan 33
responden (82,5%) bahwa dalam
beberapa kasus responden tidak
dapat memberikan resep obat

812
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

terbaik sesuai ilmu bidang pekerjaan yang dilakukan di era


spesialisasi. BPJS Kesehatan tidak bisa
b. Jenis Kelamin dilakukan dengan optimal. Hal ini
Jenis kelamin merupakan sejalan dengan pengakuan 17
identitas responden yang responden (42,5%) bahwa
membedakan antara laki-laki dan adanya keterbatasan untuk
perempuan. Kebutuhan wanita menggunakan kemampuan dan
untuk merasa puas dalam bekerja keterampilan terbaik responden
ternyata lebih rendah dalam memberikan pelayanan
dibandingkan pria.6 kepada pasien BPJS Kesehatan.
Dalam penelitian ini, tidak ada d. Masa Kerja
hubungan antara jenis kelamin Masa bekerja dapat diartikan
responden dengan kepuasan dengan pengalaman seseorang
kerja dokter spesialis. Hal ini selama memberikan pelayanan di
disebabkan pelaksanaan BPJS rumah sakit. Semakin lama masa
Kesehatan tidak membedakan bekerja semakin banyak
kinerja profesi kesehatan antara pengalaman dan semakin banyak
perempuan dan laki-laki. kasus yang ditangani akan
c. Pendidikan Terakhir membuat seseorang mampu
Pendidikan dapat memberikan melaksanakan kinerja dengan
pengetahuan mengenai baik . Apabila masa kerja tinggi
pelaksanaan tugas dan landasan maka kepuasan kerja akan tinggi
untuk mengembangkan diri serta dan sebaliknya apabila masa
kemampuan memanfaatkan kerja rendah maka kepuasan
semua sarana yang ada di sekitar kerja akan rendah pula.7
untuk kelancaran tugas. Tingkat Menurut UU BPJS (UU no 24
pendidikan formal yang semakin Tahun 2011 tentang BPJS)
tinggi, berakibat pada program jaminan kesehatan yang
peningkatan harapan dalam hal diselenggarakan oleh BPJS
karier dan perolehan pekerjaan Kesehatan mulai beroperasi pada
dan penghasilan. tanggal 1 Januari 2014. Untuk
Pendidikan terakhir mendukung keberjalanan BPJS
menunjukkan kompetensi dokter Kesehatan, secara tidak langsung
spesialis. Hal ini berhubungan dokter spesialis harus
dengan tindakan dan jenis menggunakan layanan yang
pelayanan yang dapat dilakukan paling cost effective dengan
oleh dokter dalam pelaksanaan menjalankan clinical pathway.8
BPJS Kesehatan. Di era BPJS Sementara itu, dokter spesialis
Kesehatan, pelayanan kesehatan yang telah bekerja selama 20 –
berbasis dengan sistem rujukan 44 tahun tidak terbiasa
berjenjang sehingga membatasi melakukan pelayanan dengan
upaya medis yang berlebihan dan sistem pembayaran INA CBG
adanya pembagian tugas yang dimana dengan sistem
efisien antara dokter umum pembayaran ini dokter merasa
dengan dokter spesialis. Rumah variasi pelayanan dibatasi
sakit panti wilasa dr. Cipto sehingga dokter spesialis
merupakan rumah sakit tipe c cenderung tidak puas dengan
dengan pelayanan kesehatan sistem pelayanan tersebut. Hasil
spesialistik sehingga bagi penelitian ini sejalan dengan
beberapa dokter subspesialis pengakuan 3 responden (82,5%)

813
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa pemberian obat kepada lama pasien dirawat, maupun


pasien BPJS Kesehatan rata-rata pemeriksaan penunjang. Hal ini
berdasarkan formularium berdampak pada perbedaan hasil
nasional, dimana pada sistem ini, antara tarif Riil rumah sakit
beberapa jenis obat yang dengan tarif paket INA CBG yang
diberikan kepada pasien, tidak diberikan oleh BPJS Kesehatan.
ditanggung oleh BPJS Kesehatan e. Jumlah tempat Kerja
. Status Kerja DiketahuiPengalaman
Seseorang yang bekerja purna merupakan salah satu faktor yang
waktu mempunyai kesempatan memiliki pengaruh yang sangat
untuk melaksanakan tugasnya besar terhadap pengetahuan
dengan baik, karena tidak dokter, pengalaman bekerja
membagi waktu dengan rumah seorang dokter bisa berkaitan
sakit lain sehingga bisa dengan pengalaman terhadap
mengerjakan tugas lain.Hal ini penerimaan jumlah pasien.9
sejalan dengan karakteristik Banyaknya jumlah tempat kerja
dokter tetap dalam penelitian ini diasosiasikan dengan
diantaranya adalah dokter tetap pengalaman kerja dokter
memiliki lebih banyak waktu dan terhadap penerimaan jumlah
kesempatan untuk ikut andil pasien.
dalam perumusan pedoman Dokter spesialis yang bekerja
Clinical pathway dan di 3 tempat kerja sebanyak 11
mengevaluasi keberjalanan responden (50%) cenderung tidak
pedoman tersebut. puas terhadap pelaksanaan
Clinical pathway di rumah sakit BPJS. Hal ini disebabkan selain
merupakan pedoman yang bekerja di rumah sakit ini,
mencakup semua aktivitas pasien responden bekerja di rumah sakit
mulai saat masuk hingga keluar tipe B, dan tipe A sehingga
rumah sakit. Pedoman ini referensi pengalaman dan
berguna untuk meningkatkan pengetahuan responden dalam
mutu pelayanan dan menangani pasien lebih beragam
pengendalian biaya pelayanan. dalam melayani pasien BPJS
Hal ini berhubungan dengan Kesehatan sehingga dokter
pemberlakuan INA CBG agar merasakan terdapat kesenjangan
dapat berjalan baik di rumah antara sistem kerja di rumah sakit
sakit. Berdasarkan hasil yang satu dan yang lainnya.
penelitian, sebanyak 28 Dalam pelayanan meskipun
responden (70%) menyatakan beberapa diagnosa belum
tidak puas terhadap keberjalanan memiliki Clinical pathway di
Clinical pathway. Hal ini sejalan rumah sakit ini, dokter tetap
dengan hasil wawancara dengan melakukan pelayanan sesuai
manajer pelayanan medik bahwa dengan panduan Clinical pathway
rumah sakit baru menetapkan 9 terhadap pasien BPJS Kesehatan
jenis Clinical pathway sehingga yang di dapatkan dari RS tipe A
pelayanan kesehatan pada tempat ia bekerja.
pasien dengan kasus yang sama f. Jabatan
dilakukan secara berbeda-beda Karyawan dengan jabatan
pada tiap dokter yang lebih tinggi umumnya lebih puas
menanganinya. Misalnya pada dengan pekerjaan mereka
pemberian tindakan medis, acuan dibandingkan dengan pekerja

814
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan karyawan yang tidak seperti perbedaan sistem kerja


memiliki jabatan. Namun hasil dan ketimpangan antara tarif riil
penelitian ini tidak sejalan dengan dan tarif BPJS Kesehatan juga
teori tersebut. Dokter spesialis dapat mempengaruhi kepuasan
yang memiliki jabatan (50%) kerja dokter spesialis.
cenderung tidak puas dengan h. Usia dan Subvariabel Jasa
pelaksanaan BPJS Kesehatan. Medis
Menurut pengakuan 11 Dalam BPJS Kesehatan
responden (27,5%) menyatakan mekanisme pembayaran kepada
bahwa selama pelaksanaan fasilitas kesehatan tingkat II
BPJS Kesehatan, jumlah beban bervariasi mulai dari besaran tarif
kerja yang harus diselesaikan yang dibayarkan, sistem tarif, dan
semakin tidak sesuai dengan mekanisme klaim.11 Metode
waktu yang dimiliki untuk pembayaran untuk rawat jalan
menyelesaikan pekerjaan. Hal ini sekunder dan rawat inap pada
membuktikan bahwa terdapat fasilitas kesehatan rujukan tingkat
kesenjangan antara kapasitas lanjut adalah dengan
waktu dokter dengan tuntutan menggunakan pembayaran INA-
pekerjaan dalam pelayanan CBG yaitu sistem koding dari
pasien BPJS Kesehatan. diagnosis akhir dan tindakan
g. Penghasilan yang menjadi output pelayanan
Menurut teori Hygiene factors berbasis pada biaya dan kode
atau dissatisfier oleh Herzberg penyakit. Saat ini tarif INA-CBG
dan Maslow, Hygiene factors juga dikelompokkan berdasarkan
adalah faktor-faktor yang menjadi kelas rumah sakit yaitu RS kelas
sumber ketidakpuasan apabila D, C, B, dan A.8
tidak ada di dalam pekerjaan, Dari data penelitian dapat
salah satunya adalah dilihat bahwa kecenderungan
kompensasi. Seseorang akan semakin tua usia responden,
merasa puas apabila sistem maka akan semakin tidak puas
kompensasi yang diterapkan adil terhadap jasa medis yang
dan transparansi sesuai dengan diberikan. Hal ini sejalan dengan
tuntunan pekerjaan dan tingkat pengakuan 34 responden (85%)
keterampilan individu tersebut.10 bahwa sistem klaim INA CBG
Dalam penelitian ini dokter yang diberlakukan kurang
spesialis yang memiliki maksimal sebagai contoh paket
penghasilan > Rp 50.000.000,- klaim INA CBG yang diberikan
sebanyak 5 responden (50%) pada diagnosis tindakan operasi
cenderung tidak puas terhadap tonsilitis, dan operasi sinusitis
pelaksanaan BPJS. Nilai uji tidak sesuai dengan resiko
hubungan menunjukkan nilai p- pekerjaan maupun resiko pasien
value 1,000 yang berarti tidak yang mungkin di dapatkan.
adanya hubungan antara i. Jumlah Tempat Kerja dan
penghasilan dengan kepuasan Subvariabel Supervisi
kerja dokter spesialis. Hal ini Pengalaman merupakan salah
disebabkan karena penghasilan satu faktor yang memiliki
bukan satu-satunya hal yang pengaruh yang sangat besar
dapat mempengaruhi kepuasan terhadap pengetahuan dokter,
kerja dokter, ketidakseimbangan pengalaman bekerja seorang
dalam melakukan pekerjaan dokter salah satunya bisa

815
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berkaitan dengan pengalaman pasien karena semakin banyak


terhadap penerimaan jumlah tempat kerja dokter, semakin
pasien. Banyaknya jumlah tempat beragam pula diagnosis pasien
kerja diasosiasikan dengan BPJS Kesehatan yang dijumpai
pengalaman kerja dokter oleh dokter.9
terhadap penerimaan jumlah

Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat


Kepuasan Kerja terhadap
Pelaksanaan BPJS
p-
Variabel Kategori F % Kesehatan
value
Tidak Puas Puas
F % F %
Usia Kelompok usia 23 57,5 8 34,8 15 65,2 0,433
33 – 47 tahun
Kelompok usia 17 42,5 8 47,1 9 52,9
48-70 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki 28 70 13 46,4 15 53,6 0,297
Perempuan 12 30 3 25 9 75
Pendidikan Terakhir Spesialis 32 80 13 40,6 19 59,4 1,000
Subspesialis 8 20 3 37,5 5 62,5
Masa Kerja <4 tahun 4 10 1 25 3 75 0,638
4 tahun 36 90 15 41,7 21 58,3
Status Kerja Dokter Tetap 7 17,5 13 42,9 4 57,1 1,000
Dokter Mitra 33 82,5 3 39,4 20 60,6
Jumlah Tempat Kerja ≤ 2 tempat kerja 18 45 5 27,8 13 72,2 0,154
3 tempat kerja 22 55 11 50 11 50
Jabatan Ada Jabatan 2 5 1 50 1 50 1,000
Ada Jabatan 38 95 15 39,5 23 60,5
Penghasilan Rp 10.000.000 – 30 75 11 36,7 19 36,7 0,482
Rp 50.000.000
> Rp 10 25 5 50 5 50
50.000.000
Usia dan Subvariabel Kelompok usia 23 57,5 7 30,4 16 69,6 0,012
Jasa Medis 33 – 47 tahun
Kelompok usia 17 42,5 12 70,6 5 29,4
48-70 tahun
Jumlah Tempat Kerja ≤ 2 tempat kerja 18 45 5 27,8 13 72,2 0,011
dan Subvariabel 3 tempat kerja 22 55 15 68,2 7 31,8
Supervisi
Karyawan yang diberikan. Hal ini disebabkan
berpengalaman jauh lebih tinggi karena terdapat pengelompokkan
kepuasan kerjanya daripada tarif INA CBG berdasarkan
mereka yang kurang pengalaman akreditasi rumah sakit sehingga
kerjanya.12Namun dalam hasil mempengaruhi kebijakan yang
penelitian ini, dapat dilihat bahwa diterapkan di rumah sakit satu
kecenderungan semakin banyak dan yang lainnya. .
jumlah tempat kerja responden, Pada tabel 4, dokter spesialis yang
maka akan semakin tidak puas tidak puas lebih banyak kelompok
terhadap supervisi yang usia 48-70 tahun (47,1%), berjenis

816
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kelamin laki-laki (46,4%), pendidikan REKOMENDASI


terakhir spesialis (40,6%), bekerja Bagi rumah sakit untuk mengkaji
selama 4 tahun semenjak ulang kebutuhan clinical pathway
diberlakukan BPJS Kesehatan berdasarkan kondisi setempat, dan
(41,7%), status dokter tetap (42,9%), sensus harian yang memiliki angka
bekerja di 3 tempat kerja (50%), kejadian tinggi dan mengeluarkan
memliki jabatan (50%), memiliki banyak biaya, melakukan
penghasilan > Rp 50.000.000 (50%). pengawasan dan evaluasi panduan
Untuk subvariabel kepuasan jasa Clinical Pathway. Bagi BPJS
medis terhadap usia lebih banyak Kesehatan untuk mengkaji ulang
yang tidak puas pada kelompok usia tarif paket INA CBG bersama
48-70 tahun (70,6%), dan dengan perwakilan dari IDI (Ikatan
subvariabel supervisi terhadap Dokter Indonesia, dan mengadakan
jumlah tempat kerja lebih banyak koordinasi dengan penyedia layanan
tidak puas pada dokter spesialis kesehatan terutama dokter spesialis
yang bekerja di 3 tempat kerja yang bekerja di daerah Semarang.
(68,2%).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN 1. Pemerintah Republik Indonesia.
1. Sebanyak 40% responden tidak Undang-Undang RI Nomor 40
puas terhadap pelaksanaan Tahun 2004 Tentang Sistem
BPJS Kesehatan.Subvariabel Jaminan Sosial Nasional.
dengan jawaban tidak puas yaitu Pemerintah Republik Indonesia.
supervisi (50%), jasa medis 2012;XXXIII(2):81-87.
(47,5%), kebijakan rumah sakit doi:10.1007/s13398-014-0173-
terhadap BPJS Kesehatan (45%), 7.2.
pekerjaan itu sendiri (42,5%). 2. Menteri Kesehatan RI. Peraturan
2. Karakteristik responden: lebih Menteri Kesehatan Republik
dari separuh masuk dalam Indonesia Nomor 71 Tahun 2013
kelompok usia 33-47 tahun tentang Pelayanan Kesehatan
(57,5%), mayoritas pada Jaminan Kesehatan
respondenlaki-laki (70%), Nasional. 2013.
mayoritas memiliki pendidikan 3. Muchlas M. 1997. Perilaku
terakhir spesialis (80%), Organisasi Edisi II. Yogyakarta:
mayoritas masa kerja 4 tahun UGM.
(90%), berstatus dokter mitra 4. Bibbins BB. 2007. Medicare
(82,5%), bekerja di 3 tempat kerja Sevirity Diagnosis Related
(55%), tidak memiliki jabatan Groups (MS-DRGs_ Set the
(95%), dan berpenghasilan Rp Stage for Documentation and
10.000.000 – Rp 50.000.000 Koding Paradigm Shifts. J Heal
perbulan (75%). Care Compliance. 2007:9, 11-14,
3. Variabel yang berhubungan 60-61.D
dengan kepuasan kerja dokter 5. Gibson, dkk. 1997. Organisasi :
spesialis adalah usia dengan Perilaku – Struktur – Proses.
subvariabel jasa medis, dan Jilid 2. Edisi Kedelapan, Jakarta:
jumlah tempat kerja dengan Binarupa Aksara
subvariabel supervisi. 6. Moh. As’ad. 1998. Psikologi
Industri. Yogyakarta : LIBERTY
7. Sari, Elviera. 2009. Pengaruh
Kompensasi dan Iklim

817
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Organisasi Terhadap Kepuasan http://eprints.undip.ac.id/32997


Kerja. January; 16(1): p. 18-24. /1/Fandy.pdf
8. Peraturan Menteri Kesehatan 10. Judge T, Watanabe S. 1993.
Republik Indonesia Nomor 27 Anothers look at the Job
Tahun 2014 tentang Petunjuk Satisfaction-Life Satisfaction
Teknis Sistem Indonesian Case Relationship. Vol 78
Base Groups (INA-CBGs). 11. Andini, Rita. Analisis Pengaruh
9. Wicaksono fany. 2011. Kepuasan Gaji, Kepuasan
Hubungan Pengalaman Kerja Kerja, Komitmen Organisasional
Dokter Puskesmas Kota terhadap Tunover Intention.
Semarang dengan Pengetahuan Thesis. Semarang: Universitas
Pengetahuan Jantung Anak. Diponegoro; 2006
Program Pendidikan Sarjana 12. Barr, KW and Breindel, CI. 1995.
Kedokteran. FAKULTAS Ambulatory Care, Health Care
KEDOKTERAN UNIVERSITAS Administration Principles,
DIPONEGORO Diakses Practices, Structure and
03/11/2017 Delivery. Sec. Ed. Gaithersburg,
Maryland. Aspen Publisher Inc.

818

Anda mungkin juga menyukai