Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

BAB I

JUDUL

ANALISIS PENGELOLAAN PARIWISATA MANGROVE PARK DI

DESA PASIR KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN

MEMPAWAH

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud

dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah

dan Pemerintah Daerah. Kalimantan Barat memiliki garis pantai sepanjang 1.163,3

km yang membentang dari arah Utara ke Selatan. Di sepanjang wilayah pesisir ini

terdapat ekosistem mangrove yang dikenal oleh masyarakt sebagai hutan bakau

dengan luas sekitar 40.000 h.a (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan

Barat,2007). Khususnya di Lingkungan Desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir,

terdapat kawasan hutan mangrove dan secara berurutan didominasi oleh Api-api

(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat,2009). Wilayah pesisir

umumnya mempunyai kompleksitas yang tinggi, baik secara ekonomi maupun

secara ekologi (Bengen, 2004). Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang

dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain,

dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat lain yang

1
dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Mangrove Park sesuai dengan namanya, mangrove atau biasa kita sebut dengan

pohon bakau adalah pohon yang biasanya ditemui di daerah tepian pantai, pohon ini

berfungsi untuk menyerap air dan menahan erosi dari gelombang. Mempawah

Mangrove Park merupakan salah satu daerah di Mempawah yang memiliki daya

tarik pengunjung yang hobi wisata baik dari berbagai kalangan, dari anak kecil,

remaja, dewasa maupun orang tua. Mangrove Park sendiri resmi didirikan pada

tanggal 23 Agustus 2016, Pendirinya bernama Mangrove park terletak di Desa Pasir,

samping Taman Makam Pahlawan, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten

Mempawah. Untuk masuk ke lokasi diwajibkan untuk membayar tiket masuk umum

seharga Rp. 5.000, dan untuk pelajar Rp. 3.000 dengan catatan menunjukkan kartu

pelajar atau kartu mahasiswa.

Kecamatan Mempawah Hilir merupakan Ibu Kota Kabupaten Pontianak, semula

wilayah administratif Kecamatan Mempawah Hilir sebesar 254,40 km2. Setelah

mengalami pemekaran batas wilayah administrative Kecamatan Mempawah

Hilir sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Kunyit.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mempawah TImur.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sadaniang, Kecamatan

Mempawah Timur.

2
Kecamatan Mempawah Hilir memiliki luas wilayah keempat terbesar Kabupaten

Pontianak dengan luas wilayah 159,66 km2. Dengan 8 Desa, 40 Dusun, 69

Rukun Warga (RW), dan 174 Rukun Tetangga (RT).

Umumnya luas hutan mangrove cenderung mengalami pengurangan yang

banyak yang disebabkan oleh orang-orang yang menebang dan dialih fungsikan

menjadi lahan budidaya. Rusaknya hutan mangrove juga telah menyebabkan

terjadinya abrasi pantai yang ada di desa Pasir. Penambahan luas daratan di

kawasan pesisir di desa Pasir disebabkan oleh akar mangrove yang kemudian

mengeras dan membentuk daratan baru. Di wilayah ini sedimentasinya lebih

cenderung terjadi dikarenakan penumpukkan lumpur yang terbawa oleh massa

air dari aktivitas abrasi pantai bagian utara yaitu pantai Penibung hingga Pantai

Sungai Duri. Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir desa Pasir tergolong

tinggi. Rata-rata lumpurnya hingga mencapai 15-20 cm pertahunnya (Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat 2009).

Masyarakat di Desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten

Mempawah juga sudah mulai menyadari peranan penting dari adanya

keberadaan hutan bakau di wilayah mereka, sehingga kegiatan penebangan

mangrove secara berangsur-angsur mulai berkurang dan ini merupakan salah

satu dampak positif dari adanya program-program pemberdayaan melalui

lembaga pemerintah maupun Lembaga Sosial Masyarakat, diantaranya adalah

program MCRMP ( Marine and Coastal Resources Management Programe )

yang merupakan sebuah program dari Dinas Kelautan dan Perikanan untuk

3
meningkatkan kemampuan daerah dalam pengelolaan sumberdaya pesisir secara

bijaksana dalam suatu kerangka pengelolaan pesisir terpadu Integrated Coastel

Management, ICM). Keberadaan Ekosistem Mangrove di Desa Pasir sangat erat

kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Mata

pencaharian penduduk sehari-hari di desa Pasir sangat bervariasi, selain Pegawai

Negeri dan Swasta, sebagian dari masyarakat bekerja sebagai Petani, Nelayan,

Pedagang, Buruh Pabrik (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan

Barat, 2009). Secara umum masyarakat di desa Pasir tidak begitu

menggantungkan perekonomian keluarga kepada ekosistem mangrove.

Masyarakat lebih banyak memanfaatkan nilai Ekologis keberadaan ekosistem

Mangrove terutama dalam mencegah abrasi pantai. Besarnya manfaat ekosistem

mangrove bagi masyarakat di desa Pasir, baik secara ekologis dan ekonomis

menumbuhkan motivasi untuk mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut.

Adanya peran serta masyarakat desa Pasir dalam mengelola kawasan mangrove

akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kelestarian lingkungan,

peningkatan kesadaran masyarakat dan juga peningkatan kehidupan sosial

ekonomi masyarakat tanpa merusak lingkungan. Dari beberapa kendala yang

masih ada diharapkan pihak terkait dapat mengatasi permasalahan tersebut,

sehingga nantinya tercipta suatu kawasan pariwisata yang komplit yang akan

menjadikan Pengelolaan Pariwisata Mangrove Park menjadi lebih baik untuk

kedepannya nanti di Mempawah.

4
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pengelolaan Pariwisata Mangrove Parka di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana struktur vegetasi Pariwisata Mangrove Park di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah.

2. Bagaiamana dimensi sosial dan keberagaman kearifan lokal di Desa

Pasir Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis vegetasi Pariwisata Mangrove Park di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah.

2. Untuk menganalisis dimensi sosial dan keberagaman kearifan lokal di

Desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah .

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan serta dasar

pertimbangan bagi pemerintah di Kecamatan Mempawah Hilir

Kabupaten Mempawah agar tersedianya data struktur vegetasi

mangrove yang bisa bermanfaat sebagai dasar pemikiran dalam

melakukan penelitian lebih lanjut dan untuk pengusulan progam yang

bertujuan untuk pengelolaan hutan mangrove di Pariwisata Mangrove

Park di Desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah.

5
2. Sebagai bahan literatur bagi penelitian selanjutnya terkait dengan

Pengelolaan Pariwisata Mangrove Park di desa Pasir Kecamatan

Mempawah Hilir.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung kegiatan pariwisata

mangrove dan menciptakan acuan untuk mengusulkan program-

program yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat dalam penguatan

kelembagaannya.

1.5 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Nama Peneliti Variabel Hasil


Penelitian
yang Diteliti

1. Penetapan Dinas a. Penetapan 1.Ditetapkanny


Kawasan Kelautan kawasan a Kawasan
Konservasi dan konservasi Konservasi
mangrove dan Perikanan b.Pelatihan Mangrove
Restoking Propinsi dan Berbasis
Kepiting Bakau Kalimantan peningkatan Masyarakat
(Scylla serrata) Barat motivasi dan
di Pesisir (Program masyarakat organisasi
Kabupaten Mitra dalam pengelolanya
Pontianak. Bahari) pengelolaan di Kelurahan
Tahun 2007 hutan Terusan
mangrove 2.Telah
dilaksanakan
pelatihan untuk
meningkatkan
kondisi
sosial ekonomi
dan peran
serta
masyarakat
dalam
mengelola
kawasan hutan
mangrove

6
2. Peran Pemerintah Fitriadi a.Peran 1. Peran
dan Partisipasi pemerintah pemerintah
Masyarakat dalam rendah
dalam pengelolaan 2. Partisipasi
Rehabilitasi (rehabilitasi masyarakat
Hutan Mangrove hutan dalam
di Kecamatan mangrove) rehabilitasi
Pemangkat b. Partisipasi hutan
Kabupaten masyarakat mangrove
Sambas Propinsi dalam rendah
Kalimantan Barat rehabilitasi 3. Faktor-
Tahun 2004 hutan faktor yang
mangrove mempengaruhi
c.Faktor- partisipasi
faktor yang masyarakat
mempengaru berupa (a)
hi kurangnya
tingkat pelibatan
partisipasi masyarakat
masyarakat dalam proses
perencanaan,
(b)
rendahnya
tingkat
pendidikan, (c)
rendahnya
pendapatan/
penghasilan,
dan (d)
tidak ada
kesempatan
untuk
berpartisipasi
3. Kajian Teguh Setyo a. Luasan 1. Persepsi
Pengelolaan Nugroho dan struktur masyarakat
Ekosistem vegetasi terhadap
Mangrove hutan keberadaan
Pada Kawasan mangrove hutan
Hutan Lindung di dan mangrove
Desa Dabong, tambak cukup
Kecamatan b.Nilai baik,
Kubu, Kabupaten Manfaat masyarakat
Kubu Raya, ekonomi sudah
Kalimantan Barat mengerti dan

7
Tahun 2009 c. memahami
pentingnya
Kelembagaa keberadaan
hutan
n mangrove
dalam
menyangga
lingkungan
pesisir;
2. Partisipasi
masyarakat
masih
termasuk
kategori
baik, karena
masyarakat
mau ikut serta
dalam
rehabilitasi
mangrove;
3. Peran
institusi
pemerintah
sangat
rendah,
terutama dalam
kegiatan
pembinaan dan
sosialisasi
4. Pembinaan Dinas a.Peningkata 1. Tingkat
Masyarakat Kelautan n kepedulian
Melalui Kegiatan dan kemampuan masyarakat
Penanaman Perikanan masyarakat terhadap
Mangrove dan Propinsi dalam hutan
Pembudidayaan Kalimantan mengelola mangrove
Ikan di Barat (rehabilitasi) semakin
Kabupaten (Program hutan meningkat dan
Pontianak tahun Mitra mangrove daratan
2009 Bahari) dan baru yang
evaluasi terbentuk
kegiatan semakin luas
PMB 2007 sekitar 15–
b.Pelatihan 25 m pertahun
budidaya 2.Telah

8
ikan dilaksanakan
pelatihan dan
budidaya
ikan bersama
masyarakat.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.2.1 Hakikat Geografi

1. Pengertian Geografi

Menurut Bintarto Geografi adalah ilmu pengetahuan yang

mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala

alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai

kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam

ruang dan waktu(1997).

Menurut hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia

(IGI) di Semarang tahun 1988, geografi adalah ilmu yang mempelajari

persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang

kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Konsep geografi yang diketengahkan di atas secara jelas

menegaskan bahwa yang menjadi obyek studi geografi tidak lain adalah

geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan bagian dari

bumi yang terdiri dari atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan,

kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan biosfer (lapisan

kehidupan). Pada konsep ini, geosfer atau permukaan bumi ditinjau dari

sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan yang menampakkan

persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut tidak

10
terlepas dari adanya relasi keruangan dari unsur-unsur geografi yang

membentuknya (Nurdin Sumaatmaja, 2001 : 11).

2. Pendekatan Geografi

Pendekatan geografi untuk mendekati suatu permasalahan yang

digunakan yaitu tiga pendekatan , yaitu: pendekatan keruangan (spatial

approach), pendekatan ekologi (ecological approach), dan pendekatan

kompleks wilayah (regional complex approach) (Bintarto dan Surastopo,

1981:12-30).

1. Pendekatan Keruangan

Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat

penting atau seri sifat-sifat penting. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah

penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang

yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan.

Analisa keruangan dapat diketahui dari pengumpulan data lokasi yang

terdiri dari data titik (point data) seperti: data ketinggian tempat, data

sampel tanah, data sampel batuan, dan data bidang (areal data) seperti:

data luas hutan, data luas daerah pertanian, data luas padang alang-alang.

