Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

Gambar 1. Anatomi hernia

B. Klasifikasi

Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi1:


1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis istilah hernia inkarserata dimaksudkan untuk hernia ireponbel
yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulate digunakan
untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vascularisasi.

Gambar 2. Hernia menurut sifatnya


A.Hernia reponibel, B. Hernia Ireponibel,
C. Hernia Inkarserata, D. Hernia Strangulata

Terdapat beberapa klasifikasi hernia yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu:


hernia Epigastrika, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan
hernia skrotalis.
1. Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui
defek di linea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus.
2. Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah
dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus,
tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.

1
3. Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk
melalui kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa
ovalis di lipat paha. Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia
inguinalis.
4. Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu
organ abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea
alba, posterior oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi
ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilicus mengalami
kelemahan.
5. Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke
dalam skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan
hidrokel atau elevantiasis skrotum.

Gambar 3. Lokasi Hernia

2
C. Epidemiologi

Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek)


10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai
persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %,
hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 %
Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki
daripada perempuan.2
Menurut penelitian Constance E. Ruhl, insidensi hernia inguinalis
menurut usia diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada
rentang 25–40 tahun 5–8 %, di atas 75 tahun 45 %. Sedang menurut jenis
kelamin insiden hernia inguinalis pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari
pada wanita. Menurut laporan di Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia
inguinalis di rumah sakit adalah 3,9% untuk laki-laki dan 2,1% untuk
perempuan.3
Kasus hernia inguinalis di USA (United States America) sekitar 800.000
kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus setiap tahun . Salah
satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD dr. Soehadi Prijonegoro kabupaten
Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan pasien bedah rawat
jalan 5291 kasus pada tahun 2012 atau dengan prevalensi 6,12 %. 3

D. Anatomi
Dinding abdomen terdiri atas kulit, fascia subcutaneous, dan fascia
Scarpa yang melapisi otot. Dari superficial ke profunda, lapisan dinding otot
abdomen terdiri atas musculus oblique externus abdominis, musculus oblique
internus abdominis, dan musculus transverses abdominis. Di bagian medial
terdapat musculus rectus abdominis dextra dan sinistra bertemu membentuk
linea alba. Musculus transverses abdominis berakhir pada linea semilunaris
dan berlanjut menjadi fascia transversalis. Fascia transversalis memanjang ke
bawah hinggah inguinal. Bagian terdalam dinding abdomen yaitu peritoneum
selanjutnya menutupi semua visceral abdominalis.4

3
Gambar 4. Anatomi dinding Abdomen

Pada embrio laki-laki, peritoneum dapat memproyeksikan kantung


melalui processus vaginalis pada bagian dalam cincin ingunal. Cincin ingunal
eksterna merupakan lubang berbentuk oval pada aponeurosis oblique externa,
di lateral tuberculum pubicum. Cincin inguinal interna merupakan lubang
pada fascia transversalis sekitar 1 inci di atas titik midinguinalis, pertengahan

4
antara spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum. Ruang oblique
yng meluas dari superior dan lateral cincin interna hingga medial dan inferior
cincin externa membentuk canalis ingunalis. Chorda spermatica pada laki-laki
dan round ligament pada wanita melewati canalis ini yang dibatasi di bagian
anterior oleh aponeurosis oblique externa, superior oleh aponeurosis oblique
interna dan transverses abdominis, dan inferior oleh ligamentum inguinale dan
ligamentum lacuna.4
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniomedial oleh annulus internus yang
merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan apponeurosis m.
transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal
ini dibatasi dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari
appoeurosis m. obliges eksternus. Atapnya adalah apponeurosis m. obliges
eksternus , dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali
sperma pada laki –laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.4,1
Fascia transversalis membentuk lantai (dinding posterior) dari canalis
inguinalis. Cincin femoral dibentuk di bagian anterior oleh ligamentum
inginale, lateral oleh vena femoralis, posterior oleh fascia pectinea, dan medial
oleh ligamentum lacunar (Gimbernat’s Ligament). 4,1

