Klasifikasi Maloklusi
Klasifikasi Maloklusi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Insisivus sentralis mandibula adalah gigi pertama yang erupsi dalam rongga
mulut pada umur 6-7 bulan. Waktu erupsi gigi sangat bervariasi. Variasi 3 bulan dari
umur rata-rata terhitung normal. Pada umur 3-6 tahun, lengkung gigi relatif stabil dan
sangat sedikit perubahan yang terjadi.6,15,17
molar dan kaninus desidui digunakan untuk pergeseran mesial gigi-gigi molar
mandibula untuk mendapatkan hubungan molar klas I.1,6,7,15,17
e. Erupsi gigi molar dua permanen
Munculnya gigi molar dua permanen idealnya mengikuti erupsinya gigi
premolar. Jika gigi molar dua bererupsi sebelum gigi premolar bererupsi sempurna,
pengurangan lengkung rahang yang signifikan dan maloklusi juga lebih cenderung
terjadi.6,7,17
2.2 Oklusi
Kamus kedokteran Rickett Dorlands mendefinisikan oklusi adalah suatu
tindakan penutupan atau proses ditutup. Dalam kedokteran gigi, oklusi adalah
hubungan timbal balik dari permukaan yang berlawanan antara gigi maksila dan
mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan kontak penuh yang
2.3 Maloklusi
2.3.1 Definisi Maloklusi
Maloklusi adalah susunan gigi geligi dan hubungannya satu sama lain dengan
rahang yang tidak sesuai dengan konfigurasi morfologi kompleks maxillo-dentofacial
yang diterima pada manusia.19 Definisi maloklusi adalah penyimpangan yang cukup
besar dari oklusi ideal yang tidak memuaskan secara estetis maupun secara
fungsional.18,22 Maloklusi adalah hubungan abnormal gigi-gigi pada rahang atas
dengan rahang bawah pada saat oklusi sentrik.21
Fisk (1960) menyatakan maloklusi adalah suatu kondisi pada struktur gigi yang
keharmonisannya tidak dapat diterima struktur fasial atau struktur lainnya dan/atau
kranium, sehingga mengganggu atau menunjukkan potensi buruk pada perkembangan
dan pemeliharaan jaringan normal, fungsi efektif atau masalah sikap psikologis.23
1. Klas I
Karakteristik maloklusi Klas I Angle yaitu adanya hubungan molar yang
normal. Cusp mesiobukal molar satu permanen beroklusi pada groove bukal molar
satu permanen mandibula.6,15,23-26 Hubungan skeletal dan fungsi otot normal. Pada
maloklusi Klas I Angle dapat terjadi ketidakteraturan gigi seperti gigi berjejal,
spacing, rotasi, gigi yang hilang dan lain lain.15,25
Maloklusi lainnya sering dikategorikan sebagai Klas I protrusi bimaksilari,
dimana pada pasien terdapat hubungan molar Klas I tetapi gigi pada lengkung rahang
atas dan bawah terletak di posisi lebih maju yang mempengaruhi profil wajah.15
Maloklusi Klas I tertera pada gambar 2.
2. Klas II
Karakteristik maloklusi Klas II Angle adalah hubungan molar dimana cusp
distobukal gigi molar satu permanen atas beroklusi pada groove bukal gigi molar satu
permanen rahang bawah.6,15,23,24 Groove mesiobukal gigi molar satu permanen rahang
bawah berada lebih posterior atau lebih ke distal dari cusp mesiobukal gigi molar satu
rahang atas.13,24,25 Dikarenakan adanya beberapa tipe kemungkinan pergeseran
skeletal dan dental pada hubungan Klas II, maloklusi ini dibagi menjadi divisi 1,
divisi 2 dan klas II subdivisi.6,15,23,24
a. Klas II divisi 1
Karakteristik pada maloklusi Klas II divisi 1 yaitu gigi-gigi insisivus rahang
atas proklinasi yang menyebabkan meningkatnya overjet. Overbite insisivus yang
dalam dapat terjadi pada regio anterior.6,15,23 Cusp distobukal molar satu rahang atas
beroklusi dengan groove bukal molar satu rahang bawah.25 Karakteristik lain
maloklusi Klas II divisi 1 adalah adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas
biasanya hipotonik, pendek dan inkompeten. Bibir bawah berkontak dengan sisi
palatal gigi rahang atas, keadaan ini disebut dengan lip trap.6,15 Maloklusi Klas II
divisi 1 tertera pada gambar 3.