2. Pendekatan Ekologi

Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan

disebut ekologi, sehingga dalam mempelajari ekologi seseorang harus

mempelajari organisme hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan serta

11
lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer. Organisme hidup

dapat pula mengadakan interaksi dengan organisme yang lain. Manusia

merupakan satu komponen dalam organisme hidup yang penting dalam

proses interaksi. Oleh karena itu muncul pengertian ekologi manusia

(human ecology) dimana dipelajari interaksi antar manusia dan antara

manusia dengan lingkungannya. Pendekatan ekologi digunakan untuk

membahas mengenai hubungan masyarakat dterhadap pengelolaan

pariwisata mangrove di desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir.

3. Pendekatan Kompleks Wilayah

Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut analisa

kompleks wilayah. Dalam analisa ini, wilayah-wilayah tertentu didekati

dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa

interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu

wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Pada analisa ini diperhatikan

pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan

interaksi antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian

dipelajari kaitannya sebagai analisis kelingkungan.

3. Prinsip Geografi

Terdapat empat prinsip geografi sebagaimana yang diungkapkan Nursid

Sumaatmadja dalam buku Studi Geografi, Suatu Pendekatan dan Analisa

keruangan (1988, 42-44), antara lain:

1. Prinsip Penyebaran

12
Prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan

gejala dan fakta geografi dalam peta serta mengungkapkan

hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain. Hal

tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta geografi tidak

merata antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.

2. Prinsip interrelasi

Prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara

gejala fisik dan non fisik. Prinsip tersebut dapat mengungkapkan

gejala atau fakta Geografi di suatu wilayah tertentu. Prinsip

interrelasi digunakan dalam penelitian untuk membahas

mengenai adanya hubungan antara dimensi sosial dan

keberagaman kearifan lokal di Desa Pasir Kecamatan Mempawah

Hilir Kabupaten Mempawah.

3. Prinsip Deskripsi

Prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan

gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah geografi yang

dianalisis. Prinsip ini tidak hanya menampilkan deskripsi dalam

bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, grafik maupun

tabel.

13
4. Prinsip Korologi

Prinsip korologi disebut juga prinsip keruangan. Dengan prinsip ini dapat

dianalisis gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau dari penyebaran,

interrelasi, dan interaksinya dalam ruang.

4. Konsep Geografi

Geografi memiliki sepuluh konsep–konsep esensial (Suharyono dan

Moch Amien, 1994 : 26 - 34), antara lain:

1) Konsep Lokasi

Lokasi sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya yang dapat memberi

arti sangat menguntungkan ataupun merugikan. Lokasi digunakan untuk

mengetahui fenomena geosfer karena lokasi suatu objek akan

membedakan kondisi di sekelilingnya.

2) Konsep Jarak

Jarak mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Jarak

berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau

keperluan pokok kehidupan pengangkutan barang dan penumpang. Jarak

dapat dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan

waktu perjalanan yang diperlukan ataupun satuan biaya angkutan.

3) Konsep Aksesibilitas

Aksesibilitas juga berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya

sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Tempat-tempat

14
yang memiliki keterjangkauan tinggi akan mudah mencapai kemajuan

dan mengembangkan perekonomiannya.

4) Konsep Pola

Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena

dalam ruang muka bumi, baik fenomena alami (misalnya jenis tanah,

curah hujan, persebaran, vegetasi) ataupun fenomena sosial budaya

(misalnya permukiman, persebaran penduduk, pendapatan, mata

pencaharian).

5) Konsep Morfologi

Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil

pengangkatan atau penurunan wilayah. Bentuk daratan merupakan

perwujudan wilayah yang mudah digunakan untuk usaha-usaha

perekonomian.

6) Konsep Aglomerasi

Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat

mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling

menguntungkan baik karena kesejenisan gejala maupun adanya faktor-

faktor yang menguntungkan.

