Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TENDANGAN SAMPING DALAM PENCAK

SILAT DENGAN MENGGUNAKAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL

PEDOMANTA KELIAT

ABSTRAK
Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi

Stok Bina Guna Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar


Tendangan Samping dengan menggunakan penerapan gaya mengajar Resiprokal pada siswa
kelas X SMA Hang Tuah tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari 2016.
Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I setelah tes hasil belajar I dapat dilihat
bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik Tendangan Samping masih rendah.
Dari 30 orang siswa terdapat 20 orang (67%) yang telah mencapai ketuntasan belajar,
sedangkan 10 orang (33%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil
belajar siswa adalah 76. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa
dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 30 orang siswa
terdapat 26 orang (87%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 4 orang (13%)
belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80.
Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui
Penerapan Gaya mengajar Resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar Tendangan Samping
pada siswa kelas X SMA Hang Tuah Belawan tahun ajaran 2015/2016.

KATA KUNCI : Hasil belajar Tendangan Samping, Gaya mengajar Resiprokal

PENDAHULUAN dan martabat manusia untuk mewujudkan


Indonesia merupakan salah satu cita-cita bangsa.
negara yang sedang berkembang di bidang Perkembangan dan pembinaan
olahraga. Olahraga merupakan salah satu olahraga di Indonesia juga merupakan
wujud yang bisa mengembangkan sumber upaya peningkatan kesehatan jasmani
daya manusia serta meningkatkan harkat seluruh masyarakat, pemupukan watak dan
sportivitas serta peningkatan prestasi
olahraga dan mengolahragakan memperoleh nilai/angka dari setiap
masyarakat. Terutama dikalangan remaja, serangan lebih banyak dari lawan.
karena pada usia ini dianggap paling cocok Gerakan dasar pencak silat adalah
untuk mengembangkan bakat dan potensi suatu gerakan yang terencana , terarah ,
menjadi seorang atlet yang berprestasi. terkordinasi dan terkendali, yang
Manusia bahkan dari zaman dahulu mempunyai empat aspek sebagai satu
kala sudah mengenal berbagai macam seni kesaTuah yaitu aspek mental spiritual,
beladiri yang beragam. Beladiri yang aspek beladiri, aspek olahraga, dan apek
paling tua di Indonesia adalah pencak budaya. Dengan demikian, pencak silat
Silat. Kemudian beladiri yang berasal dari merupakan cabang olahraga yang cukup
luar Indonesia mulai memasuki lengkap untuk dipelajari karena memiliki
perbeladirian Indonesia dan berkembang empat aspek yang merupakan satu
dengan pesat. Berbagai beladiri tersebut kesaTuah utuh dan tidak dapat dipisahkan.
semakin lama semakin berkembang, Pencak silat merupakan salah satu
hingga beladiri yang asli cabang olah raga beladiri khas indonesia ,
Di Indonesia hampir terlupakan, pencak silat telah menjadi cabang olah
dalam arti kata bahwa perguruan pencak raga yang dikenal luas dalam tatanan
silat hanya digemari oleh sekelompok regional (asia tenggara dan asia ) bahkan
kecil golongan masyarakat saja. Sampai sudah berkembang pada tatanan dunia
sekarang pencak silat juga mengalami internasional, dalam pelaksanaan
perkembangan , saat ini perguruan pembelajaran pendidikan jasmani pencak
beladiri pencak silat telah memasuki silat juga termasuk dalam kurikulum.
pertandingan yang bertaraf internasional Pada pelaksanaan tendangan
seperti sea games. samping pencak silat kelihatannya unsur
Pencak silat sebagai seni budaya komponen kondisi fisik yang dominan
dan olah raga bela diri merupakan hasil adalah kekuatan otot tungkai, unsur
cipta karsa dan karya serta produk bangsa tersebut kemungkinan lebih dibutuhkan
Indonesia . Pada pelaksanaan nya dalam pada saat ( awalan ) dan melakukan
gelanggang , seorang pesilat harus dituntut rangkaian gerakan.
kesiapan nya baik fisik maupun mental Dari hasil wawancara dan
.Tujuan dari pertandingan beladiri pencak observasi peneliti dengan guru di SMA
silat adalah memenangkan pertanddingan Hang Tuah Belawan tahun ajaran
dengan cara melakukan serangan dan 2014/2015. Bahwa kemampuan siswa
dalam melakukan praktek tendangan
