Anda di halaman 1dari 3

Idramsyah, SKep.

FIK-Universitas Indonesia
0806418873 Profesi Ners/Kep. Keluarga/2009

LAPORAN PENDAHULUAN
Tanggal: 24 September 2008
I. Kasus (masalah utama)
Resiko bunuh diri

II. Proses terjadinya masalah


Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri (Stuart & Laraia). Bunuh diri bukan diagnosis atau
gangguan tetapi merupakan perilaku mencederai diri langsung yang dilakukan seseorang secara sadar
untuk mengakhiri kehidupannya. Penyebab bunuh diri adalah stress yang tinggi, kegagalan, kehilangan
harapan atau perasaan bersalah, perasaan terisolasi, perasaan marah atau bermusuhan, cara
mengakhiri keputusasaan, perasaan malu dan penghinaan (Keliat, 1993).
Faktor resiko dari bunuh diri ada beberapa yaitu: status penikahan dimana orang yang belum
menikah mempunyai resiko 2 kali lebih besar dari yang menikah. Janda atau duda, cerai mempunyai
resiko 4-5 kali lebih besar dari yang menikah. Dari segi jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko yang
lebih besar (70%) dari perempuan (30%). Faktor usia, yang paling banyak terjadi perilaku bunuh diri
adalah usia remaja, diikuti usia 30-40 tahun. Statu sosial ekonomi tinggi dan rendah mempunyai resiko
lebih besar dari status sosial ekonomi menengah.
Bentuk atau tipe bunuh diri dibagi menjadi 3 bagian yaitu: isyarat bunuh diri dimana klien
tersebut sudah memiliki ide bunuh diri namun tidak disertai ancaman atau percobaan bunuh diri.
Contohnya : mengungkapkan rasa bersalah, sedih, marah, putus asa dan tidak berdaya. Tipe yang ke
dua adalah ancaman bunuh diri yang umumnya sudah diucapkan oleh klien disertai persiapan alat
untuk mengakhiri kehidupannya. Contoh: menyiapkan pisau atau benda tajam lain. Tipe yang ke tiga
adalah percobaaan bunuh diri yaitu tindakan klien mencederai diri atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya. Contoh: mencoba gantung diri, minum racun, memotong urat nadi dan menjatuhkan diri
dari tempat tinggi.
Tindaan bunuh diri juga dapat diakibatkan dari halusinasi. Dimana halusinasi mempunyai 4
tahap. Pada tahap 4, halusinasi mulai mengancam. Klien akan menunjukkan perilaku panik risiko tinggi
untuk bunuh diri atau membunuh orang lain, tindak kekerasan, agitasi, menarik diri atau ketakutan,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks, dan tidak mampu berespon terhadap lebih
dari satu orang. Pada tahap ini jika klien tidak dimonitor secara ketat akan mengakibatkan resiko untuk
bunuh diri.
Idramsyah, SKep. FIK-Universitas Indonesia
0806418873 Profesi Ners/Kep. Keluarga/2009

III. A. Pohon masalah

Resiko bunuh diri

Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronik

B. Masalah keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar
3. Isolasi sosial
4. Gangguan Konsep diri Harga diri rendah kronik

C. Data yang perlu dikaji

Kumpulan data Data


Data Subjektif:
 Klien mengatakan malas untuk berkumpul dengan teman- Isolasi sosial
teman yang lain dan lebih senang menyendiri.
Data Objektif:
 Klien tampak terlihat apatis, afek tumpul, ekspresi wajah
kurang berseri, kurang aktivitas, menunduk, menghindar
dari orang lain, tidur dengan posisi seperti janin.
Data Subjektif:
 Klien mengatakan lebih baik mati saja karena tidak ada Resiko bunuh diri
gunanya hidup lagi
 Klien mengatakan sedih dan putus asa.
Data Objektif:
 Kontak mata kurang
 Afek datar atau tumpul
Idramsyah, SKep. FIK-Universitas Indonesia
0806418873 Profesi Ners/Kep. Keluarga/2009

Data Subjetif:
 Klien sering mendengar suara-suara atau bisikan yang Gangguan sensori persespsi:
menyruhnya untuk bunuh diri halusinasi dengar
 Klien mengatakan bahwa ia takut dengan suara-suara
yang ia dengar
Data Objetif:
 Klien sering ngelamun
 Klien dapat marah tanpa alasan
Data Subjektif:
 Klien mengatakan bahwa ia merasa malu dan tidak Harga diri rendah kronik
berguna.
Data Objektif:
 Klien nampak murung, sedih dan sering menunduk
 Kontak mata dengan perawat kurang
 Klien hanya berdiam diri dan tidak bisa melakukan
pekerjan apapun
 Komunikasi klien kurang, jawaban klien pendek-pendek

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar
3. Harga diri rendah
4. Isolasi sosial

V. Rencana tindakan keperawatan (terlampir)

Daftar Rujukan
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (1998). Priciples and practice of psychiatric nursing. (6 thed). St.Louis: Mosby Year
Book
Towsend, M.C. (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri: Pedoman untuk pembuatan rencana
keperawatan. Jakarta: EGC (terjemahan).
Tim Keperawatan Jiwa FIK UI. (1999). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai