YAYASAN SIPATOKKONG
AKADEMI KEBIDANAN (AKBID)
BINA SEHAT NUSANTARA BONE
Jln. DR. Wahidin Sudiro Husodo Watampone No. 75, Tlp./fax 0481-2911834,
Email ;
Akbid bsnwtp@yahoo.co.id
VISI : “terwujudnya AKBID BSN sebagai perguruan tinggi yang berkualitas, bermartabat dan
berdaya saing nasional pada tahun 2032”
KATA PENGANTAR
Direktur
ii
DAFTAR ISI
iii
B. Jenis-jenis Pemrosesan Alat ............................................................ 28
C. Daftar Tilik ...................................................................................... 29
iv
BAB XI PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN DAN PERAWATAN LUKA
A. Perawatan Pasca Bedah ................................................................... 86
B. Konsep Dasar Dalam Perawatan Luka ............................................ 87
C. Daftar Tilik Perawatan Luka ........................................................... 93
v
BAB I
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1
physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs
(kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa
kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri),
dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
1. Kebutuhan fisiologis (Physiological) . Jenis kebutuhan ini berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan,
minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan
untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan
seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi
rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk
memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku
pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang
tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security
needs).Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak,
kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas,
proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika
tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat
menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya
3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging
needs). Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas
terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan
rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari
dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk
menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub
peminatan dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian
akan timbul.
4. Kebutuhan akan harga diri(esteem needs) . Kemudian, setelah ketiga
kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri.
Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one.
2
Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi.
Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri,
kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini
tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).Kebutuhan terakhir
menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk
mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham
Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-
kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain,
dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor
potensialnya secara sempurna.
3
b. Cara kompensasi, Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap
ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh, apabila secara tiba-tiba
lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan
mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam
untuk meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat
menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil, pelebaran pupil untuk
meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh,
peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu badan.
c. Cara umpan balik negatif. Proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal. Dalam keadaan abnormal tubuh secara otomatis akan
melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.
d. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.Sebagai
contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses
peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang
cukup ke sel tubuh.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional
dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan
interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur
masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme pertahanan
diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul.
2. Hemodinamik
Homeodinamik merupakan pertukaran energi secara terus-menerus
antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak
hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan
lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai
unit yang merupakan satu kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-
beda, proses hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan lingkungan
yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta memiliki keunikan
4
tersendiri dalam proses homeodinamik ini.Adapun beberapa prinsip
hemodinamik adalah sebagai berikut :
a. Prinsip integralitas. Prinsip utama dalam hubungan antara manusia
dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan proses
kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya interaksi
manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
b. Prinsip resonansiPrinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu
berirama dan frekuensinya bervariasi, mengingat manusia memiliki
pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.
c. Prinsip helicy. Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan
manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara
manusia dan lingkungan.
3. Perkembangan Manusia
Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup
panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya
menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase
perkembangan.
Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan
meliputi urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa
awal anak anak, masa pertengahan dan akhir anak anak, masa remaja,
masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.
Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini
memberi suatu gagasan umum kapan suatu periode mulai dan berakhir.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pada setiap periode tahap
tahap perkembangan manusia:
a. Periode prakelahiran (prenatal period)
Adalah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini
merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal
hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak
dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.
5
b. Masa bayi (infacy)
Adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran
hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat
bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang
terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis,
koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
c. Masa awal anak anak (early chidhood)
Adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi
hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin
mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan
keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah,
mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk
bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu
sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.
d. Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood)
Adalah periode perkembangan yang merentang dari usia kira
kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun
tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun
sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti
membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal
berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi
menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri
mulai meningkat.
e. Masa remaja (adolescence)
Adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan
tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
6
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan
semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
f. Masa awal dewasa (early adulthood)
Adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia
belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada
usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian
pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak
orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang
secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
g. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood)
Adalah periode perkembangan yang bermula pada usia kira
kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan
tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung
jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya
menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta
mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
h. Masa akhir dewasa (late adulthood)
Adalah periode perkembangan yang bermula pada usia
enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini
adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan
kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian
diri dengan peran peran sosial baru.
7
BAB II
MEMENUHI KEBUTUHAN FISIK
A. Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenisasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang merupakan kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan
oksigenisasi ditujukanuntuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas untuk berbagai organ
atau sel.
1. Sistem Pernapasan yang terdiri atas :
a. Saluran pernapasan bagian atas, Terdiri atas hidung, faring dan
epitologis. Saluran ini berfungsi dalam menyaring, menghangatkan,
dan melembapkan udara yang dihirup.
b. Saluran pernapasan bagian bawah, Terdiri atas trachea, bronkus,
segmen bronchi, dan bronchiolus. Saluran ini berfungsi mengalirkan
udara dan memproduksi surfaktan.
c. Paru-paru, Merupakan organ pertama dalam sistem pernapasan.
Terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Terdiri atas dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan
kiri. Berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.
2. Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan,
yaitu:
a. Ventilasi, Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
2) Adanya kondisi jalan napas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
8
b. Difusi, Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO2dari kapiler ke alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Luasnya permukaan paru-paru
2) Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan
interstisial).
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
4) Afinitas gas
c. Transportasi, Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Proses transportasi
gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Kardiak output
2) Kondisi pembuluh darah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi, yaitu :
a. Saraf otonom
b. Hormonal dan obat
c. Alergi pada saluran napas
d. Faktor perkembangan
e. Faktor lingkungan
f. Faktor prilaku
4. Gangguan/masalah dalam pemenuhan kebutuhan oksigenisasi, yaitu :
a. Hipoksia
b. Perubahan pola pernapasan
b. Obstruksi jalan napas
c. Pertukaran gas
5. Tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigen, antara lain :
a. Latihan napas
b. Latihan batuk efektif
b. Pemberian oksigen
c. Fisioterapi dada
d. Pengisapan lender
9
B. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Pengaturan kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh diatur oleh :
a. Ginjal, Fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
b. Kulit, Fungsi kulit berkaitan dengan proses pengaturan panas. Melalui
kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air yang
jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar
keringat dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, dan
melalui kondisi tubuh yang panas.
c. Paru-paru, Fungsi paru-paru berkaitan dengan respons akibat
perubahan frekuensi dan kemampuan bernapas. Organ paru-paru
menghasilkan Insensible water loss ± 400 ml/hari.
d. Gastrointestinal, Berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang
hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.
e. Sistem endokrin (hormonal), Mekanisme rasa haus dapat
merangngsang pelepasan rennin. Mekanisme ini dikontrol oleh sistem
hormonal, yakni ADH (Anti Diuretik Hormon), aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.
2. Cara pemindahan cairan, antara lain :
a. Difusi, (bercampurnya molekul-molekul dalam cairan,gas/zat padat
secara acak).
b. Osmosis, (proses perpindahan pelarut murni melalui membrane
semipermiabel).
c. Transpor aktif, (menerima/memindahkan molekul dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi).
3. Faktor yang berpengaruh dalam cairan, yaitu :
a. Tekanan cairan
b. Membran semipermiabel
10
4. Jenis-jenis cairan, antara lain :
a. Cairan zat gizi (nutrien), Seperti karbohidrat dan air, asam amino, dan
lemak.
b. Blood volume expanders, Seperti human serum albumin dan dextran
dengan konsentrasi yang berbeda.
C. Kebutuhan Nutrisi
Salah satu fungsi Nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat
menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan, yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris.
1. Saluran pencernaan, terdiri dari :
a. Mulut, Di dalam mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui
proses mengunyah. Makanan akan dihancurkan sampai merata dengan
bantuan enzim emilase yang akan memecah amilun menjadi maltosa.
Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva
untuk mencerna hidrat arang, khususnya amilum dan melicinkan bolus
sehingga mudah ditelan.
b. Faring dan esophagus, Faring langsung berhubungan dengan esofagus,
sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang 20-25cm yang
terletak di belakang trakhea dan di depan tulang punggung, kemudian
masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan
langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
Esofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring
menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan
panjang 2cm. Kedua ujungnya dilindungi oleh sphincter.
c. Lambung, Lambung memilik fungsi Motoris dan fungsi sekresi
pencernaan, fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah
makanan menjadi partikel kecil, dan mencampurnya dengan asam
11
lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi
pepsinogen renin, dan lipase.
d. Usus halus, Usus halus mencerna dan mengabsorpsi Chyme dari
lambung. Zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus
halus, yakni pada duodenum. Di sini terjadi absorpsi besi, kalsium,
dengan bantuan Vitamin D, A, E, dan K dengan bantuan empedu dan
asam folat.
e. Usus besar, Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air(90%),
elektrolit, Vitamin dan sedikit glukosa.
2. Organ assesoris, terdiri dari :
a. Hati
b. Kantong empedu
c. Pankreas
3. Zat gizi merupakan zat yang terdapat di dalam makanan, yang terdiri dari :
a. Karbohidrat
b. Lemak
c. Protein
d. Mineral
e. Vitamin
f. Air
D. Kebutuhan Eliminasi
Terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
1. Kebutuhan eliminasi urine
a. Organ yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine, adalah
:Ginjal, Kandung kremih, Uretra.
b. Komposisi urine :Air (96%), Larutan (4%).
1) Larutan Organik (urea, amona, kreatin, dan asam urat)
2) Larutan Anorganik (Na, Cl, K,SO4, Mg, NaCl, dan fosfor)
c. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine, antara lain :
1) Diet dan asupan
2) Respons keinginan awal untuk berkremih
12
3) Gaya hidup
4) Stess psikologis
5) Tingkat aktivitas
6) Tingkat perkembangan
7) Kondisi penyakit
8) Sosiokultural
9) Kebiasaan seseorang
10) Tonus Otot
11) Pembedahan
12) Pengobatan
13) Pemeriksaan diagnostic
d. Tindakan untuk mengatasi masalah eliminasi urine , antara lain:
1) Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
2) Menolong buang air kecil dengan menggunakan urineal
3) Melakukan kateterisasi
13
2. Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton 1986)
Tabel kebutuhan tidur manusia
Umur Tingkat Perkembangan Jumlah kebutuhan tidur
0-1 Bulan Bayi Baru Lahir 14-18 jam/hari
1-18 Bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
18 Bln-3Thn Masa Anak 11-12 jam/hari
3-6 Tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
6-12 Tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
12-18 Tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
18-40 Tahun Masa Dewasa 7-8 jam/hari
40-60 Tahun Masa Muda Paruh Baya 7 jam/hari
60 Thn ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
F. Kebutuhan Stimulasi
Kebutuhan stimulasi meliputi berbagai kegiatan yang merangsang
semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap),
merangsang gerakan kasar dan halus, berkomunikasi, emosi-sosial,
kemandirian, berpikir, dan berkreasi. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini
akan besar pengaruhnya pada berbagai kecerdasan anak (multipel inteligen)
G. Kebutuhan Seksusalitas
14
senggama, atau melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh,
etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.
Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu
konsep, kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan
dengan seks.
15
BAB III
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
A. Pengertian Psikososial
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik
yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal
balik.Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh
timbal balik sebagai akibat terjadinya perubahan sosial atau gejolak sosial
dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).
Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan
pemasungan, penderita gangguan jiwa. Masalah anak: anak jalanan dan
penganiayaan anak. Masalah anak remaja: tawuran dan kenakalan,
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Masalah seksual: penyimpangan
seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan sosial,
stress paska trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir.
Masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan
produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain. Serta HIV/AIDS.
16
4. Harga diri, Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu
sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami
kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain.
5. Peran diri, Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
6. Identitas diri, Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
7. Kepuasan penampilan peran, Individu yang mempunyai kepribadian sehat
akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat
kepuasan, dapat memercayai dan terbuka pada orang lain serta membina
hubungan interdependen.
17
e. Pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
f. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan
percaya diri, sementarayang tidak berhasil akan merasa tidak cukup
dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. Masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya
akan dunia melaluipermainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
c. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten
dalam memimpinorang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab
dan prakarsa.
d. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan
bersalah, perasaanragu-ragu, dan kurang inisiatif.
e. Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga
terhadapkeberhasilan dan kemampuan mereka.
c. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru
membangun perasaankompeten dan percaya dengan ketrampilan yang
dimilikinya.
d. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari
orang tua, guru,atau teman sebaya akan merasa ragu akan
kemampuannya untuk berhasil.
e. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat
denganpengalaman baru.
f. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka
mengarahkanenergi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual.
18
g. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah
berkembangnya rasarendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak
produktif.
h. Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan
anak-anak.
5. Identity vs Identify Confusion (identitas vs kebingungan identitas)
a. Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun.
b. Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun
kepakaan dirinya.
c. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana
mereka menujudalam kehidupannya.
d. Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang
dewasa, pekerjaan dan romantisme.
e. Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka
identitas positif akandicapai.
f. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak
secara memadaimenjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif
tidak dijelaskan, makakebingungan identitas merajalela.
g. Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi
personal, kepekaandiri, perasaan mandiri dan control dirinya akan
muncul dalam tahap ini.
h. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan
hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan
masdepannya.
6. Intimacy vs Isolation (keintiman vs keterkucilan)
a. Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b. Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang
dekat & siap berkomitmen dengan orang lain.
c. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan
yang komit danaman.
19
d. Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan
yang intim.
e. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan
jarak dalaminteraksi dengan orang.
7. Generativity vs Stagnation (bangkit vs stagnan)
a. Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b. Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus
terhadap karirdan keluarga.
c. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa
mereka berkontribusi terhadap dunia .
d. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan
tidak terlibat didunia ini.
8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a. Terjadi selama masa akhir dewasa.
b. Cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya
percuma danmengalami banyak penyesalan.
d. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
e. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat
mencerminkan keberhasilandan kegagalan yang pernah dialami.
f. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi
kematian.
20
BAB IV
PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI
21
C. Penatalaksaan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu
mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya
(ibu, bayi baru lahir, dan para penolong persalinan) sehingga dapat
memutus rantai penyebar infeksi, penatalaksanaan pencegahan infeksi
antara lain sebagai berikut :
1. Cuci tangan, Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari
pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Cuci tangan harus dilakukan :
a. Segera setelah tiba ditempat kerja
b. Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu atau bayi
baru lahir
c. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
d. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
e. Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau
robekan sarung tangan)
f. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah
atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa
(misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang
menggunakan sarung tangan
g. Setelah kekamar mandi
h. Sebelum pulang kerja
Prosedur cuci tangan :
a. Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
b. Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir
c. Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau yang
mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik (pastikan
menggosok sela – sela jari). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci
lebih lama.
d. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
22
e. Biarkan tangan kering dengan cara diangin – anginkan atau keringkan
dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
f. Bila menggunakan sabun padat (misalnya sabun batangan), gunakan
dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah
yang berlubang-lubang untuk mencegah air menggenangi sabun
tersebut.
g. Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke dalamwadah
berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutanantiseptik.
Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembangbiak dalam
larutan tersebut.
h. Bila tidak tersedia air mengalir :
1) Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada
saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas.
2) Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
3) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan.
4) Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba
berbahan dasar alkohol (campurkan 100 mL 60-90% alkohol
dengan 2 mL gliserin. Gunakan kurang lebih 2 mL dan gosok
kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali).
i. Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan
menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk
basah/ lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme
berkembang biak.
j. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan,
kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di
kamar mandi. (Wiknjosastro, G, 2008).
2. Memakai Sarung Tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah
(kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya) atau
peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.
23
Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan
untukmenangani setiapibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak
langsung untuk menghindarikontaminasi silang atau gunakan sarung
tangan yang berbeda untuk situasiyang berbeda pula.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian sarung
tangan :
a. Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk
prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau
pengambilan darah
b. Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah
atau cairan tubuh
c. Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah atau cairan
tubuh.
Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya
sangat terbatas, sarung tangan bisa digunakan berulang kali jika
dilakukan dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan berulang kali,
jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin telah terjadi
robekan / lubang yang tidak terlihat atau sarung tangan dapat robek
pada saat sedang digunakan.
24
AKADEMI KEBIDANAN (AKBID)
BINA SEHAT NUSANTARA BONE
Jln. DR. Wahidin Sudiro Husodo No. 75 (0481) 2911834; Email. akbid bsn wtp@yahoo.co.id
DAFTAR TILIK
PENCEGAHAN INFEKSI
Tanggal Penilaian :
Nama mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 0 (nol) : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan.
Nilai 1 (satu) : Mampu
Langkah dikerjakan tetapi kurang tepat.
Nilai 2 (dua) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai
prosedur.
25
MEMAKAI SARUNG TANGAN
4 Untuk kontak dengan darah atau tubuh lainnya
membrane mukosa dan kulit yang tak utuh.
5 Saat menangani alat/bahan/barang yang
terkontaminasi.
PEMBROSESAN ALAT/SARUNG TANGAN BEKAS PAKAI
6 Dokumentasi
Merendam alat/sarung tangan bekas pakai di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
7 Mendokumentasi permukaan yang
terkontaminasi menggunakan klorin 0,5%.
8 Pencuci.
Mencuci alat bekas pakai dalam keadaan
terbuka atau lepas menggunakan
deterjen/sabun cair dan menyikat bagian
NILAI
No LANGKAH
1 2 3
bergerigi dan membilasnya menggunakan air
bersih dan dikeringkan untuk diproses lebih
lanjut.