pencak silat masih rendah, karena pada dapat terhadap sesuai dengan tata cara
saat menedang siswa masih ragu untuk hidup umum.
mengangkat kaki. Terbukti pada saat guru Menurut Rusli,dkk (2004)
melakukan evaluasi hasil belajar hanya 16 mengatakan bahwa: “pendidikan jasmani
siswa yang mendapat nilai diatas 75 dan merupakan pendidikan yang
14 orang siswa mendapat nilai dibawah 75. mengaktualisasikan aktifitas manusia yang
Dari data tersebut dapat disimpulkan berbentuk sikap, tindak dan karya untuk
bahwa ketuntasan klasikal yang dicapai dibentuk, diisi dan diarahkan menuju
hanya 53,3% dari 85%. Hal ini disebabkan kebutuhan pribadi sesuai dengan cita-cita
siswa masih belum mampu melakukan bangsa” (hlm.4).
teknik – teknik dasar Tendangan samping Menurut Sunarno (2005:1-2)
dengan baik karena melakukan kesalahan pembelajaran pendidikan jasmani adalah:
terutama pada saat melakukan proses “sebagai suatu proses sudah barang tentu
tendangan ”. Tumpuan yang dilakukan harus mengembangkan dan menjawab
para siswa masih belum maksimal dalam beberapa persoalan yang mendasar sebagai
melakukannya. Dikarenakan guru hanya proses interaksi eduktif yang meliputi: 1.
menggunakan metode ceramah dan Kemana proses tersebut akan diarahkan. 2.
kurang kreatif dalam mengajarkan Apa yang harus dibahas dalam proses
penjas khususnya materi Pencak Silat. tersebut. 3. Bagaimana cara
Sebagian siswa merasa Tendangan melakukannya. 4. Bagaimana cara
Samping sulit untuk dilakukan, karena mengetahui berhasil tidaknya proses
lemahnya kekuatan kaki. Dan siswa tersebut. 5. Dalam keadaan bagaimana. 6.
cenderung merasa bosan dan malas jika Siapa yang menyelenggarakan/
sering melakukan kesalahan karena menyampaikan. 7. Kepada siapa
kurang fariatif dalam latihan Pencak silat. disampaikan/ ditunjukkan.
Kenyataan ini merupakan suatu masalah Proses pembelajaran hanya dapat
yang perlu segera diperbaiki. berlangsung dengan baik apabila terjadi
Pendidikan adalah setiap usaha yang interaksi belajar mengajar antara siswa
dilakukan untuk mengubah tingkah laku dengan guru. Proses kedua belah pihak
sedemikian rupa sehingga menjadi tingkah yang pada dasarnya dikatakan pengajaran,
laku yang diinginkan setiap anak harus 8
yakni suatu proses dimana aksi dan guru
mengalami dan menjalani suatu proses mendapat respon yang tepat dari siswa.
perubahan yang cukup lama, sebelum ia Proses pengajaran merupakan guru dan
siswa itu tidak dapat diharapkan terjadi
dengan sendirinya, namun diperhatikan melayu menciptakan dan menggunakan
suasana yang kondusif untuk berlangsung ilmu bela diri ini sejak masa pra sejarah ,
pembelajaran bagi pihak siswa. Suasana dan adapun defenisi pencak silat ini
yang kondusif itu harus direncanakan berbeda-beda tergantung dari setiap
terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya daerah darimana pencak silat itu berasal .
agar pengajaran dapat berlangsung sesuai Lain pencak silat itu berasal dari melayu ,
dengan yang diharapkan. jawa, sunda, karo , dan lain juga dari
Husdarta dan Saputra (2000:4) daerah – daerah lain . Namun pada hakikat
mengemukakan bahwa tugas utama guru nya sama yaitu seni bela diri . dalam
adalah untuk menciptakan iklim atau melalui perkembangan pencak silat maka
atmosfir supaya proses belajar terjadi IPSI memutuskan pada Tahun 1975
dikelas, dilapangan ciri utamanya terjadi sebagai berukut :
proses belajar adalah siswa dapat secara ”Pencak silat adalah hasil budaya
aktif ikut terlibat di dalam proses bangsa indonesia untuk membela ,
pembelajaran. Para guru harus selalu mempertahankan eksistensi , integritas
berupaya agar para siswa dimotivasi untuk terhadap lingkungan hidup dan sekitarnya
lebih berperan. Walau demikian guru tetap untuk mencapai keselarasan hidup guna
berfungsi sebagai pengelola proses belajar mendapatkan iman dan taqwa kepada
dan pembelajaran. tuhan yang maha esa “ Iskandar ,dkk 1992
Pencak Silat :11)
Pencak silat merupakan salah satu Tendangan Samping
cabang olah raga beladiri khas indonesia , Tendangan merupakan teknik dan
pencaksilat telah menjadi cabang olah raga taktik serangan yang mempergunakan
yang dikenal luas dalam tatanan regional untuk jarak jangkau jauh dan sedang
(asia tenggara dan asia ) bahkan sudah mempergunakan tungkai sebagai
berkembang pada tatanan dunia komponen penyerang. Dalam Pencak Silat