b. Klas II divisi 2
Gambaran klasik maloklusi Klas II divisi 2 adalah adanya inklinasi ke arah
lingual pada insisivus sentralis rahang atas dan gigi insisivus lateral rahang atas yang
tipping ke arah labial dan overlap dengan gigi-gigi insisivus sentralis.6,15,23,24 Overbite
biasanya lebih dalam daripada normal karena adanya inklinasi gigi insisivus
atas.25 Pada maloklusi Klas II divisi 2 pasien menunjukkan aktivitas otot mulut yang
normal.15 Maloklusi Klas II divisi 2 tertera pada gambar 4.
c. Klas II subdivisi
Ketika hubungan molar Klas II terjadi pada salah satu sisi rahang dan hubungan
molar Klas I terjadi pada sisi lainnya, maka hal itu disebut sebagai Klas II
subdivisi.15,23,24 Jika hubungan molar Klas II berada pada salah satu sisi rahang dan
pada rahang lainnya terdapat hubungan molar Klas I dan terdapat proklinasi gigi
anterior maksila, disebut dengan maloklusi Angle Klas II divisi 1 subdivisi. Jika
hubungan molar Klas II berada pada salah satu sisi rahang dan pada rahang lainnya
terdapat hubungan molar Klas I serta terdapat retroklinasi gigi anterior maksila,
disebut dengan maloklusi Angle Klas II divisi 2 subdivisi.6,15,25
3. Klas III
Pada hubungan molar maloklusi Klas III cusp mesiobukal gigi molar satu
permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara molar satu dan molar
dua mandibula.6,15,17,23-25 Pada maloklusi Klas III, biasanya gigi-gigi insisivus
mandibula terletak lebih ke depan daripada gigi-gigi insisivus maksila dan
menyebabkan crossbite anterior atau reverse overjet.24 Maloklusi Klas III tertera pada
gambar 5.
anterior. Ruang yang tersedia untuk lidah biasanya lebih besar. Sehingga lidah
menempati posisi lebih rendah yang menyebabkan lengkung rahang atas lebih sempit.
c. Klas III subdivisi
Pada maloklusi Klas III juga terdapat Klas III subdivisi. Karakteristik dari
kondisi subdivisi adalah hubungan molar Klas III pada salah satu sisi rahang dan
hubungan molar Klas I pada sisi lainnya.6,15,17,23,25
memperhatikan alasan hilangnya gigi tersebut. Premature loss didasarkan pada tabel
kronologi erupsi gigi permanen oleh Kronfeld yang tertera pada tabel 2 dan dikurangi
12 bulan sebagaimana dinyatakan Cardoso dkk.4,27 Urutan tanggalnya gigi desidui
secara alami berdasarkan umur tertera pada tabel 3.