9 Petugas memakai sarung tangan rumah tangga,
celemek, masker/pelindung wajah saat mencuci
peralatan.
10 Desinfeksi tigkat tinggi.
Merebus peralatan dalam panici tertutup dalam
keadaan semua perlatan terendam secara
menyeluruh selama 20 menit setelah air
mendidih.
11 Mengukus peralatan/sarung tangan dalam
keadaan tertutup selama 20 menit, setelah uap
keluar baru tutup panci.
12 Meredam peralatan dalam larutan klorin 0,1%
selama 20 menit, kemudian dibilas
menggunakan air DTT.
13 DTT wadah plastik menggunakan klorin 0,5%
selama 20 menit, kemudian membilasnya
dengan air DTT.
14 Sterilisasi.
Menggunakan otoklat : suhu 1210C (2500F),
mimal 20 menit tanpa bungkus/30 menit untuk
peralatan dibungkus.
15 Menggunakan panas kering (oven) : 60 menit
170 C/340 F atau 120 menit 160 C/320 F atau
150 menit, 150 C atau 300 F atau 180 menit 140
C/285 F atau semalaman 121 C/250 F.
26
16 Penyimpanan.
Alat-alata yang telah diproses, disimpan dalam
wadah steril/DTT tertutup dengan lebel tanggal
pemprosesan.
PENANGANAN SAMPAH
17 Menyediakan tempat terpisah untuk sampah
tidak terkontaminasi, sampah terkontaminasi
dan tempat sampah tahan tembus untuk
membuang benda-benda tajam yang tidk
digunakan lagi.
18 Menangani sampah terkontaminasi dalam
wadah anti bocor dan tertutup untuk dibakar
atau dikubur.
Nilai………………………….
DOSEN,
(.............................)
27
BAB V
PEMROSESAN ALAT / INSTRUMENT
A. Definisi
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian
besar mikroorganisme berbahaya penyebab penyakit dari peralatan kesehatan
yang sudah terpakai. Pemrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan yang
dilakukan untuk membunuh kuman pada alat – alat medis. Pemrosesan alat
dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara
dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.
28
atau sudah digunakan. Baik seterilisasi maupun desinfeksi tingkat tinggi
menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya.jika benda –
benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah
didekontaminasi,bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan
menghilangkan bahan – bahan organic,lalu cuci dengan seksama secepat
mungkin.
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dari peralatan, sterilisasi tidak selalu memungkinkan
dan tidak selalu praktis. DTT bisa dijangkau dengan cara merebus,
mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua organisme
kecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
4. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran
semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui
proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai tindakan
untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat
pada alat perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas
tinggi atau bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi
panas kering,strerilisasi gas ( formalin, H2O2 ), rdiasi ionisasi.
C. Daftar Tilik
No.Dokumen :
29
…… TILIK
Tanggal terbit:
Halaman : 1/
Tidak
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
Berlaku
30
10 Apakah Petugas mengambil alat dengan
korentang dan memindahkan alat ke
tempat steril
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Sterilisator jangan dibuka selama
proses
b. Alat-alat yang dapat disterilkan hanya
alat-alat yang terbuat dari logam
.....,…..……………………
Pelaksana/Auditor
………..
BAB VI
PENANGANAN PEMBUANGAN SAMPAH
31
mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya
lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila
dibandingkan dengan insinerator.
Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-
obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah
tersebut tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan
dengan cara merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-
ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke
pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat
diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin
kecil di India dan rumah sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses
industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau
medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.
32
kota pada umumnya. Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak
terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi
kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.
Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah
sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan
potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam
limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia,
radio aktif dan limbah plastik.
33
1. Reduce (Mengurangi)
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin
banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang).
Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah.
34
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
BINA SEHAT NUSANTARA BONE
Jln. DR. Wahidin Sudiro Husodo No 75 (0481) 2911834; Email. Akbid bsn wtp@yahoo.co.id
Nama petugas :
Unit pelayanan :
Tanggal :
35
Sampah Medis
1
Apakah petugas Paramedis memakai sarung tangan ?
Apakah petugas Paramedis memasukkan sampah
medis Infeksius/Toksik/Kimia kedalam tempat
2
sampah yang telah dilapisi kantong plastik berwarna
Kuning ?
Apakah petugas kebersihan mengganti kantong
3
plastik setiap hari ?
Apakah petugas kebersihan mengumpulkan sampah
dari setiap ruangan dan dikumpulkan di tempat
4 penampungan sementara puskesmas, untuk
selanjutnya diambil oleh pihak ke III (PT Putra
Restu Ibu Abadi ) ?
Sampah Medis yang tajam
Apakah petugas paramedis memasukkan sampah
5
medis tajam (Jarum, Ampul, Pisau Operasi) masukan
ke dalam kotak khusus/Safety Box ?
Apakah setelah safety box berisi ¾ bagian, kotak
khusus dikumpulkan di tempat penampungan
6 sampah medis sementara Puskesmas Kabuh oleh
petugas kebersihan setiap hari dan diambil oleh PT
Putra Restu Ibu Abadi ?
Apakah pengambilan Sampah Medis Puskesmas
kabuh oleh PT Putra Restu Ibu Abadi untuk
7
diproses dan di catat di Berita acara pengiriman
Limbah ?
Penanganan Limbah/ Sampah non medis
8
Apakah petugas paramedis memakai sarung tangan ?
Apakah petugas memasukan sampah kedalam tempat
9
sampah yang sudah dilapisi dengan kantong plastik
36
berwarna Hitam. ?
Apakah petugas kebersihan mengganti kantong
plastik setiap hari ?
Apakah petugas Kebersihan mengirim sampah non
medis ke tempat penampungan sementara puskesmas
kabuh setiap hari ( Pagi Jam 07.00 WIB , Siang Jam
14.00 WIB ) ?
Apakah petugas Kebersihan cuci tangan dengan
sabun hingga bersih setelah melakukan tugasnya ?
(............................)
37
BAB VII
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU
38
ini. Informasi ini menjadi bagian dari catatan/rekam medis (medical record)
pasien, menjadi dasar de. ata awal dari temuantemuan klinis yang kemudian
selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan sepanjang waktu.
Prinsip Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik :
1. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan .
2. Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak panjang, sehingga tidak menyakiti
pasien.
3. Terlebih dahulu hangatkan tangan dengan air hangat sebelum menyentuh
pasien atau gosok bersama-sama kedua telapak tangan dengan telapak
tangan satunya.
4. Jelaskan pada pasien secara umum apa yang akan dilakukan .
5. Gunakan sentuhan yang lembut tetapi,tidak menggelitik pasien dan cukup
kuat untuk memeperoleh informasi yamg akurat.
6. Buatlah pendekatan dan sentuhan sehingga menghargai jasmani pasien
dengan baik, serta sesuai dengan hak pasien terhadap kepantasan dan atas
hak pribadi.
7. Tutupi badab pasien selama pemeriksaan dan hanya bagian yang di periksa
yang terbuka.
Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara
komprehensif.
39
ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe.
Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk buah dada dan pigmentasi putting
susu. Pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut membesar ke depan
atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya
striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadaan perineum,
ada tidaknya tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan
ekstremitas untuk menilai ada tidaknya varises.
2. Palpasi ( Meraba )
Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim.
Pemeriksaan secara palpasi di lakukan dengan menggunakan metode
leopold , yakni :
a. Leopold I
40
b. Leopold II
41
2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus.
Jika teraba bagian tang bulat, melenting keras, dan dapat
digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian
yang bulat, besar, lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah
bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian
seperti yang diatas, maka pertimbangan apakah janin dalam letak
melintang.
3) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan
kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan
merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini
ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan).
4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala,
goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum
masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan, berarti
kepala sudah masuk panggul). Lalu lanjutkan pada pemeriksaan
Leopold VI untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk
panggul.
d. Leopold IV
42
4) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti
kepala belum masuk ke panggul. Jika kedua tangan divergen
(tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk ke panggul.
3. Perkusi (ketukan)
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendegarkan
bunyi getaran/gelombang suara yang di hantarkan kepermukaan tubuh
dari bagian tubuh yang di periksa. Pemeriksaan di lakukan dengan
ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan
getaran/gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui.
Derajat bunyi di sebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang di hasilkan
dapat menentukan lokasi , ukuran , bentuk , dan kepadatan struktur di
bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan ,
semakin lemah hantarannya dan udara/gas paling resonan.
4. Auskultasi (mendengar)
Auskultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan
mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ tubuh. Hal ini
dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara
membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi, dilakukan umumnya
dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan bunyi jantung
anak,bising talipusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta , serta
bising usus. Bunyi jantung anak dapat di dengar pada akhir bulan ke-5,
walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-3.