internasional . dalam kejuaraan dunia Olah raga ,teknik tendangan yang masuk
pencak silat , peserta tidak hanya berasal sasaran mendapat nilai 2
dari kawasan asia bahkan , utusan dari Teknik-teknik tendangan yang
setiap benua. Hal ini menandakan bahwa terdapat dalam Pencak Silat pada
pencaksilat telah memberikan warna prinsipnya dpat dipergunakan untuk
tersendiri , dalam perkembangan olahraga menyerang dalam pertandingan pencak
secara global . Para pendekar dan pakar silat olah raga. namun sebagaimana halnya
pencak silat meyakini bahwa masyarakat dengan pukulan,tidak semua teknik
tendangan dapat dipergunakan dan
pertandingan,berdasarkan efesiensi
pelaksanaan teknik tendangan dan
efektifitas untuk memperoleh angka serta
keselamatan yang melakukan tendangan
tersebut. Teknik tendangan pada
pertandingan Olah Raga adalah tendangan Gambar 2.1 tendangan samping
http://tenagadalaman.tripod.com/abc.htm
:lurus ,Sabit "T",belakang, zig-zag dan
gajul.
Gaya Mengajar Resiprokal
Tendangan Samping atau yang
Gaya resiprokal merupakan gaya
lazimnya disebut Tendangan T adalah
timbal balik atau feed back. Dalam hal ini
tendangan yang dilakukan dengan sikap
siswa diberikan kebebasan untuk membuat
tubuh miring. bahagian kaki yang
keputusan sehubungan dengan
dibenturkan pada saat melakukan
pelaksanaan tugas. siswa diberikan
tendangan yaitu sisi telapak kaki atau
kewajiban untuk memiliki hasil belajar
"pedang" kaki. Cara melakukan tendangan
secara terbatas. Penilaian hanya terbatas
T ini pada prinsipnya sama dengan
pada penilaian formatif atau korelatif oleh
tendangan-tendangan yang lain. Latihan
seorang siswa terhadap seorang siswa
tendangan ini juga dengan cara menahan
terhadap hasil belajar. Namun yang paling
nafas.
umum ialah seorang siswa atau sering
Tendangan T adalah sebutan lain
diterapkan dalam formasi berpasangan.
untuk macam tendangan dengan nama
Menurut Mosston (dalam Husdarta
gerakan tendangan ke arah Samping.
dan Syahputra, 2000 : 29) mengatakan
Dalam bahasa Karate tendangan ini bahwa :
disebut sebagai Yoko-geri. Terdapat Gaya resipokal yaitu
memperhatikan perubahan yang lebih
berbagai macam variasi tendangan
besar dalam membuat keputusan dari
samping ini. Semua varian diatas, guru kepada siswa. Siswa bertanggung
khususnya untuk permainan atas, awalan jawab untuk mengobservasi penampilan
atau pasangannnya dan memberi umpan
boleh berbeda tetapi bentuk akhirnya sama
balik segera pada setiap kali melakukan
yaitu seperti huruf T. gerakan. Guru mempersiapkan lembar
tugas yang menjelaskan tugas yang
harus dilakukan, kriteria evaluasi
berfungsi untuk menentukan bahwa
gerakan yang harus dilakukan oleh
pasangan nya itu sudah sesuai dengan bahwa kemampuan siswa dalam
rujukan. pembelajaran tendangan samping belum
Deskriptif semacam ini akan
mencapai nilai KKM yang ditentukan.
membantu siswa selaku pengamat dalam
analisi tugasnya, setiap kali guru akan Dari 30 siswa yang menjadi Sabjek dalam
memberikan pelajaran , guru harus penelitian ini, ternyata hanya 10 siswa
memulai dengan memberikan peragaan
(33%) yang memiliki ketuntasan belajar,
dan menguraikan cara melaksanakan
skillnya, selanjutnya siswa melakukan sedangkan selebihnya 20 orang siswa
berpasangan dengan masing-masing (67%) belum memiliki ketuntasan belajar.
dimana yang satu bertindak selaku
Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa
pengamat dan yang lainnya melakukan
aktifitas pengajaran jasmani berupa adalah 76.
gerakan, setelah itu guru menyuruh siswa siklus I
untuk bergantian melakukan tugasnya. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa
pada pembelajaran siklus 1 disajikan
PEMBAHASAN dalam bentuk tabel dan grafik histogram
Penelitian ini dilaksanakan di sebagai berikut:
lapangan SMA Hang Tuah Belawan . Tabel 4.2 Distribusi Hasil Belajar
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih
Tendangan Samping Siklus I
dahulu peneliti melakukan data awal yang
bertujuan untuk melihat dan merumuskan NO NILAI/SKOR F % SX
masalah yang diperoleh dari hasil data F
awal yang dilakukan. Tes yang diberikan
1 56 – 66 4 13.33% 224
kepada siswa berupa test hasil belajar
tendangan samping yang dilakukan 2 67- 77 6 20% 402
sebelum menentukan perencanaan. 3 78- 88 12 40% 936
Tabel 4.1
Deskripsi Data Awal Tendangan 4 89- 100 8 26.7% 712

