REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
2.Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dergan peraturan
perundang-undangan.
3.Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan yang dapat digunakar untuk praktik kedokteran dan kedokteran gigi.
4.Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasuen selain dokter dan dokter gigi.
5.Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
6.Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala
tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
7.Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu,
laporan hasil pemeriksaan penunjang catatan observasi dan pengobatan harian dan
semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan
rekaman elektro diagnostik.
8.Organisasi Profesi adalah Ikatan Doker Indonesia untuk dokter dan Persatuan
Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
BAB II
JENIS DAN ISI REKAM MED1S
Pasal 2
(1)Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.
(2)Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi
elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
Pasal 3
(1)Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat a. identitas pasien;
b.tanggal dan waktu;
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d.hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e.diagnosis;
f.rencana penatalaksanaan;
g.pengobatan dan/atau tindakan;
h.pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;
i.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j.persetujuan tindakan bila diperlukan.
(2)Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.tanggal dan waktu;
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d.hasil pemerisaan fisik dan penunjang medik;
e.diagnosis:
f.rencana penatalaksanaan;
g.pengobatan dan/atau tindakan;
h.persetujuan tindakan bila diperlukan;
i.catatan observasi klinis dan hasil pengobatan.
j.ringkasan pulang (discharge summary);
k.nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehalan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan;
l.pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
m.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
(3)Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c.identitas pengantar pasien;
d.tanggal dan waktu;
e.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
f.hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g.diagnosis;
h.pengobatan dan/atau tindakan;
i.ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan
rencana tindak lanjut;
j.nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan;
k.sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain; dan
l.pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(4)Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah denqan:
a.jenis bencana dan lokasi di mana pasien ditemukan;
b.kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal; dan
c.identitas yang menemukan pasien;
(5)Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
(6)Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam
rekam medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan disimpan pada
sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.
Pasal 4
(1)Ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) harus dibuat o!eh
dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.
(2)Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat:
a.identitas pasien;
b.diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c.ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan, dan
tindak lanjut; dan
d.nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatan.
BAB III
TATA CARA PENYELENGGARAAN
Pasal 5
(1)Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
(2)Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan
dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
(3)Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(4)Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung.
(5)Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat
dilakukan pembetulan.
(6)Pembetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan
cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf
dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Pasal 6
Dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas catatan
dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.
Pasal 7
Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan rekam medis.
BAB IV
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN KERAHASIAAN
Pasal 8
(1)Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien
berobat atau dipulangkan.
(2)Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik.
(3)Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut.
(4)Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
Pasal 9
(1)Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat.
(2)Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam medis
dapat dimusnahkan.
Pasal 10
(1)Informasi tentang identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
(2)Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a.untuk kepentingan kesehatan pasien;
b.memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan;
c.permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d.permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
e.untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien;
(3)Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11
(1)Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
(2)Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara
tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 12
(1)Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.
(2)Isi rekam medis merupakan milik pasien.
(3)Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan
rekam medis.
(4)Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan.
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasren yang berhak untuk itu.
Pasal 13
(1)Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
a.pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b.alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran, dan kedokteran gigi
dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;
c.keperluan pendidikan dan penelitian;
d.dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan
e.data statistik kesehatan.
(2)Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang
menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien
atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.
(3)Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak
diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.
Pasal 14
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap
rekam medis.
BAB VI
PENGORGANISASIAN
Pasal 15
Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana
pelayanan kesehatan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
(1)Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
peraturan ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
(2)Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pasal 17
(1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mengambil tindakan
administratif sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
(2)Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran
lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
Dokter, dokter gigi, dan sarana pelayanan kesehatan harus menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggai ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 20
Peraturan in mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Maret 2008
MENTERI KESEHATAN,
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. (Permenkes No
269/MENKES/PER/III/2008)
Rekam Medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
disimpulkan bahwa diatas dapat dari paragraf kegiatan pencatatan saja, rekam medis
merupakan suatu sistem penyelenggaraan bukan sekedar kegiatan pencatatan saja.
tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem Penyelenggaraan Rekam Medis.
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut
ambil bagian dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada
pasien.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang diberikan
kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit
dan pengobatan selama pasien berkunjung / dirawat di Rumah Sakit Umum
Mitra Anugrah Lestari
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan.
Aspek Administrasi
Suatu Rekam Medis mempunyai nilai Administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan medis.
Aspek Edukasi
Rekam Medis mempunyai nilai edukasi apabila isinya menyangkut masalah
data/bahan/informasi tentang perkembangan kronologis dari pelayanan kesehatan
yang diberikan pada seorang pasien. Isi dari bukti pelayanan tersebut dapat
dipergunakan sebagai referensi/bahan pengajaran dibidang profesi si pemakai.
