ABSTRACT : The monitoring on commercial engine lubricants have resulted that the properties of
most lubricants (synthetic, semi synthetic and mineral type) have met the requirements specifiedfor
common engine oil. However, significant variations have been found in the properties such as
viscosity, viscosity index and additive contents (anti oxidant & detergent). Too high in viscosity will
give difficulty during engine staring and increases the fuel consumption. Meanwhile if the viscosity is
too low this will create more risks for engine damage (metal to metal contact). Some of the samples
from synthetic, semi synthetic and mineral lubricants have shown that the additives contents (anti
oxidant, antiwear anddetergent) are too low. Lower additive contents means that the service life ofthe
lubricants will be shorter than the usual recommendation. Most of mineral lubricants are too high
viscosity at normal temperature of engine operation (lOff'C). This will decrease the efficiencyfor the
engine operations (highfuel consumption).
Max. °C
Titik
Nyala 200 205 215 - - - 220 225 230 -
Min. °C
4000 3000 3200 2000 2400 2000 1300 1000 1400 1200 1000 600
Bilangan gelombang (cm1)
Gambar 1. Spektra FTIR gugus fungsional dari base oil dan additif^
pelumas berdasarkan jumlah kandungan ke botol yang bersih dan kering. Selanjutnya
additif tersisa7). Gambar 1 menampilkan botol-botol sampel diberi kode A, B, C hingga
karakteristik spektrum pelumas beserta gugus V. Maksud dari pemindahan sampel adalah
fungsi yang berasal dari additif dan minyak obyektifitas tetap terjaga selam analisis (Merk
dasar (base oil). Tabel 3 memuat gugus pelumas tidak akan dikenal oleh para analis di
fungsional yang terkandung pada base oil dan laboratorium). Jumlah total sampel pelumas
additif beserta bilangan gelombangnya. adalah 22 buah, dimana perincianya adalah:
• Mineral: 5 buah
• Semi Sintetik: 9 buah
METODOLOGI • Sintetik: 8 buah
Ke-22 sampel pelumas kemudian
Alat dan Bahan
dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
Peralatan yang digunakan untuk
Identitas dan klasifikasi dari sampel pelumas
penelitian ini adalah alat ukur untuk parameter
terdapat pada Tabel 4.
yang berkaitan fisika pelumas yaitu
viskometer kinematik Scott gerate (viskositas
Metode Pengukuran
dan viskositas indeks), tabung gelas dan
Dari pengukuran parameter yang
termometer (titik tuang), flash point close cup
menentukan sifat pelumasan (viskositas,
Pensky Marten, titrator Metrum (TBN). ICP
indeks viskositas, titik tuang) dilakukan
Perkin Elmer Plasma 400 (kandungan logam
perbandingan terhadap nilai standar yang
additif) dan FTIR Perkin Elmer Paragon 1000
berlaku untuk jenis pelumas yang
(sidik jari pelumas). Bahan kimia yang
bersangkutan, seperti yang tercantum pada
digunakan adalah pelarut sebagai pembersih
Tabel 2. Jika tidak mungkin membandingkan
(alkohol dan aceton). Bahan kimia untuk
dengan nilai standar maka digunakan nilai
keperluan analisis (proanalis) adalah
yang bersifat lokal atau nilai tipikal yang
chlorobenzene, asam acetat, asam perchlorat
sesuai dengan kondisi operasional mesin
untuk analisis kandungan basa (TBN) dan
(kandungan additif). Berikut ini akan diuraikan
xylene sebagai pengencer sampel pelumas
parameter beserta nilai standar yang digunakan
sebelum dianalisis kandungan logam dengan
dalam penilaian.
ICP.
Sampel pelumas diambil dari distributor
yang telah mempunyai reputasi. Ke-22 sampel
Sampel Pelumas
tersebut memiliki merk, kekentalan dan jenis
Sampel diambil dari grosir pelumas yang
base oil yang berlainan. Identitas dari ke-22
telah dijamin keasliannya dari produsen.
sampel pelumas tersebut diuraikan pada
Sampel terdiri dari jenis mineral, semi sintetik
Tabel 4. Parameter yang digunakan untuk
dan sintetik. Setelah dicatat jenis pelumas dan
mengevaluasi unjuk kerja pelumasan dan
kekentalannya, sampel pelumas dipindahkan
Kode Kekentalan Jenis Base Oil Kode Kekentalan Jenis Base Oil
cSt
Viskositas I00°C, 17,56 Min. 18,08 13,66 14,29 14,15 13.85 14,35 12,20 Min.
cSt 16,3 12,5
Max. Max.
21,9 16,3
Indeks Viskositas 116 130- 139 143 137 135 137 130 135 130-
150 150
Titik Tuang (PP), -30 Max. -21 -30 -24 -24 -27 -27 -24 Max.