Samping JUMLAH 30 100% 2274

No Hasil Tes Jumlah Persentase


Siswa Berdasarkan tabel diatas maka

1 < 75 (T. 20 67% dapat disimpulkan bahwa sebanyak 20

tuntas) siswa yang tuntas atau sekitar 67% dengan

2 ≥ 75 10 33% batas minimal 75 dari 30 orang siswa.

(Tuntas) Sedangkan siswa yang tidak tuntas sekitar


10 siswa atau sekitar 33%.
Siklus II
Berdasarkan tabel deskripsi Data
Awal tendangan samping dapat dilihat
Pada siklus II kegiatan pembelajaran siswa yang tidak tuntas adalah sekitar 4
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang siswa atau sekitar 13%.
Hasil catatan lapangan pada siklus
di diskusikan oleh guru pelaksana, guru
II menunjukkan bahwa dalam proses
kolabolator dan peneliti. Karena sebagai pembelajaran para siswa sudah mulai
mana telah kita ketahui pada siklus I masih serius dalam melakukan permainan dan
dapat diaplikasikan dalam test tendangan
banyak siswa yang kurang siap dalam
samping, siswa dapat melakukan
melukakan tendangan samping sehingga permainan dan dalam melaksanakan tugas
pada saat pelaksanaan ada beberapa siswa yang telah diberikan secara aktif dan
kreatif. Secara keseluruhan baik siswa,
yang selalu menerima hukuman karena
guru dan peneliti melakukan pembelajaran
tidak dapat tendangan samping dengan dengan baik dan benar, siswa menikmati
tepat. Setelah diperhatikan secara seksama setiap permainan dan mengaplikasikan
hal ini terjadi karena siswa bergerak secara permainan tersebut di praktek Tendangan
samping dengan hasil yang memuaskan
statis pada saat tendangan samping dimana seluruh 87% telah tuntas melebihi
sehingga siswa banyak tidak siap dan target yang di capai.
kurang mampu melakukan gerakannya ANALISIS DATA

dengan tenang dan benar. Peningkatan sebanyak 30 siswa


Penerapan gaya mengajar ini yang lulus atau 87% dari jumlah
ternyata efektif untuk meningkatkan hasil keseluruhan siswa menunjukkan terjadinya
belajar tendangan samping pada siswa Kemajuan siswa dalam mengikuti
kelas X SMA Hang Tuah Belawan. pembelajaran tendangan samping dengan
Terbukti pada tabel hasil belajar siswa metode Pembelajaran resiprokal peneliti
berikut ini dengan peningkatan hasil dan kolaborator telah menemukan jawaban
belajar yang signifikan dari yang sebelum yang menjadi bahan penelitian, yaitu
nya penerapan gaya mengajar Pembelajaran
TABEL 4.5. Distribusi Hasil Belajar resiprokal dapat meningkatkan hasil
belajar tendangan samping.
Tendangan samping Siklus II
Tabel. 4.8 Hasil penilaian Tendangan
NO NILAI/SKOR F % SXF Samping
No Kategori Nilai Siklus 1 Siklus 2
1 67- 77 4 13.4% 268 kelulusan F % F %
1. Lulus > 75 20 67 26 87
2 78- 88 16 53.3% 1248
2. Tidak < 75 10 33 4 13
3 89- 100 10 33.3% 890 lulus
3. ∑ 30 100 30 100
JUMLAH 30 100% 2406

