120117006/KP F
Seiring dengan perkembangan peradaban barat, asas-asas dan pola berpikir HPI sudah
berkembang dalam masyarakat sejak masa Kekaisaran Romawi (abad ke-2 sampai ke-6 SM). Ada
beberapa tahapan perkembangan HPI.
Hukum suatu negara hanya berlaku dalam batas-batas teritorial negara itu
Semua orang yang secara tetap atau sementara berada di dalam teritorial wilayah suatu
negara berdaulat merupakan subek hukum dari negara tersebut dan tunduk serta terikat
pada hukum negara tersebut.
Berdasarkan prinsip sopan santun antar negara (comitas gentium), hukum yang berlaku
di negara asalnya tetap memiliki kekuatan berlaku di mana-mana, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan subek hukum dari negara pemberi pengakuan.
Ketiga prinsip ini juga harus memperhatikan dua prinsip lain yaitu:
Dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah menurut Hukum setempat harus diakui
atau dianggap sah juga di negara lain.
Dianggap sebagai perbuatan hukum yang batal menurut hukum setempat akan dianggap
batal di mana pun.
bahwa HPI itu bersifat hukum supra nasional sehingga bersifat universal, maka ada yang
menyebut pikiran Von Savigny ini dengan istilah teori HPI universal.
Pendapat von Savigny kemudian berkembang menjadi asas HPI yang digunakan
sekarang yaitu choice of law (titik taut sekunder). Menggunakan the most characteristic
connection, dimana apabila subjek perjanjian tidak menentukan hukum mana yang dipilih,
maka tidak lagi perlu teori-teori seperti lex cause atau lex fori lagi. Cukup dilihat hukum dari
pihak yang paling karakteristik dalam perjanjian (penjual).