Bunyi jantung pada anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali
pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka
presentasidi daerah bokong. Bila terdengar pada pihak berlawanan dengan
bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit.
Bunyi jantung dihitung dengan menedengarknnya selama 1 menit penuh.
Bila kurang dari 120 kli per menit atau lebih dari 140 per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung
anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti denyut nadi ibu, bunyi
43
aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya
tidak teratur.
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN ANC
KUNJUNGAN ANTENATAL
KASUS
NO LANGKAH KERJA 1 2 3 4 5
1 MENYAMBUT IBU
Menyambut ibu dengan seorang yang menemani ibu
Keluhan umum
Kekhawatiran-kekhawatiran khusus
44
Jumlah anak yang lahir hidup
Jumlah keguguran
Masalah lain
Hipertensi
Diabetes
Malaria
Penyakit kelamin/HIV/AIDS
Lainnya
Riwayat KB
Dukungan Keluarga
45
Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
9 PAYUDARA
Dengan posisi tangan klien disamping, lalu memeriksa
46
payudara :
Massa
Pembesaran pembuluh limfe
10 ABDOMEN
Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
Oedema
Pucat pada kuku kaki
47
kemudian klitoris, lubang uretra dan introitus vagina
untuk melihat adanya :
Pembengkakan
Massa atau kista
Cairan
48
Cairan atau darah
Luka
Protein urine
Hemoglobin
Glukosa urine
16 PEMBELAJARAN/PENDIDIKAN KESEHATAN
Memberitahukan kepada ibu hasil temuan dalam
49
pemeriksaan
Nutrisi
Olah raga ringan
Istirahat
Kebersihan
Pemberian ASI
KB pasca salin
Tanda-tanda bahaya
Aktifitas seksual
Kegiatan sehari-hari/pekerjaan
Obat-obatan dan merokok
Body mekanik
Pakaian/sepatu
17 PROMOSI KESEHATAN
Memberikan imunisasi TT, jika dibutuhkan
Sarana transportasi
50
Persiapan biaya
Pembuatan keputusan dalam keluarga
Donor darah
TANGGAL
PARAF PEMBIMBING
51
BAB VIII
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI DAN ANAK BALITA
52
antara 100-160 kali per menit. Masih dalam keadaan normal apabila diatas
60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali
per hari, dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami
distress
4. Ukur Suhu Aksila
Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan
apakah bayi dalam keadaan hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi
normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius.
5. Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya
epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit
ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya kejang/spasme, serta
tremor.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan
istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut
semifleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit
ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan
mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi
penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan
ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai
dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.
6. Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu
penurunan kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit
kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang,
mengantuk, aktifitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak
merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal
dengan tingkat kesadaran mulai dai diam hingga sadar penuh serta bayi
dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.
53
7. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan
ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal
(menghadap kedalam atau keluar garis tangan ), serta menilai kondisi jari
kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
8. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya
kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka
atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta
ada tidaknya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah popok pada
bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum
(titik merah dan pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung ) pada
hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.
9. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak,
bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal
apabila warna tali pusat kebiruan pada hari pertama dan mulai mongering
atau mengacil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
10. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna,
adanya lanugo, terutama pada daerah bahu dan punggung.
b. Pemeriksaan wajah dan tengkorak dapat dilihat adanyamaulage, yaitu
tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat
simetris atau tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada
kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta
menyebrangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari
).Adanya cepal hematum terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak
pada hari pertama karena tertutup olehcaput
succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada
54
tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura, dan apabila
menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang
akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya pendarahan
yang terjadi karena pecahnya vena ysang menghubungkan jaringan
diluar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk
kepala tampak simetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya
fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah
menilai fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari
tangan, kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses penutupannya
setelah usia dua bulan, dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18
bulan.
c. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya
adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga
mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan
jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka
kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan adanya
epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom
down. Pada glaucoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi
kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila
terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata
maka dapat terjadi edema palpebral, perdarahan konjungtifa, retina,
dan lain-lain.
d. Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika
terjadi reflex terkejut, apabila tidak terjadi reflex, maka kemungkinan
akan terjadi gangguan pendengaran.
e. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola
pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana
bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensevalokel yang menonjol ka
55
naso faring, sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan
gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa.
Apabila secret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya
penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
f. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang
ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna
dan kemampuan reflex mengisap. Apabila ditemukan lidah yang
menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan
kongenital.
g. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut
sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa un tuk menilai
adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang
tidak sempurna.
h. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila
terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi
kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan
lain-lain.
11. Pemeriksaan Dada dan Punggung
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada daerah dada dan
punggung, yang dilakukan untuk melihat adanya kelainan bentuk, melihat
adanya gangguan pada pernapasan seperti apabila ditemukan pernapasan
paradoksal dan retraksi pada inspirasi, adanya kesimetrisan. Apabila tidak
simetris maka kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika dan pernapasan normal bayi pada
umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan,
frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit,
perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic
breathing dimana pola pernapasan pada neonates terutama pada prematur
adanya henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
Kadang-kadang pada kelenjar susu pada bayi ditemukan air susu karena
pengaruh hormonal.
56
Pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya
fraktur klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan
posisi jantung, secara auskultasi frekuensi jantung dilakukan dengan
menggunakan stetoskop dengan menilai jumlah frekuensi jantung secara
normal bayi antara 120-160 kali per menit. adanya bising sering
ditemukan pada bayi, bunyi pernapasan pada bayi adalah bronkovesikuler
dan terdengarnya bising usus pada daerah dada menunjukkan adanya
hernia diafragmatika.
12. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara
inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen. Apabila didapatkan abdomen
membuncit yang dapat diduga kemungkinan disebabkan
hepatosplenomegali atau cairan didalam rongga perut, adanya kembung
apabila didapatkan adanya perforasi usus atau ileus. Pada perabaab hati
biasanya teraba 2-3 cm dibawah arcus kosta kanan, limpa teraba 1 cm
dibawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan
pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding
perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi
umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Dan bagian-bagian ginjal
dapat diraba sekitar 2-3 cm adanya pembesaran pada ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan atau thrombosis vena
renalis.
13. Pengukuran Antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri
seperti berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila
ditemukan berat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi
memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila
ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi
dimasukkan dalam kelompok makrosomia.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang
badan secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm,
57
pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran
lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. apabila ditemukan diameter
kepala lebih besar 3 cm dari lngkar dada, maka bayi menggalami
hidrosefalus ddan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar
dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
14. Pemeriksaan Genetalia
Pemeriksaan genetalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor
yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina
seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka
didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada secret pada lubang vagina,
hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering
didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bbayi adalah 3-4 cm
dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah
adanya hipospadia yang merupakan defek dibagian ventral ujung penis
atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada
dorsum penis.
15. Pemeriksaan Anus dan Rectum
Pemeriksaan anus dan rectum dapat dilakukan untuk menilai
adanya kelainan otresia ani atau mengetahui posisinya, adanya meconium
secara umum keluarnya pada 24 jam apabila ditemukan dalam waktu 48
jam belum keluar maka dimungkinkan adanya meconium plug syndrome,
megakolon atau obstraksi saluran pencernaan.
16. Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau
tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal
apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat
dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah.
Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.
58
17. Pemeriksaan Refleks
Panduan pemeriksaan reflex ini dapat dilihat pada table berikut :
Pemeriksaan cara Kondisi Kondisi
Refleks Pengukuran Normal Patologis/abnorm
al
Berkedip Sorotkan Dijumpai Jika tidak dijumpai
cahaya ke pada tahun menunjukkan
mata bayi pertama kebutaan
Tanda Babinzki Gores telapak Jari kaki Bila
kaki mengembang pengembangan jari
sepanjang dan ibu jari kaki dorso fleksi
tepi luar, kaki dorsof setelah usia 2
dimulai dari leksi, tahun, adanya
tumit dijumpai tanda lesi
sampai usia 2 ekstrapiramidal
tahun
Merangkak Letakkan Bayi membuat Apabila gerakan
bayi gerakan tidak simetris
tengkurap merangkak adanya tanda
diatas dengan lengan kelainan
permukaan dan kaki bila neurologis.
yang rata. diletakkan
pada
abdomen.
Menari/melangka Pegang bayi Kaki akan Reflex menetap
h sehingga bergerak ke melebihi 4-8
kakinya atas dank e minggu merupakan
sedikit bawah bila keadaan abnormal
menyentuh sedikit
permukaan disentuhkan
59
yang keras ke permukaan
keras
dijumpai pada
4-8 minggu
pertama.
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah ekstensi Ekstensi lidah yang
dengan ujung ke arah luar persisten adanya
spatel lidah bila disentuh, sindrom down
dijumpai pada
usia 4 bulan
Galant’s Gores Punggung Tidak adanya
punggung bergerak kea reflex
bayi rah samping menunjukkan lesi
sepanjang sisi bila medulaspinalis
tulang distimulasi, transversal
belakang dari dijumpai pada
bahu sampai 4-8 minggu
bokong pertama
Moro Ubah posisi Lengan Reflex yang
dengan tiba- ekstensi, jari- menetap lebih pada
tiba atau jari 4 bulan. Adanya
pukul mengembang, kerusakan otak,
meja/tempat kepala respons tidak
tidur terlempar ke simetris. Adanya
belakang, hemiparesis,
tungkai fraktur klavikula
sedikit atau cedera fleksus
ekstensi, brakialis, tidak ada
lengan respons ekstremitas
kembali ke bawah, adanya
60
tengah dengan dislokasi pinggul
tangan atau cedera
menggengga medulla spinalis.
m tulang
belakang dan
ekstremitas
bawah
ekstensi.
Lebih kuat
selama 2
bulan
menghilang
pada usiia 3-4
bulan.
Neck righting Letakkan Bila bayi Tidak ada reflex
bayi dalam terlentang, atau reflex
posisi bahu dan menetap lebih dari
terlentang, badan 10 bulan
coba menarik kemudian menunjukkan
perhatian pelvis berotasi adanya gangguan
bayi dari satu kea rah system saraf pusat
sisi dimana bayi
diputar dan
dijumpai
selama sepulu
bulan pertama
Menggenggam Letakkan jari Jari-jari bayi Fleksi yang tidak
(palmar grasp) ditelapak melengkung simetris
tangan bayi disekitar jari menunjukkan
dari sisi yang adanya paralisis,
61
ulnar, jika diletakkan reflex
reflex lemah ditelapak menggenggam
aatau tidak tangan bayi yang menetap
ada berikan dari sisi ulnar, menunjukkan
bayi botol reflex ini ggangguan serebral
atau dot, menghilang
karena pada usia 3-4
mengisap bulan
akan
mengeluarka
n refleks
62
lengan dalam pendengaran
merespons
terhadap suara
yang keras,
tangan tetap
rapat, reflex
ini akan
menghilang
setelah usia 4
bulan
Mengisap Berikan bayi Bayi Reflex yang lemah
botol dan dot mengisap atau tidak ada
dengan kuat menunjukkan
dalam kelambatan
berespons perkembangan atau
terhadap kkeadaan
stimulasi, neurologis yang
reflex ini abnormal
menetap
selama masa
bayyi dan
mungkin
terjadi selama
tidur tanpa
stimulasi
Tonic neck Putar kepala Bayi Tidak normal bila
dengan cepat melakukan respons terjadi
ke satu sisi perubahan setiap kepala
posisi bila diputar, jika
kepala diputar menetap adanya
63
ke satu sisi, kerusakan serebral
lengan dan mayor.
tungkai
ekstensi
kearah sisi
putaran kepala
dan fleksi
pada sisi pada
sisi yang
berlawanan,
normalnya
reflex ini
tidak terjadi
setiap kali
kepala
diputar.
Tampak kira-
kira pada usia
2 bulan dan
menghilang
pada usia 6
bulan
64
2. Pemeriksaan Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak,
ada dua macam penilaian status kesadaran, yaitu penilaian secara kualitatif
dan penilaian secara kuantitatif. Secara kualitatif didapatkan antara lain :
compos mentis, yaitu anak mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respons yang cukup terhadap stimulus yang diberikan; apatis,
yaitu anak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya; somnelon, yaitu
anak memiliki kesadaran yang lebih rendah dengan ditandai dengan anak
tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsive terhadap
rangsangan ringan, dan masih memberikan respons tterhadap rangssangan
yang kuat; sopor, yaitu anak tidak memberikan respons ringan maupun
sedang, tapi masih memberikan respons sedikit terhadap rangsangan yang
kuat dengan adanya reflex pupil terhadap cahaya yang masih positif;
koma, yaitu anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan
apapun, reflex pupil terhadap cahaya tidak ada; dan delirium merupakan
tingkat kesadaran yang paling rendah ditandai dengan disorientasi sangat
iritatif, kacau, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik.
Dalam penilaian kesadarran anak, sering kali ditemukan
permasalahan, seperti kesulitan dalam penilaian kesadaran melalui respons
yang diberikan pada anak, karena respons dari anak tidak menjadikan
ukuran mutlak keadaan kesadaran baik atau terjadi gangguan.
3. Pemeriksaan Status Gizi
Penilain status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan
beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan antropometri, yang meliputi
pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan
klinis dan laboratorium yang dapt digunakan untuk menentukan status gizi
anak. Selanjutnya dalam penilaian status gizi anak dapat disimpulkan
apakah anak mengalami gizi baik, cukup, atau gizi yang kurang.
4. Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau
istirahat. Pemeriksaan nadi dapat dilakukan berssamaan dengan
65
pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus deficit yang
merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan
denyut nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi daripada denyut nadi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kecepatan atau ffrekuensi nadi,
misalnya dapat ditemukan takikardi yang merupakan denyut jantung llebih
cepat daripada kecepatan normal, keadaan ini dapat terlihat pada keadaan
hipertermia, aktivitas tinggi, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal
jantung, serta dehidrasi atau rejantan. Pada keadaan hipertermia,
meningkatnya suhu satu derajat celcius akan meningkatkan denyut nadi
sebanyak 15-20 kali per menit.
Penilaian yang berkaitan dengan pemeriksaan nadi adalah ada atau
tidaknya takikardi sinus, yang ditandai dengan adanya variasi 10-15
denyutan dari menit ke menit. takikardi supraventikuler paroksisimal yang
ditandai dengan nafi sulit dihitung karena frekuensinya sangat tinggi (lebih
dari 2000 kali per menit) dan kecepatan nadi konstan sepanjang serangan.
Disamping takikardi, terdapat istilah brikardi, yaitu frekuensi
denyut jantung yang kurang dari normal atau denyut jantung lambat. Dalm
penilaian brikardi, terdapat brikardi sinus dan brikardi relative apabila
denyutan nadi lebih sedikit dibandingkan dengan kenaikan suhu. Selain
pemeriksaan frekuensi nadi, dapat juga dilakukan pemeriksaan irama
denyutan nadi. Selanjutnya diraba apakah iramanya normal atau tidak,
hasil perabaab dapat berupa disritmia (aritmia) sinus. Disritmia merupakan
ketidakteraturan nadi dimana denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan
akan lebih lambat saat ekspirasi, kemudian apabila teraba nadi sepasang-
sepasang dinamakan pulsus bigeminus dan apabila teraba tiga kelompok-
kelompok disebut pulsus trigeminus, serta untuk melihat kkelainan lebih
lanjut dapat dengan elektrokardiografi.
Selain itu, pemeriksaan nadi lainnya adalah kualitas nadi apakah
normal atau cukup. Hal ini dapat dinilai seperti adanya pulsus seler
ditandai dengan nadi teraba sangat kuat dan turun dengan cepat akibat
tekanan nadi (perbedaan tekanan sistolik dan diastolic yang sangat besar).
66
Apabila lemah menunjukkan adanya kegagalan dalam sirkulasi, adanya
pulsus parvus et tardus yang ditandai dengan amplitude nadi yang rendah
dan teraba lambat naik dapat terjadi pada stenosis aorta. Adanya pulsus
alternas, ditandai dengan denyut nadi yang berselang-seling kuat dan
lemah menunjukkan adanya beban ventrikel kiri yang berat. Adanya
pulsus paradoksus ditandai dengan nadi yang teraba jelas lemah saat
inspirasi dan teraba normal atau kuat saat ekspirasi yang menunjukkan
tamponade jantung.
5. Pemeriksaan tekanan darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi apa pemeriksaan darah dilakukan, seperti tidur,
duduk, berbaring, atau menangis. Sebab posiisi akan memengaruhi hasil
penilaian tekanan darah yang dilakukan. Pemeriksaan tekanan darah dapat
dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.
Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah pemeriksaan secara tidak
langsung dengan menggunakan spigmomanometer yang dapat dilakukan
secara palpasi atau secara auskultasi dengan bantuan stetoskop.
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kelainan pada gangguan
system kardiovaskular, apabila didapatkan perbedaan tekanan darah
sistolik pada saat inspirasi dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmHg, maka
dapat dikatakan anakk mengalami pulsus paradoksus yang kemungkinan
menyebabkan terjadinya tamponade jantung, gagal jantung, dan lain-lain.
67
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
BINA SEHAT NUSANTARA BONE
Jln. DR. Wahidin Sudiro Husodo No 75 (0481) 2911834; Email. Akbid bsn wtp@yahoo.co.id
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
A PERSIAPAN ALAT
1 1.Baki beralas berisi :
1. Bak instrument
2. Pita meter ( metlin ) dan alat ukur LILA,Jangka
Martil
3. Stetoskop
4. Pen Light
68
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
5. Termometer axilla dan rectal
6. Kom berisi tissue
7. Botol berisi air klorin dan air bersih
8. Kom berisi kapas suntik
9. Spuit 1 cc
10. Obat – obatan ( Vit K atai Vit Neo K dan vaksin
Hepatitis )
11. Tetes mata / salep mata
12. Peneng bayi
13. Stempel untuk bayi
14. Celemek / skot
15. Kertas cap kaki
16. Kain bersih
17. Tempat yang datar , rata , bersih , kering ,
hangat dan terang
18.Alat ukur berat badan bayi dan tinggi badan
19.Nierbekken / bengkok ( 1 buah )
20.Baskom berisi air klorin
21.Tempat sampah medis (kuning) 1 buah, kotak sampah
non medis
(hitam) 1 buah dan sefty box ( 1 buah )
B. PERSIAPAN BBL
2 Bayi masih dalam keadaan memakai baju
sebelum dilakukan pemeriksaan
Jaga suhu ruangan agar tetap hangat
C. LANGKAH – LANGKAH PEMERIKSAAN
3 .Mengkaji Riwayat
a. Faktor Lingkungan seperti :
Konduksi adalah kehilangan panas pada bayi
69
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
yang di karenakan benda yang menempel pada
tubuh bayi dengan contoh stetoskop , timbangan
, meja tempat tidur bayi
Konveksi adalah kehilangan panas pada bayi
karena suhu di ruangan lebih dingin dari suhu
tubuh bayi dengan contoh kipas angin, AC,
udara dari luar jendela
Radiasi adalah kehilangan panas bayi karena
suhu di ruangan lebih dingin dari suhu tubuh
bayi
Evaporasi adalah kehilangan panas pada bayi
karena tubuh bayi yang panas dengan contoh
terkena air ketuban , kencing bayi
b. Faktor Genetik
Faktor keturunan dengan contoh golongan
darah, penyakit keturunan seperti DM, Jantung,
hipertensi, asma ,TB
c. Faktor Sosial terdiri dari:
Ekonomi
Budaya
Pendidikan orang tua
d. Faktor Ibu dan Perinatal sepert :
Penyakit yang menyertai saat kehamilan seperti
jantung, DM, hipertensi , asma
Bayi lahir dengan asfiksia
e. Faktor Neonatal
D Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan
air mengalir , keringkan dengan kain bersih atau
biarkan mengeringkan sendiri . Kenakan sarung
70
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
tangan yang bersih
PEMERIKSAAN
4 Amati bayi dan ibu sebelum menyentuh bayi .
Jelaskan pada ibu bahwa sebaiknya dia
melakukan kontak mata dengan bayinya dan
membelai bayinya dengan seluruh bagian
tangan ( bukan hanya dengan jari – jarinya ) .
Mintalah ibu untuk membuka baju bayinya
5 Lihat postur , tonus dan aktivitas bayi . Bayi
sehat akan bergerak aktif
6 Lihat kulit bayi , Jelaskan pada ibunya bahwa
wajah , bibir dan selaput lendir harus berwarna
merah muda , tanpa bintik – bintik kemerahan
atau bisul
7 Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding
dada bawah ketika bayi sedang tidak menangis .
Jelaskan pada ibunya bahwa frekuensi nafas
normal 40 – 60 kali permenit
Lihat gerakan pernafasan di dada dan perut
Jelaskan bahwa seharusnya tidak ada tarikan
dinding dada bawah yang dalam
71
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
– ubun besar kemudian Mengukur panjang bayi
dan lingkar kepala bayi .
- Kepala di bagi menjai 3 bagian :
a. Ubun - - ubun
UUB , bentuknya segi empat
UUK, bentuknya segitiga
Daerah sinsiput , verteks , occipital
b. Sutura , Molase
Sutura Frontalis : Yang memisahkan antara
kedua os frontalis
Sutura Koronia : Yang memisahkan os
frontalis dan os Parientalis
Sutura Sagitalis : Yang memisahkan antara
kedua os parientalis
Sutura Lambdoidea : Yang memisahkan os
Occipitalis dan parientalis
c. Pembengkakan atau daerah bregmatika ada
pembengkakan atau cekungan
d. Ukur Lingkar kepala
Ambil metlin kemudian lingkarkan untuk
mengukur sircumferensia ( keliling )
Circ. Suoccipito – Bregmatika : 32 cm ( LBK
)
Circ . Fronto – Occipitalis : 34 cm (
LPK)
Circ . mento – Occipitalis : 35 cm (LD)
Ukuran Diameter
d.Occipito – frontalis : 12 cm ( LPK )
d.Mento – occipitalis : 13,5 cm ( LD )
d.Suboccipito – bregmatika : 9,5 cm (LBK)
72
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
d.Biparientalis : 9,25 cm
d.Bitemporalis : 8 cm
11 Lihat mata : Jelaskan bahwa seharusnya tidak
ada kotoran / sekret dan beri bayi salep / tetes
mata antibiotika di 1 jam pertama pada saat
IMD
12 Lihat bagian mulut ( lidah , selaput lendir ) ,
Jika bayi menangis masukkan satu jari yang
menggunakan sarung tangan ke dalam dan raba
langit – langit , apakah ada bagian yang terbuka
dan nilai kekuatan hisap bayi
13 Lihat dan raba bagian perut untuk memastikan
bahwa perutnya terasa lemas
14 Lihat tali pusat . Jelaskan ke ibu bahwa
seharusnya tidak ada perdarahan ,
pembengkakan , nanah, bau atau kemerahan
pada kulit sekitarnya
15 Lihat punggung dan raba tulang belakang
16 Beri bayi Vitamin K1 1 mg intramuskuler di
paha kiri di 1 jam pertama pada menyusui dan
setelah 1 jam pemberian K1 maka berikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan
17 Lihat lubang anus dan alat kelamin . Hindari
untuk memasukkan alat atau jari dalam
melakukan pemeriksaan anus
73
NO KOMPONEN 0 1 2 3 4
19 Mintalah ibu untuk memakaikan pakaian dan
menyelimuti bayi
20 Timbang bayi menggunakan selimut , berat bayi
adalah hasil timbangan dikurangi berat selimut ,
Jelaskan kepada ibu tentang perubahan berat
bayi dalam minggu pertama berat bayi mungkin
turun dahulu baru kemudian naik kembali
21 Cuci tangan dengan sabun antiseptik dan air
mengalir , keringkan dengan kain yang bersih
22 Minta ibu untuk menyusui bayinya
Jelaskan posisi bayi yang baik : kepala dan
badan dalam garis lurus : wajah bayi
menghadap payudara : Ibu mendekatkan bayi ke
tubuhnya
Jelaskan perlekatan yang benar : bibir
bawah melengkung keluar , sebagian besar
areola berada di dalam mulut bayi
Jelaskan tanda – tanda bayi menghisap
dengan baik : menghisap dalam dan pelan ,
tidak terdengar suara kecuali menelan di sertai
berhenti sesaat
Anjurkan ibu untuk menyusui sesuai dengan
keinginan bayi tanpa memberi makanan atau
minuman lain
74
BAB IX
PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM
75
c. Jumlah sel darah merah (eritrosit): mendeteksi kemungkinan adanya
anemia. Kadar normal: 4,2 - 6,2 juta.
d. Jumlah trombosit: mendeteksi kemungkinan adanya pendarahan.
Kadar normal: 150 - 450 ribu.
e. Angka hematokrit: mendeteksi kemungkinan adanya kekurangan
cairan plasma yang menyebabkan angkanya tinggi, atau kekurangan
produksi sel darah merah yang menyebabkan angkanya rendah. Kadar
normal: 42 - 52.
f. Laju endap darah: mendeteksi kemungkinan adanya peradangan.
Kadar normal 0 - 15.(1)
2. Pemeriksaan Urine
a. Urine sewaktu, Untuk berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu,
yakni urin dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan secara
khusus.Pemeriksaan ini baik untuk pemeriksaan rutin tanpa keluhan
khusus.
b. Urine pagi,Maksudnya, urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi
hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat daripada urin yang
dikeluarkan di siang hari. Pemeriksaan urin pagi baik untuk sedimen,
berat jenis, protein, juga tes kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak
baik untuk pemeriksaan penyaring karena adanya glukosuria.
c. Urin postprandial, Maksudnya, urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5
- 3 jam sehabis makan. Sampel ini berguna untuk pemeriksaan
glukosuria.
d. Urin 24 jam, Sampel ini digunakan untuk mengetahui keandalan angka
analisis. Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar,
bervolume 1,5 liter atau lebih yang ditutup dengan baik. Botol harus
bersih dan memerlukan zat pengawet.Cara mengumpulkan urin ini
dikenal juga sebagai timed specimen, yakni urin siang 12 jam, dan urin
malam 12 jam. Urin siang 12 jam dikumpulkan dari pukul 07.00
sampai 19.00Sementara urin malam 12 jam, dikumpulkan dari pukul
19.00 sampai pukul 7.00 keesokan harinya. Adakalanya urin 24 jam
76
ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol dengan maksud
tertentu. Contohnya, pada penderita diabetes melitus untuk melihat
banyaknya glukosa dari santapan satu hingga santapan berikutnya.