panjang lengkung gigi, migrasinya gigi tetangga dan antagonis, berkurangnya ruang
untuk erupsi gigi permanen yang kesemuanya mengarahkan pada rotasi gigi,
crowding pada gigi permanen dan impaksi gigi. Premature loss gigi desidui juga
dapat mempengaruhi postur mandibula dan posisi oklusal.1,4,5,15
1. Berkurangnya panjang lengkung gigi
Hampir semua kasus kehilangan dini gigi molar desidui menyebabkan
kehilangan panjang lengkung gigi.1 Kehilangan panjang lengkung gigi umumnya
dihubungkan dengan migrasinya gigi karena kehilangan dini gigi desidui.3,8
Berkurangnya panjang lengkung gigi dapat menyebabkan gigi berjejal, impaksi dan
ketidakteraturan pada gigi-geligi permanen. Kehilangan gigi molar dua desidui
memberikan efek yang paling besar pada kehilangan panjang lengkung gigi yaitu
penutupan ruang sebesar 2-4 mm per kuadran pada kedua rahang.30
2. Migrasi gigi tetangga dan gigi antagonis
Kehilangan dini gigi molar satu desidui sebelum erupsi gigi molar satu
permanen dapat menyebabkan pergerakan mesial gigi-gigi molar satu permanen
dengan hilangnya ruang untuk gigi-gigi premolar satu. Kehilangan dini gigi-gigi
molar dua desidui dapat menyebabkan migrasi mesial gigi-gigi molar satu permanen
dan mengarah pada impaksinya gigi premolar dua.18,31
Ketika suatu unit pada lengkung gigi hilang, lengkung gigi cenderung
mengkerut dan ruangan cenderung menutup. Penutupan ruang dikaitkan dengan
terjadinya mesial drift pada gigi posterior yang berasal dari tekanan oklusi. Mesial
drift merupakan fenomena yang terjadi hanya pada gigi molar permanen. Alasan
utama gigi-gigi bergerak ke mesial ketika ada ruang terbuka adalah inklinasi mesial
gigi tersebut sehingga gigi-gigi bererupsi secara mesial dan oklusal. Mesial drift pada
gigi molar satu permanen setelah terjadi premature loss gigi molar dua desidui
berkontribusi besar pada perkembangan gigi berjejal pada bagian posterior lengkung
dental.13,32
Ketika gigi molar satu desidui mengalami premature loss terdapat
kecenderungan ruang bekas pencabutan untuk menutup. Hal ini dikarenakan adanya
drifting ke arah distal pada gigi-gigi insisivus. Dorongan yang menyebabkan distal
drift memiliki dua sumber yaitu tekanan dari kontraksi aktif serat transeptal pada
gingiva dan tekanan dari bibir dan pipi. Tarikan dari serat transeptal mungkin yang
paling konsisten berkontribusi pada kecenderungan penutupan ruangan dan tekanan
bibir merupakan komponen tambahan. Jika gigi kaninus atau gigi molar satu desidui
mengalami premature loss pada salah satu sisi, gigi permanen drifting ke arah distal
yang mengarah menuju asimetri oklusi dan kecenderungan crowding.13,32
Selain mesial drift dan distal drift, jika sebuah gigi tanggal dari lengkung
giginya seringkali akan terjadi erupsi berlebihan dari gigi antagonisnya atau
perkembangan vertikal dari struktur dentoalveolar yang berlebihan. Prosesus
dentoalveolar yang elongasi dapat menyebabkan masalah fungsional dan ganguan
oklusal.3,33 Keadaan ini dapat terjadi setelah tanggalnya gigi-gigi desidui, namun
hanya bersifat sementara. Erupsi dari gigi-gigi penggantinya, bersama dengan
pertumbuhan alveolar yang berlanjut, biasanya akan menyebabkan terbentuknya
bidang oklusal yang benar, asalkan gigi-gigi pengganti bisa saling beroklusi.3
Migrasinya gigi tetangga dan antagonis setelah terjadi premature loss dapat dilihat
pada gambar 6.
gigi-gigi desidui yang terlalu cepat adalah penutupan ruang. Efek kehilangan dini gigi
molar satu desidui pada kedua rahang tergantung pada keadaan erupsi gigi molar satu
permanen. Bila gigi molar satu desidui hilang setelah gigi molar satu permanen erupsi
dan gigi molar desidui dua masih berada pada posisinya, kehilangan ruang yang lebih
sedikit bisa terjadi pada masing-masing lengkung.1,4
Walaupun gigi-gigi molar satu permanen telah erupsi, kehilangan panjang
lengkung dapat terjadi jika tidak ada gigi molar dua desidui sebagai penuntun erupsi.
Kehilangan ruang sebanyak 8 mm pada maksila telah dibuktikan karena molar
pertama permanen berpindah ke mesial melalui pergerakan mahkota-akar gigi secara
keseluruhan dan rotasi mesiolingual pada akar palatal. Kehilangan dini gigi molar dua
desidui pada mandibula menyebabkan kehilangan ruang 4 sampai 6 mm per
kuadran.1,34 Pada gambar 7, tampak penutupan ruang setelah premature loss gigi
molar dua desidui.
4. Crowding
Premature loss gigi molar dua desidui dapat menyebabkan kehilangan ruang
untuk erupsi gigi premolar sehingga gigi premolar dua dipaksa erupsi di bagian
lingual atau bukal.6 Pada akhirnya terjadi gigi posterior yang berjejal dimana
keparahannya mencerminkan pergerakan mesial yang telah terjadi.18 Pada premature
loss gigi molar desidui rahang atas, dapat terjadi migrasi mesial gigi-gigi molar
permanen yang menyebabkan kehilangan panjang lengkung gigi. Lalu gigi kaninus
rahang atas yang merupakan gigi anterior yang terakhir erupsi dapat mengubah jalur
erupsinya dan erupsi di bagian labial sehingga terjadi gigi berjejal pada bagian
anterior.2,6 Crowding pada regio premolar rahang bawah tertera pada gambar 8 dan
crowding pada premolar dua rahang atas tampak pada gambar 9.
5. Impaksi
Gigi impaksi adalah gigi-gigi yang tertanam dalam alveolus atau gigi yang
posisinya terhambat tulang atau gigi lain sehingga erupsinya terhalang. Impaksi gigi
premolar dapat terjadi karena faktor lokal yaitu pergerakan mesial dari gigi karena
adanya premature loss gigi molar desidui.3,36,37 Kebanyakan gigi impaksi karena
panjang lengkung gigi dan ruang untuk erupsi yang tidak cukup dimana panjang
lengkung tulang alveolar lebih kecil dari panjang lengkung gigi. Pada anterior
mandibula, gigi premolar erupsi setelah gigi molar satu dan kaninus. Jika ruang untuk
erupsi tidak cukup, salah satu dari gigi premolar biasanya premolar kedua tidak erupsi
dan menjadi impaksi atau erupsi pada bukal atau lingual lengkung gigi.37 Impaksi gigi
karena premature loss gigi molar tampak pada gambar 10.
mandibula menjadi lebih maju.1,3 Pada akhirnya gigi geligi dapat beroklusi secara
permanen pada hubungan abnormal ke depan maupun arah lateral.19
7. Efek asimetris akibat tanggalnya gigi-gigi desidui
Pada lengkung yang berjejal, jika tanggalnya gigi desidui hanya terjadi pada
satu sisi rahang, pergerakan ke distal dari gigi-gigi yang terletak di depan ruang bekas
gigi yang tanggal tersebut bisa mengakibatkan asimetris dari lengkung gigi, dengan
disertai penyimpangan midline yang sulit dirawat.3 Premature loss gigi molar dua
desidui pada satu sisi dengan kehilangan leeway space unilateral merupakan
penyebab umum terjadinya maloklusi Klas II subdivisi. Maloklusi Klas II subdivisi
dapat terjadi apabila posisi gigi molar mandibula lebih ke distal pada satu sisi (sisi
Klas II) atau posisi gigi molar maksila lebih ke mesial pada sisi Klas II.15,38
Pergerakan mesial dapat menyebabkan maloklusi Klas II ataupun Klas III
walaupun pada seseorang dengan pola skeletal Klas I. Pergerakan mesial yang
asimetris dapat menyebabkan asimetris midline atau kondisi dimana seseorang
mengalami Klas I Angle pada satu sisi tapi Klas II ataupun Klas III pada sisi lainnya.
Kehilangan lengkung gigi yang parah pada mandibula dapat menyebabkan overjet
meningkat, sedangkan kehilangan lengkung gigi yang parah pada maksila dapat
menyebabkan crossbite anterior. Pada bagian posterior dapat menyebabkan crossbite
di bagian lingual maupun bagian bukal. Pergerakan gigi dapat menyebabkan
retroklinasi atau proklinasi gigi anterior yang menyebabkan perubahan pada
overbite.39
Oklusi
Maloklusi
Lokal Umum
Premature loss
gigi desidui
Pasien Ortodonsia
Prevalensi premature loss
di RSGMP FKG USU
gigi molar desidui
tahun 2010-2014