Berdasarkan tabel diatas dapat kita Dilihat dari tabel di atas dapat
simpulkan bahwa siswa yang tuntas disimpulkan bahwa pada pada siklus 1
sebanyak 26 siswa atau sekitar 87%
bahwa siswa yang lulus 20 (67%) siswa
dengan nilai minimum adalah 78, dan
dan yang tidak lulus 10 (33%) siswa, pada Peneliti dapat memberikan saran-saran
siklus 2 terlihat peningkatan yang sebagi berikut :
signifikan bahwa siswa yang lulus 1. Guru pendidikan jasmani harus
berjumlah 26 (87%) dan yang tidak lulus kreatif dalam menyikapi
berjumlah 4 (13%), jadi dapat disimpulkan kekurangan sarana dan prasarana
bahwa ada peningkatan hasil belajar pembelajaran yang ada di
lempar lembing di lihat dari siklus 1 sekolahnya.
dibandingkan dengan siklus 2. 2. Guru hendaknya memiliki dan
mendesain berbagai macam model-
KESIMPULAN
model pembelajran, agar siswa tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang
jenuh.
telah dipaparkan, secara umum dapat
3. Penerapan teknologi dalam
disimpulkan bahwa:
pendidikan jasmani juga diperlukan
1. Adanya peningkatan hasil belajar
untuk meningkatkan kualitas proses
siswa melalui gaya Resiprokal
pembelajaran
pembelajaran pendidikan jasmani
4. Penyampaian pembelajaran
tendangan Samping pada siswa
hendaknya disesuaikan dengan
kelas X SMA Hang Tuah
keadaan siswa di masing-masing
Belawan.
sekolah, supaya siswa dapat
2. Pada siklus I siswa cukup antusias
mengerti serta menguasai apa yang
dalam mengikuti pembelajaran
disampaikan oleh guru.
Tendangan Samping Sesuai
5. Guru dapat menerapkan metode
dengan refleksi, dengan nilai rata-
pembelajaran pendidikan jasmani
rata kelas pembelajaran
dengan pembelajaran Resiprokal
Tendangan Samping adalah 76
sebagai salah satu pendekatan
dengan persentase ketuntasan
dalam mengajar, agar siswa tidak
67% siswa yang lulus dan hasil
bosan, dan lebih aktif dalam proses
belajar siswa pada siklus kedua
pembelajaran.
adalah 80 dengan persentase
ketuntasan 87%
3. Jadi dapat disimpulkan adanya DAFTAR PUSTAKA
peningkatan yang signifikan hasil Agung, Sunarno. (2005). Evaluasi Hasil
belajar pada siklus II. Belajar Pendidikan Jasmani.

Saran Diktat perkuliahan.


Djamarah .(2002). Belajar dan praktik. Jakarta: Asdi
pembelajaran. Jakarta : Mahasatyata
Penerbit PT.Gramedia Pustaka
Umum Suryosubroto B, 2009. Proses belajar
mengajar disekolah. Jakarta. Rineka Cipta
http://wengayo.blogspot.com/2010/06/anal
isis-tendangan-lurus- www.teknopenjasirfan.blogspot.com
pencak-silat.html
Husdarta dkk.(2000). Belajar dan
pembelajaran. Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah Bagian
Proyek Penataran Guru SLTP
setara D-III

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005).


KBBI. Jakarta: Departemen
pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan
tinggi Proyek Pembinaan tenaga
Kependidikan
Muhibbinsyah. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2003. Menjadi Guru
Professional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muska,musston.2000. Teaching Physical
Education. Ikip Jakarta
Rusli,dkk, (2004). Supervisi Pendidikan
Jasmani. Depdikdud : Direktorat
Jendral Pendidikan dasar dan
menengah.
Slameto. 2003. Belajar & Factor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsimi,Arikunto.(2006).prosedur
penelitian suatu pendekatan

Anda mungkin juga menyukai