77
Estriol. dan Human Chorionic Gonadotrophin/hCG, Hematology
Rtoproteinutin, OGTT, Ureum, Creatinin, HBA1C.
3. Trimester ketiga (Usia kehamilan 25-40 Minggu)
Pemeriksaan pada trimester III bermanfaat untuk mengetahui
kondisi tubuh calon ibu memasuki persiapan persalinan, seperti fungsi
ginjal, kadar hemoglobin, gula darah dan mendeteksi adanya infeksi
saluran kemih. Untuk itu Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan ini 19
hingga 20 hari atau sekitar 2-3 minggu sebelum memasuki proses
persalinan. Pemeriksaan laboratorium pada trimester III, meliputi
Hematology rutin, gambaran darah tepi (PBS), glukosa sewaktu, ureum,
creatinin, urin rutin, urin culture.
Dari rincian di atas, mungkin Anda bertanya, mengapa di setiap
trimester selalu dilakukan pemeriksaan urine? Hal ini penting dilakukan
karena infeksi saluran kemih pada wanita hamil dapat menyebabkan
infeksi ginjal yang akhirnya dapat berakibat keguguran atau kelahiran
prematur. Selain itu, infeksi saluran kemih akut juga sering
mempengaruhi infeksi pada dinding rongga amnion atau air ketuban,
sehingga bisa menyebabkan ketuban pecah dini dan berpotensi
meningkatkan resiko infeksi pada janin.
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
78
1 Pipet tetes Urin
Bunser Burner
1 Korek api
2 Tabung Reaksi
1 Penjepit tabung reaksi
1 pasang Handscoen
Pena dan buku catatan
Larutan Disinfektan dalam waskom
Isilah tabung reaksi dengan benedict masing-
1
masing 2,5 cc
2 Tetesi tabung tersebut dengan 4 tetes urin
Panaskan urin yang sudah tercampur diatas
3 lampu spiritus berjarak 2-3 cm dari ujung lampu
sampai mendidih
Kocok dan bandingkan dengan tabung yang lain
4
lihat perbedaaan
5 Membaca hasil dan mendokumentasikan
Pemeriksaan Protein Persiapan Alat:
Urine 2-3 cc urin
1 Spuit 3 cc
1 Pipet tetes Asam asetat
Bunser Burner
1 Korek api
2 Tabung Reaksi
1 Penjepit tabung reaksi
1 pasang Handscoen
Pena dan buku catatan
Larutan Disinfektan dalam waskom
1 Isilah tabung reaksi dengan urin 2-3 cc
Panaskan urin di atas lampu spritus (Bunser
2 Burner) berjarak 2-3 cm dari ujung lampu
sampai mendidih
Kalau urin keruh tambahkan 3-5 tetes asam
3 asetat 6%, ini menunjukkan adanya HR dan ini
tidak signifikan untuk protein
4 Kalau urin tetap keruh panaskan sekali lagi
Kalau urin masih tetap keruh berarti ada protein
5
dalam urin
6 Mencatat hasil pemeriksaan
79
Pemeriksaan HB Persiapan Alat:
Sahli Hcl 0,1%
1 lancet Blood
Tisu kering
Kapas alkohol
Aquabidest
1 tabung pengencer
1 Pipet darah
1 Pipet pengencer
1 pengaduk
Larutan Disinfektan dalam waskom
Isilah tabung Haemometer dengan Hel 1%
1
sampai angka 2
Tusuk ujung jari dengan jarum yang steril,
2 bersihkan darah yang pertama keluar dengan
kapas/tisu
Gunakan pipet untuk menghisap darah mencapai
3
warna biru pada tabung / 20 mm
Masukkan darah ke dalam tabung kemudian isap
4 larutan keluar dan masuk pipet sampai semua
darah keluar dari pipet
Aduk Hcl dengan darah samapai benar-benar
5
tercampur
Masukkan aquadest tetes demi tetes ke dalam
6 tabung, diaduk kembali setelah ditetesi sampai
warnanya sama dengan warna standar
Lihat ujung paling atas dan baca angka diujung
7
tersebut, itulah kadar Hbnya lalu catat hasilnya
80
Glukosa Urin
Kehijauan
warna urin kuning keruh Jingga Merah keruh
kekuning2an
(1-1,5%) (2-3,5%) (>3,5%)
(0,5-1%)
Nilai + ++ +++ ++++
Hb Sahli
Kadar Hb
>10 - <11 gr % ≥7 – 10 gr % <7 gr %
81
BAB X
PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT
82
B. Prinsip 6 Benar Pemberian Obat
Dalam pemberian obat ada beberapa hal yang harus di perhatikan demi
meminimalisir kesalahan di antaranya : Prinsip 6 benar pemberian obat:
3. Benar pasien, Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.
4. Benar obat, Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasan harus di periksa minimal 3 kali.
5. Benar dosis, Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis
obat dengan hati-hati dan teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi
dengan dokter atau apoteker sebelum di lanjutkan ke pasien.
6. Benar cara/rute, Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat
harus teliti dan berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
7. Benar waktu, Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang
efektivitas tergantung untuk mencapai atau mempertahankan darah yang
memadai, ada beberapa obat yang diminum sesudah atau sebelum makan,
juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di berikan bersamaan dengan
susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar obat itu,sebelum dapat di
serap tubuh.
8. Benar dokumentasi, Setelah obat itu di berikan kita harus
mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu di berikan,
dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus di dokumentasikan
juga alasan pasien menolak pemberian obat.
83
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
DAFTAR TILIK
PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL DAN SUBLINGUAL
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai
berikut :
0. Langkah tidak di kerjakan
1. Langkah dikerjakan tapi tidak sesuai dengan seharusnya
2. Langkah dikerjakan sesuai dengan deharusnya dan urutannya tapi
kurang sempurna dan masih perlu bimbingan. Waktu kerja masih
dalam batas rata-rata waktu untuk prosedur terkait.
3. Langkah dikerjakan dengan benar, sesuai dengan yang seharusnya
dan urutannya (jika harus berurutan) dan waktu kerja yang sangat
efisien
NILAI
NO KEGIATAN
0 1 2 3
PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL
1 Persiapan Alat
Kartu obat atau formulir pencatatan
Cangkir obat
Sedotan untuk minum
Obat-obat yang dibutuhkan
Segelas air
Pelaksanaan
2 Jelaskan prosedur tindakan pada klien
84
cangkir obat, jangan sentuh obat dengan tangan.tablet atau
kapsul yang tersisa dapat dituangkan kembali kedalam botol.
Bila obat berbentuk cair/sirup,kocok dulu sebelum dibuka.
85
7 Meminta pasien untuk membuka mulutnya dan memasukkan
obat dibawah lidah pasien
8 Rapikan pasien dan bereskan alat
9 Melepaskan sarung tangan
Observer
Keterangan
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tapi tidak sesuai
2 = Dilakukan tetapi kurang sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna
(………………………)
Nilai batas lulus = 75%
Catatan : …………………………………………………………………….
86
BAB XI
PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN DAN PERAWATAN LUKA
87
B. Konsep Dasar Dalam Perawatan Luka
1. Luka
f. Menurut R. Sjamsu Hidayat, 1997 : Luka adalah hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan.
g. Menurut Koiner dan Taylan: Luka adalah terganggunya (disruption)
integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi
secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superfisial atau dalam.
h. Menurut Mansjoer,Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya
kontuinuitas jaringan.
i. Menurut Inetna,Luka adalah injury pada jaringan yang mengganggu
proses selular normal.Disimpulkan luka adalah suatu keadaan
terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan, suhu,
infeksi, dan yang lainnya yang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan kata luka, borok, koreng, dekubitus, dan
lain-lain.
2. Klasifikasi Luka
j. Berdasarkan Sifat Kejadian
1) Luka disengaja (intentional traumatic), Contoh : luka radiasi, luka
bedah
2) Luka tidak disengaja (unintentional traumatic), Contoh : Luka
terbuka (abrasi / gesekan, puncture / tusukan, hautration / akibat
alat yang digunakan dalam perawatan luka), luka tertutup.
k. Berdasarkan Penyebab, Luka mekanik
1) Vulnus scissum (luka sayat / luka insisi / incised wounds)
karakteristik : pinggiran luka rapi.
2) Vulnus contusum (luka memar / contusion wound) karakterisitik :
cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
88
3) Vulnus laceratum (luka robek) karakteristik : terdapat robekan
jaringan yang menyebabkan jaringan rusak.
4) Vulnus puncture (luka tusuk / puncture wound) karakteristik : luka
luar tampak kecil namun bagian dalam besar.
5) Vulnus sclopetorum (luka tembak).
6) Vulnus morsum (luka gigitan) karakteristik : tidak jelas bentuknya.
7) Vulnus abrasio (luka terkikis / abraced wound) karakteristik : tidak
sampai ke pembuluh darahLuka non mekanik, Contoh : sengatan
listrik, obat.
l. Berdasarkan Lamanya Proses Penyembuhan
1) Luka akut: Adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu proses
penyembuhan luka (21 hari sesuai dengan proses menutupnya
luka).Contoh : luka operasi, luka kecelakaan dan luka bakar
2) Luka kronik : Adalah luka yang sulit sembuh dan fase
penyembuhan lukanya mengalami pemanjangan.Contoh : luka
tekan (dekubitus), luka karena diabetes, luka karena pembuluh
darah vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscene dan abses.
m. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
1) Luka bersih (clean wounds) : Yaitu luka bedah yang tidak
terinfeksi dan tidak terjadi proses peradangan (inflamasi). Biasanya
menghasilkan luka yang tertutup. Luka tidak mengenai sistem
gastrointestinal, pernapasan dan genitourinaria.
2) Luka bersih terkontaminasi (clean-contamined wounds) : Yaitu
luka pembedahan dimana sistem (sistem gastrointestinal,
pernapasan dan genitourinaria) sekitar luka terkontaminasi atau
terinfeksi.
3) Luka kontaminasi (contamined wounds) : Contoh : luka traumatik,
luka terbuka, luka bedah dengan asepsis yang buruk.
4) Luka infeksi (infected wounds) : Yaitu luka dimana area luka
terdapat patogen dan disertai tanda-tanda infeksi.
89
n. Berdasarkan Kedalaman Jaringan
1) Superficial : hanya jaringan epidermis
2) Partial thickness : luka yang meluas sampai ke dermis
3) Full thickness : luka meluas hingga ke lapisan yang paling dalam
dari jaringan subkutan hingga ke pascia dan struktur di bawahnya
seperti oto, tendon atau tulang.
o. Berdasarkan Stadium
1) Stadium I : Lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau
perubahan warna.
2) Stadium II : Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan
epidermis dan dermis. Eritema di jaringan sekitar yang nyeri, paas
dan oedema. Exudate (nanah) sedikit sampai sedang.
3) Stadium III : Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan
subkutan, dengan terbentuknya rongga (cavity). Exudate sedang
sampai banyak.
4) Stadium IV : Kehilangan jaringan subkutan dengan terbentuknya
rongga (cavity) yang melibatkan otot, tendon dan tulang. Exudate
sedang sampai banyak.
p. Berdasarkan Penampilan Klinis
1) Nekrotik (hitam) : eschar (jaringan parut) yang mengeras dan
mengering atau lembab.
2) Sloughy (kuning) : jaringan mati yang fibrous (tidak elastis)
3) Terinfeksi (kehijauan) : terdapat tanda-tanda klinis adanya infeksi
seperti nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat
4) Granulasi (merah) : jaringan granulasi yang sehat
5) Epitelisasi (merah muda) : terjadi epitelisasi.
3. Perawatan Luka
a. Pengertian Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka
dengan tujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan
mencegah infeksi. Perawatan luka operasi adalah Perawatan luka yang
90
dilakukan pada pasien operasi dengan tujuan mencegah infeksi dan
merasa aman.
b. Tujuan Perawatan Luka
1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2) Absorbsi drainase.
3) Menekan dan imobilisasi luka.
4) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
5) Menghambat atau membunuh mikroorganisme.
6) Mencegah perdarahan.
7) Mencegah luka dari kontaminasi.
8) Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
9) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.
c. Indikasi Perawatan Luka
1) Balutan kotor dan basah akibat eksternal
2) Terdapat rembesan eksudat
3) Mengkaji keadaan luka
4) Untuk mempercepat debridement (pengangkatan) jaringan nekrotik
d. Prinsip Penyembuhan Luka, Ada beberapa prinsip dalam
penyembuhan luka menurut Taylor (1997),yaitu:
1) emampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi
oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap
dijaga.
3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.
5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda
asing tubuh termasuk bakteri.
91
e. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
1) Usia : Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada
orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,
penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.
2) Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada
tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka
setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
suplai darah jaringan adipose tidak adekuat.
3) Infeksi : Bakteri sumber penyebab infeksi. Infeksi menyebabkan
peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat
penyembuhan luka.
4) Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi :Sejumlah kondisi fisik
dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar
lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan
luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih
mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita
gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia
atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya
volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5) Hematoma :Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah
pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam
sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut
92
memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6) Benda asing :Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut
diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah putih), yang membentuk suatu cairan yang kental
yang disebut dengan nanah (“Pus”)
7) Iskemia : Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat
penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi
dari aliran darah. Hal ini dapatterjadi akibat dari balutan pada luka
terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8) Diabetes Mellitus : Hambatan terhadap sekresi insulin akan
mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk
ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9) Keadaan Luka :Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan
dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal
untuk menyatu.
4. Obat : Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera.
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah
luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskular.
93
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
DAFTAR TILIK
PERAWATAN LUKA
Tanggal Penilaian :
Nama mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 0 (nol) : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan.
Nilai 1 (satu) : Mampu
Langkah dikerjakan tetapi kurang tepat.
Nilai 2 (dua) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai
prosedur.
94
atau larutan garam faal (menggunakan kassa
terpisah untuk setiap usapan , membersihkan
luka dari area ang kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi).
10 Membuang kassa yang telah digunakan ke
dalam nierbekken.
11 Mengeringkan luka dengan menggunakan
kassa yang baru.
12 Menutup luka dengan kassa steril dan
memasang plester (perhatikan serat kassa
jangan ada yang menempel pada luka)
13 Merapikan pasien.
14 Merendam peralatan yang telah digunakan
dalam larutan klorin 0,5 %
15 Mencuci tangan dibawah air mengalir dan
mengeringkan dengan handuk
16 Melakukan dokumentasi tindakan yang telah
dilakukan
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭
Nilai = x 100%
(𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡𝐚𝐬𝐩𝐞𝐤𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢𝐱𝟐)
DOSEN
(.............................)
95
BAB XII
MENDAMPINGI KLIEN YANG KRISIS
96
mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut berat.pasien –
pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi
penyakit akut,tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan
intubasi dan resusitasi kardio pulmoner.
97
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
DAFTAR TILIK
MENDAMPINGI KLIEN SAKARATUL MAUT
Tanggal Penilaian :
Nama mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 0 (nol) : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan.
Nilai 1 (satu) : Mampu
Langkah dikerjakan tetapi kurang tepat.
Nilai 2 (dua) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai
prosedur.
98
keagamaan.
9 Mengobservasi tanda-tanda kehidupan
(vital sign) terus menerus.
10 Menuci tangan dengan sabun dan
mengeringkan dengan handuk bersih.
11 Melakukan dokumentasi tindakan.
Nilai batas lulus = 75%
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭
Nilai = x 100%
(𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡𝐚𝐬𝐩𝐞𝐤𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢𝐱𝟐)
DOSEN
(.............................)
99
AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID)
DAFTAR TILIK
MERAWAT JENASAH
Tanggal Penilaian :
Nama mahasiswa :
PENILAIAN :
Nilai 0 (nol) : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan.
Nilai 1 (satu) : Mampu
Langkah dikerjakan tetapi kurang tepat.
Nilai 2 (dua) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai
prosedur.
100
10 Merapatkan kedua kaki, dengan cara kedua
pergelangan kaki diikat dengan verband.
11 Menutup jenazah dengan kain penutup mayat.
12 Mengisi lengkap formulir jenazah (nama, jenis
kelamin, tanggal/jam meninggal, asal ruangan
dll).
13 Mengikatnya label pada kaki jenazah.
14 Membawa jenazah ke kamar mayat oleh
petugas sesuai peraturan rumah sakit.
15 Membereskan peralatan.
16 Melepas sarung tangan.
17 Mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir, mengaringkan dengan handuk
bersih.
18 Melakukan dokumentasi tindakan yang telah
dilakukan
Nilai batas lulus = 75%
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭
Nilai = x 100%
(𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡𝐚𝐬𝐩𝐞𝐤𝐲𝐚𝐧𝐠𝐝𝐢𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢𝐱𝟐)
DOSEN
(.............................)
101
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar
Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.
102