Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Gayamsari


1. Kondisi Geografis
Secara geografis Kecamatan Gayamsari berada di wilayah Administrasi Kota
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Disebelah utara Laut Jawa, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Tembalang, di sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Pedurungan, dan di sebelah barat dengan Kecamatan Semarang Timur dan
Semarang Utara.
Kecamatan Gayamsari permukaan daratnya dapat dikatakan 100 persen datar.
Kecamatan Gayamsari dengan ketinggian sekitar 3,5 meter diatas permukaan laut dengan
jarak ke Ibu Kota Semarang sekitar 5 km dan jarak ke Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah
sekitar 5 km.
Kecamatan Gayamsari di bagi menjadi 7 Kelurahan, 62 Rukun Warga (RW), dan 144
Rukun Tetangga (RT). Dari 7 Kelurahan yang paling banyak Rukun Tetangga (RT) yaitu
Kelurahan Pandean Lamper dengan jumlah RT 105 dari 12 RW.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari


2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kecamatan Gayamsari berdasarkan data statistik pada tahun
2017 berjumlah 72.839 jiwa ,dengan jumlah Rumah Tangga 24.139 KK. Angka
kepadatan penduduk rata-rata di wilayah Kecamatan Gayamsari adalah 11.939 jiwa/km2,
dengan 7 Kelurahan.
Wilayah Kecamatan Gayamsari dibagi menjadi 7 Kelurahan. Jumlah penduduk
tahun 2017 menurut jenis kelamin, Laki-laki 36.326 jiwa atau 49,87 % dan perempuan
36.513 jiwa atau 50,13 %.
Jika dilihat menurut kelompok umur, komposisi penduduk tidak terlihat
perbedaan yang signifikan diantara kelompok umur. Kelompok umur dengan jumlah
penduduk paling besar adalah di kelompok umur 25-29 tahun yaitu sekitar 10,10 persen
dan kelompok umur dengan penduduk paling sedikit adalah di usia 60-64 tahun yaitu
sekitar 2,28 persen. Dengan luas wilayah 6,18 km2 kepadatan Penduduk Gayamsari di
tahun 2015 mencapai 12.009 jiwa per km2.

PIRAMIDA PENDUDUK MENURUT GOLONGAN


UMURTAHUN 2017
>= 75
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
-4,000 -3,000 -2,000 -1,000 0 1,000 2,000 3,000 4,000

Laki laki wanita

Gambar 4.2.Grafik Piramida Penduduk Kecamatan Gayamsari Tahun 2018


Tabel 4.1: Kondisi penduduk Kecamatan Gayamsari berdasarkan Umur dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 2.645 2.448 5.093

5-9 3.212 2.860 6.072

10-14 2.920 2.810 5.730

15-19 2.941 2.784 5.725

20-24 2.903 2.720 5.623

25-29 2.796 2.915 5.711

30-34 3.127 3.021 6.148

35-39 3.254 3.274 6.528

40-44 2.887 2.916 5.803

45-49 2.511 2.778 5.289

50-54 2.181 2.484 4.665

55-59 1.882 2.053 3.935

60-64 1.364 1.436 2.800

65-69 784 782 1.566

70-74 459 544 1.003

75+ 460 688 1.148

Jumlah 36.326 36.513 72.839


B. Gambaran Khusus Puskesmas Gayamsari
1. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi:
“ Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang berkualitas menuju
Kecamatan Gayamsari yang mandiri untuk hidup sehat.”
b. Misi:
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
2) Memberdayakan Masyarakat untuk memiliki, kemauan dan kemampuan
untuk hidup sehat.
c. Tata Nilai:
G : Giat Dalam bekerja
A : Amanah dalam menjalankan tugas
Y : Yakin akan Keberhasilan
A : Aktif dalam kegiatan
M : Melayani sepenuh hati
S : Semangat tiada henti
A : Andalan Masyarakat
R : Ramah dan Sopan
I : Inofativ dan Kreatif
2. Sumber Daya Manusia
Informasi ketenagaan atau sumber daya manusia diperlukan bagi perencanaan
kebutuhan tenaga kesehatan serta pengelolaan kepegawaian. Jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Gayamsari Tahun 2018 sebanyak 43 orang. Jumlah
sumber daya manusia menurut kualifikasinya adalah sebagai berikut (bagan
struktur organisasi terlampir)

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Gayamsari


No Jenis Tenaga Jumlah PNS BLUD APBD II

1 Kepala Puskesmas 1 1 -

2 Ka. Sub. Bag Tata Usaha 1 1 -


3 Dokter Umum/Fungsional 2 2 1

4 Dokter gigi 1 1 -

5 Bidan 6 4 2

6 Perawat 6 4 2

7 Perawat Gigi 2 1 1

8 Sanitarian 1 1 -

9 Ass Apoteker 2 2 -

10 Apoteker 1 - 1

11 Analis Kesehatan/ laborat 2 1 1

12 Nutrisionis 1 1 -

13 Epidemiolog 1 1 -

14 Promkes 1 - - 1

15 Pengolah simpus/data 1 1 -

16 Bendahara/Pengurus barang 1 1 Rangkap Jabatan

17 Bendahara APBD 1 1 Rangkap Jabatan

18 Bendahara BOK 1 1 Rangkap Jabatan

19 Pengadministrasi 4 1 2 1

20 Petugas Loket 4 1 3

21 Penjaga Kantor 2 1 - 1

22 Pengemudi 1 - - 1

23 Petugas kebersihan 3 - - 3

TOTAL 43 23 14 6
3. Pendapatan Puskesmas Gayamsari
Dari tahun ke tahun pendapatan di Puskesmas Gayamsari sebagai Pusat kesehatan
masyarakat cenderung meningkat.
Tabel 4.3 Pendapatan Puskesmas Gayamsari

No Penjamin Jumlah Pendapatan (Rp)

