Anda di halaman 1dari 9

ANALISA TEROWONGAN

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Didunia pertambangan, Indonesia merupakan salah satu daerah ekplorasi tambang dengan jenis
tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Didalam pembukaan tambang bawah tanah sangat
perlu di perhatikan terutama didalam analisa pembuatan terowongan. Terowongan sebagai
bangunan bawah tanah dapat dianggap sebagai gangguan yang dikenakan terhadap suatu massa
batuan dimana terowongan tersebut berada. Gangguan tersebut mempengaruhi stabilitas massa
batuan disekitar terowongan. Sedangkan stabilitas massa batuan tergantung pada sifat-sifat massa
batuan. Sifat-sifat batuan seperti : kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, kohesi dan sudut
geser dalam berperan dalam menentukan kekuatan batuan.
Lereng dan terowongan yang tidak stabil biasanya disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan
seperti gejala-gejala geologi, pelapukan, swelling batuan, dan aliran air tanah yang berlebihan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari analisa terowongan adalah untuk dapat menganalisa terowongan yang baik dalam
tambang bawah tanah untuk terhindar dari suatu runtuhan.

1.2.2 Tujuan
1. Menentukan strike/dip dari bidang lemah
2. Mengklasifikasikan massa batuan dengan system Q
3. Menentukan nilai FK

1.3 Metodologi penelitian


1.3.1 Peralatan
Adapun alat-alat yang digunakan, yaitu:

a. GPS, berfungsi sebagai alat plotting posis


b. Kompas geologi, berfungsi sebagai alat pengukur strike dan dip, serta tunnel axis
c. Tali rapiah, berfungsi sebagai alat untuk mengukur lebar, tinggi, dan panjang terowongan
d. Clipboard, berfungsi sebagai alat penanda strike agar lebih mudah untuk mendapatkan nilai
dip
e. Alat tulis, berfungsi sebagai alat untuk menulis

1.3.2 Prosedur penelitian


1.mengukur ketinggian terowongan
2. melakukan scanline ( panjang terowongan)
3. menentukan strike/dip dari bidang lemah
4. mengamati terowongan
BAB III DASAR TEORI

3.1 Distribusi Tegangan


Tegangan adalah gaya-gaya yang bekerja pada sebuah titik dalam suatu benda. Distribusi
tegangan disekitar terowongan terbagi atas beberapa bagian Distribusi tegangan sebelum dibuat
terowongan terbagi atas 3 yaitu :
- Tegangan grafitasi yaitu tegangan yang terjadi karena berat dari tanah/ batuan yang berada
diatasnya.
- Tegangan tektonik, terjadi akibat geseran-geseran pada kulit bumi yang trjadi pada waktu
lampau maupun saat ini.
- Tegangan sisa adalah tegangan yang masih tersisa walaupun penyebab tegangan tersebut sudah
hilang yang berupa panas ataupun pembengkakan pada kulit bumi.
Secara teoritis tegangan mula-mula dirumuskan dengan :
λo = λ.H
KET : λ = Density (ton/m2 )
H = Kedalaman/ tinggi (m)
λo = Tegangan mula-mula (ton/m2 )

Distribusi tegangan disekitar pada terowongan untuk keadaan paling deal


- Geometri dari terowongan adalah yang diperhatikan terowongan adalah sebuah lingkaran
dengan jari-jari r. terowongan berada pd bidang horizontal, terowongan terletak pada
kedalaman H > r, dengan syarat reaksinya H>20 r, terowongan sangat panjang sehingga dapat
digunakan hipotesa tegangan bidang (plain strain).
- Keadaan batuan adalah kontinu, homogeny dan isotrop.
- Keadaan tegangan mula-mula atau inisial stress hidroblastik atau

3.2 Keruntuhan (Gravity Fall)

3.3 Kualitas Batuan (Q-system)


Sistem Q diperkenalkan Barton dan kawan-kawan pada tahun 1974 dengan memperhitungkan
enam parameter untuk menentukan kualitas massa batuan secara numerik yaitu:
 Rock quality designation (RQD)
 Jumlah pasangan kekar (Jn)
 Kekasaran diskontinuitas paling buruk (Jr)
 Tingkat alterasi atau pengisian rekah (Ja)
 Aliran air tanah(Jw)
 Kondisi tegangan (SRF)
Untuk memperoleh nilai kualitas massa batuan (Q) :

Cara penentuan klasifikasi sistem – Q adalah :


 Klasifikasikan kualitas massa batuan melalui peta topografi, core bor anality atau trial adit.
Klasifikasi ditujukan untuk menentukan pemerian nilai RQD, jumlah pasangan kekar
(Jn),
kekasaran kekar (Jr), alterasi kekar (Ja), aliran air tanah air tanah (Jw) dan pembebanan
tegangan-regangan.
 Pilih dimensi optimum penggalian berupa tujuan penggalian dilakukan yang dinyatakan
dengan ESR
 Tentukan permanent support untuk digunakan pada lubang bukaan sesuai dengan harga Q
yang disesuaikan.

IV. ANALISA DATA TEROWONGAN


4.1 Distribusi Tegangan Daerah Sibaganding ( Dinding, atap, vertikal, horizontal )

1. Distribusi tegangan vertikal

σv = ρ.g.h

= 2,387 ton/m3 x 10m/det x 12 m

= 2,387 kg/m3.103x 10 m/det x 12 m

= 2,387x 103 N/m3 x 120 m

= 286,44 x 103 N/m2

= 286,44 x 103 Pa

= 286,44 Mpa

2 . Distribusi tegangan horizontal

σh = k. σh

= k = v/1-v

= 0,25/0,75

= 0,33

= 0,33 x 286,44

= 94,52 Mpa

3. Distribusi tegangan atap

σa = ( 3,2 . 0,3 – 1 ) σv

= ( 3,2 .0,33 – 1 ) 286,44

= ( 0,056 ) 286,44

= 16,04 Mpa

4. Distribusi tegangan dinding

σb = (2,3 – k ) σv

= ( 2,3 – 0,33 ) 286,44

= ( 1,97 ) 286,44
= 564,28 Mpa

4.2 Analisa Keruntuhan ( gravity fall )

4.3 Analisa Kualitas Massa Batuan ( Q system )

Untuk analisa kualitas massa batuan (Q system) didapat dengan rumus :

Q= x x

Jawaban dilampirkan dalam bentuk Microsoft Excel

Tabel Data Excel Strike/dip

strike dip
159 36
142 54
150 34
310 50
296 66
141 22
216 56
161 28
297 76
135 29
145 27
139 28
310 57
310 60
145 14
119 35
313 46
125 20
248 46
124 29
292 49
285 50
130 21
125 21
288 54
295 40
105 37
119 29
259 48
120 25
297 38
102 24
260 54
111 25
231 68
98 22
231 50
129 22
238 47
103 12
260 35
149 15
307 46

Gambar dips Strike/Dip Terowongan

V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah untuk menganalisa kualitas massa batuan berdasarkan
system Q, pada system Q didapatkan enam data parameter untuk menentukan karakteristik
massa batuan. Data –data parameter tersebut antara lain:

 Menentukan nilai Rock Quality Diskontiniunitas (RQD)


 Pembobotan parameter tingkat kekerasan kekar (Jr)
 Pembobotan parameter jumlah pasang kekar (Jn)
 Pembobotan parameter alterasi kekar (Ja)
 Pembobotan aliran air tanah (Jw)
 Menentukan nilai SRF

Dari data yang diambil maka akan mendapatkan bobot kekuatan massa batuan dengan
system Q Pada batuan yang ada di terowongan sibaganding,parapat.

Dan dari data parameter system Q, dapat dibagi menjadi tiga bagian untuk menentukan
nilai massa batuan dengan system Q, yaitu:

Anda mungkin juga menyukai