7) Konsep Nilai

Kegunaan Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi

bersifat relatif artinya tidak sama bagi semua orang atau golongan

penduduk tertentu.

15
8) Konsep Interaksi

Interdependensi Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi

daya-daya, objek atau tempat satu dengan tempat lainnya.

9) Konsep Diferensiasi

Area Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah

mempunyai corak individualis tersendiri sebagai suatu region yang

berbeda dari tempat atau wilayah yang lain. Unsur atau fenomena

lingkungan bersifat dinamis dan interaksi atau integrasinya juga

menghasilkan karakteristik yang berubah dari waktu ke waktu.

10) Konsep Keterkaitan

Keruangan Keterkaitan keruangan menunjukkan derajat keterkaitan

persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat

atau ruang baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, atau

kehidupan sosial.

2.2.2 Hakikat Pariwisata

Pariwisata merupakan bidang Ilmu terapan yang berusaha mengkaji

unsur - unsur geografis suatu daerah untuk kepentingan kepariwisataan.

Unsur - unsur geografis suatu daerah memiliki potensi dan karakteristik

yang berbeda-beda. Bentang alam pegunungan yang beriklim sejuk,

pantai landai yang berpasir putih, hutan dengan beraneka ragam

tumbuhan yang langka, danau dengan air yang bersih, merupakan potensi

suatu daerah yang dapat dikembangkan untuk usaha industri pariwisata.

16
Unsur geografis yang lain seperti lokasi/letak, kondisi morfologi,

penduduk, berpengaruh terhadap kemungkinan pengembangan potensi

obyek wisata.

Defenisi lain mengatakan bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan


yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan ,
turisme. Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yaitu pari yang berarti
banyak, penuh atau berputar-putar, dan wisata yaitu perjalanan, jadi
pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain (Idris
Abdurachman, 1998:71). Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pariwisata, sedangkan orang yang melakukan
wisata disebut wisatawan.

Defenisi pariwisata telah banyak dikemukan oleh para ahli di bidang


pariwisata, namun defenisi tersebut masih terdapat beberapa perbedaan
dalam oendefenisian. Beberapa yang pernah dikemukakan oleh para ahli
dalam bidang pariwisata, antara lain

 Menurut Hunzieker dan Karf (1942), pariwisata adalah keseluruhan


fenomena dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan
dan persinggahan manusia di luar tmpat tinggalnya, dengan maksud
bukan untuk menetap di tempat yang disinggahinya dan tidak berkaitan
dengan pekerjaan yang meghasilkan upah. Perjalanan yang dilakukan
biasanya didorong oleh rasa ingin tahu utuk keperluan yang bersifat
rekreatif dan edukatif. (dalam kohdayat, 1996 : 2)
 Mc. Intosh dan Goelder, pariwisata adalah ilmu atau seni dan bisnis yang
dapat menarik dan menghimpun pengunjung, termasuk didalamnya
berbagai akomodasi dan catering yang dibutuhkan dan diminati oleh
pengunjung. (dalam Suryo, 2012:42)

17
 James J Spillane, pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat
lain dan bersifat sementara, dilakukan perorangan ataupun kelompok
sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial
budaya dan ilmu. (dalam Suryo, 2012:42)
 menurut Wahab (1996), pariwisata merupakan suatu aktivitas manusia
yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian
diantara orang-orang di dalam negara itu dan daerah lain (daerah
tertentu) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasaan yang
beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya di tempat ia
memperoleh, pekerjaan tetap (dalam Andy Aryawan, 2002:10)

Dari beberapa pengertian di atas terdapat suatu kesamaan dalam


pengertian tentang pariwisata yaitu bahwa kegiatan ini merupakan
fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia
yaitu kegiatan perjalanan/travelling. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut di atas, kegiatan manusia yang dilakukan dalam rangka rekreasi
atau mencari menikmati suasana yang berbeda membutuhkan suatu
obyek atau tempat singgah.

Adapun tujuan penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan yakni


sebagai berikut :

 Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan


mutu obyek dan daya tarik wisata;
 Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar
bangsa;
 Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan
pekerjaan
 Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; dan
 Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

18
Dengan demikian pariwisata meliputi:
a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti: kawasan wisata, teman
rekreasi, kawasan peninggalan sejara (candi, makam), museum, waduk,
pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat
alamiah: keindahan alam, guung berapi, danau pantai dan sebagainya.
c. Pengusaahn jasa dan sarana pariwisata, yakni:
 Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata,
pramuwisata, konvensi perjalanan insentif dan pameran, impresariat,
konsultan pariwisata, informasi pariwisata).
 Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari: akomodasi, rumah makan,
bar, angkutan wisata dan sebagainya.
 Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.
2.2.3 Pengertian Wilayah Pesisir

Menurut Direktorat Pesisir dan Kelautan (2009), wilayah pesisir

merupakan pertemuan antara darat dan laut, dimana wilayah daratannya

masih dipengaruhi oleh dinamika lautan seperti intrusi air laut dan

wilayah perairan lautnya masih dipengaruhi oleh dinamika daratan

seperti terjadinya sedimentasi, aliran air tawar, dan lain sebagainya yang

dipengaruhi oleh kehidupan manusia di darat.

Wilayah pesisir merupakan suatu lingkup wilayah yang memiliki

kompleksitas tinggi dalam aktivitas. Kompleksitas aktivitas ekonomi

yang terdapat di wilayah pesisir berupa kegiatan perikanan, pariwisata,

pemukiman dan perhubungan (Bengen, 2004). Aktivitas ini memberikan

tekanan yang cukup besar terhadap keberlanjutan ekologi wilayah pesisir

19
seperti ekosistem mangrove, Tekanan yang demikian besar tersebut jika

tidak dikelola secara baik akan menurunkan kualitas dan kuantitas

sumber daya yang terdapat di wilayah pesisir.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan

Wilayah Pesisir Terpadu, mendefinisikan wilayah pesisir (coastal zone)

adalah wilayah peralihan ekosistem darat dan laut yang saling

mempengaruhi dimana kearah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi

dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupaten/kota dan kearah darat

batas administrasi kabupaten/kota. Wilayah laut adalah ruang laut yang

merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya

yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan

aspek fungsional.

Hartono et al. (2007), mengemukakan wilayah pesisir sebagai

salah satu wilayah permukaan Bumi yang sangat kompleks ditinjau dari

aspek ekologi, sosial dan ekonomi, dimana interaksi antara daratan dan

lautan menjadikan wilayah pesisir unik secara ekologis. Wilayah pesisir

merupakan wilayah yang paling produktif dan dapat diakses oleh

manusia. Ikan dan berbagai macam makanan dari laut menjadi bahan

makanan bagi manusia dan kegiatan-kegiatan pesisir, baik industri

maupun kegiatan budidaya tambak ikan telah menghidupi komunitas

masyarakat pesisir. Di samping itu wilayah pesisir juga merupakan

20
sarana perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya, karena di

wilayah pesisir terdapat berbagai tipe pantai dan pulau yang dapat

menahan energi gelombang yang besar. Di wilayah ini juga terdapat

berbagai macam subsistem yang saling berhubungan.

Bengen (2004), kompleksitas yang tinggi di wilayah pesisir

disebabkan pada (1) Penentuan wilayah pesisir baik kearah darat maupun

kearah laut

sangat bervariasi tergantung karakteristik lokal kawasan tersebut, (2)

Adanya keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik antar ekosistem

di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan

atas dan laut lepas, (3) Sumberdaya wilayah pesisir memiliki berbagai

jenis sumber daya dan jasa lingkungan, sehingga menghadirkan berbagai

pemanfaatan sumber daya pesisir yang dapat menimbulkan berbagai

konflik kepentingan antar sektor pembangunan, (4) Secara sosial

ekonomi wilayah pesisir biasa dihuni oleh lebih dari satu kelompok

masyarakat yang memiliki preferensi yang berbeda, (5) Adanya sifat

common property dari sumber daya pesisir yang dapat mengakibatkan

ancaman terhadap sumber daya tersebut, (6) Sistem sosial budaya

masyarakat pesisir memiliki ketergantungan terhadap fenomena alam.

2.2.4 Potensi sumber daya alam pesisir

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah

peralihan (interface) antara ekosistem daratan dan laut, serta memiliki

21
potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark,

1996). Kekayaan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak

untuk memanfaatkan sumberdaya alam pesisir tersebut dan mendorong

berbagai instansi terkait untuk meregulasi pemanfaatannya.

Menurut Kusumastanto et al. (2006), potensi sumber daya pesisir dan

laut terdiri dari (1) Potensi sumber daya perikanan berupa sumber daya

perikanan tangkap dan perikanan budidaya; (2) Potensi sumber daya energi

dan mineral berupa minyak, gas, timah, perak, emas, pasir kuarsa, pasir besi,

posporit, kromit, methan dan lain sebagainya; (3) Potensi perhubungan laut;

dan (4) Potensi wisata bahari. Anonimus (2007), mengatakankan bahwa

potensi-potensi Sumber daya Alam (SDA) di daerah pesisir yang dapat

dimanfaatkan terdiri dari (1) Estuaria; merupakan daerah pantai tempat

pertemuan antara air laut dan air tawar, memiliki potensi sebagai daerah

penangkapan ikan (fishing grounds) yang baik, (2) Hutan mangrove;

merupakan ekosistem wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan lebih

tinggi dari estuaria, berperan dalam mendukung kelangsungan hidup biota

laut, (3) Padang Lamun; merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi

pada kehidupan di lingkungan bahari dan berperan sebagai habitat utama

ikan duyung, bulu babi, penyu hijau, ikan baronang, kakatua dan teripang,

(4) Terumbu Karang; merupakan ekosistem yang tersusun dari beberapa

jenis karang batu, berperan sebagai tempat hidupnya beranekaragam biota

22
perairan, dan 5) Pantai Berpasir; merupakan tempat kehidupan moluska dan

memiliki nilai pariwisata terutama pasir putih.

Berbagai ragam sumber daya hayati pesisir yang penting dan dapat

diperbaharui adalah hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun,

rumput laut, dan perikanan. Hutan mangrove adalah kawasan yang unik yang

merupakan peralihan antara komponen laut dan darat, yang berisi vegetasi

laut dan perikanan pesisir yang tumbuh di daerah pantai dan sekitar muara

sungai selain dari formasi hutan pantai. Vegetasi ini secara teratur digenangi

oleh air laut serta dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasi mangrove

dicirikan oleh jenis-jenis tanaman bakau (Rhizophora spp), api-api

(Avicennia spp), prepat (Sonneratia spp) dan tinjang (Bruguiera spp). Data

luas hutan mangrove di dunia sekitar 15,9 juta ha, sedangkan di Indonesia

terdapat 4,25 juta ha (Dahuri, 1997) dan khusus untuk Propinsi Kalimantan

Barat sekitar 40.000 ha (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan

Barat, 2007).

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan deskriftif kuantitatif;

dimana peneliti tidak membuat rancangan khusus atau kontrol terhadap

objek yang akan diamati, tetapi peneliti fokus kepada suatu kasus yang

terdapat di lapangan sehubungan dengan topik penelitian yang dikaji.

Peneliti mendeskripsikan objek yang diteliti berdasarkan data-data dan fakta

yang diperoleh dari pelaksanaan observasi, wawancara secara mendalam dan

kuesioner. Data yang diperoleh dari kuesioner diuji lebih lanjut dengan

menggunakan statistik non parametrik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa

Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah.

3.2 Lokasi Alat dan Bahan Survei

Lokasi penelitian adalah Pariwisata Mangrove Park di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir

Alat dan Bahan:

1. Komputer atau laptop dengan perangkat lunak Arc.Map 10.3

2. Gps

3. Kamera

4. Alat tulis dan lainnya

5. Kuisioner

24
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok utama, yaitu

ekosistem mangrove dan masyarakat di Desa Pasir Kecamatan Mempawah

Hilir. Populasi mangrove diamati secara acak pada tiga lokasi dengan

karakteristik yang berbeda di sepanjang kawasan Pariwisata mangrove.