2015 2016 2017

1 Jamkesmas 1.799.811.000

3 Jamkesda 2.735.000

4 Retribusi Umum 36.025.500 117.428.000 117.428.000

5 BOK 110.000.000 315.000.000 486.700.000

6 BPJS 56.082.000 1.387.669.980 1.471.891.350

JUMLAH 2.004.653.500 1.820.097.980 2.076.019.350

4. Sarana dan Prasarana


1. Puskesmas Pembantu :
Puskesmas Gayamsari memiliki tiga (3) Puskesmas Pembantu yaitu: Puskesmas
Pembantu Kaligawe, Pandean Lamper (Masih dalam tahap renovasi sehingga belum
dapat memberikan pelayanan) dan Siwalan yang buka setiap hari Senin dan Sabtu.
Sehingga seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari dapat
mengakses tempat-tempat pelayanan kesehatan dengan mudah.
2. Puskesmas Gayamsari memiliki 64 posyandu dengan perincian sebagai berikut :
- Posyandu Pratama :0
- Posyandu Madya :0
- Posyandu Purnama : 42
- Posyandu Mandiri : 22
Yang dilaksanakan sesuai tanggal yang telah ditentukan dari pos masing-masing.
3. Sarana Transportasi
Sarana transportasi untuk menunjang kegiatan operasional di Puskesmas
Gayamsari adalah :
a. Kendaraan roda empat (pusling) : 1 buah
b. Jumlah roda dua : 3 buah
5. Keadaan Sosial Ekonomi
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Di wilayah Kecamatan Gayamsari jumlah sarana pendidikan yang ada
sekolah terbagi dalam :
a. Formal :
- SD : 23
- SMP : 8
- SMA : 9
- PT :3
b. Non Formal :
- PAUD : 10
- TK : 30
- Keagamaan : 19
- Pesantren :2
- Sekolah minggu: 17
2. Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia. Oleh karena itu
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kesehatan sangatlah penting. Fasilitas
kesehatan yang terdapat di kecamatan Gayamsari sebanyak 12, yang terdiri dari 2 RS
Bersalin/BKIA, 7 Poliklinik, dan 3 Puskesmas pembantu.
Kesehatan masyarakat biasanya tercermin dari kegiatan masyarakat tersebut,
salah satu peran serta masyarakat di bidang kesehatan dapat dilihat dengan mudah dari
keaktifan Posyandu yang ada. Selama tahun 2017 Posyandu yang ada telah mencapai
64 buah dan jumlah pos/klinik KB sebanyak 55 buah.
Adapun jumlah PUS yang terdaftar di Puskesmas sebanyak 141.871 dan telah ikut
program KB sudah sebanyak 106.185 (74,84%) dari total PUS yang ada. Sampai
dengan tahun 2017 jenis alat kontrasepsi yang paling digemari adalah jenis suntikan
yaitu mencapai 65,01 persen dan pil KB sebanyak 9,55 persen, sedangkan alat
kontrasepsi yang paling kurang diminati adalah jenis MOP yaitu hanya sebesar 0,60
persen.

Gambar 4.3 Sarana Kesehatan dan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Gayamsari
Tahun 2017
3. Agama
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana
peribadatan masing-masing agama. Menurut data statistic tahun 2016 penduduk
Kecamatan Gayamsari , sebagian besar menganut Agama Islam.
Tabel 4.4 Jumlah Tempat – Tempat Ibadah di Kecamatan Gayamsari Tahun 2017 :
Tempat Ibadah
Kelurahan
Masjid Surau/Langgar Gereja Kuil/Pura/Vihara
Pandean Lamper 11 10 0 0
Gayamsari 10 11 1 0
Siwalan 4 7 1 0
Sambirejo 9 5 3 0
Sawah Besar 4 13 1 0
Kaligawe 10 9 1 0
Tambakrejo 6 9 2 0
Jumlah 54 67 9 0
6. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun angka
prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam
suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
Tabel 4.5 Peringkat 10 Besar Penyakit di Puskesmas Gayamsari Tahun 2017
No Penyakit Jumlah

1 J02 Faringitis Akut 6054

2 J98 Gangguan pernafasan Lain 2825

3 J06 Infeksi saluran nafas atas akut 2092

4 I10 Hipertenasi esensial (primer) 1131

5 G44 Sindrom nyeri kepala lainnya 855

6 M13 Arthritis lainnya 729

7 E11 Diabetes melitus tidak tergantung insulin 531

8 K29 Gastritis dan duodenitis 493

9 J11 Influensa, virus tidak dapat diidentifikasi 379

10 J00 Nasofaringitis akut 355


Gambar 4.4 Grafik 15 Besar Penyakit Tahun 2017

C. Gambaran Mutu Pengkajian Awal Klinis Puskesmas Gayamsari


1. Input
a. Man (Sumber Daya Manusia)
1) Jumlah tenaga di ruang pemeriksaan umum adalah 3 orang dokter dan 6 orang
perawat. Pelayanan dilakukan setiap hari Senin s/d Sabtu.
Dokter A memiliki tugas pokok untuk koordinasi dengan lintas sector, tim
pemeriksa haji, Pembina wilayah kelurahan kaligawe, tim VCT & IMS, penanggung
jawab manajemen mutu. Dokter B memiliki tugas pokok untuk koordinasi dengan
lintas sector, tim pemeriksa haji, tim VCT & IMS, penanggung jawab PMKP.
Dokter A, Dokter B, Dokter C memiliki tugas integrasi melakukan pelayanan
medic umum rawat jalan tingkat pertama, melakukan tindakan khusus oleh dokter
umum komplek tingkat I, melakukan tindakan darurat medic/P3K tingkat sedang,
melakukan penyuluhan medic, membuat catatan medic pasien rawat jalan, melayani
atau menerima konsultasi dari luar atau keluar, melayani atau menerima konsultasi
dari dalam, menguji kesehatan individu, melakukan pemeliharaan kesehatan anak.
Perawat pengkajian awal klinis berjumlah 6 orang. Perawat A memiliki tugas
pokok berkoordinasi dengan lintas sector, melaksanakan program TB, kusta,
perkesmas, HIV-AIDS & IMS, pelaksana pemeriksa haji, dan membina wilayah
kelurahan tambakrejo. Selain itu Perawat A memiliki tugas terintergrasi melakukan
pengkajian keperawatan dasar pada keluarga, komunikasi terapeutik dalam
pemberian asuhan keperawatan, melakukan dokumentasi proses keperawatan pada
tahap pengkajian, dokumentasi proses keperawatan pada tahap tindakan keperawatan
menyusun rencana kegiatan individu,, perawatan luka. Perawat B memiliki tugas
pokok koordinasi dengan lintas sector, pemegang program rujukan, penaggung jawab
prolanis dan P3K, tim pemeriksa haji, Pembina wilayah kelurahan pandean lamper,
Selain itu Perawat B memilki tugas terintergrasi melakukan pendidikan kesehatan
pada kelompok, memberikan pertolongan kesehatan dalam situasi gawat
arurat/bencana melakuakn komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawat, manajemen nyeri padda setiap kondisi, melakukan dokumentasi proses
keperawtan pada tahap diagnose, dokumentasi proses keperawatan pada tahap
tindakan keperawatan, melaksanakan terapi komunikasi terapetik, melakukan
supervise ke lapangan.
Perawat C memiliki tugas pokok koordinasi dengan lintas sector, tim pemeriksa
haji, pemegang program lansia, penaggung jawab UPKM, selain itu perawat C
memiliki tugas terintegrasi melaksanakan pendidikan kesehatan pada kelompok,
memberikan pertolongan kesehatan dalam situasi gawat darurat/bencana, melakukan
komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan, manajemen nyeri pada
setiap kondisi, dokumentasi proses keperawatan pada tahap tindakan keperawatan,
melaksanakan terapi komunikasi terapetik. Perawat D memiliki tugas pokok
koordinasi dengan lintas sector, pemegang program kusta, kooridnator sertifikat
imunisasi, Pembina wilayah kelurahan sambirejo. Selain itu perawat D memiliki
tugas integrasi melaksanakan pendidikan kesehatan pada kelompok, memberikan
pertolongan kesehatan dalam situasi gawat darurat/bencana, melakukan komunikasi
terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan, manajemen nyeri pada setiap
kondisi, dokumentasi proses keperawatan pada tahap tindakan keperawatan,
melaksanakan terapi komunikasi terapetik. Perawat E dan F memiliki tugas
melakukan pengkajian keperawatan dasar pada keluarga, komunikasi terapeutik
dalam pemberian asuhan keperawatan, melakukan dokumentasi proses keperawatan
pada tahap pengkajian, dokumentasi proses keperawatan pada tahap tindakan
keperawatan menyusun rencana kegiatan individu,, perawatan luka.
2) Jumlah tenaga di ruang pelayanan KIA-KB Puskesmas Gayamsari terdiri dari 1 orang
dokter dan 3 orang bidan. Pelayanan dilakukan setiap hari Senin s/d Sabtu.
Dokter yang berada di ruang pelayanan KIA-KB memiliki tugas pokok untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak, kesehatan reproduksi remaja dan KB.
Bidan yang berada di ruang pelayanan KIA-KB berjumlah 3 orang yaitu Bidan A
merupakan PNS dan 2 orang bidan lainya merupakan pegawai Non PNS Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD). Bidan A memiliki tugas pokok yaitu berkoordinasi
dengan lintas sektor, lintas program dan sasaran serta sebagai koordinator Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Bidan B dan C merupakan pegawai Non PNS Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD). Bidan B merupakan pembina wilayah kelurahan
Sawah Besar sedangkan Bidan C merupakan pembina wilayah Kaligawe.
3) Jumlah tenaga di ruang pelayanan MTBS Puskesmas Gayamsari terdiri dari 1 orang
dokter dan 1 orang bidan. Pelayanan dilakukan setiap hari Senin s/d Sabtu.
Dokter yang berada diruang pelayanan MTBS memiliki tugas pokok untuk
memberikan pelayanan bayi muda dan balita sakit. Bidan D diruang pelayanan
MTBS memiliki tugas pokok Melaksanakan Program Anak, Melaksanakan Program
Kesehatan Reproduksi Remaja, Melaksanakan tugas pembinaan kesehatan Ibu dan
Anak di wilayah Gayamsari, Melaksanakan program KB.
Bidan A, B dan C dan D memiliki tugas integrasi antara lain mempersiapkan
pelayanan kebidanan, melaksanakan anamnesa dan pemeriksaan fisik klien/pasien
dengan atau tanpa masalah, membuat diagnose kebidanan sesuai dengan hasil
pengkajian dengan atau tanpa masalah, menyusun rencana operasional asuhan
kebidanan kasus fisiologis dengan atau tanpa masalah dan melakukan rujukan
klien/pasien kasus patologis.
Pada saat penelitian, yang kami pilih sebagai responden tentang kepatuhan
petugas pengkajian awal klinis terhadap SOP pengkajian awal klinis adalah 1 orang
dokter dan 1 orang perawat diruang pemeriksaan umum, 1 orang bidan di ruang KIA
KB, 1 orang dokter diruang MTBS.
b. Money (Pendanaan)
Untuk biaya operasional pelayanan pengkajian awal klinis wilayah kerja Puskesmas
Gayamsari menggunakan dana yang berasal dari JKN dan BLUD. BLUD berasal dari
retribusi, pemeriksaan laboratorium dan tindakan-tindakan umum yang tidak masuk
