Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PANAS BUMI

(Laporan Praktikum Eksplorasi Geothermal)

Oleh
Desima
1615051033

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Judul Praktikum : Sistem Panas Bumi

Tanggal Praktikum : 10 Maret 2019

Tempat Praktikum : Laboratorium Geofisika

Nama : Desima

NPM : 1615051033

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 6 (Enam)

Bandar Lampung, 15 Maret 2019

Mengetahui,
Asisten,

Ayu Yuliani
NPM. 1515051006
SISTEM PANAS BUMI

Oleh
Desima

ABSTRAK

Pada praktikum kali ini membahas mengenai sistem panas bumi. Yang memiliki tujuan
untuk mengetahui bagaimana sistem dari panas bumi, kemudian agar praktikkan itu
sendiri mampu membedakan dan mengidentifikasi dari jenis sistem panas bumi, dan
selanjutnya praktikkan diarahkan untuk mengerti proses mengidentifikasi komponen
sistem panas bumi. Panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang berperan
penting untuk kelanjutan hidup manusia, oleh sebab itu peran seorang geofisikawan
sangat penting untuk sumber energi tersebut. Ada empat jenis sistem panasbumi yaitu
hydrothermal reservoir, geopressured reservoir, hot dry reservoir, dan magma
reservoir. Hydrothermal reservoir merupakan kategori yang paling sering
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk saat ini. Selain itu kita dapat mengetahui
macam-macam manifestasi yang sering ditemukan yaitu misalnya manifestasi mata air
panas, fumarola dan solfatara yang sering disebut lubang asap, geyser, uap tanah,
lumpur panas, kawah dan batuan yang telah teralterasi. Tiap jenis sistem panas bumi
memiliki karakter berbeda-beda begitu pula proses terjadinya panas bumi tersebut.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………….……………….. 1
B. Tujuan Percobaan……………………………………….………….. 1

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan ................……………………………………..…... 4
B. Diagram Alir………………..………………………...................… 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan …………………………………………………. 6
B. Pembahasan …..……………………………………………........... 6

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kertas HVS ....................................................................................... 4
Gambar 2. Pensil Warna ...................................................................................... 4
Gambar 3. Diagram Alir ..................................................................................... 5

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panas bumi merupakan sumber energi panas yang sangat potensial untuk dijadikan
energi alternatif dimasa mendatang. Kondisi ini disebabkan karena energi
panasbumi merupakan energi yang terbarukan serta ramah lingkungan. Energi
panasbumi berasal dari panas yang ditimbulkan oleh magma yang ada di dalam
bumi. Karena adanya proses konveksi maupun konduksi, maka energi panas yang
berasal dari dalam bumi akan muncul ke permukaan dan akan terkumpul dibagian
kerak bumi.

Berdasarkan peta geologis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng yaitu
lempeng Eurasia, Hindia Australia, dan Pasifik. Diantara ketiga lempeng tersebut
sangat berperan dalam pembentukan gunung api sehingga wilayah Indonesia.
Secara umum pemanfaatan daerah panas bumi di Indonesia belum dilakukan secara
maksimal. Cukup banyak tantangan untuk mengembangkan sumber energi panas
bumi tersebut.

Padahal beberapa negara telah memanfaatkan panas bumi untuk sektor non-listrik,
antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca,
pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, dan
kegiatan lainya. Dengan potensi yang dimiliki Indonesia pemanfaatan panas bumi
bisa lebih ditingkatkan agar lebih bermanfaat. Oleh sebab itu, dilakukanlah
praktikum ini.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan kali ini :
1. Mahasiswa mengetahui sistem panas bumi
2. Mahasiswa mampu membedakan dan mengidentifikasi jenis sistem panas
bumi
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komponen sistem panas bumi.
II. TEORI DASAR

Sistem panas bumi yang terpengaruh kuat oleh adanya uap dan atau air panas dikatakan
sebagai sistem hydrothermal. Sistem ini sering berasosiasi dengan pusat vulkanisme
atau gunung api di sekitarnya. Jika fluida magmatik dari gunung api lebih mendominasi
sistem hidrotermal, maka dikatakan sebagai sistem vulkanik hidrotermal (volcanic
hydrothermal system). Sistem panas bumi dapat berada pada daerah bermorfologi datar
(flat terrain) dan dapat pula berada pada daerah bermorfologi curam (step terrain). Di
Indonesia, sistem panas bumi yang umum ditemukan adalah sistem hidrotermal yang
berasosiasi dengan pusat vulkanisme pada daerah bermorfologi step terrain. Selain
sistem hidrotermal, terdapat pula jenis lain dari sistem panas bumi, seperti: hot dry rock
system, geopressured system, heat sweep system (Cagniard, 1953).