°C -15 -15
TBN, mgKOH/g 5,60 9,78 6,79 9.46 7,8 9,45 8,62 5,33
sampel
Additif:
Zn (ppm) 1071 -
960 1158 804 820 814 762 935 -
Keterangan:
• paling tinggi kualitasnya
Zn kandungan additifantioksidant/antiwear (ppm)
• paling rendah kualitasnya
Ca & Mg: kandungan additif'detergent/penetralisir asam (ppm)
dari pelumas mineral. Secara umum dapat Bilangan basa (TBN, total base number)
dikatakan bahwa sampel B memilki viskositas menunjukkan kemampuan pelumas untuk
yang ideal karena memenuhi klasifikasi SAE menetralisir asam hasil oksidasi pelumas
J300 dan memiliki viskositas yang cukup maupun hasil pembakaran bahan bakar.
rendah pada temperatur 40°C. Semakin tinggi TBN semakin tinggi pula
Meskipun Indeks viskositas (VI) tidak kemampuan pelumas menetralisir asam. TBN
terlalu penting dalam unjuk kerja pelumasan dalam pelumas adalah proporsional dengan
namun pelumas sintetik biasanya memiliki VI kandungan aditif detergent (kandungan Ca dan
yang berkisar antara 130 s/d 150. Semua Mg). Selain sebagai penetralisir asam,
sampel sintetik dengan SAE 1OW-40 (A s/d G) detergen juga berfungsi untuk membersihkan
telah memenuhi persyaratan SAE J300. permukaan mesin/ruang bakar dari kerak.
Sedangkan sampel dengan SAE 20W-50 (kode Besar TBN untuk kondisi bahan bakar dan
H) memiliki VI sebesar 116 yang agak rendah pemakain mesin yang normal di Indonesia
untuk digolongkan sebagai pelumas sintetik. (-5.000 km) adalah sekitar 6-7 mg KOH/gram
Titik tuang (pour point) semua sampel baik sampel. Semakin tinggi TBN pelumas semakin
dengan kekentalan SAE 10W-40 dan 20W-50 lama pelumas dapat digunakan 1 (>5.000 km).
(A s/d H) telah memenuhi persyaratan Pelumas no A, C dan E memiliki TBN di atas
(<-15°C). Pada prinsipnya semakin rendah titik 9, oleh karena itu mempunyai kemampuan
tuang akan semakin luas daerah aplikasinya menetralisir asam lebih tinggi atau lebih lama
(dapat diaplikasikan di daerah tropis maupun dari pelumas lain. Sedangkan pelumas G
di daerah beriklim dingin). Sampel B dan F mempunyai TBN terendah yaitu 5,30 mg
memiliki titik tuang yang terendah atau terbaik KOH/g sampel.
yaitu -30°C. Kandungan Zn menunjukkan jumlah
aditif anti oxidant sekaligus antiwear,
40°C. cSt
Viskositas 18.70 19.60 18,32 18.89 18.80 19,89 Min. 14,95 14.60 14,14 Min.
Max. Max.
21,9 16,3
Indeks
118 123 120 120 118 122 >100 132 133 140 >I00
Viskositas
Titik Tuang -18 -18 -27 -18 -15 -15 Max. -15 -30 -30 Max.
(PP),°C -15 -15
mgKOH/g
sampel
Zn (ppm) 1104 912 937 1123 901 1293 -
1073 988 773 -
Ca (ppm) 2019 1780 2167 1895 2135 1959 2102 2257 1971
Mg (ppm) 7 5 3 in 9 10 8 12 12
Titik 236 230 236 232 224 228 Min. 216 222 216 Min.
Nyala, °C
220 215
Viskositas 100°C, cSt 16,50 18,80 15,95 18,14 17,45 Min. 12,5
Max. 16,3
Indeks Viskositas 125 125 111 118 118 >I00
Titik Tuang (PP), °C -30 -18 -18 -21 -21 Max.-15
TBN, mgKOH/g sampel 7,07 9,16 6,91 6,58 7,96
Zn (ppm) 1144 1054 935 860 904
Ca (ppm) 2269 3047 2167 2456 2272
Mg(ppm) 12 6 10 17 170
Titik Nyala, °C 222 228 226 238 218 Min. 220
Keteranean:
paling tinggi kualitasnya
Zn kandungan additif antioksidant/antiwear (ppm)
paling rendah kualitasnya
Ca & Mg kandungan additif detergent/penetralisir asam (ppm)
TBN pelumas mineral memiliki nilai terdapat pada sampel S dan terendah pada
yang standar (6-7 gKOH/g sampel), kecuali sampel T.
pelumas dengan kode S memiliki TBN yang Meskipun pelumas no. 14 memiliki titik
cukup tinggi (9,16). Hal ini memungkinkan nyala yang rendah (118°C) namun
sampel pelumas S untuk digunakan lebih lama. diperkirakan tidak akan membahayakan
Kandungan aditif antioxidant dan antiwear Zn selama penggunaan. Rendahnya titik nyala
dalam pelumas berkisar antara 800-1.000 ppm mengindikasikan bahwa pelumas no. 14
(standar). Kandungan aditif detergen tertinggi mengandung komponen yang mudah menguap
sehingga jumlah pelumas yang harus