Gambar 5. Anatomi regio inguinal

5
Terdapat 3 jenis hernia yang umum ditemukan: Hernia inguinalis
indirek, hernia inguinalis direk, dan hernia femoralis. Hernia inguinalis indirek
berhubungan dengan kantung peritoneum yang masuk melalui cincin internal
ke dalam canalis inguinalis dan terletak anteromedial dari chorda spermatica
atau round ligament. Kantung tersebut beserta isinya (omentum, usus halus,
dll) dapat masuk hingga mencapai scrotum (heria scrotalis). Hernia direk
inguinalis terjadi jika kantung memasuki trigonum Hesselbach, daerah yang
dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian inferior, pembuluh epigasrika
inferior di daerah lateral, dan tepi otot rectus dibagian medial. Dasar segitiga
Hesselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis otot transversus abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga
daerah ini berpotensi melemah.4,1

Gambar 6. Hernia direk dan indirek

6
Gambar 7. Trigonum Hesselbach

E. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena


sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu.1
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang
menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.1

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia


inguinalis antara lain:
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat

7
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites,
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Defisiensi otot
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau
penyakit sistemik.2

Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka,


sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum
tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia.
Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis
paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya
disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti
anulus inguinalis yang cukup besar.1,2
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika
kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia
skrotalis.2

F. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis


Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 dari kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila

8
bayi lahir umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering
belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal,
kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateral kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami
proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek
tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital
dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan
terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin
hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan
perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

9
G. Diagnosis
1. Gejala Klinis
Gejala awal hernia inguinal adalah adanya tonjolan kecil pada
salah satu atau kedua lipatan inguinal,tonjolan dapat membesar sejalan
dengan waktu dan biasanya menghilang bila berbaring, tanda lain dapat
berupa :
a. Rasa tidak nyaman pada daerah inguinal, terutama ketika
mengedan, mengangkat barang, batuk, atau saat beraktivitas, dan
gejala berkurang saat istirahat.
b. Rasa lemah, berat, panas atau gatal pada area inguinal
c. scrotum bengkak atau membesar pada pria atau pada anak laki laki.
d. Hernia indirect dan hernia indirect dapat keluar masuk abdomen ke
kanalis ingunal.5,6
Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di
lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat
beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak,
adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui orang
tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak
menangis dan kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulate.5,6

2. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat
paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien di
minta mengedan atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat
dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi.
Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking. Pada
anak, cincin hernia berupa annulus inginalis yang melebar kadang dapat
diraba. Berikut beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada
hernia5 :

10
a. Zieman’s Technique
Untuk membedakan dan mendiagnosis hernia inguinal direct, indirect
dan hernia femoralis
Metode :
Pasien dibaringkan dalam posis supine dan masukkan benjolan,
kemudian letakkan
- Jari ke 2 diatas cincin inguinal dalam
- Jari ke 3 diatas cincin inguinal superfisial
- Jari ke 4 diatas pembukaan saphena
Kemudian minta pasien untuk batuk dan rasakan rangsangan yang
ditimbulkan berdasakan lokasinya
Interpretasi :
- Rangsangan dirasakan pada kari ke 2 : indirect inguinal hernia
- Rangsangan dirasakan pada jari ke 3 : Direct inguinal hernia
- Rangsangan dirasakan pada jari ke 4 : hernia femoralis.7

Gambar 8. Zieman’s Test

b. Pemeriksaan Finger test


Untuk membedakan antara hernia inguinal direct dan hernia indirect
Metode :
Pasien berbaring dalam posisi supine, masukkan hernia kemudian
menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum

11
melalui anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh
batuk kemudian rasakan rangsangan yang ditimbulkan.
Interpretasi :
- Bila impuls diujung jari berarti hernia ingunalis lateralis
- Bila impuls disamping jari hernia inguinalis medialis.7

Gambar 9. Finger Test

c. Pemeriksaan Thumb test


Untuk membedakan antara indirect ingunal hernia dan direct inguinal
hernia.
Metode :
Sebelum memulai test, sebaiknya dilakaukan marking pada lokasi
berikut
- ASIS : yaitu penonjolan tulang yang pertama kali dirasakan
ketika menelusuri ligamentum inguinalis dari medial ke
lateral.
- Symphisis pubis
- annulus ingunal interna : setengah inci diatas mid inguinal
Minta pasien untuk berbaring dalam posisi supine, annulus
ditekan dengan ibu jari dan penderita diminta mengejan/batuk
Interpretasi :

12
- bila muncul benjolan berarti hernia inguinalis medialis
- bila tidak muncul benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.7

Gambar 10. Thumb Test

a. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
- Darah rutin : Hasilnya tidak spesifik namun leukositosis
dapat terjadi pada kasus hernia strangulate.
- Elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), dan level kreatinin :
sangat dianjurkan untuk menilali status hidrasi pasien dengan
keluhan mual dan muntah, test ini jarang dibutuhkan pada
pasien dengan hernia kecuali sebagai bagian dari tatalaksana
pre operatif.
- Urinalisis : tes ini membantu menyingkirkan differential
diagnosis nyeri inguinal yang disebabkan oleh penyebab
genitourinaria 8
2) Pemeriksaan radiologis
Berguna menilai hernia inkarserata atau strangulate, juga
digunakan apabila pada saat pemeriksaan fisis sulit dilakukan
penilaian ada tidaknya hernia utamanya pada pasien obesitas

13
- X-ray abdomen
Berguna untuk menilai hernia inkarserata dengan gejala
obstruksi, biasanya dapat ditemukan gambaran :
 Bayangan loop usus berlanjut hingga ke pevis
 Loop usus berisi gas terlihat di bawah ligamentum
inguinal
 Cut off segment dari loop usus terlihat pada hernia
stragulata dan inkarserata.

Gambar 11. Gambaran radiologi hernia inguinal

- Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk


menyingkirkan differential diagnosis massa scrotum dan
massa dibawah ligamentum inguinal, pemeriksaan ini juga
membantu dalam mengaspirasi atau drainase nodul abses.
USG diindikasikan pada pasien yang dicurigai hernia
spigelian atau hernia obturator.
- CT scan abdomen dan pelvis dengan kontras oral dan
intravena dapat membantu mendeteksi banyak hernia yang
sukar ditangkap dengan menunjukkan lokasi extracoelomic
dari usus, kandung kemih, atau organ reproduksi perempuan.
CT Scan juga diindikasikan pada pasien yang dicurigai
hernia spigelian atau hernia obturator.8,9

14
H. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel,
testis ectopic, undescenden testis
c. Hernia femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus.9

I. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi.1
 Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali
pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan
kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat
tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi
lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan
dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila
usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera.1

15
 Bantalan penyangga ( sabuk Truss)
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari
4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. 1

Gambar 12. Sabuk Truss

Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi,


antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Sabuk truss
hanya dapat digunakan apabila hernia dapat di reduksi.1

Penggunaan sabuk truss tidak di indikasikan pada

a. Hernia yang tidak dapat direduksi


b. Pasien dengan pekerjaan berat (kuli, atlit, dll)
c. Bronchitis chronic
d. Hernia yang berhubungan dengan hydrocele besar
e. Hernia yang disertai dengan testis yang belum turun.7

16
Komplikasi dan bahaya penggunaan truss

a. Menyebabkan atrophy otot dan area inguinal, yang


meningkatkan resiko terjadinya recurren setelah operasi
b. Dapat menyebabkan strangulasi atau obstruksi pada hernia
bila tidak digunakan dengan benar. Penahan yang bergeser
dan menekan tonjolan hernia dapat menyebabkan strangulasi
c. Dapat merusak isi dari kantong hernia jika hernia tidak di
reduksi dengan benar sebelum pemasangan sabuk truss
d. Jika area local pemasangan sabuk truss tidak terjaga
kebersihannya dan lembab, maka dapat menyebabkan
terjadinya dermatitis dan masalah kulit lain yang membuat
gangguan penyembuhan luka post operasi atau bahkan
kontraindikasi operasi dan penggunaan sabuk truss
e. Kantong hernia dapat berkembang menjadi adhesi dengan
kanalis inguinalis yang dapat menyebabkan masalah saat
operasi
f. Atrophy spermatic cord dapat terjadi
g. Perbaikan hernia menjadi sulit akibat atrophy dan fibrosis
h. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis
karena tekanan pada funikulus spermatikus yang
mengandung pembuluh darah dari testis.7

Cara penggunaan sabuk truss

a. Sebelum dilakukan pemasangan sabuk truss, terlebih dahulu


dilakukan pengukuran di ujung throcanter majus ke sacrum 3,
lalu ke throcanter majus di sisi lain.
b. Pasien diminta untuk berbaring
c. Reduksi hernia
d. Pasang bantalan truss pada lokasi hernia dan pasang
sabuknya

17
e. Gunakan truss pada siang hari, kemudian lepas hanya pada
saat akan tidur lalu pasang kembali sebelum keluar dari
tempat tidur.7

Mekanisme kerja sabuk truss

a. Dinding anterior kanalis inguinalis ditekan terhadap dinding


posterior kanalis ingunalis sehingga kanalis inguinalis
tertutup
b. Truss juga menutup area segitiga hesselbach yang lemah
pada hernia inguinal
c. Menutup annulus internus dan annulus externus
d. Adhesi perlahan lahan akan terbentuk dan menghalangi
kanalis inguinalis.7

 Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri
dari herniotomi dan hernioplasti.1
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.1

Indikasi :
- Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
- Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
- Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan
(elektif)

18
- Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi
(HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan


inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu
faktor-faktor penyebab harus dihilangkan, contohnya BPH harus
dioperasi sebelumnya.1

b. Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus
abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan
nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut
metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
pada metode Mc Vay.1

Metode bassini merupakan teknik herniorraphy yang pertama


dikenalkan tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan
rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus
internus abdominis,muskulus transversus abdominis, dan fasia
transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik ini
diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek. Kelemahan teknik
bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini
adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot – otot yang dijahit,
tuntuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan
pendekatan operasi bebas regangan, yaitu teknik hernioplasti bebas
regangan menggunakan mesh (hernioplasti bebas regangan), dan sekarang

19
teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini, digunakan mesh prostesis untuk
memperkuat facia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis
tanpa menjahitkan otot – otot ke ligamentum inguinale.1

Gambar 13. Herniotomi dan hernioplasti

Gambar 14. Hernioplasti dengan mesh

20
J. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum,
organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik
kecuali berupa benjolan. 1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.1
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata.
Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat
darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.1

K. Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan diperkirakan 1,0% umumnya terjadi 5
tahun setelah operasi.9

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC; 2016.

2. Faradilla N, Israr YA. Hernia. Riau: Faculty of medicine university of Riau;

2009.

3. Parmono HM. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia

inguinalis di poli bedah rsud dr. Soehadi prijonegoro sragen. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.

4. Labeda I. Manual keterampilan pemeriksaan appendisitis dan hernia.

Makassar: Fakultas Kedokteran Univeritas Hasanuddin; 2015.

5. Anonym. Inguinal Hernia. National Digestive Diseases information Clearing

House. 2014;14.

6. Anonym. Inguinal Hernia Surgery Repairing groin hernia. Krames Patient

education. 2014;16.

7. Nigam VK, Nigam S. Essentials of Abdominal Wall Hernias. New Delhi: I.K

International Publishing House Pvt. Ltd; 2008.

8. Rather AA, Geibel J. Abdominal Hernia: Medscape; 2015 [cited 2016 July17].

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/189563-clinical.

9. Willacy H. Inguinal Hernias. Patient. 2016;27.

22

Anda mungkin juga menyukai