Anda di halaman 1dari 44

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008
TENTANG
REKAM MEDIS

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29


Tahun 2004 tentang Praktik Kedokieran, perlu mengatur kembali penyelenggaraan
Rekam Medis dengan Peraturan Menteri Kesehatan;

Mengingat:1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3495);
2.Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
3.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republi Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerinlah Penganti Undang-
Undang Namer 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4548);
4.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2803):;
5.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
6.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah. Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tether 2007 Namer
82. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo 4737);
7.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;
8.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1985 tentang Rumah
Sakit;
9.Peraturan Menteri Kesehatan Namer 1575/Menkes/Per/XII/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REKAM


MEDIS.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
2.Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dergan peraturan
perundang-undangan.
3.Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan yang dapat digunakar untuk praktik kedokteran dan kedokteran gigi.
4.Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasuen selain dokter dan dokter gigi.
5.Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
6.Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala
tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
7.Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu,
laporan hasil pemeriksaan penunjang catatan observasi dan pengobatan harian dan
semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan
rekaman elektro diagnostik.
8.Organisasi Profesi adalah Ikatan Doker Indonesia untuk dokter dan Persatuan
Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.

BAB II
JENIS DAN ISI REKAM MED1S
Pasal 2
(1)Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.
(2)Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi
elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Pasal 3
(1)Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat a. identitas pasien;
b.tanggal dan waktu;
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d.hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e.diagnosis;
f.rencana penatalaksanaan;
g.pengobatan dan/atau tindakan;
h.pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;
i.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j.persetujuan tindakan bila diperlukan.
(2)Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.tanggal dan waktu;
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
d.hasil pemerisaan fisik dan penunjang medik;
e.diagnosis:
f.rencana penatalaksanaan;
g.pengobatan dan/atau tindakan;
h.persetujuan tindakan bila diperlukan;
i.catatan observasi klinis dan hasil pengobatan.
j.ringkasan pulang (discharge summary);
k.nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehalan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan;
l.pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
m.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
(3)Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c.identitas pengantar pasien;
d.tanggal dan waktu;
e.hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
f.hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g.diagnosis;
h.pengobatan dan/atau tindakan;
i.ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan
rencana tindak lanjut;
j.nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan;
k.sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain; dan
l.pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(4)Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah denqan:
a.jenis bencana dan lokasi di mana pasien ditemukan;
b.kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal; dan
c.identitas yang menemukan pasien;
(5)Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
(6)Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam
rekam medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan disimpan pada
sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.

Pasal 4
(1)Ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) harus dibuat o!eh
dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.
(2)Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat:
a.identitas pasien;
b.diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c.ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan, dan
tindak lanjut; dan
d.nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan
kesehatan.

BAB III
TATA CARA PENYELENGGARAAN

Pasal 5
(1)Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
(2)Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan
dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
(3)Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(4)Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung.
(5)Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat
dilakukan pembetulan.
(6)Pembetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan
cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf
dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.

Pasal 6
Dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas catatan
dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.

Pasal 7
Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan rekam medis.

BAB IV
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN KERAHASIAAN

Pasal 8
(1)Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien
berobat atau dipulangkan.
(2)Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik.
(3)Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut.
(4)Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.

Pasal 9
(1)Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat.
(2)Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam medis
dapat dimusnahkan.

Pasal 10
(1)Informasi tentang identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
(2)Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a.untuk kepentingan kesehatan pasien;
b.memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan;
c.permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d.permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan
e.untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien;
(3)Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 11
(1)Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
(2)Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara
tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

BAB V
KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 12
(1)Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.
(2)Isi rekam medis merupakan milik pasien.
(3)Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan
rekam medis.
(4)Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan.
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasren yang berhak untuk itu.

Pasal 13
(1)Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
a.pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b.alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran, dan kedokteran gigi
dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;
c.keperluan pendidikan dan penelitian;
d.dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan
e.data statistik kesehatan.
(2)Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang
menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien
atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.
(3)Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak
diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.

Pasal 14
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap
rekam medis.

BAB VI
PENGORGANISASIAN

Pasal 15
Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi dan tata kerja sarana
pelayanan kesehatan.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16
(1)Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
peraturan ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
(2)Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pasal 17
(1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mengambil tindakan
administratif sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
(2)Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran
lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 18
Dokter, dokter gigi, dan sarana pelayanan kesehatan harus menyesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak tanggai ditetapkan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.

Pasal 20
Peraturan in mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri


ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Maret 2008
MENTERI KESEHATAN,

Dr.SITI FADILAH SUPARI Sp. JP (K)


PENGERTIAN, TUJUAN, KEGUNAAN DAN ASPEK REKAM MEDIS

1. Pengertian Rekam Medis.

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. (Permenkes No
269/MENKES/PER/III/2008)

Rekam Medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
disimpulkan bahwa diatas dapat dari paragraf kegiatan pencatatan saja, rekam medis
merupakan suatu sistem penyelenggaraan bukan sekedar kegiatan pencatatan saja.
tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem Penyelenggaraan Rekam Medis.

Penyelenggaraan Rekam Medis di RSU. MAL adalah merupakan proses


kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien, diteruskan kegiatan pencatatan
data medik pasien serta dilanjutkan dengan proses penanganan berkas rekam medis
yang meliputi pengolahan data, penyimpanan, pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan / peminjaman dan pelaporan.

B. Tujuan Rekam Medis


Tujuan terselenggaranya pelayanan rekam medis adalah untuk menunjang
tercapainya tertib administrasi. Tanpa adanya suatu sistem pengelolaan rekam medis
yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit berhasil sebagaimana
yang diharapkan.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Mitra


Anugrah Lestari dalam bidang rekam medis yang meliputi :

1. Terselenggaranya pelayanan rekam medis dalam upaya peningkatan


pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Mitra Anugrah Lestari
2. Terselenggaranya sistem penerimaan pasien, pencatatan, pengolahan data,
penyimpanan, pengambilan kembali rekam medis dan pelaporan

3. Terselenggaranya sistem analisa pada berkas Rekam medis untuk semua


kegiatan pelayanan kesehatan.
4. Menciptakan keamanan setiap arsip/berkas rekam medis.
5. Meningkatkan kinerja Unit Rekam Medis sehingga dapat menjadi pusat
informasi untuk menunjang sistem informasi manajemen Rumah Sakit Umum
Mitra Anugrah Lestari
1. Kegunaan Rekam Medis.

Adapun kegunaan dari Rekam Medis itu sendiri, yaitu :

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut
ambil bagian dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada
pasien.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang diberikan
kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit
dan pengobatan selama pasien berkunjung / dirawat di Rumah Sakit Umum
Mitra Anugrah Lestari
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan.

D. Aspek Rekam Medis

Kegunaan Rekam Medis dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

Aspek Administrasi
Suatu Rekam Medis mempunyai nilai Administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan medis.

Aspek Legal / Hukum


Rekam Medis mempunyai nilai hukum apabila isinya menyangkut masalah jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakan hukum dan
pengembangan hukum baru yang lebih baik serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakan keadilan.
Aspek Finansial / Keuangan
Rekam Medis mempunyai nilai keuangan apabila isinya menyangkut masalah
kegiatan pelayanan kesehatan. Tanpa adanya pendokumentasian rekam medis, maka
pembayaran terhadap pelayanan kesehatan seorang pasien tidak dapat dipertanggung
jawabkan, selain itu pendokumentasian juga dipakai sebagai sumber perencanaan
Keuangan rumah sakit untuk massa yang akan datang.