Aspek Dokumentasi
Rekam Medis mempunyai nilai dokumentasi apabila isinya menyangkut data yang
tertulis baik dalam bentuk tulisan, foto atau dengan media lain, tetapi secara teknis
dapat diartikan dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi.
Aspek Komunikasi
Rekam Medis merupakan sarana komunikasi antara dokter yang merawat dengan
semua petugas yang berkaitan dalam kegiatan penanganan pasien tersebut.
Rekam Medis yang dapat dipertanggung jawabkan adalah rekam medis yang :
1. Akurat dalam artian dapat memberikan informasi yang benar, tersusun dengan
baik, dan tepat waktu (up to date)
2. Mudah didapat, didapat dengan waktu yang relatif singkat
3. Lengkap, Pengisian harus dilaksanakan secara lengkap, jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan
4. Dapat dibaca dengan jelas, Setiap lembaran Rekam Medis harus diisi dengan
jelas serta mudah dibaca oleh orang lain.
Informasi didalam Rekam Medis bersifat rahasia, karena hal ini menjelaskan
hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari
pembocoran sesuai kode etik kedokteran dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dilihat dari segi informasi rekam medis, informasi dapat dibedakan menjadi
:
Adalah catatan yang berisi tentang keterangan tentang medis, yang meliputi :
1. Penyakit
2. Keluhan
3. Pemeriksaan
4. Pengobatan
5. Tindakan
6. Perkembangan
Adalah catatan yang berisi keterangan yang tidak mengandung sifat medis, yang
meliputi :
1. Identitas Pasien
2. Catatan lain yang tidak mengandung sifat medis
Sedangkan sumber hukum yang dapat dijadikan sumber acuan masalah kerahasiaan
suatu informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat dalam Peraturan
Pemerintah No 10 tahun 1966, yaitu mengenai Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
Atas dasar inilah siapapun yang bekerja di rumah sakit khususnya bagi yang
berhubungan dengan data rekam medis wajib mentaati ketentuan tersebut. Dalam
menunjang tertib pelayanan rekam medis serta menjaga kerahasiaan, keamanan, dan
kenyamanan, maka Bagian Rekam Medis RSU. Mitra Anugrah Lestari membuat
tanda larangan dan rambu petunjuk arah yaitu sebagai berikut :
1. Di Ruang Pendaftaran
Di bagian pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap dibuatkan petunjuk sebagai
berikut :
1. Dilarang Merokok
2. Dilarang Membuang Sampah Sembarangan
3. Jagalah Kebersihan Ruangan
4. Selain Petugas Dilarang Masuk
5. Harap Antri
6. Tunjukan Kartu Berobat Saat Berobat Ulang
7. Pendaftaran Pasien Lama dan Baru
8. Rak Penyimpanan Rekam Medis Rawat Jalan
9. Rapihkan Kembali Saat Mengambil dan Menyimpan Berkas
1. Bagi Pasien
1. Mengandung data yang dapat membantu untuk pengobatan dimasa
yang akan datang
2. Membantu pasien untuk mengerti mengenai penyakit yang dideritanya
4. Penyandang Dana
Monitoring pembiayaan
5. Hukum
6. Kesehatan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti
yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh
tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang
mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan
berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan
perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja definisi dari imunisasi?
b. Reaksi apa saja yang akan timbul?
c. Apa saja jenis vaksin?
d. Perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
e. Penyakit apa saja yang harus dicega dengan vaksin?
f. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
g. Apa saja efek samping dari imunisasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja definisi dari imunisasi.
b. Untuk mengetahui reaksiapa saja pada imunisasi.
c. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi.
d. Untuk mengetahui perbedaan imunisasi akti dan pasif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa
juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang
tubuh memproduksi antibodi. "Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk
dalam tubuh," ujarnya.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan
cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung
dari beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat menghindarkan
dari perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal dunia.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat,
tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
B. Reaksi aantigen-antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti
yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh
tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang
mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan
berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan
perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
1) Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh,
maka tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa
antibodi atau antitoksin
2) Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah,
sehingga tidak cukup banyak antibodi terbentuk.
3) Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih
mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti,
sehingga dalam waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
4) Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi
ulang. Ini merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Di manakah zat anti tersebut dibentuk tubuhyaitu pada tempat-tempat yang strategis
terdapat alat tubuh yang dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati, limpa ,
kelenjar timus dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya, tersebar
luas di seluruh jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut, leher,
ketiak, selangkangan, rongga perut. “Amandel” atau tonil merupakan kelenjar getah
bening yang terdapat pada rongga mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang
disebutkan tadi merupakan pusat jaringan terbentuknya kekebalan pada manusia.
