Anda di halaman 1dari 42

Sri Sangkawati

SRI SANGKAWATI 1
Gambar Komponen Bendung Tetap
Mercu Bendung
(menaikkan elevasi muka air)

Kolam olak
Konsolidasi meredam energi yang jatuh dari
dasar sungai mercu sehingga tidak merusak
sungai hilir/local scouring.

Lantai lindung
Lantai Lindung
(beton bertulang),
perlindungan terhadap
gerusan/scouring.

Koperan Pelat pancang baja Endsill


(dari beton) Untuk memperpanjang creep line Untuk melindungi dasar
perkuatan lantai sehingga mengurangi up lift pressure. sungai bagian hilir dan
muka bendung. Juga untuk perlindungan thd ‘pipping’ untuk perkuatan pondasi.
/seepage dari bawah bendung.
MERCU BULAT PADA BENDUNG TETAP

Mercu Schoklitsch Mercu Vlugter


(2 jari-jari) (1 jari-jari)

R2 yang dipakai untuk


Ada 4 jenis menentukan
Mercu Ogee koefisien debit (nilai C).
Kehilangan
tinggi energi =

hd=

Vlugter

Karakteristik mercu bulat :


1. Debit yang dihasilkan
2 1,5 2
lebih besar : Q C B H g
3 d eff 1 3
2. Dapat mengurangi tinggi muka air di hulu saat banjir.
Mercu bulat ada dua tipe yaitu :
a. Mercu bulat dengan satu jari-jari (mercu Vlugter) :
R = (0,5 s/d 1,0) H1  tidak dianjurkan jika debit
fluktuatif, misal bendung disungai,
better pakai tipe bak tenggelam.

b. Mercu bulat dengan dua jari-jari (mercu Schoklitsch) :


R1 = 0,5 H1 ; R2 = (1,0 s/d 1,5) H1
Yang digunakan untuk menentukan nilai C adalah R2.
H1 = tinggi energi di atas mercu.

Jari-jari mercu bendung :


- pasangan batu : r = 0,3 s/d 0,7 H1maks.
- untuk bendung beton : r = 0,1 s/d 0,7 H1maks.
DATA-DATA
Hd=

Tipe Vlugter

p = tinggi mercu, m.
H1 = h1+V²/2g = tinggi energi di atas mercu (energy head), m.
h1 = Hd = tinggi air rencana di atas mercu, r = jari-jari mercu.

Persamaan tinggi energi – debit : 2 2


Q  C .Bef .H 3 / 2 g
3 d 1 3
Cd = koefisien debit = C0 x C1 x C2 :
C0 = koefisien debit, fungsi H1/r  Gambar 4.5.
C1 = koefisien debit, fungsi p/H1  Gambar 4.6.
C2 = fungsi p/H1, faktor koreksi utk permukaan hulu bendung, Gambar. 4.7 = Ogee.
Contoh soal no.1

1,3

1,94

C0 maksimum = 1,49 jika H1/r > 5


r = jari-jari mercu.

Valid jika mercu bendung cukup tinggi di atas dasar


rata-rata alur pengarah (p/H1 ≥ 1,5).
Dalam tahap perencanaan, p dapat diambil 0,5 jarak mercu
sampai dasar rata-rata sungai sebelum bendung dibuat.
Contoh soal no.1

0,91

0,46

Digunakan jika : p/H1 < 1,5  p = tinggi mercu bendung.


1,006

(Kemiringan hulu)

0,46
Contoh soal no.1

Gambar di atas  Harga koefisien koreksi untuk pengaruh


kemiringan muka bendung bagian hulu terhadap debit.
Koefisien koreksi C2 untuk “mercu bulat diandaikan”
kurang lebih = harga faktor koreksi untuk “mercu Ogee”.
Kavitasi adalah terjadinya tekanan < 1 atm yang
mengakibatkan gelembung udara dipermukaan badan
bendung  menimbulkan lubang karena terlepasnya
butiran agregat dari permukaan konstruksi.

Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, maka tekanan


pada mercu dibatasi :
● > - 4 m tekanan air jika mercu dibuat dari beton.
● > - 1 m tekanan air jika mercu dari pasangan batu.
Supaya lebih aman terhadap bahaya kavitasi, maka
direkomendasikan agar tidak melebihi nilai :
Hmaks  1,65Hd , dengan : Cd  0,81
Lihat Contoh soal 1

-0,2

 Tekanan air pada mercu

1,94

Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara


H1 dan r (H1/r).
Untuk bendung dengan 2 jari-jari (Schoklitsch), jari-jari hilir R2
yang digunakan untuk menentukan harga koefisien debit.
CONTOH SOAL 1.
Direncanakan bendung pasangan batu dengan mercu bulat.
Jari - jari mercu r = 1,75 m, Q = 800 m³/det.
Lebar efektif Be = 62,40 m, lebar antar tumpu (abutment)
71,40 m,
tinggi mercu p = 1,50 m.
Hitung tinggi enersi d atas mercu H1 dan cek tekanan air
pada mercu (kavitasi) !.
Penyelesaian :
Asumsi awal, diambil Cd = 1,3.
2 2
Q  C BefxH 1,5 g
3 d 1 3
Cari................H1
H1 C0 diperkirakan dari Gambar 4.5
 diperoleh C0
r
p
 .......  1,50....atau  1,5
 dikoreksi dengan
H1 koefisien C1 dengan Gambar 4.6 :
diperoleh C1 = 0,91.
Faktor koreksi C2 diperoleh dari Gambar 4.7 :
Cd  C0 C1C2  1,3x0,91x1,006  1,19

Harga Cd berbeda dari asumsi awal : Cd = 1,30  maka


harus dihitung ulang dengan Cd = 1,19 yaitu sbb. :

2 1,5 2
Q  C BefxH g
3 d 1 3
2 1,5 2
800  x1,19 x62,40 xH x x9,81
3 1 3
H 1,5  6,337  diperoleh : H  3,40m.
1 1
Bendung dibuat dari pasangan batu
 syaratnya : besar tekanan > -1,0 m tekanan air 
menggunakan Gambar 4.4, dengan perbandingan :
H 1 3,40
  1,94
r 1,75
maka diperoleh tekanan air pada mercu sbb. :
 p / g 
   0,2
 H1 
p
  0,2H1  0,2 x3,4  0,68  1,0  ok
g
Kesimpulan : tidak terjadi kavitasi  aman !.
Perhitungan Debit melalui mercu Vlugter sbb. :
1
a. Untuk aliran sempurna bila : z  H
1
3 {r = (0,5 s/d 1) He}
Q  CBeff d gd
2
 h 2
C  1,49  0,018 5   ; d  H 1
 r 3
Mercu Vlugter
Q = debit.
C = koefisien debit.
H1=He Hd Bef = lebar efektif bendung.
Z H1 = He = tinggi energi.
Hd = tinggi air diatas mercu.
r
h z = beda tinggi energi di
hulu dan hilir mercu.
d = kedalaman kritis.
Aliran moduler : aliran melalui bang. pengontrol (bendung/ambang) di mana aliran di
hulu tidak dipengaruhi aliran dihilir  aliran sempurna (kebalikan aliran tenggelam).
b. Untuk aliran tidak sempurna bila : z  1 H1
3
Q  CBef H1 2 gz
hd
C  0,43  t  0,43
Hd
Garis energi
Ha
He Z
Hd hd Koefisien t, slide berikut 
r

1:1 s/d 3:4


h
Z = perbedaan tinggi energi di hulu & hilir mercu.
H1 = He = tinggi energi di atas mercu.
hd = tinggi air bagian hilir di atas mercu.
Hd = tinggi air bagian hulu di atas mercu.
h = p = tinggi mercu bendung.
C = koefisien debit ; r = jari-jari mercu .
t = koefisien yang tergantung dari nilai hd , seperti
Hd
dalam tabel berikut ini :

hd
Hd 0,05 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

t 0,31 0,39 0,48 0,54 0,57 0,59 0,59 0,61 0,64 0,69

Hd = tinggi muka air di atas mercu di bagian hulu.


hd = tinggi muka air di atas mercu di bagian hilir .
(Mercu
MERCU MERCU BULATBulat ).
TIPE SCHOKLITSCH

He = H1 = tinggi energi total di atas mercu.


Mercu Vlugter

k = kehilangan tinggi energi.


Tinggi energi = 2,7 m.

Tinggi air di atas mercu adalah : Hd = 2,7 – 0,68 = 2,02 m.