Aspek Riset / Penelitian

Rekam Medis mempunyai nilai riset /penelitian apabila isinya mengandung


bahan/data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai objek penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Aspek Edukasi
Rekam Medis mempunyai nilai edukasi apabila isinya menyangkut masalah
data/bahan/informasi tentang perkembangan kronologis dari pelayanan kesehatan
yang diberikan pada seorang pasien. Isi dari bukti pelayanan tersebut dapat
dipergunakan sebagai referensi/bahan pengajaran dibidang profesi si pemakai.

Aspek Dokumentasi
Rekam Medis mempunyai nilai dokumentasi apabila isinya menyangkut data yang
tertulis baik dalam bentuk tulisan, foto atau dengan media lain, tetapi secara teknis
dapat diartikan dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi.

Aspek Komunikasi
Rekam Medis merupakan sarana komunikasi antara dokter yang merawat dengan
semua petugas yang berkaitan dalam kegiatan penanganan pasien tersebut.

Rekam Medis yang dapat dipertanggung jawabkan adalah rekam medis yang :

1. Akurat dalam artian dapat memberikan informasi yang benar, tersusun dengan
baik, dan tepat waktu (up to date)
2. Mudah didapat, didapat dengan waktu yang relatif singkat
3. Lengkap, Pengisian harus dilaksanakan secara lengkap, jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan
4. Dapat dibaca dengan jelas, Setiap lembaran Rekam Medis harus diisi dengan
jelas serta mudah dibaca oleh orang lain.

E. Sifat Rekam Medis

Informasi didalam Rekam Medis bersifat rahasia, karena hal ini menjelaskan
hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari
pembocoran sesuai kode etik kedokteran dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dilihat dari segi informasi rekam medis, informasi dapat dibedakan menjadi
:

1. Informasi yang bersifat rahasia

Adalah catatan yang berisi tentang keterangan tentang medis, yang meliputi :

1. Penyakit
2. Keluhan
3. Pemeriksaan
4. Pengobatan
5. Tindakan
6. Perkembangan

1. Informasi yang tidak bersifat rahasia

Adalah catatan yang berisi keterangan yang tidak mengandung sifat medis, yang
meliputi :

1. Identitas Pasien
2. Catatan lain yang tidak mengandung sifat medis

Sedangkan sumber hukum yang dapat dijadikan sumber acuan masalah kerahasiaan
suatu informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat dalam Peraturan
Pemerintah No 10 tahun 1966, yaitu mengenai Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.

Atas dasar inilah siapapun yang bekerja di rumah sakit khususnya bagi yang
berhubungan dengan data rekam medis wajib mentaati ketentuan tersebut. Dalam
menunjang tertib pelayanan rekam medis serta menjaga kerahasiaan, keamanan, dan
kenyamanan, maka Bagian Rekam Medis RSU. Mitra Anugrah Lestari membuat
tanda larangan dan rambu petunjuk arah yaitu sebagai berikut :
1. Di Ruang Pendaftaran

Di bagian pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap dibuatkan petunjuk sebagai
berikut :

1. Dilarang Merokok
2. Dilarang Membuang Sampah Sembarangan
3. Jagalah Kebersihan Ruangan
4. Selain Petugas Dilarang Masuk
5. Harap Antri
6. Tunjukan Kartu Berobat Saat Berobat Ulang
7. Pendaftaran Pasien Lama dan Baru
8. Rak Penyimpanan Rekam Medis Rawat Jalan
9. Rapihkan Kembali Saat Mengambil dan Menyimpan Berkas

2. Di Ruang Rekam Medis

1. Ruang Kepala Bagian Rekam Medis


2. Ruang Pengolahan Data
3. Meja Assembling
4. Meja Koding dan indeksing
5. Rak Penyimpanan Rekam Medis Rawat Inap
6. Rak Penyimpanan In Aktif
7. Selain Petugas Dilarang Masuk
8. Jagalah Kebersihan Ruangan

F. Nilai Rekam Medis

1. Bagi Pasien
1. Mengandung data yang dapat membantu untuk pengobatan dimasa
yang akan datang
2. Membantu pasien untuk mengerti mengenai penyakit yang dideritanya

2. Bagi Petugas Kesehatan

1. Alat Komunikasi antar petugas


2. Dasar perencanaan pengobatan
3. Dasar penagihan
4. Evaluasi kualitas pelayanan
5. Sumber kasus untuk pendidikan
3. Sarana Kesehatan
6. Akreditasi Rumah Sakit
7. Dasar Pembiayaan

4. Penyandang Dana

Monitoring pembiayaan

5. Hukum

Penentuan kasus perdata / pidana

6. Kesehatan Masyarakat

1. Monitoring penyakit menular


2. Penelitian penyakit
MAKALAH IMUNISASI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti
yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh
tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang
mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan
berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan
perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja definisi dari imunisasi?
b. Reaksi apa saja yang akan timbul?
c. Apa saja jenis vaksin?
d. Perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
e. Penyakit apa saja yang harus dicega dengan vaksin?
f. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
g. Apa saja efek samping dari imunisasi?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja definisi dari imunisasi.
b. Untuk mengetahui reaksiapa saja pada imunisasi.
c. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi.
d. Untuk mengetahui perbedaan imunisasi akti dan pasif.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa
juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang
tubuh memproduksi antibodi. "Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk
dalam tubuh," ujarnya.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan
cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung
dari beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat menghindarkan
dari perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal dunia.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat,
tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.

B. Reaksi aantigen-antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti
yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh
tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang
mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan
berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan
perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
1) Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh,
maka tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa
antibodi atau antitoksin
2) Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah,
sehingga tidak cukup banyak antibodi terbentuk.
3) Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih
mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti,
sehingga dalam waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
4) Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi
ulang. Ini merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Di manakah zat anti tersebut dibentuk tubuhyaitu pada tempat-tempat yang strategis
terdapat alat tubuh yang dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati, limpa ,
kelenjar timus dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya, tersebar
luas di seluruh jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut, leher,
ketiak, selangkangan, rongga perut. “Amandel” atau tonil merupakan kelenjar getah
bening yang terdapat pada rongga mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang
disebutkan tadi merupakan pusat jaringan terbentuknya kekebalan pada manusia.
Kerusakan pada alat ini akan menyebabkan seringnya anak terserang berbagai jenis
infeksi: lazimnya dikatakan “daya tahan tubuh anak merendah”.
C. Jenis vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi. Diantara penyakit berbahaya tersebut termasuk penyakit
cacar, tbc, difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus campak,
hepatitis B dan demam kuning terhadap penyakit tersebut telah dapat dibuat
vaksinnya dalam jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
Di negara yang sudah berkembang beberapa vaksin khusus telah pula diproduksi,
misalnya terhadap penyakit radang otak, penyakit gondok, campak Jerman (rubela)
dan sebagainya. Bahkan beberapa vaksin yang sangat khusus dapat pula dibuat, tetapi
harganya akan sangat mahal karena penggunaan yang terbatas. Untuk kepentingan
masyarakat luas, di beberapa negara sedang dijajagi kemungkinan pembuatan vaksin
berbahaya dan merugikan, misalnya vaksin terhadap malaria dan demam berdarah.
Karena penyakit tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara
penyuntikan kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar
menjadi sakit. Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman
yang telah dilemahkan atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan
dan tidak akan menimbulkan penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang
sudah dilemahkan itu merupakan rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti
terhadap penyakit tersebut. Akibat suntikan imunisasi dengan jenis kuman tersebut
reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam ringan yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari.

D. Imunisasi aktif dan pasif


Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi :a. Imunisasi pasif (passive
immunization)Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat
mencegah penyakitcampak (measles pada anak-anak). b. Imunisasi aktif (active
immunization)Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :1. BCG, untuk mencegah
penyakit TBC2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan
tetanus3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis4. Campak, untuk mencegah
penyakit campak (measles)5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B
Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
a. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus
meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk
membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun),
sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
• Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama
bertahun-tahun.
• Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya
dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat
anti.
• Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan,
misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi
kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat
dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi
imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan
yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa
penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan penyuntikan
serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan.
Secara alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya
tubuh si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi
pada penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat.
Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat. Tanpa
disadari seorang anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara alamiah.
Mungkin ia telah mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit,
misalnya dari makanan yang kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan tetapi
kekebalan yang diperoleh secara alamiah ini sukar diramalkan, karena seandainya
jumlah kuman tifus yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak, maka penting pula
untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi terhadap tertundanya anjak dari suatu
penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian mungkin saja anak anda terjangkit
difteria, meskipun ia telah mendapat imunisasi difteria. Akan tetapi penyakit difteria
yang diderita oleh anak anda yang telah mendapat imunisasi akan berlangsung sangat
ringan dan tidak membahayakan jiwanya. Namun demikian tetap dianjurkan:
“Meskipun bayi/anak anda telah mendapat imunisasi, hindarkanlah ia dari hubungan
dengan anak lain yang sedang sakit”.

E. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


a. TBC
Untuk mencegah timbulnya tuberkolosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG.
Imunisasi BCGadalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil
dari nama penemu kumanyaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan tersebut sejak
tahun 1920 dibiakkan sampai 230 kaliselama 13 tahunDi Negara yang telah maju,
imunisasi BCG diberikan kepada mereka yang mempunyai resikokontak dengan
penderita TBC dan uji tuberkulinya masih negative, misalnya dokter,
mahasiswakedokteran, dan perawat. Uji tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk
mengetahui apakahseseorang telah memiliki zat anti terhadap penyakit TBC atau
belum.Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada mereka
yang memiliki resikotinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman TBC.
Imunisasi BCG diberikan padasemua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua
bulan.
Penyuntikan biasanya dilakukandibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan
dosis 0,05 ml reaksi yang mungkin timbulsetelah penyuntikan adalah :Kemerah-
merahan disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah
suntikan,dan terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya di
daerah ketiak).Bila terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga
kebersihan terutama daerah sekitar luka dan segera bawa ke dokter.
b. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan
yang memadaimaka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah
ketiga penyakit tersebut diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali
bersama dengan BCG dan polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak
masing-masing 4 minggu (1 bulan). Imunisasi ulangan dapatdilakukan 1 tahun
setelah imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun).Imunisasi
selanjutnya dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi DT (tanpa pertusis).
c. Poliomyelitis
Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita
kecacatansehingga imunisasi sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan.Imunisasi
polio di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sabin sebanyak 2 tetes
dimulut. Pertama kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan.
Kemudiandiulang dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan
dilakukan satu tahun, setelahimunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun).
Imunisasi tambahan dapat diberikan apabilaada resiko kontak dengan virus ganas.
d. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk
program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang
dibuat dari plasmadarah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara
sintetis. Vaksin ini dibuat dari selragi, misalnya H-B Vak II yang dikembangkan oleh
MSD (Merck Sharp dan Dohme). Adapuncara pemakaiannya (vaksin dari Koerean
Green Cross) sebagai berikut :1.Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama
untuk merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan
jumlah zat anti yang sudahada2.Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi
baru lahir (0 – 11 bulan) dengan satukali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian
mendapat satu kali lagi. Setelah itu,imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia
6 bulan, mengenai waktu pemberiansuntikan yang ketiga ada beberapa pendapat.
Untuk pelaksanaan program diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-
mata untuk kemudahan dalam pelaksanaan,tetapi kekebalan yang didapat tidaklah
berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukansetiap 5 tahun sekali.
e. Campak
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak
dilakukanketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan
satu kali dankekebalannya bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa
diberikan sendiri atau bersama dalam imunisasi MMR (Sudarmanto, 1997 : 22).

F. Cara pemberian
 BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan.
o Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan timbul bebjolan putih pada lengan bekas
suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi panas. Jangan dipecahkan.
 DPT + Hb (Kombo)
o Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan.
o Anak akan mengalami panas dan nyeri pada tempat yang diimunisasi. Beri obat
penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus bayi dengan selimut tebal.
 Polio
o Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan
o Setelah imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan setelah
imunisasi polio, kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena virus polio.
 Campak
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan.
o Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi akan panas dan muncul kemerahan.
Cukup beri ¼ tablet penurun panas.

G. Efeksampingdan penataklasanaan
 BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu
diinsisiataupun kompres).
 DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam
ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari
kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan
kejang positif, berikan anti convulsan.
 Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,
biasanya hanya diare ringan).
 Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.
 Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1.
Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah
pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya
lakukan observasi.(Dick. George, 1992 : 37)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat,
tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody,
tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan

B. Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

Daftar Pustaka
http://kuliahiskandar.blogspot.co.id/2012/05/makalah-imunisasi.html
A. TUMBUH KEMBANG
I. Definisi
a. Pertumbuhan :
– Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur ( Whalley dan Wong, 2000)
– Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh
bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998 )
b. Perkembangan :
– Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000)
– Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan sederhana
menjadi komplek dan meluasnya kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik
(Sutjiningsih,1998

II. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


a. Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis
kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004)
b. Faktor lingkungan
– Lingkungan pra-natal
– Lingkungan pos-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah bayi
lahir adalah :
– Nutrisi
c. Faktor biologis
d. Faktor fisik
e. Faktor psikososial
f. Budaya lingkungan
g. Status sosial dan ekonomi keluarga
h. Status kesehatan
i. Faktor hormonal

III. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan


– Pertumbuhan :
a. Perubahan ukuran. Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan,
lingkaran kepala. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah
besar
b. Perubahan proporsi. Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga
memperlihatkan perubahan proporsi. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai
proporsi yang lebih besar dibandingkan umur-umur laiannya. Titik pusat bayi baru
lahir kurang lebih setinggi umbilikus sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh
terdapat setinggi simpfisis pubis.
c. Hilangnya ciri-ciri lama. Selama proses pertumbuhan, terdapat perubahan yang
terjadi perlahan-lahan seperti menghilangnya kelenjar thymus, lepasnya gigi susu,
dan menghilangnya refleks-refleks primitif.
d. Timbulnya ciri-ciri baru. Timbulnya ciri-ciri baru sebagai akibat pematangan
fungsi-fungsi organ.
– Perkembangan :
a. Timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tertentu.
b. Terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi, dan lain-lain.
c. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang
berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan
bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya

IV. Tahapan Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan dinilai semenjak konsespsi sampai dewasa. Tahap pertumbuhan
dan perkembangan adalah sebagai berikut :
a. Masa prenatal atau intrauterine.
– Masa prenatal dibagi menjadi 2 periode yaitu :
1. Masa embrio
Sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu
2. Masa fetus
Sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Terdiri dari 2 periode yaitu masa fetus dini
sejak usia 9 minggu sampai dengan trimster ke-dua dan masa fetus lanjut pada
trimester akhir kehamilan.
3. Masa postnatal.
Masa postnaal terdiri dari beberapa periode :
b. Masa neonatal :
Umur 0-28 hari. Terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh lainnya.
c. Masa bayi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
– Masa bayi dini (1-12 bulan) : terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara kontinyu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
– Masa bayi akhir (1-2 tahun) : Kecepatan pertumbuhan mulai menurun, dan terjadi
kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
d. Masa prasekolah :
2-6 tahun : pertumbuhan berlangsung stabil, terjadi perkembangan dengan aktivitas
jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.
e. Masa sekolah atau prapubertas :
wanita : 6-10 tahun, laki-laki 8-12 tahun. Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang
bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama.

f. Masa adolescent atau remaja :


wanita : 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun. Masa ini merupakan transisi dari periode
anak ke dewasa. Terjadi percepatan pertumbuhan dan berat badan yang sangan cepat
yang disebut adolescent growth spurt pada masa ini juga terjadi pertumbuhan dan
perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder.

V. Pola Perkembangan Pada Anak


a. 0 – 3 bulan
1. Belajar mengangkat kepala
2. Belajar mengikui obyek dengan matanya
3. Melihat ke muka orang dengan tersenyum
4. Bereaksi terhadap suara/bunyi
5. Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak
6. Menahan barang yang dipegangnya
7. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

b. 3-6 bulan
1. Mengangkat kepala 900 dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
2. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar
jangkauannya.
3. Menaruh benda-benda di mulutnya
4. Berusaha memperluas lapang pandang
5. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
6. Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

c. 6-9 bulan
1. Dapat duduk tanpa dibantu
2. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
3. Dapat merangkak, meraih benda atau mendekati seseorang
4. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
5. Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6. Bergembira dengan melempar benda-benda
7. Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
8. Mengenal muka anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lain
9. Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian

d. 9 – 12 bulan :
1. Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
2. Dapat berjalan dengan dituntun
3. Menirukan suara
4. Mengulang bunyi yang didengarnya
5. Belajar menyatakan satu atau dua kata
6. Mengerti perintah sederhana atau larangan
7. Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya.
8. Berpartisipasi dalam permainan

e. 12-18 bulan
1. Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
2. Menyusun 2 atau 3 kotak
3. Dapat mengatakan 5-10 kata
4. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
f. 18-24 bulan
1. naik turun tangga
2. Menyusun 6 kotak
3. Menunjuk mata dan hidungnya
4. Menyusun dua kata
5. Belajar makan sendiri
6. Menggambar garis di kertas atau pasir
7. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
8. Menaruh minat pada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
9. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

g. 2-3 tahun
1. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan 1 kaki.
2. Membuat jembatan dengan 3 kotak
3. Mampu menyusun kalimat
4. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan
5. kepadanya
6. Menggambar lingkaran
7. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
8. Keluarganya

h. 3-4 tahun
1. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga, berjalan pada jari kaki, belajar
2. berpakaian dan membuka pakaian sendiri
3. Menggambar garis silang
4. Menggambar orang hanya kepala dan badan
5. Mengenal 2 atau 3 warna
6. Bicara dengan baik
7. Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
8. Banyak bertanya
9. Bertanya bagaimana anak dilahirkan
10. Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
11. Mendengarkan cerita-cerita
12. Bermain dengan anak lain
13. Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
14. Dapat melakukan tugas-tugas sederhana

i. 4-5 tahun
1. Melompat dan menari
2. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan
3. Menggambar segi empat dan segi tiga
4. Pandai bicara
5. Dapat menghitung jari-jarinya
6. Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
7. Mendengar dan mengulang hal-hal penting dari cerita
8. Minat kepada kata baru dan artinya
9. Memprotes bila dilarang apa yang diingininya
10. Mengenal 4 warna
11. Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil.
12. Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.

B. IMUNISASI
I. Definisi
i. Imunisasi Dasar
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang harus diberikan pada bayi. Dengan imunisasi
wajib, maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap menyerang. Di antara
berbagai jenis imunisasi, yang termasuk imunisasi wajib adalah imunisasi BCG,
DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.

1. Vaksin BCG
a. Penjelasan
Vaksin BCG mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi sudah
dilemahkan. Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
b. Cara imunisasi
Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan.
Tetapi, sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja.
Pada anak berumur Iebih dari 2 – 3 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux /
PPD sebelum imunisasi BCG.
Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya uji
mantoux positif, maka anak tersebut tidak mendapat imunisasi BCG lagi.
Bila pemberian imunisasi itu berhasil, setelah 1 – 2 bulan di tempat suntikan akan
terdapat suatu benjolan kecil. Tempat suntikan itu biasanya berbekas. Dan kadang –
kadang benjolan itu akan bernanah, tetapi akan sembuh sendiri meskipun lambat.
c. Kekebalan
Imunisasi BCG tidak dapat menjamin 100% anak akan terhindar penyakit TBC.
Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit TBC, maka ia hanya
akan menderita penyakit TBC ringan.
d. Reaksi imunisasi
Setelah suntikan BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam
setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh hal lain.
e. Efek samping
Pada imunisasi BCG, umumnya jarang dijumpai efek samping. Memang, kadang
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas, tapi biasanya
sembuh dengan sendirinya walaupun lambat.
Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terjadi di ketiak
atau di leher bagian bawah. Suntikan di paha dapat menimbulkan pembengkakkan di
kelenjar selangkangan.
f. Indikasi kontra
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG kecuali pada anak berpenyakit
TBC atau menunjukkan uji mantoux positif
2. Vaksin Hepatitis B
a. Penjelasan
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
B. Vaksin tersebut bagian dari virus hepatitis B yang dinamakan HBs Ag, yang dapat
menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan penyakit. HBs Ag ini dapat
diperoleh dari serum manusia atau dengan rekayasa genetik dengan bantuan sel ragi .
b. Cara imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak tiga kali
dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, lima bulan antara
suntikan dua dan tiga.
Imunisasi ulang diberikan setelah lima tahun pasca imunisasi dasar. Cara pemberian
imunisasi dasar tersebut dapat berbeda, tergantung dari rekomendasi pabrik pembuat
vaksin hepatitis B mana yang akan dipergunakan.
Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan Pasteur, Perancis berbeda dengan
jadwal vaksinasi vasksin buatan MSD, Amerika Serikat.
Khusus bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus diberikan
imunisasi pasif dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum berusia
24 jam.
Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat imunisasi aktif 24 jam setelah lahir,
dengan penyuntikan vaksin hepatitis B dengan pemberian yang sama seperti biasa.
Mengingat daya tularnya yang tinggi dari ibu ke bayi, sebaiknya ibu hamil di
Indonesia melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah is mengidap virus
hepatitis B sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang diperlukan menjelang
kelahiran bayi.

3. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)


a. Penjelasan
Vaksinasi DPT akan menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit Difteria, Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), dan tetanus.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus atau toksin
/ racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan kemudian dimurnikan. Ada tiga
macam kemasan vaksin tetanus, yaitu bentuk kemasan tunggal dan kombinasi dengan
vaksin difteria (vaksin DT) atau kombinasi dengan vaksin difteria dan pertusis
(vaksin DTP).
Vaksin terhadap penyakit batuk rejan atau batuk seratus hari terbuat dari kuman
Bordetella Pertussisyang telah dimatikan. Selanjutnya dikemas bersama vaksin
difteria dan tetanus (vaksin DTP)
b. Cara imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
waktu antara dua penyuntikan minimal empat minggu. Imunisasi ulangan/booster
yang pertama dilakukan pada usia 11/2 – 2 tahun atau satu tahun setelah suntikan
imunisasi dasar ketiga.
Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia enam tahun atau di saat kelas 1 SD.
Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT. Vaksin
pertusis (batuk rejan) tidak dianjurkan pada anak yang berusia Iebih dari tujuh tahun
karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat selain itu juga perjalanan penyakit
pertusis pada anak berumur lebih dari lima tahun tidak parah.
Pada masa mendatang telah dipikirkan untuk memberikan vaksin tetanus khusus
untuk anak perempuan yang belum pernah mendapat imunisasi DPT, atau imunisasi
DPT tidak lengkap, sebanyak dua kali lagi pada saat kelas dua dan kelas 3 SD
tindakan ini diperkirakan
Cukup untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyakit tetanus
sehingga bayi yang kaiak dikandung dapat terlindung dari penyakit tetanus
neonatorum atau tetanus pada bayi baru lahir.
Di indonesia penyakit tetanus pada bayi baru lahir masih merupakan penyebab
kematian yang kadang terjadi pada saat bayi baru lahir.
Imunisasi ulang sewaktu, diperlukan juga bila anak berhubungan dengan anak lain
yang menderita difteria atau batuk rejan. Atau bila diduga luka pada anak akan
terinfeksi tetanus.
Dalam hal imunisasi tidak perlu cemas seandainya anak mendapatkan suntikan ulang
sebelum waktunya. Atau bila diduga luka pada anak akan terinfeksi tetanus, biasanya
akan memberikan suntikan ulang. Lebih baik memberikan imunisasi berlebih
daripada kurang.
c. Kekebalan
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu sebesar 80 – 95%
dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95%. Sedangkan
daya proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50 – 60%.
d. Reaksi imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam, pembengkakan dan rasa nyeri di
tempat suntikan selama satu – dua hari.
e. Efek samping
Kadang – kadang timbul reaksi akibat efek samping yang berat, seperti demam tinggi
atau kejang, yang disebabkan oleh unsur pertusisnya.
f. Kontra indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan kepada anak
dengan batuk yang diduga sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada
penyakit gangguan kekebalan (defisiensi umum).

4. POLIO
Umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali, untuk mencegah
penularan polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan.
Bila pada suntikan DPI pertama, ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak
berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan
imunisasi ulang DPT.
a. Kekebalan
Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 95 – 100%.
b. Reaksi imunisasi
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan mengalami berak – berak ringan
c. lndikasi kontra
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi polio sebaiknya
ditangguhkan demikian pula pada anak yang menderita gangguan kekebalan
(defisiensi imun) tidak diberikan. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam
atau diare ringan imunisasi polio bisa diberikan seperti biasanya.

5. Vaksin Campak (Morbili)


a. Penjelasan
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara
aktif. Vaksin campak mengandung virus campak yang telah dilemahkan.
b. Cara imunisasi
Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak
dalam kandungan dari ibunya. Makin lanjut umur bayi, makin berkurang kekebalan
pasif tersebut. Waktu berumur enam bulan biasanya sebagian dari bayi tidak
mempunyai kekebalan pasif lagi.
Dengan adanya kekebalan pasif ini sangat jarang seorang bayi menderita campak
pada umur kurang dari enam bulan.
Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup satu kali suntikan setelah bayi
berumur sembilan bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur Iebih dari satu tahun.
Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan
imunisasi ulang lagi.
Di Indonesia keadaannya berlainan. Kejadian campak masih tinggi dan sering
dijumpai bayi menderita penyakit campak ketika masih berumur antara enam –
sembilan bulan, jadi pada saat sebelum ketentuan batas umur sembilan bulan untuk
mendapat vaksinasi campak seperti yang dianjurkan WHO.
Dengan demikian di Indonesia dianjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi
sebelum bayi berumur sembilan bulan, misalnya pada umur enam – sembilan bulan
ketika kekebalan pasif yang diperoleh dari ibu mulai menghilang. Akan tetapi
kemudian harus mendapat suntikan ulang setelah berumur lima belas bulan.
Vaksinasi campak perlu diulang bila anak tersebut telah benar – benar menderita sakit
campak, maka vaksinasi campak tidak perlu diberikan lagi. Masalahnya adalah
apakah anak tersebut benar menderita campak? Biasanya seorang ibu mendasarkan
dugaan sakit anaknya itu hanya karena adanya demam yang disertai timbulnya bercak
merah di kulit.
Gejala demam dengan bercak merah tidak hanya pada penyakit campak, tetapi dapat
juga dijumpai pada penyakit lain, seperti penyakit “demam tiga hari”, demam
berdarah, campak Jerman dan sebagainya. Menderita kurang gizi dalam derajat besar.
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara 94 – 96% .
c. Reaksi imunisasi
Umumnya tidak didapatkan reaksi, walaupun sangat jarang tetapi pada beberapa
keadaan dapat terjadi reaksi. Biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang
kemudian disertai demam ringan atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang
dalam waktu dua hari.
d. Efek samping
Tidak dilaporkan adanya efek samping yang berarti. Kemungkinan terjangkit oleh
penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma,
merupakan berita yang terlalu dibesarbesarkan.
e. Indikasi kontra
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat. Vaksinasi
hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak akan
membahayakan janin. Bahkan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam
kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.

ii. Imunisasi Anjuran


Tujuan imunisasi anjuran
Untuk melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui
imunisasi, yang diwajibkan ada 6 macam penyakit: tuberkolosis (TBC), difteri,
pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari), tetanus, poliomielitis, dan campak.
Sedangkan imunisasi yang di anjurkan seperti penyakit radang hati (hepatitis),
penyakit gondongn (mums), penyakit campak jerman (rubella), penyakit tifes
paratifes, penyakit kolera (Aminah MS, 2009).
Macam2 imunisasi anjuran :

1.Imunisasi HIB
a.Fungsi
Imunisasi HIB, tergolong imunisasi yang dianjurkan. Imunisasi diberikan agar tubuh
mempunyai kekebalan terhadap bakteri Haemophilus Influenza Type B. Bakteri ini
dapat menyebabkan penyakit yang tergolong berat, seperti meningitis (radang selaput
otak). Pada menginitis bakteri tersebut menginfeksi selaput pelindung otak dan saraf
otak, menyebabkan radang pada tempat-tempat tersebut. Bila bakteri ini menginfeksi
paru-paru menyebabkan radang paru-paru (pnemonia). Bakteri Haemophilus
Influenza Type B dapat menyebabkan septisemia (keracunan darah dan merupakan
infeksi yang lebih tersebar luas keseluruh tubuh).
Penyakit HIB adalah penyebab paling umum infeksi mematikan pada anak berusia di
bawah 5 tahun sebelum ditemukannya vaksinasi HIB rutin pada tahun 1993. Kasus
infeksi HIB sebelum tersedianya vaksin paling sering terjadi pada anak berusia di
bawah 5 tahun dan jarang terjadi setelah usia 5 tahun. Meskipun kemiripan namanya,
penyakit ini tidak ada hubungannya dengan influenza.
Haemophilus Influenzae adalah bakteri yang biasa hidup dijalur pernafasan bagian
atas. Penyakit HIB dapat menyebabkan:
1. Meningitis, infeksi pada selaput yang melindungi otak.
2. Epiglotitis, bengkaknya tenggorokan yang dapat menghambat pernafasan.
3. Septic arthritis, infeksi pada sendi
4. Cellulitis, infeksi pada jaringan dibawah kulit biasanya dimuka.
5. Radang paru-paru
b.Penularan
Penyakit HIB menular melalui bersin atau batuk dari penderita secara langsung.
Penularan juga dapat disebabkan, karena penggunaan barang-barang yang
terkontaminasi oleh bakteri Haemophilus Influenza Type B dan secara tidak sengaja
menjangkit tubuh kita melalui mulut. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi.
Anak-anak yang minum ASI masih bisa terlindungi, akan tetapi lebih baik jika
diberikan imunisasi.
c. Cara pemberian dan dosis
Imunisasi HIB diberikan pada bayi berumur 2,3 dan 5 bulan. Imunisasi ini diberikan
3 kali. Yang pertama ketika berumur 2 bulan, yang kedua 3 bulan dan yang ke tiga
berumur 5 bulan. Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibagian otot paha.
Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan bersama DPT. Juga boleh diberikan
bersama imunisasi hepatitis B.
d.Efek samping
Setelah pemberian imunisasi ini, biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku
ditempat suntikan. Biasanya berlaku sampai 3 hari. Kadang demam juga bisa terjadi.
Efek samping ini tergolong ringan, jika dibandingkan dengan penyakit Hepatitis B.

2.Imunisasi meningitis
a.Fungsi
Menginitis merupakan penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri Nesseria meningitidis. Meningitis penyebab kematian dan kesakitan diseluruh
dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif
CFR menjadi 5-15%. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan
kemoprofilaksis untuk orang-orang yang kontak dengan menginitis dan karier.
Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan selaput sumsum
tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular.
b.Manfaat
Mencegah infeksi meningitis atau radang selaput otak, yang disebabkan bakteri.

c.Pemberian
Pada ibu hamil, sebaiknya imunisasi meningitis diberikan setelah trimester pertama.
Pemberian imunisasi ini juga boleh diberikan bagi ibu hamil yang akan berpergian ke
daerah yang epidemik dan endemik meningitis seperti afrika. Jadi, ibu hamil yang
akan pergi haji boleh mendapatkan imunisasi ini dari pada terkena meningitis.
Jemaah haji dan umroh maupun yang akan berpergian ke arab saudi juga
mendapatkan imunisasi sejenis meningitis tersebut.

3.Imunisasi pneumokokus
a. Fungsi
Imunisasi pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit
radang paru, yang mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi
dengan bakteri streptokokus pneumonia, yang juga dikenal sebagai pneumokokus.
Infeksi pneumokokus merupakan infeksi bakteri yang menyerang berbagai bagian
tubuh\
b. Penularan
Pneumokokus sangat mudah menular. Bakteri pneumokokus biasanya terdapat di
dalam hidung dan tenggorokan. Oleh karena itu, orang berisiko tertular jika ada
kontak langsung dengan penderita. Bakteri ini menular melalui tetesan lendir atau
ludah, seperti bersin, batuk
c. Pemberian imunisasi
Imunisasi diberikan pada usia 2, 4, 6, 12 bulan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
telah merekomendasikan pencantuman prioritas vaksin konjugat radang paru 7-valent
(PCV7) dalam program imunisasi pada masa kanak-kanak nasional di seluruh dunia
sejak tahun 2007. Meskipun PCV7 tidak termasuk dalam program imunisasi pada
masa kanak-kanak, vaksin ini sangat mudah diperoleh dari dokter. Vaksin yang
dikenal sebagai prevenar, telah terbukti hampir 100% efektif terhadap penyakit
pneumokokus. Vaksin ini berisi gula dari tujuh jenis bakteri pneumokokus yang
berlainan, yang disambung secara individual dengan protein toksoid difteri yang tidak
aktif. Vaksin ini juga berisi konsentrasi kecil bahan tambahan yaitu aluminium fosfat,
garam dan air.
d. Efek samping
1. Sedikit bengkak, merah dan sakit ditempat suntikan.
2. Demam rendah
3. Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diare
4. Reaksi parah jarang terjadi
e. Penanganan efek samping
Jika reaksi yang ditimbulkan setelah imunisasi ringan, maka dapat dilakukan
beberapa penanganan, seperti:
1. Membubuhkan kain basah yang dingin di tempat suntikan yang sakit.
2. Anak jangan berpakaian terlalu hangat.
3. Memberi parasetamol untuk mengurangi demam (perhatian dosis yang dianjurkan
menurut usia anak).
4. Memberi anak lebih banyak minuman. (Proferawati A dan Andhini CSD, 2010)
5. Imunisasi MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis),
Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan,
vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat
hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak
terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting
diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
1). Pemberian imunisasi MMR
Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat
imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan, dan
diulangi pada umur 6 tahun.
2). Efek samping
Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul ruam
atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan. Namun tak
perlu khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja. Demamnya pun
dapat diatasi dengan obat penurun panas yang dosis pemakaiannya sesuai anjuran
dokter.

5. Imunisasi tipoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan
vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit
tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup
di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak
higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur
meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Biasanya di pagi hari demam akan menurun
tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat,
muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan
bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak). Pada tingkat ringan atau disebut
paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak
minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan
dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan
maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga
untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.
1). Pemberian imunisasi
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3
tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang,
ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang terjaminnya
makanan yang dikonsumsi anak.
2). Efek samping
Kemerahan di tempat suntikan, muncul demam, pusing, nyeri sendi, otot, nausea, dan
nyeri perut. Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.
6. Imunisasi hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan
virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan,
minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain
maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau
tidak, harus dilakukan tes darah.
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah
itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit
tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai
berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang. Tidak ada
pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini dapat
sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala seperti demam
dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan
bergizi.
a. Pemberian imunisasi
Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian
6-12 bulan.
b. Efek samping
Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa
sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan
menghilang dalam waktu 2 hari.
c. Tingkat kekebalan
Efektif mencekal hingga 90%.
7. Imunisasi varicella
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang
disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang
ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.
Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar
saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan
adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan
cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular
lagi daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan bergizi.
a. Pemberian imunisasi
Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia antara 10-12 tahun.
b. Efek samping
Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.

c. Tingkat kekebalan
Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari penelitian terhadap 100 anak yang
diimunisasi varisela, hanya 3 di antaranya yang tetap terkena cacar air, itu pun
tergolong ringan. (Khasanah N, 2008
iii. Imunisasi Ulangan
Menurut dr. Hafiz Abu Bakar, Sp.A dari RS Sari Asih Cileduk imunisasi ulangan
atau penguatan (booster) atau lanjutan perlu diberikan kepada anak karena kekebalan
si kecil terhadap penyakit tertentu perlu diperbaharui. Pasalnya, kadar antibodi dalam
tubuh anak sudah menurun pada usia tertentu sehingga perlu dilakukan imunisasi
ulangan agar diperoleh kadar antibodi yang cukup untuk menangkal penyakit. Kalau
tidak diulang, lama kelamaan kekebalannya akan habis. “Diharapkan anak usia
prasekolah sudah diberikan imunisasi ulangannya, karena pada usia ini anak biasanya
mulai ada kegiatan di luar rumah yang berhubungan dengan orang banyak. Sehingga
kemungkinan tertular atau menularkan penyakit sangat besar,” imbuhnya. Jika
Terlambat Imunisasi untuk mendapatkan imunitas yang optimal, sebaiknya imunisasi
diberikan secara teratur dan lengkap sejak bayi baru lahir hingga anak usia 18 tahun –
sesuai dengan jadwal. Namun terkadang, karena beberapa alasan, imunisasi tidak bisa
diberikan. Mulai dari moms lupa, tidak sempat, atau si kecil sedang sakit sehingga
pemberian imunisasi harus ditunda.

https://damayanti53.wordpress.com/2014/09/09/tumbuh-kembang-dan-imunisasi-pada-
anak-bayi-dan-balita/
aksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah
bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu
penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme
alam.

Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan kepada


anak sejak masih bayi hingga remaja. Melalui program ini, tubuh diperkenalkan
dengan bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang sistem imun guna membentuk antibodi.

Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.).

ada beberapa jenis vaksin, pun jadwal pemberian vaksin, jadwal bisa diliat digambar
dan gue akan jelaskan tujuan dari vaksinnya.

1. Vaksin Hepatitis B

Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi organ hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga dimaksudkan untuk mencegah
berbagai akibat yang dapat ditimbulkan infeksi hepatitis B, seperti kanker hati dan
sirosis.

Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan bersama dengan vaksin lain, selain pemberian
tunggal. Vaksinasi ini dapat melindungi dari infeksi hepatitis B dalam jangka
panjang, bahkan seumur hidup.

Rekomendasi Vaksinasi Hepatitis B


Vaksinasi hepatitis B diharapkan dapat melindungi bayi dan anak-anak sebagai
golongan yang berisiko tinggi terkena infeksi kronis. Bagi anak-anak hingga remaja
berusia kurang dari 19 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksinasi hepatitis B,
direkomendasikan untuk segera mendapatkannya, apalagi Indonesia merupakan salah
satu negara dengan penyebaran hepatitis terbanyak.
Orang dewasa juga bukan berarti tidak berisiko terkena infeksi hepatitis B. Terdapat
beberapa kondisi tertentu pada orang dewasa dengan risiko yang lebih tinggi, antara
lain:

 Memiliki pasangan yang terinfeksi hepatitis B.

 Mengidap penyakit hati atau ginjal kronis.


 Kontak dengan peralatan rumah tangga dari seseorang yang terinfeksi
hepatitis B.

 Memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan darah atau cairan lain dari
tubuh manusia.

 Penderita diabetes.

 Staf dan penghuni dalam institusi rumah sakit jiwa.

 Pengguna narkoba dengan jarum suntik.

 Penderita HIV.

Dosis Vaksinasi Hepatitis B


Vaksinasi Hepatitis B terdiri dari bahan aman yang tidak akan menyebabkan infeksi
hepatitis. Vaksin ini efektif untuk semua usia yang biasanya diberikan sebanyak 3-4
kali suntik dalam periode enam bulan.

Umumnya bayi akan memperoleh tiga dosis vaksinasi hepatitis B. Dosis pertama
pada saat baru dilahirkan, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dan dosis terakhir pada
usia 6-18 bulan. Sebagian bayi menerima empat dosis jika menggunakan vaksinasi
hepatitis kombinasi.

Vaksinasi hepatitis B untuk orang dewasa juga terbagi ke dalam tiga dosis. Dosis
pertama dan kedua dengan jeda waktu empat minggu, disusul dosis terakhir pada lima
bulan kemudian. Tanyakan kepada dokter Anda, jika ada dosis khusus untuk Anda
secara pribadi berdasarkan kondisi tertentu.

2. Vaksin Polio
Vaksin Polio terdiri dari 2 jenis, yaitu polio hidup yang diberikan lewat mulut (oral
polio vaccine/OPV) dan vaksin polio mati yang diberikan melalui suntikan (injection
polio vaccine/IPV).

Vaksin polio yang diberikan melalui mulut berisi virus yang dilemahkan, sehingga
kekebalan yang terjadi berupa seperti terinfeksi secara alamiah oleh virus polio yang
dilemahkan.

“Karena virus yang dilemahkan masuk ke dalam usus, maka tinja bayi atau anak
yang telah divaksinasi dapat mengandung vaksin polio lemah tersebut selama
beberapa waktu, dimana anak atau bayi dengan daya tahan tubuh rendah dapat
terinfeksi virus polio yang dilemahkan tadi. Untuk menghindari hal tersebut,
dirancanglah vaksin polio suntikan dengan kandungan komponen virus yang dapat
merangsang tubuh membentuk antibodi. Vaksin jenis ini tidak mengandung virus
utuh, sehingga tinja tidak akan mengandung virus polio vaksin dan penularan
terhadap lingkungan tidak terjadi,” papar Dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), Mtrop
(Paed), dokter spesialis anak dan konsultan dari Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri
Tropis Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM sekaligus juga anggota
Satgas Imuninasi PP-IDAI.

3. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk
tuberkulosis atau biasa disebut TBC yang dibuat dari baksil tuberkulosis
(Mycobacterium bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan
selama bertahun-tahun.

Vaksin BCG 80% efektif dapat mencegah selama 15 tahun, tetapi efeknya bervariasi
tergantung kepada kondisi geografis.
ini adalah vaksin yang relatif aman dan diberikan kepada orang yang dianggap
berisiko‟ terkena TB di masa depan.

4. Vaksin DTP
Vaksin DTP merupakan vaksin gabungan yang digunakan untuk mencegah
penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Ketiga penyakit tersebut disebabkan oleh
bakteri dan bisa berakibat fatal.

Difteri terjadi karena racun yang dihasilkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
Awalnya penyakit ini menyerupai pilek, yaitu nyeri menelan, demam ringan dan
menggigil. Kemudian racun yang dihasilkan kuman akan membentuk suatu
selubung/selaput tebal di bagian belakang hidung atau tenggorokan, sehingga si Kecil
menjadi sulit bernapas atau menelan. Difteri merupakan penyakit yang berbahaya
karena gangguan/kesulitan bernapas bisa berakhir dengan kematian. Racun difteri
juga bisa menyerang jantung, sehingga mengganggu fungsi kerja jantung. Jika
menyerang saraf, racun difteri bisa menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini
ditularkan melalui percikan ludah dalam batuk/bersin penderita.

Pertusis atau batuk rejan merupakan penyakit yang sangat menular dan berbahaya,
yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Sama dengan difteri, pada awalnya
pertusis juga menyerupai pilek, yaitu hidung meler/tersumbat, bersin-bersin dan
mungkin batuk dan demam ringan. Tetapi 1-2 minggu kemudian, batuk mulai berat
dan semakin berat. Pertusis juga ditularkan melalui percikan ludah dari batuk/bersin
penderita.
Hampir seluruh anak-anak yang mendapatkan dosis lengkap vaksin DTP akan
terlindungi dari difteri. Selain melindungi si Kecil dari ketiga penyakit tersebut,
vaksin DTP juga dapat membantu menghentikan penyebaran penyakit di masyarakat.
Dosis lengkap DTP terdiri dari 5 dosis :
• Dosis 1 pada usia 2 bulan
• Dosis 2 pada usia 4 bulan
• Dosis 3 pada usia 6 bulan
• Dosis 4 pada usia 18-24 bulan
• Dosis 5 pada usia 5 tahun.

Vaksin difteri tidak memberikan perlindungan seumur hidup sehingga, perlu


dilakukan booster yaitu Td pada usia 10 dan 18 tahun. Perlindungan vaksin pertusis
juga tidak bertahan seumur hidup, sehingga saat remaja dan dewasa perlu divaksinasi
ulang meskipun telah mendapatkan vaksinasi lengkap ketika kecil. Vaksin DTP aman
dan efektif mencegah ketiga penyakit tersebut

Apa beda vaksin DTP dan DTaP ? Mengapa vaksin DPaT jauh lebih mahal ?
Vaksin DTP dan DTaP kedua-duanya untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. Perbedaan utama pada komponen antigen untuk pertusis. Vaksin DTP berisi
sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan antigen, termasuk antigen yang tidak
diperlukan, sehingga sering menimbulkan reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri
ditempat suntikan. Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak
utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga jarang
menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses pembuatan DTaP lebih rumit, maka
harganya jauh lebih mahal.

5. Vaksin Hib
Penyakit Hib adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus
influenzae tipe b . Balita paling berisiko untuk penyakit Hib. Hal ini dapat
menyebabkan cacat seumur hidup dan mematikan.

Beberapa kondisi parah yang dapat disebabkan virus Hib adalah meningitis (radang
selaput otak), pneumonia (radang paru-paru), septic arthritis (radang sendi), dan
pericarditis (radang kantong jantung).

Pemberian vaksin Hib harus dilakukan dalam empat dosis, yaitu saat anak berusia
dua, empat, dan enam bulan. Dosis terakhir vaksin Hib diberikan pada saat anak
berusia lima belas bulan hingga delapan belas bulan.
Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksin Hib adalah kemerahan dan
sedikit nyeri pada luka bekas suntikan.

Apa itu Hib?


Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang
menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: Radang selaput otak (
Meningitis) -jangkitan pada selaput otak dan saraf tunjang Radang paru- paru
(Pneumonia) - jangkitan pada paru- paru Radang epiglotis ( kerongkong ) - jangkitan
pada epiglottis Keracunan darah ( septicaemia ) - jangkitan darah Radang sendi -
jangkitan pada sendi Penyakit Hib.

Siapa yang bisa terjangkit penyakit Hib?


Penyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun. Risiko
jangkitan adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun.
Pengaulan rapat dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko
mendapat penyakit Hib. Bayi yang mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan
daripada penyakit Hib, namun begitu, Imunisasi masih diperlukan untuk mendapat
perlindungan maksimal.

6. Vaksin PCV
PCV adalah singkatan dari pneumococcal vaccine
Apa itu penyakit PNEUMOKOKUS ?

Penyakit PNEUMOKOKUS terdiri atas meninghitis (radang selaput otak), septikema


(keracunan darah), bakteria pneumonia (infeksi darah), dan otitis media (infeksi
telinga), yang disebabkan oleh bakteri Streptocuccus Pneumoniae. Beberapa
diantaranya penyakit ini bisa menjadi serius, terutama jika terjadi pada anak-anak.

PNEUMOKOKUS meninghitis ini bisa berakibat fatal dan setengah dari mereka yang
dapat bertahan hidup akan mengalami cacat permanen seperti tuli, kerusakan otak
atau kelumpuhan
PNEUMOKOKUS PNEUMONIA
Pneumonia pneumokokus ini lebih serius dari pada jenis pneumonia yang lain, dan
sering menyebabkan anak harus masuk rumah sakit. Gejala yang harus diwaspadai
adalah demam, batuk, bernapas cepat. Gejala lain diantaranya sakit dada, mual,
muntah, sakit kepala, kelelahan, menggigil dan nyeri otot.

7. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus merupakan jenis vaksin untuk mencegah diare. Pemberian vaksin ini
dilakukan secara berangkai, yaitu pada saat anak berumur dua, empat, dan enam
bulan. Efek samping vaksin rotavirus yang paling umum adalah nyeri pada perut,
mual dan muntah, demam, serta diare.

8. Vaksin Influenza
Vaksinasi flu adalah perlindungan terbaik terhadap flu dan komplikasinya. Vaksin flu
juga mencegah penyebarannya kepada orang lain. Anda mendapatkan vaksin flu
melalui suntikan, berupa vaksin yang “dinonaktifkan” atau “rekombinan”. Kedua
vaksin ini tidak mengandung virus influenza hidup.

9. Vaksin Campak
Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit
tenggorokan, dan ruam. Vaksin campak diberikan dalam tiga dosis yaitu pada saat
anak berusia sembilan bulan, dua tahun dan enam tahun. Efek samping vaksin
campak yang paling umum adalah demam dan hilangnya nafsu makan.

10. Vaksin MMR


vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi. Vaksin ini merupakan gabungan
antara vaksin campak, gondong, dan campak Jerman.

Gondong merupakan penyakit virus yang menyebabkan terjadinya pembengkakan


kelenjar parotis di bawah telinga. Gejala lain dari gondong adalah demam, nyeri
sendi, dan sakit kepala. Campak Jerman merupakan penyakit virus yang dapat
menyebabkan nyeri sendi, batuk dan pilek, demam, pembengkakan kelenjar di sekitar
kepala dan leher, serta munculnya ruam berwarna merah pada kulit.
Pemberian vaksin MMR dilakukan saat anak berusia satu tahun tiga bulan dan dapat
diulang saat anak berusia enam tahun.

Efek samping vaksin MMR yang paling umum adalah demam dan efek samping
yang jarang terjadi adalah sakit kepala, ruam berwarna ungu pada kulit, muntah, nyeri
pada tangan atau kaki, dan leher kaku.

Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu autisme akibat
pemberian vaksin MMR. Isu tersebut sama sekali tidak benar karena para ahli yang
melakukan penelitian yang besar dan secara mendetail. Hingga kini tidak ditemukan
kaitan yang kuat antara imunisasi MMR dengan autisme.

11. Vaksin Tifoid


Demam tifoid (tifoid) adalah penyakit serius disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Tifoid menimbulkan gejala demam, lelah, lemah, nyeri perut, sakit kepala,
tidak ada nafsu makan, dan
kadang disertai ruam.
Secara umum, tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar. Tifoid
jarang pada
anak usia

Terdapat 2 jenis vaksin tifoid,

 Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan(attenuated) diberikan dengan


diminum (oral)

 Vaksin mati (inactivated) diberikan dengan suntikan

Untuk vaksin tifoid oral tidak beredar lagi di Indonesia.

Siapa yang tidak dapat divaksinasi atau vaksinasi harus ditunda?

 Tidak diberikan untuk anak

 Siapa saja yang pernah mendapat efek samping yang berat disebabkan vaksin
ini tidak perlu mendapat vaksinasi lagi

 Siapa saja yang pernah mendapatkan reaksi alergi yang berat disebabkan
vaksin ini

 Apabila sedang sakit berat vaksinasi harus ditunda pemberiannya sampai


sembuh.

11. Vaksin Hepatitis A


Hepatitis A adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang
disebarkan oleh kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal - oral).
Bberapa kasus hanya memberikan sedikit atau tanpa gejala terutama bagi yang masih
muda. Waktu antara dan gejala, antara 2-6 minggu. Gejalanya biasanya berakhir
dalam 8 minggu dan meliputi: mual (nausea), muntah-muntah, mencret, kulit kuning
(terutama bagian putih dari mata), demam, dan nyeri abdomen. Sekitar 10–15% dari
penderita akan kambuh kembali dalam 6 bulan setelah infeksi pertama. Penyakit
hepatitis A yang fatal jarang terjadi, tetapi mungkin terjadi pada lansia.
Pemberian vaksin hepatitis A hanya bisa dianjurkan untuk anak berusia dua tahun ke
atas dan terdiri dari dua dosis yang jaraknya 6 bulan. Efek samping vaksin hepatitis A
yang umum adalah demam dan rasa lelah, sedangkan efek samping yang tergolong
jarang adalah gatal-gatal, batuk, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

12. Vaksin Varisela


Vaksin varisela merupakan vaksin untuk mencegah penyakit cacar air yang
disebabkan oleh virus varicella zoster. Vaksin ini hanya bisa diberikan pada anak
berusia satu tahun ke atas. Vaksin terhadap cacar air ini hanya cocok untuk mereka
yang belum pernah terkena cacar air. Dosis vaksin yang diperlukan hanya satu kali.

13. Vaksin HPV


Vaksin HPV diperuntukkan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker
serviks atau kanker pada leher rahim yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh
virus human papillomavirus. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia dua belas tahun
dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali. Jarak antara dosis pertama dan kedua
adalah 2 bulan, sedangkan jarak antara dosis pertama dan ketiga adalah 6 bulan. Efek
samping pemberian vaksin HPV yang bisa muncul adalah demam, sedangkan yang
tergolong lebih jarang adalah batuk, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.

https://www.kompasiana.com/kataya/jadwal-imunisasi-bayi-0-bulan-sampai-remaja-18-
tahun_565825791dafbd63088ed3a2

Anda mungkin juga menyukai