Kerusakan pada alat ini akan menyebabkan seringnya anak terserang berbagai jenis
infeksi: lazimnya dikatakan “daya tahan tubuh anak merendah”.
C. Jenis vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi. Diantara penyakit berbahaya tersebut termasuk penyakit
cacar, tbc, difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus campak,
hepatitis B dan demam kuning terhadap penyakit tersebut telah dapat dibuat
vaksinnya dalam jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
Di negara yang sudah berkembang beberapa vaksin khusus telah pula diproduksi,
misalnya terhadap penyakit radang otak, penyakit gondok, campak Jerman (rubela)
dan sebagainya. Bahkan beberapa vaksin yang sangat khusus dapat pula dibuat, tetapi
harganya akan sangat mahal karena penggunaan yang terbatas. Untuk kepentingan
masyarakat luas, di beberapa negara sedang dijajagi kemungkinan pembuatan vaksin
berbahaya dan merugikan, misalnya vaksin terhadap malaria dan demam berdarah.
Karena penyakit tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara
penyuntikan kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar
menjadi sakit. Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman
yang telah dilemahkan atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan
dan tidak akan menimbulkan penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang
sudah dilemahkan itu merupakan rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti
terhadap penyakit tersebut. Akibat suntikan imunisasi dengan jenis kuman tersebut
reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam ringan yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari.
F. Cara pemberian
BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan.
o Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan timbul bebjolan putih pada lengan bekas
suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi panas. Jangan dipecahkan.
DPT + Hb (Kombo)
o Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan.
o Anak akan mengalami panas dan nyeri pada tempat yang diimunisasi. Beri obat
penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus bayi dengan selimut tebal.
Polio
o Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan
o Setelah imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan setelah
imunisasi polio, kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena virus polio.
Campak
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan.
o Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi akan panas dan muncul kemerahan.
Cukup beri ¼ tablet penurun panas.
G. Efeksampingdan penataklasanaan
BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu
diinsisiataupun kompres).
DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam
ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari
kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan
kejang positif, berikan anti convulsan.
Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,
biasanya hanya diare ringan).
Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.
Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1.
Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah
pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya
lakukan observasi.(Dick. George, 1992 : 37)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat,
tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan
B. Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
Daftar Pustaka
http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2012/05/makalah-imunisasi.html
A. TUMBUH KEMBANG
I. Definisi
a. Pertumbuhan :
– Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur ( Whalley dan Wong, 2000)
– Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh
bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998 )
b. Perkembangan :
– Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000)
– Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan sederhana
menjadi komplek dan meluasnya kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik
(Sutjiningsih,1998
b. 3-6 bulan
1. Mengangkat kepala 900 dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
2. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar
jangkauannya.
3. Menaruh benda-benda di mulutnya
4. Berusaha memperluas lapang pandang
5. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
6. Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
c. 6-9 bulan
1. Dapat duduk tanpa dibantu
2. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
3. Dapat merangkak, meraih benda atau mendekati seseorang
4. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
5. Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6. Bergembira dengan melempar benda-benda
7. Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
8. Mengenal muka anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lain
9. Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian
d. 9 – 12 bulan :
1. Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
2. Dapat berjalan dengan dituntun
3. Menirukan suara
4. Mengulang bunyi yang didengarnya
5. Belajar menyatakan satu atau dua kata
6. Mengerti perintah sederhana atau larangan
7. Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya.
8. Berpartisipasi dalam permainan
e. 12-18 bulan
1. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
2. Menyusun 2 atau 3 kotak
3. Dapat mengatakan 5-10 kata
4. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
f. 18-24 bulan
1. naik turun tangga
2. Menyusun 6 kotak
3. Menunjuk mata dan hidungnya
4. Menyusun dua kata
5. Belajar makan sendiri
6. Menggambar garis di kertas atau pasir
7. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
8. Menaruh minat pada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
9. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
g. 2-3 tahun
1. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan 1 kaki.