Jari-jari mercu bulat tipe Flugter (r) dipakai r = 0,4 x H1
r = 0,4 x 2,7 = 1,07 m.
KOLAM OLAK
KOLAM OLAK
Mercu Bendung
(menaikkan elevasi muka air)

Kolam olak
Konsolidasi meredam energi yang jatuh dari
dasar sungai mercu sehingga tidak merusak
sungai hilir/local scouring.

Lantai lindung
Lantai Lindung
(beton bertulang),
perlindungan terhadap
gerusan/scouring.

Koperan Pelat pancang baja Endsill


(dari beton) Untuk memperpanjang creep line Untuk melindungi dasar
perkuatan lantai sehingga mengurangi up lift pressure. sungai bagian hilir dan
muka bendung. Juga untuk perlindungan thd ‘pipping’ untuk perkuatan pondasi.
/seepage dari bawah bendung.
• Loncatan hidraulis merupakan
peralihan antara aliran dalam keadaan
menjeram ke keadaan mengalir,
maupun di daerah menjeram.

• Loncatan hidraulis dapat dipandang


sebagai suatu pelebaran dalam arah
vertikal, karena pada debit dan lebar
yang sama, kedalaman air lebih tinggi
daripada kedalaman air pada daerah
yang menjeram.
• Loncatan hidraulis
dapat digunakan
untuk mematikan
atau meredam enersi
di hilir pelimpah atau
bangunan air lain.

• Jika diketahui lokasi loncatan hidraulis,


maka pada tempat ini dapat dibuat suatu
perkuatan dasar, untuk menghindari
gerusan-gerusan yang terjadi akibat
pusaran-pusaran air.
Sesuai dengan
penelitian USBR tipe-
tipe loncatan hidraulis
dikelompokkan
berdasarkan bilangan
Froude (Fr).
v
Fr 
Garis enersi hulu
gy 2

 
Ha
y1
He Hd y2   1  1  8Fr21
HL 2
Garis enersi hilir
h
y2
y1 
y2
2

 1  1  8Fr22 
y1
Garis enersi hulu
Ha
He Hd
HL
Garis enersi hilir
h
y1 y2

• Loncatan hidraulis sebagian atau seluruhnya yang


digunakan sebagai peredam enersi disebut kolam
olak (stilling basin).
• Bagian bawah kolam olak diperkuat agar tidak terjadi
pengikisan.
• Jarang sekali kolam olak direncana untuk menahan
seluruh panjang loncatan hidrulis, karena kolam olak
yang demikian sangat mahal pembuatannya.
Garis enersi hulu
Ha
He Hd
HL
Garis enersi hilir
h
y1 y2

• Untuk setiap nilai debit, dapat dihitung kedalaman


airnya, demikian juga kedalaman air setelah
loncatan hidraulik dapat dihitung dengan
persamaan di atas.

• Nilai y2 dan kedalaman air di saluran/sungai hilir


untuk setiap harga debit dapat diplot ke dalam
kurva, dan didapat lima kemungkinan kondisi
kedalaman hilir
grafik kedalaman hilir 1) BERIMPIT
grafik y2

merupakan kondisi yg idiel


Debit untuk formasi loncatan
hidraulis
• Loncatan hidraulis
akan terjadi di tumit
bendung / pelimpah
untuk semua debit.
• Dalam hal ini panjang
landasan sebesar 5(y2-
y1) sudah cukup untuk
memberikan tahanan
Landasan horisontal sederhana
daerah loncatan
hidraulis.
grafik kedalaman hilir
kedalaman hilir 2) y2 di bawah
grafik y2
kedalaman hilir

Debit

• Formasi loncatan akan ke bawah oleh air hilir.


• Enersi yang dihilangkan kecil.
• Kecepatan aliran tetap tinggi di dasar saluran hilir

• Terdapat dua cara untuk mengatasi hal ini:


Landasan miring di atas dasar

• Membuat landasan miring di atas dasar sungai

• Loncatan akan terjadi pada landasan miring dimana


kedalaman direncanakan sama dengan y2 (lebih kecil
dari pada kedalaman air hilir di tumit).
Roller Bucket

Penyeleseian kedua adalah dengan membuat


bentuk peredam enersi tipe roller bucket.
3) Y2 di atas kurva kedalaman air hilir untuk semua
debit
Ada 3 cara untuk mengatasi :

• Jika muka air hilir sangat rendah, air dilempar


keluar di atas bucket dan jatuh masuk ke dalam
sungai yang sama, jauh ke hilir bucket.
• Di lokasi jatuhnya air diperlukan dasar sungai yang
kuat untuk menerima hempasan air.