BPJS.
c. Method (Cara Kerja)
Metode pelayanan pengkajian awal klinis di ruang Pemeriksaan Umum, KIA KB dan
MTBS menggunakan SOP pengkajian awal klinis Puskesmas Gayamsari. Penelitian
ini menggunakan SOP Pengkajian Awal Klinis yang telah di revisi dengan
menyesuaikan referensi untuk digunakan sebagai penelitian tentang kepatuhan
dokter, perawat dan bidan.
Pada SOP pengkajian awal klinis yang lama tidak menyebutkan pengkajian awal
klinis di ruang MTBS. Pada SOP yang lama tentang pengkajian awal klinis ruang
pemeriksaan umum juga tidak menyebutkan adanya langkah anamnesa sesuai the
fundamental four dan the sacred seven. Dan untuk langkah-langkah anamnesa yang
dilakukan di ruang pemeriksaan umum belum dilakukan secara sistematis.
Waktu pelayanan pengkajian awal klinis di puskesmas gayamsari di laksanakaan
setiap hari senin s/d kamis pukul 07.00-14.00 WIB, hari jumat pukul 07.00-11.00
WIB, dan hari sabtu pukul 07.00-12.00 WIB. Saat pelayanan petugas memanggil
pasien sesuai dengan nomor urut antrian, dan didahulukan untuk pasien lansia dan
pasien kegawatan.
d. Material (Fasilitas)
Puskesmas Gayamsari memiliki sarana/fasilitas pengkajian awal klinis
1) Di ruang pemeriksaan umum terdiri dari meja ½ biro tulis, kursi kerja, buku
register pelayanan, formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan
yang diberikan, formulir rujukan,formulir informed consent, baskom cuci tangan,
kasur, lemari alat, meja instrumen, meteran tinggi badan, perlak, sikat untuk
membersihkan peralatan, stopwatch, tempat sampah tertutup yang dilengkapi
dengan injakan pembuka penutup, wastafel, air mengalir, alkohol, kapas, kasa non
steril, kasa steril, masker, sabun cuci tangan, antiseptik/handrub ,sarung tangan
steril, sarung tangan non steril, baki logam tempa alat steril tertutup, buku ishihara
tes, corong telinga kecil, besar, sedang, emesis basin, handle kaca laring, handle
kaca nasopharing, kaca laring ukuran 2,4,5,6, kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6,
kaca pembesar untuk diagnostik, lampu kepala+adaptor AC/DC, pen light,
metline, otoscope, palu reflex, pelilit kapas, skinfold calliper, snellen chart 2 jenis
(E chart+Alphabet chart), spekulum hidung dewasa, sphygmomanometer untuk
dewasa, stetoskop untuk dewasa, sudip lidah logam/spatula lidah logam panjang
12 cm dan 16,5 cm, tempat tidur periksa dan perlengkapannya, termometer untuk
dewasa, timbangan dewasa, gas medic (O2). Ruang peemriksaan umum berukuran
6,6m x 3,3 m dengan tembok sebagai sekat ruang lain dan dilengkapi ventilasi,
tingkat pencahayaan yang cukup, sistem komunikasi berupa telpon kabel,
Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014, ada beberapa peralatan di ruang
pemeriksaan umum yang belum tersedia yaitu bingkai uji coba untuk pemeriksaan
refraksi, garputala 512 Hz, 1024 Hz, 2084 Hz, lensa uji coba untuk pemeriksaan
refraksi, lup binokuler (lensa pembesar) 3-5 dioptri, opthalmoscope, dan
tonometer schiotz, anuskop.
2) Sarana di ruang pelayanan KIA-KB Puskesmas Gayamsari terdiri dari 2 buah
meja ½ biro, 2 buah kursi, lemari arsip, buku register pelayanan harian, buku KIA,
buku kohort Ibu, buku vaksin TT, buku pelayanan KB, lembar informed consent,
formulir rujukan, timbangan dewasa, pengukur tinggi badan, pita LILA,
tensimeter, stetoskop, bed obstetri, selimut, leanec atau doppler, meteran, sarung
tangan, kapas alkohol, gel, sabun antiseptik, wastafel dengan air mengalir, bantal,
bed obstetric, bed gyn, lampu gyn., baki logam tempat alat steril bertutup,
speculum vagina, sonde,alcohol, kasa steril an kasa non steril, lubricant gel,
masker, sarung tangan. Ruangan KIA-KB berukuran 5x6 meter. Berdasarkan
Permenkes No. 75 tahun 2014, ada beberapa peralatan di ruang KIA-KB yang
belum tersedia palu reflek, fetoskope/stetoskop janin, termometer.
3) Sarana di ruang pelayanan MTBS puskesmas Gayamsari terdiri dari 1 buah meja
tulis, 2 buah kursi, buku register pelayanan harian, lembar informed consent
rujukan,formulir KPSP, formulir deteksi dini tumbuh kembang anak, formulir
pencatatan balita sakit umur 2 bulan-5 tahun, formulir bayi muda umur kurang
dari 2 bulan. timbangan bayi, timbangan anak, pengukur tinggi badan dan panjang
badan, pengukur lingkar kepala, stetoskop pediatri, senter, termometer,.
Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014, ada beberapa peralatan di ruang
MTBS Sphygmomanometer dan manset anak, sabun cuci tangan/antiseptik
e. Market (Sasaran Penduduk)
Market yaitu masyarakat, kelompok masyarakat, keluarga dan individu.
f. Marketing
SOP pengkajian awal klinis yang telah di revisi dengan menyesuaikan referensi telah
diadvokasikan kepada Kepala Puskesmas dan disetujui, serta disosialisasikan kepada
pemegang program pengkajian awal klinis dan pelaksana pengkajian awal klinis 4
dokter ,1 perawat dan 3 bidan. Sebanyak 1x.
g. Lingkungan
Kegiatan pelayanan pengkajian awal klinis di lakukan di ruang pemeriksaan umum,
KIA-KB dan ruang MTBS Puskesmas gayamsari, Sedangkan lingkungan non fisik
adalah kebijakan Kepala Puskesmas yang merupakan komitmen bersama yang
tertuang di dalam visi, misi dan tata nilai.
2. Process
a. P1 (Perencanaan)
Terdapat SOP pengkajian awal klinis wilayah kerja Puskesmas Gayamsari, pada
penelitian ini yang digunakan SOP pengkajian awal klinis yang telah di revisi dengan
menyesuaikan referensi. Petugas menyiapkan peralatan dan formulir yangdibutuhkan
untuk pengkajian awal klinis sebelum memulai pelayanan. Petugas sudah siap
melayani sejak pukul 07.00 WIB.
b. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)
1) Petugas pelaksana berkoordinasi dengan petugas loket pendaftaran
2) Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut antrian, dan didahulukan
untuk pasien lansia dan pasien kegawatan.
3) Petugas pelaksana memberikan pengkajian awal klinis sesuai dengan SOP yang
disepakati.
4) Kegiatan pelayanan pengkajian awal klinis dilaksanakan setiap Senin s/d kamis
pukul 07.00-14.00, hari jumat pukul 07.00-11.00, dan hari sabtu pukul 07.00-
12.00 WIB.
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian)
Pelaporan yang dilaksanakan di Puskesmas Gayamsari terdiri atas pelaporan harian
dan dimasukkan ke buku register harian dan SIMPUS. Petugas menuliskan hasil
pengkajian awal klinis di rekam medic, dan untuk ruang KIA KB juga menuliskan di
buku KIA. Kotak saran di puskesmas gayamsari terletak di depan ruang pemeriksaan
gigi dan mulut.
3. Output

Gambar 4.5 Grafik Kunjungan Pasien tahun 2017


Kunjungan pasien pemeriksaan umum selama penelitian tanggal 5 s/d 10 maret
2018 berjumlah 370 pasien. Kunjungan rata-rata perhari selama penelitian adalah 62
pasien.
4. Outcome
Peningkatan mutu pelayanan pengkajian awal klinis petugas akan mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien terhadap pengkajian awal klinis di ruang pemeriksaan umum
puskesmas gayamsari.
5. Impact
Peningkatan derajat kesehatan dapat dilihat dari indikator berupa penurunan angka
mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan).
D. Simple Problem
1. Identifikasi Masalah Mutu Pengkajian Awal Klinis Wilayah Kerja Puskesmas
Gayamsari
Pengamatan mengenai kepatuhan petugas pelaksana terhadap SOP pengkajian awal
klinis di Ruang Pemeriksaan umum, KIA-KB, MTBS. Observasi kepatuhan ini dilakukan
59 kali. Observasi kepatuhan dokter, perawat dan bidan pelaksana dilakukan pada tanggal
5 s/d 10 Maret 2018 menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas. Observasi di ruang
MTBS dilakukan hari senin dan rabu, observasi di ruang KIA-KB dilakukan hari selasa
dan kamis, dan observasi di ruang pemeriksaan umum dilakukan hari jumat dan sabtu.
Data yang diamati ditabulasi selanjutnya dinilai tingkat kepatuhan/ compliance rate (CR).
CR dinilai baik, bila lebih dari 80% dan dinilai kurang baik jika kurang dari 80%. Hasil
perhitungan CR petugas pelaksana dan pemegang program pengkajian awal klinis di
Ruang pemeriksaan umum, KIA-KB, MTBS adalah sebagai berikut:

CR Total kepatuhan petugas terhadap SOP Pengkajian awal klinis di ruang pemeriksaan umum

∑ 𝑌𝑎 838
𝑥 100% = 𝑥 100% = 83,1 %
∑ 𝑌𝑎 + ∑ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 838 + 193

CR Total kepatuhan petugas terhadap SOP Pengkajian awal klinis di ruang KIA-KB
∑ 𝑌𝑎 708
𝑥 100% = 𝑥 100% = 94,9 %
∑ 𝑌𝑎 + ∑ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 708 + 38
CR Total kepatuhan petugas terhadap SOP Pengkajian awal klinis di ruang MTBS
∑ 𝑌𝑎 726
𝑥 100% = 𝑥 100% = 84,8 %
∑ 𝑌𝑎 + ∑ 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 726 + 130

Dari data diatas menunjukkan angka kepatuhan petugas diruang pemeriksaan umum,
ruang KIA-KB, dan ruang MTBS terhadap pengkajian awal klinis adalah baik. Karena
nilai CR total lebih dari 80%.
CR masing-masing item yang kurang dari 80% ditemukan pada beberapa item SOP
pengkajian awal klinis:
a. Perawat melakukan anamnesa 73,8% (Masalah A)
b. Perawat melakukan pemeriksaan suhu 55% (Masalah B)
c. Perawat melakukan cuci tangan 25% (Masalah C)
d. Dokter melakukan anamnesa 78,4% (Masalah D)
e. Dokter melakukan cuci tangan 75,0% (Masalah E)
f. Dokter mencatat hasil anamnesa kronologi pasien 77% (Masalah F)
g. Dokter mencatat hasil anamnesa riwayat sosial 72% (Masalah G)
2. Prioritas Masalah
Dari tujuh masalah tersebut peneliti menentukan prioritas masalah. Peneliti
menentukan prioritas masalah dengan menggunakan matrix problem priority.
Matriks prioritas masalah atau problem priority matriks merupakan salah satu alat
dalam menyusun urutan prioritas dari sejumlah masalah. Setiap masalah ditentukan
rangking manfaat dan rangking usahanya untuk menyelesaikan masalah. Rangking
dimulai dari yang terbaik dengan urutan 1-5. Rangking manfaat kemudian dikalikan
dengan nilai rangking usaha sebagai extended value. Nilai extended value terkecil dapat
dipilih sebagai prioritas masalah.
Penilaian dengan skala 1-5 :
a. Angka 5 melambangkan kemampuan besar
b. Angka 4 melambangkan kemampuan cukup
c. Angka 3 melambangkan kemampuan sedang
d. Angka 2 melambangkan kemampuan kurang
e. Angka 1 melambangkan kemampuan kecil
Kemudian rangking manfaat dikali nilai rangking usaha sebagai extended value.
Berdasarkan nilai extended value yang terkecil dapat dipilih prioritas masalah. Berikut
adalah matriks prioritas masalah dari beberapa masalah dalam penelitian ini:

Tabel 4.6 Matriks Prioritas Pengkajian Awal Klinis

Masalah Rangking Rangking usaha Extended value Urutan prioritas


manfaat
Masalah A 3 5 15 IV
Masalah B 4 5 20 V
Masalah C 5 5 25 VI
Masalah D 5 2 10 I
Masalah E 5 5 25 VII
Masalah F 4 3 12 II
Masalah G 4 3 12 III
Matriks problem priority disusun oleh peneliti kemudian dikonfirmasikan dengan
pemegang program dan penanggungjawab UKP untuk mendapatkan persetujuan.
Sesudah penentuan prioritas masalah diatas, maka dicari penyebab masalahnya dengan
pendekatan sistem.
3. Identifikasi Penyebab Masalah
Identifikasi penyebab masalah rendahnya kepatuhan dokter terhadap anamnesa.
Tabel 4.7 Identifikasi Penyebab Masalah pada pengkajian awal klinis di Ruang
Pemeriksaan Umum dengan Pendekatan Sistem
Input Penyebab Masalah
Man i. Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas belum
dapat adaptasi dengan SOP revisi
ii. Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya sudah pernah ditanayakan
tidak perlu ditanyakan lagi secara lengkap.
Money -
Material -
Methode iii. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah anamnesa sesuai the
fundamental four dan the sacred seven
Marketing iv. Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah drevisi baru
diberikan kepada 8 petugas (57%)

Lingkungan -
3. SOP yang lama tidak
menyebutkan langkah
MAN MONEY METHODE anamnesa sesuai the
1. Petugas sudah terbiasa dengan fundamental four dan the
SOP lama sehingga petugas belum sacred seven
dapat adaptasi dengan SOP revisi
2. Petugas menganggap jika
kunjungan sebelumnya sudah
pernah ditanayakan tidak perlu
ditanyakan lagi secara lengkap.
Kurang patuhnya
dokter dalam
LINGKUNGAN melakukan
anamnesa

CR: 78,4%

MATERIAL MARKETING

4.Sosialisasi SOP pengkajian


awal klinis yang telah
direvisi baru diberikan
kepada 8 petugas (57%)

Gambar 4.6 Pendekatan Analisis Fish Bone untuk Pengkajian Awal Klinis

4. Menentukan Penyebab Masalah Paling Mungkin


Setelah dilakukan identifikasi penyebab masalah melalui analisis fish bone, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas penyebab masalah. Untuk menentukan
prioritas penyebab masalah dapat menggunakan diagram pareto, untuk membuat diagram
pareto berikut langkah – langkahnya.
a. Paired Comparison
Pada perbandingan berpasangan (paired comparison) membandingkan penyebab
masalah dibandingkan dengan penyebab masalah lainnya, pada penelitian ini terdapat
empat penyebab masalah.
Berdasarkan analisa penyebab masalah dengan Metode Paired Comparison
didapatkan urutan prioritas penyebab masalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison)
No Penyebab masalah I II III

1 Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas 1 1 1


belum dapat adaptasi dengan SOP revisi
2 3 4

2 Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya sudah 2 2 2


pernah ditanyakan, tidak perlu ditanyakan lagi secara
lengkap 3 4

3 Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah drevisi 3


baru diberikan kepada 8 petugas (57%)
4

4 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah anamnesa


sesuai the fundamental four dan the sacred seven

Keterangan jumlah:
1. Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas belum dapat adaptasi
dengan SOP revisi (3)
2. Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya sudah pernah ditanyakan, tidak
perlu ditanyakan lagi secara lengkap (1)
3. Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah drevisi baru diberikan kepada
8 petugas (57%) (2)
4. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah anamnesa sesuai the fundamental
four dan the sacred seven (0)
b. Distribusi Frekuensi Penyebab Masalah
Dengan menjumlah penyebab masalah pada tabel Paired Comparison yang di
lingkari biru maka dapat dihitung jumlah distribusi frekuensi penyebab masalah dengan
cara membuat turus/ tally. Hasil Tally yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Penyebab Masalah Rendahnya Kepatuhan Dokter dalam
Melakukan Anamnesa
No Penyebab masalah Tally Jumlah

1 Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas III 3


belum dapat adaptasi dengan SOP revisi
2 Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah drevisi II 2
baru diberikan kepada 8 petugas (57%)
3 Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya sudah I 1
pernah ditanyakan, tidak perlu ditanyakan lagi secara
lengkap
4 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah anamnesa - 0
sesuai the fundamental four dan the sacred seven
Berdasarkan analisis penyebab masalah dengan menggunakan metode Paired
Comparison dan melakukan turus/tally didapatkan urutan prioritas penyebab masalah
sebagai berikut:
1. Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas belum dapat adaptasi
dengan SOP revisi (3)
2. Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah drevisi baru diberikan kepada
8 petugas (57%) (2)

3. Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya sudah pernah ditanyakan, tidak


perlu ditanyakan lagi secara lengkap (1)
4. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah anamnesa sesuai the fundamental
four dan the sacred seven (0)
c. Membuat Tabel Pareto
Tujuan pembuatan tabel pareto adalah sebagai dasar pembuatan diagram analisis
pareto dengan cara mengurutkan penyebab masalah dimulai dari frekuensi terbesar ke
frekuensi terkecil.
Tabel 4.10 Tabel Pareto untuk Masalah Rendahnya Kepatuhan Dokter dalam
Melakukan Anamnesa

No Penyebab masalah Frekuensi Jumlah Presentase


Kumulatif Kumulatif

1 Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama


sehingga petugas belum dapat adaptasi dengan 3 3 50%
SOP revisi
2 Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah 2 5 83%
drevisi baru diberikan kepada 8 petugas (57%)
3 Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya
sudah pernah ditanyakan, tidak perlu ditanyakan 1 6 100%
lagi secara lengkap
4 SOP yang lama tidak menyebutkan langkah
anamnesa sesuai the fundamental four dan the 0 6 100%
sacred seven
Total 6

d. Diagram Analisis Pareto


Presentase
ANALISIS PARETO
10 100%
9 90%
8 A
80%
7 70%
Frekuensi

6 B
60%
5
50%
4 C
40%
3
2 30%
1 20%
0 10%
PENYEBAB MASALAH

Gambar 4.7 Diagram Analisis Pareto Anamnesa


Keterangan:
A. Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas belum dapat adaptasi
dengan SOP revisi (3)
B. Sosialisasi SOP pengkajian awal klinis yang telah drevisi baru diberikan kepada
8 petugas (57%) (2)
C. Petugas menganggap jika kunjungan sebelumnya sudah pernah ditanyakan, tidak
perlu ditanyakan lagi secara lengkap (1)
D. SOP yang lama tidak menyebutkan langkah anamnesa sesuai the fundamental
four dan the sacred seven (0)
Diagram pareto adalah alat statistik yang digunakan untuk memilih faktor masalah
berdasarkan fakta dan data. Azas pareto mengungkapkan bahwa dengan mengendalikan
yang sedikit 20%, maka dengan cepat menguasai yang lebih besar (80%). Hal ini berarti
dengan menyelesaikan masalah A pada tabel pareto maka bisa menyelesaikan sebagian
besar masalah terkait rendahnya kepatuhan petugas dalam melakukan anamnesa.
Berdasarkan perhitungan dengan analisis pareto dalam menyelesaikan suatu masalah
maka dipilih satu masalah dengan persentase kumulatif kurang dari 80% dan berupa
persentase kumulatif terendah 50% Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga
petugas belum dapat adaptasi dengan SOP revisi.
5. Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin yaitu
Petugas sudah terbiasa dengan SOP lama sehingga petugas belum dapat adaptasi dengan
SOP revisi. Beberapa alternatif pemecahan masalah diusulkan lewat curah pendapat dan
persetujuan dengan Kepala Puskesmas, pemegang program dan dokter pelaksana
pengkajian awal klinis.
Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Dokter pengkajian awal klinis mendapatakan sosialisasi tentang anamnesa sesuai
the fundamental four dan the sacred seven serta pentingnya anamnesa sistemik.
(Alternatif I)
b. Dokter pengkajian awal klinis mendapatkan rolplay cara anamnesa sesuai the
fundamental four dan the sacred seven (Alternatif II)
c. Penanggungjawab UKP Puskesmas atau penjamin mutu melakukan evaluasi tiga
bulan sekali menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas pengkajian awal klinis
(Alternatif III)
d. Pada saat LOKMIN : Tim penjaminan mutu mengingatkan kepada petugas
pengkajian awal klinis untuk memberikan pelayanan sesuai SOP (Alternatif IV)
6. Keputusan Pemecahan Masalah
Dari 4 alternatif pemecahan masalah yang diusulkan maka selanjutnya akan diambil
pengambilan keputusan pemecahan masalah dengan matrix cost benefit (manfaat
dibanding biaya) sebagai berikut:
Penilaian dapat dibuat dengan skala 1-5
a. Angka 5 melambangkan manfaat dan biaya besar
b. Angka 4 melambangkan manfaat dan biaya cukup
c. Angka 3 melambangkan manfaat dan biaya sedang
d. Angka 2 melambangkan manfaat dan biaya kurang
e. Angka 1 melambangkan manfaat dan biaya kecil
Tabel 4.11 Matriks Cost Benefit
Alternatif Manfaat Biaya Ratio Ranking
Alternatif I 4 1 4 II
Alternatif II 5 1 5 I
Alternatif III 4 5 0,8 IV
Alternatif IV 3 3 1 III

Keterangan:

a. Ranking I: Dokter pengkajian awal klinis mendapatkan rolplay cara anamnesa


sesuai the fundamental four dan the sacred seven
b. Ranking II: Dokter pengkajian awal klinis mendapatakan sosialisasi tentang
anamnesa sesuai the fundamental four dan the sacred seven serta serta
pentingnya anamnesa sistemik.
c. Ranking III: Pada saat LOKMIN : Tim penjaminan mutu mengingatkan kepada
petugas pengkajian awal klinis untuk memberikan pelayanan sesuai SOP
d. Ranking IV: Penanggungjawab UKP Puskesmas atau penjamin mutu melakukan
evaluasi tiga bulan sekali menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas
pengkajian awal klinis
7. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan Of Action)
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang telah diambil, maka disusun Plan
Of Action dengan mengadakan rolepay cara anamnesa sesuai the fundamental four dan
the sacred seven.
Persiapan akan dilakukan pada tanggal 19 Maret 2018 meliputi, koordinasi serta
persetujuan konsep roleplay dengan Kepala Puskesmas dan pemegang program
Pengkajian awal klinis meliputi, tempat, waktu, sasaran, dan bahan roleplay. Alat dan
bahan untuk roleplay pelaksanaan cara anamnesis sesuai the fundamental four dan the
sacred seven secara tepat berupa: 1) kertas 2) alat tulis, dan 3) langkah-langkah
anamnesis sesuai the fundamental four dan the sacred seven secara tepat.
Penerapan akan dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2018, di ruang pemeriksaan
umum, jam 07.00-08.00, dengan kegiatan roleplay cara anamnesis sesuai the fundamental
four dan the sacred seven secara tepat dengan cara dokter muda kepanitraan klinik
memberikan contoh pelaksanaan roleplay, 1 dokter muda sebagai pelaksana dan 1 dokter
muda sebagai pasien, petugas memperhatikan, apabila ada yang kurang jelas dapat
ditanyakan. Kemudian petugas melakukan roleplay, yaitu 1 petugas sebagai pelaksana
dan 1 petugas sebagai pasien.
E. Complex Problem
Penelusuran complex problem dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara
dengan responden pasien yang menerima pengkajian awal klinis di Puskesmas Gayamsari
sebanyak 90 responden. Wawancara dilakukan dengan menanyakan 9 buah pertanyaan
sesuai dengan unsur minimal penilaian indeks kepuasan masyarakat. Setelah semua
pertanyaan dari 90 responden selesai diwawancarai, maka data diolah dengan cara:

1. Menghitung Jumlah Nilai Per Unsur


Menjumlahkan skor dari 9 pertanyaan pada setiap unsur
2. Menghitung Nilai Rata-Rata (NRR) Per Unsur
Jumlah Nilai Per Unsur Dibagi dengan Jumlah Responden
3. Menghitung Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur
Nilai Rata-Rata Per Unsur di kalikan 0.11 (Standart Baku)
4. Menghitung Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur di jumlahkan
5. Mencari Nilai IKM setelah di Konversi
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dikali 25 (Standar Baku).
6. Melihat Mutu Pelayanan (Pada setiap Unsur)
Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur dikali dengan 25
7. Kinerja Unit Pelayanan
Hasil penilaian terhadap kepuasan pasien terhadap pengkajian awal klinis di
Puskesmas Gayamsari, menggunakan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4.12 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dengan Nilai Standar
Nilai Nilai Interval Nilai Interval Mutu Kinerja Unit
Persepsi IKM Konversi IKM pelayanan Pelayanan

1 1,00 – 2,5996 25 – 64,99 D Tidak Baik


2 2,60 – 3,064 65,00 – 76,600 C Kurang Baik
3 3,0644 - 3,532 76,61 – 88,30 B Baik
4 3,5324 - 4,00 88,31 – 100,00 A Sangat Baik
Identifikasi complex problem didapatkan kepuasan pasien mendapat nilai IKM total yaitu
3,34 dikonversikan dengan nilai interval indeks kepuasan masyarakat yaitu 83,5 yang berarti
baik.
Nilai total pertanyaan kuesioner kepuasan pelanggan tidak ada yang dibawah 2,60 dengan
nilai minimal 3,00.
F. Pemilihan Media Edukasi (Berdasarkan Skala Intensitas)
Identifikasi pemilihan media komunikasi yang sesuai dengan masalah anamnesa adalah
menggunakan still picture tentang anamnesis sesuai the fundamental four di Puskesmas
Gayamsari.
Adapun latar belakang pemilihan media komunikasi tersebut diatas adalah berdasarkan
nilai skala intensitas media komunikasi. Dasar-dasar komunikasi ini diharapkan dapat
merubah kebiasaan petugas dan pesan yang disampaikan dapat terus di ingat sehingga
petugas Puskesmas Gayamsari dapat ikut berpartisipasi dalam mensukseskan ketercapaian
pesan tersebut.
Ciri-ciri skala intensitas metode dan media komunikasi yang terpilih dengan
memperhatikan, hal-hal sebagai berikut:f

1. Faktor situasi (waktu yang dibutuhkan, keterlibatan staff dan ruang yang
dibutuhkan) (intensitas 1 )
2. Faktor efisiensi dilihat dari segi biaya (intensitas 1 )
3. Faktor efisiensi dilihat dari ongkos petugas awal (intensitas 2)
4. Faktor efisiensi dilihat dari pemeliharaan (intensitas 1)
5. Faktor efisiensi dilihat dari luas ruang yang dibutuhkan (intensitas 1)
6. Faktor efisiensi dilihat dari perbaikan alat penggantian (intensitas 1)
7. Faktor efektifitas dilihat dari interaksi,identitas dan repetisi (intensitas1)
8. Faktor efektifitas dilihat dari retensi (intensitas 2)
9. Faktor efektifitas dilihat dari repetisi (intensitas 2)
10. Faktor efektifitas dilihat dari warna (intensitas 3)
11. Faktor tujuan pendidikan mengenai fakta, prosedur, prinsip, dan konsep (intensitas
2)
12. Faktor sikap dan pendapat (intensitas 1)
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dengan membuat media still picture
tentang peringatan anamnesis sesuai the fundamental four dan the sacred seven di
Puskesmas Gayamsari sebagai salah satu penyelesaian masalah kepatuhan petugas adalah
cukup baik, karena memiliki rata-rata skala intensitas 2 (sedang).
Langkah – langkah pembuatan media still picture sebagai media edukasi, yaitu:
a. Menentukan masalah yang akan diinformasikan kepada sasaran
b. Membuat konsep yang akan diinformasikan
c. Melakukan konsultasi dengan petugas pengkajian awal klinis
d. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan still picture
e. Membuat still picture (pemilihan tulisan, gambar, pewarnaan, desain dan masalah
yang diinformasikan)
f. Melakukan konsultasi kembali dengan petugas pengkajian awal klinis
g. Melakukan proses pembuatan still picture untuk ruang pemeriksaan umum
h. Mencetak file still picture
i. Memasang still picture pada ruang pemeriksaan umum

Anda mungkin juga menyukai