Komponen sistem panas bumi yang dimaksud di sini adalah komponen-kompenen dari
sistem panas bumi jenis hidrotermal, karena sistem inilah yang paling umum
ditemukan di Indonesia. Sistem hidrotermal didefenisikan sebagai jenis sistem panas
bumi dimana transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui
proses konveksi bebas yang melibatkan fluida meteorik dengan atau tanpa jejak fluida
magmatik. Fluida meteorik contohnya adalah air hujan yang meresap jauh ke bawah
permukaan tanah. Komponen-komponen penting dari sistem hidrotermal adalah:
sumber panas, reservoir dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), daerah
luahan (discharge) dengan manifestasi permukaan (Dickson, 2004).

Reservoir panas bumi dicirikan oleh adanya kandungan Cl (klorida) yang tinggi dengan
pH mendekati normal, adanya pengayaan isotop oksigen pada fluida reservoir jika
dibandingkan dengan air meteorik (air hujan) namun di saat bersamaan memiliki isotop
deuterium yang sama atau mendekati air meteorik, adanya lapisan konduktif yang
menudungi reservoir tersebut di bagian atas, dan adanya gradien temperatur yang tinggi
dan relatif konstan terhadap kedalaman (Giggenbach, 1988).
3

Sepanjang waktu panas dari dalam bumi ditransfer menuju permukaan bumi dan
seluruh muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun begitu, di
beberapa tempat energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi
jumlah energi panas per satuan luas yang rata-rata ditemui. Gunung api merupakan
contoh dimana panas terkonsentrasi dalam jumlah besar. Pada gunung api, konsentrasi
panas ini bersifat intermittent yang artinya sewaktu-waktu dapat dilepaskan dalam
bentuk letusan gunung api. Berbeda dengan gunung api, pada sistem panas bumi
konsentrasi panas ini bersifat kontinu. Namun demikian, pada kebanyakan kasus,
umumnya gunung api baik yang aktif maupun yang dormant, adalah sumber panas dari
sistem panas bumi. Hal ini ditemui di Indonesia dimana umumnya sistem panas
buminya adalah sistem hidrotermal yang berasosiasi dengan pusat vulkanisme atau
gunung api. Dalam hal ini, gunung api menjadi penyuplai panas dari sistem panas bumi
di dekatnya. Oleh karena gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu
sistem panas bumi, maka daerah yang berada pada jalur gunung api berpotensi besar
memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi (di atas 225 Celcius). Itulah kenapa
Indonesia yang dikenal berada pada jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki
potensi panas bumi atau geothermal terbesar di dunia (Fournier, 1979).

Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak di permukaan bumi yang


menunjukkan adanya sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar
kemunculannya. Manifestasi permukaan bisa keluar secara langsung (direct discharge)
seperti mata air panas dan fumarola. Fumarola adalah uap panas (vapor) yang keluar
melalui celah-celah batuan dengan kecepatan tinggi yang akhirnya berubah menjadi
uap air (steam). Tingginya kecepatan dari fumarola sering kali menimbulkan bunyi
bising. Secara umum, manifestasi permukaan yang sering muncul pada sistem-sistem
panas bumi adalah: mata air panas, fumarola, steaming ground, warm ground, kolam
lumpur panas, solfatara, dan batuan teralterasi. Solfatara adalah uap air (steam) yang
keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S, CO2, dan kadang juga
SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya. Sedangkan
batuan teralterasi adalah batuan yang terubahkan karena adanya reaksi antara batuan
tersebut dengan fluida panas bumi (Hochstein, 2000).
3

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:

Gambar 1. Kertas HVS A4

Gambar 2. Pensil Warna


5

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Mengidentifikasi jenis system panasbumi


pada model

Mengidentifikasi komponen penyusun


sistem panasbumi

Menggambar kembali model sistem


panasbumi

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir


7

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data pengamatan pada praktikum kali ini terlampir pada lampiran.

B. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai sistem panas bumi. Pada praktikum kali ini
praktikan mempelajari mengenai sistem panas bumi yaitu dengan mengetahui
sistem panas bumi, kemudian mempelajari cara membedakan dan mengidentifikasi
jenis sistem panas bumi dan yang terakhir mempelajari cara mengidentifikasi
komponen sistem panas bumi.

Untuk mempelajari sistem panas bumi praktikkan ditugaskan untuk menggambar


sistem panas bumi yang terdiri dari hydrothermal reservoir, geopressured
reservoir, hot dry reservoir, dan magma reservoir. Namun dalam sistem panas
bumi yang banyak ditemukan di Indonesia adalah sistem panas bumi hydrothermal
reservoir. Yang dimana sumber panas buminya berasal dari resapan air hujan
dalam permukaan bumi yang kemudian air tersebut akan terolah menjadi salah satu
jenis manifestasi panas bumi.