2. Membuat jembatan dengan 3 kotak
3. Mampu menyusun kalimat
4. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan
5. kepadanya
6. Menggambar lingkaran
7. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
8. Keluarganya
h. 3-4 tahun
1. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga, berjalan pada jari kaki, belajar
2. berpakaian dan membuka pakaian sendiri
3. Menggambar garis silang
4. Menggambar orang hanya kepala dan badan
5. Mengenal 2 atau 3 warna
6. Bicara dengan baik
7. Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
8. Banyak bertanya
9. Bertanya bagaimana anak dilahirkan
10. Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
11. Mendengarkan cerita-cerita
12. Bermain dengan anak lain
13. Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
14. Dapat melakukan tugas-tugas sederhana
i. 4-5 tahun
1. Melompat dan menari
2. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan
3. Menggambar segi empat dan segi tiga
4. Pandai bicara
5. Dapat menghitung jari-jarinya
6. Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
7. Mendengar dan mengulang hal-hal penting dari cerita
8. Minat kepada kata baru dan artinya
9. Memprotes bila dilarang apa yang diingininya
10. Mengenal 4 warna
11. Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil.
12. Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.
B. IMUNISASI
I. Definisi
i. Imunisasi Dasar
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang harus diberikan pada bayi. Dengan imunisasi
wajib, maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap menyerang. Di antara
berbagai jenis imunisasi, yang termasuk imunisasi wajib adalah imunisasi BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
1. Vaksin BCG
a. Penjelasan
Vaksin BCG mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi sudah
dilemahkan. Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
b. Cara imunisasi
Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan.
Tetapi, sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja.
Pada anak berumur Iebih dari 2 – 3 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux /
PPD sebelum imunisasi BCG.
Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya uji
mantoux positif, maka anak tersebut tidak mendapat imunisasi BCG lagi.
Bila pemberian imunisasi itu berhasil, setelah 1 – 2 bulan di tempat suntikan akan
terdapat suatu benjolan kecil. Tempat suntikan itu biasanya berbekas. Dan kadang –
kadang benjolan itu akan bernanah, tetapi akan sembuh sendiri meskipun lambat.
c. Kekebalan
Imunisasi BCG tidak dapat menjamin 100% anak akan terhindar penyakit TBC.
Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit TBC, maka ia hanya
akan menderita penyakit TBC ringan.
d. Reaksi imunisasi
Setelah suntikan BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam
setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh hal lain.
e. Efek samping
Pada imunisasi BCG, umumnya jarang dijumpai efek samping. Memang, kadang
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas, tapi biasanya
sembuh dengan sendirinya walaupun lambat.
Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terjadi di ketiak
atau di leher bagian bawah. Suntikan di paha dapat menimbulkan pembengkakkan di
kelenjar selangkangan.
f. Indikasi kontra
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG kecuali pada anak berpenyakit
TBC atau menunjukkan uji mantoux positif
2. Vaksin Hepatitis B
a. Penjelasan
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
B. Vaksin tersebut bagian dari virus hepatitis B yang dinamakan HBs Ag, yang dapat
menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan penyakit. HBs Ag ini dapat
diperoleh dari serum manusia atau dengan rekayasa genetik dengan bantuan sel ragi .
b. Cara imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak tiga kali
dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, lima bulan antara
suntikan dua dan tiga.
Imunisasi ulang diberikan setelah lima tahun pasca imunisasi dasar. Cara pemberian
imunisasi dasar tersebut dapat berbeda, tergantung dari rekomendasi pabrik pembuat
vaksin hepatitis B mana yang akan dipergunakan.
Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan Pasteur, Perancis berbeda dengan
jadwal vaksinasi vasksin buatan MSD, Amerika Serikat.
Khusus bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus diberikan
imunisasi pasif dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum berusia
24 jam.
Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat imunisasi aktif 24 jam setelah lahir,
dengan penyuntikan vaksin hepatitis B dengan pemberian yang sama seperti biasa.
Mengingat daya tularnya yang tinggi dari ibu ke bayi, sebaiknya ibu hamil di
Indonesia melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah is mengidap virus
hepatitis B sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang diperlukan menjelang
kelahiran bayi.
4. POLIO
Umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali, untuk mencegah
penularan polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan.
Bila pada suntikan DPI pertama, ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak
berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan
imunisasi ulang DPT.
a. Kekebalan
Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 95 – 100%.
b. Reaksi imunisasi
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan mengalami berak – berak ringan
c. lndikasi kontra
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi polio sebaiknya
ditangguhkan demikian pula pada anak yang menderita gangguan kekebalan
(defisiensi imun) tidak diberikan. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam
atau diare ringan imunisasi polio bisa diberikan seperti biasanya.
1.Imunisasi HIB
a.Fungsi
Imunisasi HIB, tergolong imunisasi yang dianjurkan. Imunisasi diberikan agar tubuh
mempunyai kekebalan terhadap bakteri Haemophilus Influenza Type B. Bakteri ini
dapat menyebabkan penyakit yang tergolong berat, seperti meningitis (radang selaput
otak). Pada menginitis bakteri tersebut menginfeksi selaput pelindung otak dan saraf
otak, menyebabkan radang pada tempat-tempat tersebut. Bila bakteri ini menginfeksi
paru-paru menyebabkan radang paru-paru (pnemonia). Bakteri Haemophilus
Influenza Type B dapat menyebabkan septisemia (keracunan darah dan merupakan
infeksi yang lebih tersebar luas keseluruh tubuh).
Penyakit HIB adalah penyebab paling umum infeksi mematikan pada anak berusia di
bawah 5 tahun sebelum ditemukannya vaksinasi HIB rutin pada tahun 1993. Kasus
infeksi HIB sebelum tersedianya vaksin paling sering terjadi pada anak berusia di
bawah 5 tahun dan jarang terjadi setelah usia 5 tahun. Meskipun kemiripan namanya,
penyakit ini tidak ada hubungannya dengan influenza.
Haemophilus Influenzae adalah bakteri yang biasa hidup dijalur pernafasan bagian
atas. Penyakit HIB dapat menyebabkan:
1. Meningitis, infeksi pada selaput yang melindungi otak.
2. Epiglotitis, bengkaknya tenggorokan yang dapat menghambat pernafasan.
3. Septic arthritis, infeksi pada sendi
4. Cellulitis, infeksi pada jaringan dibawah kulit biasanya dimuka.
5. Radang paru-paru
b.Penularan
Penyakit HIB menular melalui bersin atau batuk dari penderita secara langsung.
Penularan juga dapat disebabkan, karena penggunaan barang-barang yang
terkontaminasi oleh bakteri Haemophilus Influenza Type B dan secara tidak sengaja
menjangkit tubuh kita melalui mulut. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi.
Anak-anak yang minum ASI masih bisa terlindungi, akan tetapi lebih baik jika
diberikan imunisasi.
c. Cara pemberian dan dosis
Imunisasi HIB diberikan pada bayi berumur 2,3 dan 5 bulan. Imunisasi ini diberikan
3 kali. Yang pertama ketika berumur 2 bulan, yang kedua 3 bulan dan yang ke tiga
berumur 5 bulan. Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibagian otot paha.
Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan bersama DPT. Juga boleh diberikan
bersama imunisasi hepatitis B.
d.Efek samping
Setelah pemberian imunisasi ini, biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku
ditempat suntikan. Biasanya berlaku sampai 3 hari. Kadang demam juga bisa terjadi.
Efek samping ini tergolong ringan, jika dibandingkan dengan penyakit Hepatitis B.
2.Imunisasi meningitis
a.Fungsi
Menginitis merupakan penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri Nesseria meningitidis. Meningitis penyebab kematian dan kesakitan diseluruh
dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif
CFR menjadi 5-15%. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan
kemoprofilaksis untuk orang-orang yang kontak dengan menginitis dan karier.
Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan selaput sumsum
tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular.
b.Manfaat
Mencegah infeksi meningitis atau radang selaput otak, yang disebabkan bakteri.
c.Pemberian
Pada ibu hamil, sebaiknya imunisasi meningitis diberikan setelah trimester pertama.
Pemberian imunisasi ini juga boleh diberikan bagi ibu hamil yang akan berpergian ke
daerah yang epidemik dan endemik meningitis seperti afrika. Jadi, ibu hamil yang
akan pergi haji boleh mendapatkan imunisasi ini dari pada terkena meningitis.
Jemaah haji dan umroh maupun yang akan berpergian ke arab saudi juga
mendapatkan imunisasi sejenis meningitis tersebut.
3.Imunisasi pneumokokus
a. Fungsi
Imunisasi pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit
radang paru, yang mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi
dengan bakteri streptokokus pneumonia, yang juga dikenal sebagai pneumokokus.
Infeksi pneumokokus merupakan infeksi bakteri yang menyerang berbagai bagian
tubuh\
b. Penularan
Pneumokokus sangat mudah menular. Bakteri pneumokokus biasanya terdapat di
dalam hidung dan tenggorokan. Oleh karena itu, orang berisiko tertular jika ada
kontak langsung dengan penderita. Bakteri ini menular melalui tetesan lendir atau
ludah, seperti bersin, batuk
c. Pemberian imunisasi
Imunisasi diberikan pada usia 2, 4, 6, 12 bulan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
telah merekomendasikan pencantuman prioritas vaksin konjugat radang paru 7-valent
(PCV7) dalam program imunisasi pada masa kanak-kanak nasional di seluruh dunia
sejak tahun 2007. Meskipun PCV7 tidak termasuk dalam program imunisasi pada
masa kanak-kanak, vaksin ini sangat mudah diperoleh dari dokter. Vaksin yang
dikenal sebagai prevenar, telah terbukti hampir 100% efektif terhadap penyakit
pneumokokus. Vaksin ini berisi gula dari tujuh jenis bakteri pneumokokus yang
berlainan, yang disambung secara individual dengan protein toksoid difteri yang tidak
aktif. Vaksin ini juga berisi konsentrasi kecil bahan tambahan yaitu aluminium fosfat,
garam dan air.