Lokasi I merupakan lokasi yang berbatasan dengan Kelurahan Tanjung,

banyak terdapat lahan bekas tambak yang sebagian besar lahan dialih

fungsikan menjadi lahan perkebunan bagi masyarakat di sekitar lokasi, dan

memiliki pelabuhan kapal nelayan. Lokasi II merupakan lokasi yang

berdekatan dengan instansi pendidikan dan pusat pemerintahan. Lokasi III

merupakan lokasi yang berbatasan dengan Desa Pasir, berhadapan langsung

dengan Laut Natuna, dan memiliki pelabuhan kapal nelayan. Lokasi III ini

merupakan kawasan yang mengalami abrasi pantai paling parah di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir pada tahun 1990-an, karena merusak puluhan

rumah penduduk dan sebuah sekolah dasar.

Populasi masyarakat yang dijadikan sebagai repsonden terdiri dari

masyarakat yang berdomisili pada masing-masing lokasi penelitian, Tokoh

Masyarakat dan/atau Pengurus Lembaga yang terdapat di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir. Masyarakat yang dijadikan responden adalah

masyarakat yang sekurang-kurangnya sudah 10 tahun berdomisili pada

masing-masing lokasi penelitian. Dasar pemikirannya bahwa responden

tersebut dianggap mengetahui dan mengikuti perkembangan kondisi dan

25
permasalahan hutan mangrove di lokasi tersebut. Jumlah responden yang

diminta untuk mengisi kuesioner tertulis pada masing-masing lokasi sebanyak

20 orang. Selanjutnya, untuk memperjelas jawaban dari kuesioner, dilakukan

wawancara secara mendalam dengan responden tersebut. Pihak pemerintah

yang diwawancarai adalah pemerintah yang dianggap memiliki peran dalam

pengelolaan kawasan hutan mangrove meliputi Kecamatan, Dinas Kehutanan,

Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda, Kepala Kelurahan dan Aparatur

pemerintah yang ada di Desa Pasir Kecamatan Mempawah Hilir.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam atau

wawancara tidak terstruktur yang bersifat lebih luwes, susunannya di

sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.

2. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data pengelolaan pariwisata

mangrove dalam pengelolaan pariwisata mangrove di Desa Pasir

Kecamatan Mempawah Hilir dikumpulkan melalui Kuisioner.

26
3.5 Kerangka Berpikir

KELEMBAGAAN/ POTENSI DIMENSI SOSIAL &


PEMERINTAH EKOSISTEM KEBERAGAMAN
KEARIFAN LOKAL
MANGROVE MASYARAKAT

PARTISIPASI
MASYARAKAT
DALAM
PENGELOLAAN
KAWASAN

PENGELOLAAN PROGRAM
KAWASAN PARIWISATA PEMBERDAYAAN,
MANGROVE PARK DI PEMBINAAN,
DESAPASIR KECAMATAN SOSIALISASI UU,
MEMPAWAH PERMEN, PERDA, DAN
HILIR
SECARA MANDIRI PERATURAN
LEMBAGA
MASYARAKAT

PENGELOLAAN KAWASAN
PARIWISATA MANGROVE DI
DESA PASIR KECAMATAN
MEMPAWAH HILIR SECARA
BERKELANJUTAN

27
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/462/4/BAB%20II.pdf

Suwantoro, Gamal , SH. 2002. Dasar-Dasar Priwisata: Yogyakarta. Andi

Lundberg, Donald,E.Mink H.Stavenga. M, Krishnamoorthy.1997. Ekonomi Pariwisata:

Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Oka A. Yoeti, 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu: Bandung. Angkasa

Sutedjo,Agus. Sri Murtini. 2007. Geografi Pariwisata: Surabaya. Unesa University

Press

28

Anda mungkin juga menyukai