Ski Jump Bucket


• Mirip dengan tipe dua, yaitu dengan landasan
miring, tetapi dibuat di bawah dasar sungai.
• Disini kedalaman y2 akan lebih besar dari
kedalaman air hilir.

Landasan miring di
bawah dari dasar sungai
Penyelesian ketiga adalah dengan membuat
ambang (subsidiary dam) di hilir dengan maksud
agar kedalaman air hilir bertambah. Sehingga
loncatan hidraulis dapat terjadi di tumit.
4) dan 5 ) Grafik kedalaman air setelah
kedalaman
hilir grafik y
2 loncatan hidraulik di bawah grafik
grafik kedalaman kedalaman air hilir untuk debit kecil
hilir
dan di atas grafik kedalaman air hilir
pada debit besar.
Debit

• Pada kondisi debit


rendah, loncatan
hidraulis =kasus
kedua,

• pada debit besar =


kasus ketiga.

Landasan miring di atas dan di bawah dasar sungai


KOLAM OLAK STANDARD

R ditentukan dari
KOLAM OLAK BAK TENGGELAM Gambar 4.22

• Telah digunakan sejak lama pada bendung-2 rendah dan


untuk bilangan Froude kecil.

• Tipe ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Institut Teknik Hidrolika di Bandung dengan parameter-
parameter dasar sebagaimana diberikan oleh USBR.
KOLAM OLAK VLUGTER

D=H+1,1 z dimana H = tinggi enersi

• Vlugter adalah ahli irigasi yang bekerja di Indonesia sebelum


perang dan menjadi konsultan di Indonesia setelah perang.

• Tipe Vlugter tidak dianjurkan jika debit selalu mengalami fluktuasi


GAYA YANG BEKERJA : KONDISI PENINJAUAN:
1. Tekanan air 1. MAN (muka Air
2. Tekanan lumpur Normal)
3. Gaya gempa 2. MAB (muka Air Banjir)
4. Berat bangunan 3. MAN + Gempa
5. Reaksi pondasi 4. MAB + Gempa

1. TEKANAN AIR

• Gaya hidrostatik = fungsi kedalaman air

• Gaya hidrodinamik diperhitungkan untuk


stabilitas dengan tinggi enersi besar
Gaya tekan ke atas

𝟏
𝑾𝒖 = 𝒄𝜸𝒘 𝒉𝟐 + (𝒉𝟏 − 𝒉𝟐 𝑨
𝟐
Tekanan lumpur
Bekerja terhadap muka air hulu bendung atau pintu

𝜸𝒔 𝒉𝟐 𝟏−𝒔𝒊𝒏𝝋
𝑷𝒔 =
𝟐 𝟏+𝒔𝒊𝒏𝝋

dimana :

𝜸Ps
𝒔 = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur
yang bekerja secara normal
= berat lumpur, kN
𝝋h = dalamnya lumpur, m
= sudut gesekan dalam
REAKSI PONDASI
Diandaikan bentuk
trapesium dan tersebar
secara linir
MACAM PENINJAUAN STABILITAS

1. Ketahanan Terhadap Gelincir

(𝑯) 𝒇
= 𝐭𝐚𝐧 𝛉 <
(𝑽 − 𝑼) 𝑺

(𝑯) = seluruh gaya horisontal yang bekerja pada bangunan, kN

(𝑉 − 𝑈) = seluruh gaya vertikal dikurangi gaya tekan ke atas yang bekerja


pada bangunan, kN
𝛉 = sudut resultan semua gaya terhadap garis vertikal, derajat
f = koefisien gesekan
S = faktor keamanan
MACAM PENINJAUAN STABILITAS
2. Ketahanan Terhadap Guling

Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua


gaya yang bekerja pada bagian di atas bidang horisontal
(termasuk gaya angkat) harus memotong bidang pada teras

𝑴𝒐𝒎𝒆𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒂𝒉𝒂𝒏
= 𝑭𝑺
𝑴𝒐𝒎𝒆𝒏 𝑮𝒖𝒍𝒊𝒏𝒈

3. Ketahanan Erosi bawah tanah (piping)

Dapat di periksa dengan cara membuat jaringan aliran


(flownet) dengan :
• Metode Bligh
• Metode Lane
• Metode Kosha

Anda mungkin juga menyukai