d. Efek samping
1. Sedikit bengkak, merah dan sakit ditempat suntikan.
2. Demam rendah
3. Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diare
4. Reaksi parah jarang terjadi
e. Penanganan efek samping
Jika reaksi yang ditimbulkan setelah imunisasi ringan, maka dapat dilakukan
beberapa penanganan, seperti:
1. Membubuhkan kain basah yang dingin di tempat suntikan yang sakit.
2. Anak jangan berpakaian terlalu hangat.
3. Memberi parasetamol untuk mengurangi demam (perhatian dosis yang dianjurkan
menurut usia anak).
4. Memberi anak lebih banyak minuman. (Proferawati A dan Andhini CSD, 2010)
5. Imunisasi MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis),
Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan,
vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat
hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak
terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting
diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
1). Pemberian imunisasi MMR
Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat
imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan, dan
diulangi pada umur 6 tahun.
2). Efek samping
Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul ruam
atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan. Namun tak
perlu khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja. Demamnya pun
dapat diatasi dengan obat penurun panas yang dosis pemakaiannya sesuai anjuran
dokter.
5. Imunisasi tipoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan
vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit
tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup
di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak
higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur
meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Biasanya di pagi hari demam akan menurun
tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat,
muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan
bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak). Pada tingkat ringan atau disebut
paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak
minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan
dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan
maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga
untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.
1). Pemberian imunisasi
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3
tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang,
ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang terjaminnya
makanan yang dikonsumsi anak.
2). Efek samping
Kemerahan di tempat suntikan, muncul demam, pusing, nyeri sendi, otot, nausea, dan
nyeri perut. Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.
6. Imunisasi hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan
virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan,
minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain
maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau
tidak, harus dilakukan tes darah.
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah
itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit
tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai
berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang. Tidak ada
pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini dapat
sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala seperti demam
dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan
bergizi.
a. Pemberian imunisasi
Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian
6-12 bulan.
b. Efek samping
Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa
sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan
menghilang dalam waktu 2 hari.
c. Tingkat kekebalan
Efektif mencekal hingga 90%.
7. Imunisasi varicella
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang
disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang
ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.
Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar
saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan
adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan
cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular
lagi daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan bergizi.
a. Pemberian imunisasi
Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia antara 10-12 tahun.
b. Efek samping
Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.
c. Tingkat kekebalan
Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari penelitian terhadap 100 anak yang
diimunisasi varisela, hanya 3 di antaranya yang tetap terkena cacar air, itu pun
tergolong ringan. (Khasanah N, 2008
iii. Imunisasi Ulangan
Menurut dr. Hafiz Abu Bakar, Sp.A dari RS Sari Asih Cileduk imunisasi ulangan
atau penguatan (booster) atau lanjutan perlu diberikan kepada anak karena kekebalan
si kecil terhadap penyakit tertentu perlu diperbaharui. Pasalnya, kadar antibodi dalam
tubuh anak sudah menurun pada usia tertentu sehingga perlu dilakukan imunisasi
ulangan agar diperoleh kadar antibodi yang cukup untuk menangkal penyakit. Kalau
tidak diulang, lama kelamaan kekebalannya akan habis. “Diharapkan anak usia
prasekolah sudah diberikan imunisasi ulangannya, karena pada usia ini anak biasanya
mulai ada kegiatan di luar rumah yang berhubungan dengan orang banyak. Sehingga
kemungkinan tertular atau menularkan penyakit sangat besar,” imbuhnya. Jika
Terlambat Imunisasi untuk mendapatkan imunitas yang optimal, sebaiknya imunisasi
diberikan secara teratur dan lengkap sejak bayi baru lahir hingga anak usia 18 tahun –
sesuai dengan jadwal. Namun terkadang, karena beberapa alasan, imunisasi tidak bisa
diberikan. Mulai dari moms lupa, tidak sempat, atau si kecil sedang sakit sehingga
pemberian imunisasi harus ditunda.
https://damayanti53.wordpress.com/2014/09/09/tumbuh-kembang-dan-imunisasi-pada-
anak-bayi-dan-balita/
aksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah
bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu
penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme
alam.