Dalam sistem panas bumi terdiri atas beberapa lapisan inti yaitu yang pertama
merupakan lapisan Cap rock atau lapisan penutup yang memiliki kemampuan
untuk menahan hidrokarbonnya itu sendiri. Selanjutnya adalah lapisan reservoir
yang merupakan tempat berkumpulnya reservoir itu sendiri yaitu panas buminya.
Selanjutnya adalah lapisan Heat Rock yang didalamnya terdapat banyak mineral
batuan yang mengandung panas yang berasal dari magma, dan yang terakhir adalah
lapisan magma yang menjadi sumber panas itu sendiri.

Menurut Aribowo (1967), pada sistem panas bumi hydrothermal reservoir fluida
yang terkandung dalam reservoir hidrothermal berasal dari air hujan atau air yang
berasal dari dari permukaan bumi yang meresap masuk ke bawah permukaan dan
terpanaskan oleh magma yang berada pada kedalaman tinggi dibawah permukaan
bumi. Air tersebut perlahan-lahan akan masuk melalui rekahan – rekahan batuan
ke dalam batuan permeable.
7

Berdasarkan Fournier (1979), Geopressured reservoir ini merupakan lapisan


dimana dia berisi air panas yang mengandung banyak sekali gas panas sehingga
pada lapisan tersebut berada pada zona yang tekanan didalamnya
lebih besar daripada tekanan air dalam lapisan, sehingga fluida tersebut ke luar
dari permukaan.

Selanjutnya sistem panas bumi hot dry reservoir yang memiliki permeabilitas yang
rendah karena sistem panas ini berada pada kedalaman yang tinggi. Sumber panas
bumi pada sistem ini berasal dari intrusi magma bumi didalamnya. Dapat diketahui
juga pada sistem ini batuan yang terkandung didalamnya merupakan jenis batuan
impermeable dan juga memiliki porositas yang cukup rendah.

Dan yang terakhir adalah sistem panas bumi magma reservoir, adapun pada sistem
panas ini memiliki sumber panas yang berasal dari magma secara langsung. Dan
untuk sistem panas bumi ini merupakan satu-satunya sistem panas bumi yang
memiliki sumber panas murni dari magma yang dimana temperaturnya lebih dari
1200°.

Dalam sistem panas bumi juga dikenal istilah komponen-komponen panas bumi
yang juga bisa dijadikan sebagai parameter ada atau tidaknya panas bumi yaitu
adanya caprock, reservoir, recharge, dan heat source.

Sistem panas bumi juga dipengaruhi oleh umur dari batuan yang terkandung
didalamnya yaitu untuk sistem panas bumi yang baik berumur 500ribu tahun
sampai 1 juta tahun, apabila lebih dari 1juta tahun maka reservoir yang terkandung
akan menjadi asam dan akan mengakibatkan sistem tersebut tidak digunakan
kembali.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Di Indonesia jenis sistem panas bumi yang sering ditemukan adalah sistem panas
bumi hydrothermal reservoir.
2. Ada atau tidaknya sistem panas bumi dapat diketahui oleh empat parameternya.
3. Pada sistem panas bumi semua macam alterasi akan terjadi.
4. Kapasitas air hujan dapat mempengaruhi jumlah manifestasi panas bumi.
5. Sumber energi panas bumi akan menjadi salah satu sumber energi terbesar di masa
yang akan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, Yoga. 2011. Prediksi Temperatur Reservoar Panasbumi dengan


Menggunakan Metoda geotermometer Kimia Fluida. Teknik, vol. 32,no.3.

Cagniard, L. 1953. Basic theory of the magnetotelluric method of geophysical


prospecting. Geophsics, vol.18, Pp.605-635.

Dickson, M.H and Fanelli, M. 2004. What is Geothermal Energy. University of


Colombia.

Fournier, R.O. 1979. A revised equation for the Na/K Geothermometer. Geothermal
Resource Council Transaction, vol.3, Pp.221-224.

Giggenbach, WF. 1988. Chemical Techniques in Geothermal Exploration.


Chemistry Division, DSIR, Private Bag. New Zealand.

Hochstein, M.P. dan Browne, P.R.L. 2000. Surface Manifestation of Geothermal


Systems with Volcanic Heat Sources, In Encyclopedia of
Volcanoes, H. Sigurdsson, B.F., Houghton, S.R., McNutt, H., Rymer dan J.
Stix (eds.), AcademicPress.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai