Teori pertukaran adalah teori yang berkaitan dengan tindakan sosial yang
saling memberi atau menukar objek-objek yang mengandung niali antar individu
berdasarkan tatanan sosial tertentu Objek yang ditukarkan tidak berbentuk benda
nyata, namun hal-hal yang tidak nyata.
Adapun prinsip- prinsip teori pertukaran ini adalah (Wirawan, 2012 : 174-
176) :
Homans masuk Harvard College pada tahun 1928 dengan luas konsentrasi
dalam bahasa Inggris dan sastra Amerika. Dengan tinggal di lingkungan di mana
orang sangat menyadari hubungan sosial, Homans menjadi tertarik pada
sosiologi. Dari tahun 1934 sampai 1939 ia adalah seorang Junior Fellow dari
masyarakat terbentuk baru penerima beasiswa di Harvard, melakukan berbagai
studi di berbagai bidang, termasuk sosiologi, psikologi dan sejarah.
stimulus respon
1. Proposisi Sukses
2. Proposisi Stimulus
Jika di masa lalu terjadi stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli
merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka
semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan
semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama.
Proposisi ini menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau
tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada
waktu sekarang. Makin sering dalam peristiwa tertentu tingkah laku seseorang
memberikan ganjaran terhadap tingkah laku orang lain, makin sering pula
orang lain itu mengulang tingkah lakunya itu. Sebagai contoh dapat kita lihat
pada mahasiswa meninginkan nilai yang baik dan dengan kesadaran ia selalu
mengikuti perkuliahan serta belajar sebelum ujian. Ia merasakan manfaat dari
belajar bersama sebelum ujian, maka ia akan melakukan kembali belajar secara
bersama dengan teman-temannya untuk mendapatkan hasil ujian yang baik.
3. Proposisi Nilai
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan
tindakan itu. Proposisi ini memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang
diarahkan oleh orang lain terhadap aktor. makin bernilai bagi seseorang sesuatu
tingkah laku orang lain yang ditujukan kepadanya makin besar kemungkinan
atau makin sering ia akan mengulangi tingkahlakunya itu. Sebagai contoh
dapat dilihat pada tingkahlaku mahasiswa yang menganggap bahwa ia
mempunyai kesempatan untuk melihat suatu konser favoritnya dan di saat yang
sama ia harus mengenyampingkan perkuliahannya karena ia masih dapat
kuliah di hari yang lain. Ini artinya ia menganggap mana yang lebih penting
kuliah atau menikmati konser yang menyenangkan.
Gambar 4 : Mahasiswa Memilih Pergi ke Konser Musik
(Sumber : malesbanget.com)
Semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran
tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap
unit ganjaran itu. Proposisi ini menjelaskan bahwa makin sering orang
menerima ganjaran dari orang lain, makin berkurang nilai dari setiap tindakan
yang dilakukan berikutnya. Misalnya seorang wanita, setiap berulang tahun
selalu diberikan hadiah boneka oleh teman prianya maka ia merasa hadiah itu
menjadi tidak menarik bagi dirinya karena ia merasa telah jenuh atau bosan
dengan bentuk hadiah yang selalu sama.
uniabadi.blogspot.com
a. Makin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh atau yang akan diperoleh
makin besar kemungkinan sesuatu tingkah laku akan diulang.
Peter M. Blau lahir di Wina Austria 7 Februari 1918 dan meninggal pada
12 Maret 2002. Ia bermigrasi ke AS tahun 1939 dan menjadi warga AS tahun
1943. Tahun 1942 ia menerima gelar BA dari Elmhrst College di Elmhurst
Illionis. Blau mendapatkan penghargaan luas pertama dalam sosiologi karena
sumbangannya dalam studi tentang organisasi formal. Hasil studi empirisnya
tentang organisasi dan buku ajar yang ditulisnya tentang organisasi formal
masih tetap dikutip secara luas.
Kontribusi Blau terhadap sosiologi adalah ia telah memberikan kontribusi
penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda. Bukunya Exchange and
Power in Social live (1964) merupakan komponen utama teori pertukaran masa
kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada kelompok primer
pada berskala kecil diterapkan pada kelompok besar. Karya itu merupakan
upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi
berskala luas dan berskala kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar
struktural.
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi perilaku yang menjurus pada
pertukaran sosial. Persyaratan tersebut adalah :
Nilai-nilai yang telah terlembaga akan bertahan bila memenuhi tiga syarat,
yaitu (Poloma, 2000 : 92) :
1. Dalam hubungan pertukaran yang elementer, orang tertarik satu sama lain
melalui berbagai kebutuhan dan kepuasan timbal balik. Asumsinya adalah
orang yang memberikan ganjaran, melakukan hal itu sebagai pembayaran bagi
nilai yang diterimanya.
HERBERT MEAD
2. Tahap perception yaitu terjadi saat diri aktor akan menyeleksi situasi dan
kondisi yang hidup disekitarnya.
Menurut Mead perlu dipahami tentang diri sebagai subjek (I) dan objek
(me). Diri adalah subjek dari fenomena pengalaman sendiri yaitu persepsi, emosi,
dan pikiran. Dalam fenomenologi ini dipahami sebagai suatu pengalaman dan
tidak ada yang mengalami tanpa ia mengalaminya sendiri. Oleh sebab itu diri
adalah sebuah “given”. Jika dihubungkan dengan pemahaman tentang makna,
maka konsep diri pribadi akan memunculkan dua sisi yaitu sisi pribadi (self) dan
sisi sosial (person). Artinya, diri pribadi tidak hanya menanggapi atau membuat
persepsi tentang orang lain (the other), tetapi juga mempersepsikan dirinya
sendiri.
Karakter diri secara sosial (person) tidak berdiri sendiri dan lepas dari the
other atau realitas sosial. Pada hakikatnya, diri (self) akan terus menerus
menanggapi stimulus dari luar dan dari dalam. Dalam diri terdapat kemampuan
menanggapi diri sendiri secara sadar dan kemampuan tersebut memerlukan daya
pikir reflektif. Diri juga dipengaruhi oleh varian dari luar seperti aturan, nilai-
nilai, norma-norma dan budaya setempat dimana ia berada.
The Looking Glass Self
Charles Horton Cooley lahir di Ann Arbor, Mich pada tanggal 17 Agustus
1864. Sepanjang karirnya ia telah banyak menghasilkan karya yang cukup
monumental dan kontributif di bidang psikologi dan sosiologi. Karyanya seperti
Human Nature and The Social Order (1902), Social Organization (1909) dan
Social Process (1918).
Konsep Diri
Konsep the looking glass self ini memberikan gambaran bahwa konsep
diri terbentuk dari bayangan kembar (diri individu dalam cermin) yang berasal
yang berasal dari hubungan sosial, kesan diri individu dalam seseorang
berkembang dan termanifestasikan melalui interaksi manusia : ‘tidak ada perasaan
tanpa aspek asosiatif atas kita, mereka, atau kamu”.
Dengan demikian siapa anda, dan bagaimana anda berpikir tentang diri
sendiri erat kaitannya dalam interaksi. Dalam berinteraksi manusia memerlukan
komunikasi terus menerus dan dir (self) jelas merupakan poduk sosial dari
dialektika antara individu dan realitas sosial (masyarakat).
CERMIN
DIRI/SELF
Dalam konsep the looking glass self, terdapat tiga elemen pokok yang
bersifat fundamental, yaitu (Umiarso, 2014 : 143-144) :
George Herbert Mead Konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari
interaksi sosial individu dengan orang lain. Individu
adalah makhluk yang bersifat sensitif, aktif, kreatif
dan inovatif. Keberadaan sosialnya sangat
menentukan bentuk lingkungan sosialnya dan dirinya
sendiri secara efektif. “Diri” (self) dapat bersifat
sebagai objek maupun subjek sekaligus. Objek yang
dimaksud berlaku pada dirinya sendiri sebagai
karakter dasar dari makhluk lain, sehingga mampu
mencapai kesadaran diri (self conciousness) dan
dasar mengambil sikap untuk dirinya, juga untuk
situasi sosial yang dapat dijabarkan dengan konsep
:pengambilan peran orang lain” (taking the role of
the other). “Diri” akan menjadi objek terlebih dahulu
sebelum ia berada pada posisi subjek. Dalam hal ini,
“diri” akan mengalami proses internalisasi atau
interpretasi subjek, atas realitas struktur yang luas.
Dia merupakan produk dialektis dari “I” impulsif
dari “diri” yaitui aku sebagai subjek dan “me” sisi
sosial dari manusia yaitu “daku” sebagai objek,
perkembangan “diri” (self), sejalan dengan
sosialisasi inividu dalam masyarakat yakni merujuk
kepada kapasitas dan pengalaman manusia sebagai
objek bagi diri sendiri. Ringkasnya, “diri”
Charles Horton Cooley “disi” sebagai segala sesuatu yang dirujuk dalam
pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertama
tunggal seperti “aku” (I), “daku” (me), “milikku”
(mine) dan “diriku” (my self). Segala sesuatu yang
dikaitkan dengan diri menciptakan emosi lebih kuat
dibandingkan dengan yang tidak dikaitkan dengan
diri. Diri dapat dikenal hanya melalui perasaan
subjektif. Konsep diri individu secara signifikan
ditentukan apa yang ia pikirkan tentang pikiran
orang lain mengenai dirinya. Artinya individu
memerlukan respons orang lain yang ditafsirkan
subjektif sebagai data dirinya. Perasaan “diri”
dikembangkan lewat penafsiran individu atas realitas
fisik dan sosial, termasuk aspek-aspek pendapat
tentang tubuh, tujuan, materi, ambisi, gagasan
bersifat sosial yang dianggap milik individu.
Perasaan diri bersifat sosial karena maknanya
diciptkan melalui bahasa dan budaya bersama dari
interpretasi subjektif individu, atas orang-orang yang
mereka anggap penting yang punya hubungan dekat
(significant others). Demikian pula pengambilan
peran dan sikap orang lain secara umum (generalized
others). Kesimpulannya. “diri individu dan
masyarakat bukanlah realitas yang terpisah.
Sumber : Umiarso, 2014 hal 155-156.
HERBERT BLUMER
Herbert Blumer lahir di St. Louis, Missouri pada tanggal 7 Maret 1900.
Setelah lulus dari University of Missouri tahun 1918 sampai 1922 ia mengajar di
sana tetapi tahun 1925 pindah ke Universitas Chicago. Ia melanjutkan
penelitiannya dan karya Mead tentang interaksionisme simbolik.
Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun juga diri (self) yang
bukan sebuah entitas psikologis tetapi sebuah aspek dari proses sosial yang
muncul dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial. Bagi Blumer, manusia
bertindak bukan hanya karena faktor eksternal dan internal saja, namun individu
juga melakukan self indication atau memberi arti, menilai, memutuskan untuk
bertindak berdasarkan referensi yang mengelilinginya tersebut.
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
ERVING GOFFMAN
Goffman lahir pada tanggal 11 Juni 1922 di Mannville, Alberta
Kanada.Master dan doktornya diberikan di Universitas Chicago tahun 1949
dan 1953 di bidang sosiologi dan antropologi sosial. Erving Goffman dianggap
sebagai sosiolog mikro karena ia lebih berkonsentrasi pada analisis rinci dari
interaksi dan norma-norma yang mengatur interaksi tersebut. Oleh sebab itu
komunikasi merupakan fokus utama kajiannya. Ia mengkaji interaksi sosial,
ritus, kesopanan, pembicaraan dan semua hal yang menjalin hubungan sehari-
hari.
Asumsi dasar teori Goffman adalah bahwa peran yang ditampilkan atau
yang diharapkan dalam interaksi antar diri sang aktor mengandung simbol
tertentu yang digunakan sebagai standar dari perilaku bersama. Kontribusi
Goffman lain yang juga kuat adalah tentang stigma dalam bukunya “Stigma :
Notes on the Management of Spoiled Identity. Ia meneliti bagaimana diri sang
aktor mengelola penempilan diri mereka sendiri, terlebih pada saat penampilan
mereka tidak sesuai dengan standar yang disetujui dalam perilaku atau
penampilan yang semestinya, maka mereka mencoba untuk melindungi
identitats mereka tersebut dengan cara mengelola penampilan dirinya
(Umiarso, 2014 : 253-254).
Presentasi Diri
Jika Mead menganggap diri pada dasarnya bersifat sosial, bagi goffman
individu tidak sekedar mengambil peran orang lain melainkan bergantung pada
orang lain untuk melengkapkan citra diri. Atau dengan kata lain, diri bukanlah
sesuatu yang dimiliki individu tetapi yang dipinjamkan orang lain kepadanya.
Penggunaan Tim
Goffman tidak hanya melihat individu tetapi juga kelompok yang ia sebut
tim. Aktor berusaha mengelola kesan orang lain terhadap kelompoknya baik di
keluarga, tempat bekerja, partai politik atau organisasi lain. Semua anggota
disebut sebati “tim pertunjukkan” (performance team) yang mendramatisasikan
suatu aktivitas. kerjasam tim sering dilakukan oleh para anggota dalam
menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah depan. Sepasang suami
istri menyembunyikan pertengkaran dari anak-anak mereka, menjaga
keselarasan dan setelah anaknya pergi bertengkar kembali. Pertunjukkan yang
dibawakan tim sangat bergantung pada kesetiaan setiap anggotanya untuk
memegang rahasia tersembunyi bagi khalayak.
1. Pemikiran Charles Horton Cooley tentang the looking glass self yang
mendeskripsikan tentang sikap sang aktor lain sebagi cermin bagi diri
sang aktor sendiri dalam menilai objek di lingkungannya. Teori ini
menunjuk kepada pengembangan konsep diri seorang individu
berdasarkan pandangan ketika individu membanyangkan citra diri
melalui pandangan orang lain, maka aktor juga membayangkan
penilaian orang lain sebagai harga diri dan rasa malu.
2. Pemikiran George Herbert Mead tentang konsep I dan Me. Diri sang
aktorn yang objektif dan subjektif yang menunjuk pada ketidaksesuaian
antara diri manusiawi dan diri sang aktor sebagai hasil proses
sosialisasi. Diri muncul dalam proses interaksi karena manusia baru
menyadari dirinya sendiri dalam interaksi sosial.
3. Pemikiran Herbert Blumer mengenai diri sebagai sebuah proses bukan
benda. Diri sang aktor merupakan individu yang sadar dan reflektif,
menyatukan objek melalui proses komunikasi. Individu dapat
mengetahui sesuatu, menilai, memberi makna dan memberi tindakan
dalam konteks sosial (self indication).
C.H COOLEY :
the looking glass self
H. BLUMER :
Self Indication
C.WRIGHT MILLS
Wright Mills dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1916 di Waco Texas. Ia
kuliah di Universitas Texas dan menjelang tahun 1939 mendapatkan gelar
sarjana dan master. meninggal pada usia 45 tahun. Mills sebagai seorang ahli
teori tidak pernah mengenyampingkan prinsip-prinsip psikologis dan mencoba
menghubungkan masalah sosiologis dengan struktur. Pada tahun 1950an Mills
telah mengumandangkan “Imaginasi Sosiologis”.
Perubahan yang terjadi adalah dalam kelas berkerah putih sejak tahun
1900 umumnya menunjukkan keruntuhan posisi mereka dengan
kecenderungan yaitu : 1) hilangnya prestise bila dibandingkan dengan
pengusaha tipe lama; 2) merosotnya pendapatan riil; 3) mekanisasi jabatan
yang mengancam eksistensi sekian lapangan kerja yang dipegang oleh
karyawan berkerah putih; 4) pembatasan otonomi pekerja kantor dan 5)
banyaknya pekerjaan karyawan berkerah putih bersifat rutin dan membosankan
dan hanya sedikit harapan untuk membangkitkan minat kerja di masa datang.
Pada masa kini, hampir tidak mungkin memisahkan bisnis raksasa dengan
pemerintahan yang kuat dan kekuasaan militer. Menurut Mills di Amerika
terdapat struktur militer sebagai bagian terpenting dari struktur politik. Hal ini
terjadi karena pergeseran fokus elit kekuasaan dari masalah-masalah nasional
ke isu-isu internasional yang memberikan suara lebih besar kepada para
pemimpin militer dalam proses pengambilan keputusan.
JAMES S. COLEMAN
Ada dua unsur utama dalam teori pilihan rasional Coleman ini, yaitu aktor
dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang
dapat dikontrol oleh aktor. Tindakan rasional individu dilanjutkan ada masalah
hubungan mikro-makro atau makro-mikro.
1. Norma : pelaku sosial menjadi pengikut suatu hukum atau atruran. Teori
pilihan rasional memfokuskan pada pemunculan dan penerapan norma-
norma-norma. Struktur interaksi dimana norma-norma didasarkan adalah
ketika aktorkelompok memiliki kontrol atas seorang pelaku tunggal.
2. Pasar : didasarkan pada perkumpulan pertukaran di antara pelaku tunggal
yang meliputi para individu, seperti pasar petani, pelaku kelompok, seperti
pasar modal Hubungan antara kepentingan kolektif di dalam pasar
menghasilkan adanya “tangan yang tidak terlihat” (invisible hand).
3. Hirarki. Prinsip fundamental organisasi bagi pelaku tunggal adalah
memunculkan kekuasaan atau pengaruh terhadap seperangkat pelaku
subordinat. Di dalam struktur yang paling sederhana para subordinat
dalam suatu hubungan berfungsi sebagai superordinat di dalam satu
bentuk hubungan yang lain.
Sebagian besar penganut teori pilihan rasional selalu mendasari
bahasannya pada kata-kata kunci seperti asumsi intensionalitas, asumsi
rasionalitas, perbedaan antara informasi yang “sempurna” dan “tidak
sempurna”, antara “resiko” dan “ketidakpastian”, dan perbedaan antara
tindakan “strategis” dan “saling ketergantungan” (Wirawan, 2012 : 210-213).
Pertama, asumsi intensionalitas.Intentional explaining tidak hanya
menyatakan bahwa setiap invidu bertindak secara intensional dengan maksud
tertentu tetapi juga mempertimbangkan praktik-praktik sosial seperti
keyakinan/kepercayaan masyarakat serta keinginan-keinginan
individu.Tindakan ini disertai dengan pencarian akibat-akibat yang tidak
dimaksudkan dari tindakan yang bertujuan dari para pelaku. Teori ini
memperhatikan dua bentuk yaitu negatif atau kontradiksi sosial
(counterfinality dan suboptimality).
Kedua, asumsi rasionalitas. Rasionalitas diartikan bahwa ketika
bertindak dan beraksi, individu memiliki rencana yang koheren dan
memaksimalkan kepuasan dirinya serta meminimalkan biaya yang
dibutuhkan.
Ketiga, ada perbedaan antara ketidakpastian dan resiko. Asumsinya
adalah orang-orang telah mengetahui dengan pasti konsekuensi-konsekuensi
dari tindakan mereka. Tidak ada setting dalam kehidupan nyatauntuk
mendapatkan informasi yang sempurna. Ketika dihadapkan pada resiko,
orang-orang dapat mengatribusikan berbagai kemungkinan ke berbagai hasil
(outcome) sementara bila dihadapkan pada ketidakpastian, maka mereka tidak
dapat melakukan hal itu.
2. Asumsi rasionalitas
ANTHONY GIDDENS
Dualisme Subjek-Objek
Dualisme subjek (dirinya)-objek (struktur) berkaitan dengan orientasi
individu terhadap struktur. Ada tiga orientasi individu terhadap struktur yaitu
(Gidden dalam Wirawan, 2012 ; 299-300) :
WHAT IS
POWER ?