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.).
ada beberapa jenis vaksin, pun jadwal pemberian vaksin, jadwal bisa diliat digambar
dan gue akan jelaskan tujuan dari vaksinnya.
1. Vaksin Hepatitis B
Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi organ hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga dimaksudkan untuk mencegah
berbagai akibat yang dapat ditimbulkan infeksi hepatitis B, seperti kanker hati dan
sirosis.
Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan bersama dengan vaksin lain, selain pemberian
tunggal. Vaksinasi ini dapat melindungi dari infeksi hepatitis B dalam jangka
panjang, bahkan seumur hidup.
Memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan darah atau cairan lain dari
tubuh manusia.
Penderita diabetes.
Penderita HIV.
Umumnya bayi akan memperoleh tiga dosis vaksinasi hepatitis B. Dosis pertama
pada saat baru dilahirkan, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dan dosis terakhir pada
usia 6-18 bulan. Sebagian bayi menerima empat dosis jika menggunakan vaksinasi
hepatitis kombinasi.
Vaksinasi hepatitis B untuk orang dewasa juga terbagi ke dalam tiga dosis. Dosis
pertama dan kedua dengan jeda waktu empat minggu, disusul dosis terakhir pada lima
bulan kemudian. Tanyakan kepada dokter Anda, jika ada dosis khusus untuk Anda
secara pribadi berdasarkan kondisi tertentu.
2. Vaksin Polio
Vaksin Polio terdiri dari 2 jenis, yaitu polio hidup yang diberikan lewat mulut (oral
polio vaccine/OPV) dan vaksin polio mati yang diberikan melalui suntikan (injection
polio vaccine/IPV).
Vaksin polio yang diberikan melalui mulut berisi virus yang dilemahkan, sehingga
kekebalan yang terjadi berupa seperti terinfeksi secara alamiah oleh virus polio yang
dilemahkan.
“Karena virus yang dilemahkan masuk ke dalam usus, maka tinja bayi atau anak
yang telah divaksinasi dapat mengandung vaksin polio lemah tersebut selama
beberapa waktu, dimana anak atau bayi dengan daya tahan tubuh rendah dapat
terinfeksi virus polio yang dilemahkan tadi. Untuk menghindari hal tersebut,
dirancanglah vaksin polio suntikan dengan kandungan komponen virus yang dapat
merangsang tubuh membentuk antibodi. Vaksin jenis ini tidak mengandung virus
utuh, sehingga tinja tidak akan mengandung virus polio vaksin dan penularan
terhadap lingkungan tidak terjadi,” papar Dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), Mtrop
(Paed), dokter spesialis anak dan konsultan dari Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri
Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM sekaligus juga anggota
Satgas Imuninasi PP-IDAI.
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk
tuberkulosis atau biasa disebut TBC yang dibuat dari baksil tuberkulosis
(Mycobacterium bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan
selama bertahun-tahun.
Vaksin BCG 80% efektif dapat mencegah selama 15 tahun, tetapi efeknya bervariasi
tergantung kepada kondisi geografis.
ini adalah vaksin yang relatif aman dan diberikan kepada orang yang dianggap
berisiko‟ terkena TB di masa depan.
4. Vaksin DTP
Vaksin DTP merupakan vaksin gabungan yang digunakan untuk mencegah
penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Ketiga penyakit tersebut disebabkan oleh
bakteri dan bisa berakibat fatal.
Difteri terjadi karena racun yang dihasilkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
Awalnya penyakit ini menyerupai pilek, yaitu nyeri menelan, demam ringan dan
menggigil. Kemudian racun yang dihasilkan kuman akan membentuk suatu
selubung/selaput tebal di bagian belakang hidung atau tenggorokan, sehingga si Kecil
menjadi sulit bernapas atau menelan. Difteri merupakan penyakit yang berbahaya
karena gangguan/kesulitan bernapas bisa berakhir dengan kematian. Racun difteri
juga bisa menyerang jantung, sehingga mengganggu fungsi kerja jantung. Jika
menyerang saraf, racun difteri bisa menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini
ditularkan melalui percikan ludah dalam batuk/bersin penderita.
Pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang sangat menular dan berbahaya,
yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Sama dengan difteri, pada awalnya
pertusis juga menyerupai pilek, yaitu hidung meler/tersumbat, bersin-bersin dan
mungkin batuk dan demam ringan. Tetapi 1-2 minggu kemudian, batuk mulai berat
dan semakin berat. Pertusis juga ditularkan melalui percikan ludah dari batuk/bersin
penderita.
Hampir seluruh anak-anak yang mendapatkan dosis lengkap vaksin DTP akan
terlindungi dari difteri. Selain melindungi si Kecil dari ketiga penyakit tersebut,
vaksin DTP juga dapat membantu menghentikan penyebaran penyakit di masyarakat.
Dosis lengkap DTP terdiri dari 5 dosis :
• Dosis 1 pada usia 2 bulan
• Dosis 2 pada usia 4 bulan
• Dosis 3 pada usia 6 bulan
• Dosis 4 pada usia 18-24 bulan
• Dosis 5 pada usia 5 tahun.
Apa beda vaksin DTP dan DTaP ? Mengapa vaksin DPaT jauh lebih mahal ?
Vaksin DTP dan DTaP kedua-duanya untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. Perbedaan utama pada komponen antigen untuk pertusis. Vaksin DTP berisi
sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan antigen, termasuk antigen yang tidak
diperlukan, sehingga sering menimbulkan reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri
ditempat suntikan. Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak
utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang
menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses pembuatan DTaP lebih rumit, maka
harganya jauh lebih mahal.
5. Vaksin Hib
Penyakit Hib adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus
influenzae tipe b . Balita paling berisiko untuk penyakit Hib. Hal ini dapat
menyebabkan cacat seumur hidup dan mematikan.
Beberapa kondisi parah yang dapat disebabkan virus Hib adalah meningitis (radang
selaput otak), pneumonia (radang paru-paru), septic arthritis (radang sendi), dan
pericarditis (radang kantong jantung).
Pemberian vaksin Hib harus dilakukan dalam empat dosis, yaitu saat anak berusia
dua, empat, dan enam bulan. Dosis terakhir vaksin Hib diberikan pada saat anak
berusia lima belas bulan hingga delapan belas bulan.
Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksin Hib adalah kemerahan dan
sedikit nyeri pada luka bekas suntikan.
6. Vaksin PCV
PCV adalah singkatan dari pneumococcal vaccine
Apa itu penyakit PNEUMOKOKUS ?
PNEUMOKOKUS meninghitis ini bisa berakibat fatal dan setengah dari mereka yang
dapat bertahan hidup akan mengalami cacat permanen seperti tuli, kerusakan otak
atau kelumpuhan
PNEUMOKOKUS PNEUMONIA
Pneumonia pneumokokus ini lebih serius dari pada jenis pneumonia yang lain, dan
sering menyebabkan anak harus masuk rumah sakit. Gejala yang harus diwaspadai
adalah demam, batuk, bernapas cepat. Gejala lain diantaranya sakit dada, mual,
muntah, sakit kepala, kelelahan, menggigil dan nyeri otot.
7. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus merupakan jenis vaksin untuk mencegah diare. Pemberian vaksin ini
dilakukan secara berangkai, yaitu pada saat anak berumur dua, empat, dan enam
bulan. Efek samping vaksin rotavirus yang paling umum adalah nyeri pada perut,
mual dan muntah, demam, serta diare.
8. Vaksin Influenza
Vaksinasi flu adalah perlindungan terbaik terhadap flu dan komplikasinya. Vaksin flu
juga mencegah penyebarannya kepada orang lain. Anda mendapatkan vaksin flu
melalui suntikan, berupa vaksin yang “dinonaktifkan” atau “rekombinan”. Kedua
vaksin ini tidak mengandung virus influenza hidup.
9. Vaksin Campak
Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit
tenggorokan, dan ruam. Vaksin campak diberikan dalam tiga dosis yaitu pada saat
anak berusia sembilan bulan, dua tahun dan enam tahun. Efek samping vaksin
campak yang paling umum adalah demam dan hilangnya nafsu makan.
Efek samping vaksin MMR yang paling umum adalah demam dan efek samping
yang jarang terjadi adalah sakit kepala, ruam berwarna ungu pada kulit, muntah, nyeri
pada tangan atau kaki, dan leher kaku.
Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu autisme akibat
pemberian vaksin MMR. Isu tersebut sama sekali tidak benar karena para ahli yang
melakukan penelitian yang besar dan secara mendetail. Hingga kini tidak ditemukan
kaitan yang kuat antara imunisasi MMR dengan autisme.
Siapa saja yang pernah mendapat efek samping yang berat disebabkan vaksin
ini tidak perlu mendapat vaksinasi lagi
Siapa saja yang pernah mendapatkan reaksi alergi yang berat disebabkan
vaksin ini
https://www.kompasiana.com/kataya/jadwal-imunisasi-bayi-0-bulan-sampai-remaja-18-
tahun_565825791dafbd63088ed3a2