Anda di halaman 1dari 14

VII.

PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM


PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi setempat. Sesuai
dengan kondisi setempat, dapat dijabarkan bahwa implementasi program promosi
Kesehatan harus sesuai dengan karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan.
Dari hasil evaluasi implementasi strategi promosi kesehatan di Desa Jebed
Selatan, secara garis besar masalah muncul pada PHBS tingkat rumah tangga
yaitu masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan masalah tersebut
maka Pengkaji mengambil kesimpulan bahwa ada masalah dalam implementasi
strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan. Setelah dilakuakn
evaluasi masalah yang muncul pada implementasi Promosi Kesehatan di Desa
Jebed Selatan, antara lain :
a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga
tentang kesehatan.
b. Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan
c. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan
d. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas
e. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan
Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke
rumah warga
f. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah
dilakukan penyuluhan atau sosialisasi.

Berpedoman dari masalah tersebut, maka perlu dilakukan perumusan Strategi dan
Program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi atau masalah di
masyarakat Desa Jebed Selatan melalui forum FGD.
Dalam forum FGD (focus group discussion) tersebut dilakukan proses
perencanaan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan stakeholders yang ada
di Desa Jebed Selatan. Forum tersebut dihadiri oleh stakeholders tingkat desa,
83

seperti perwakilan masyarakat Desa Jebed Selatan (tokoh masyarakat dan tokoh
agama), bidan desa (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) dan kader kesehatan.
Dalam forum tersebut, setelah Pengkaji memaparkan hasil evaluasi dan
identifikasi masalah di Desa Jebed Selatan kemudian Pengkaji tawarkan ke
peserta forum untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan tersebut dimaksudkan
untuk memperoleh prioritas masalah perencanaan promosi kesehatan.

7.1 Perencanaan Promosi Kesehatan.


Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan (Notoatmodjo 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat
perencanaan promosi kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat
dibutuhkan dengan tujuan supaya menghasilkan program yang dapat
mengintervensi masalah kesehatan yang sesuai dengan kondisi yang ada, sesuai
kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan
(sustainable). Di samping itu, dengan melibatkan peserta FGD maka akan
menciptakan rasa memiliki sehingga timbul rasa tanggung jawab dan komitmen.
Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial dan
evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat kemudian
dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun Perencanaan Promosi
Kesehatan yang menggunakan kerangka kerja PRECEDE – PROCEED
(PRECEDE – PROCEED Framework)
Kerangka kerja PRECEDE – PROCEED adalah pendekatan yang digunakan
untuk kegiatan Perencanaan Promosi Kesehatan yang mengarah pada perubahan
perilaku baik individu, keluarga dan masyarakat. Pada kerangka PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and
Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas
masalah dan tujuan program. Kerangka PRECEDE terdiri dari lima fase, yaitu :
1. Fase 1 adalah Diagnosis Sosial
2. Fase 2 adalah Diagnosis Epidemiologis
3. Fase 3 adalah Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
4. Fase 4 adalah Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
84

5. Fase 5 adalah Diagnosis Administrasi dan Kebijakan.


Sedangkan kerangka PROCEED terdiri dari empat fase, yaitu :
1. Fase 6 adalah Implementasi
2. Fase 7 adalah Proses Evaluasi
3. Fase 8 adalah Dampak dari Evaluasi
4. Fase 9 adalah Evaluasi Outcome
Dalam kondisi ini kerangka PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational
Construct in Educational and Environmental Development) digunakan untuk
menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi
Kerangka kerja tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Kerangka PRECEDE – PROCEED


PRECEDE

Fase 5 Fase 4 Fase 3 Fase 2 Fase 1


Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis
Kebijakan & Pendidikan & Perilaku & Epidemiologis Sosial
Administrasi Organisasi Lingkungan

Predisposing
Promosi factors
Kesehatan

Pendidikan Reinforcing Perilaku &


Kesehatan factors Gaya Hidup

Kualitas
Sehat
Hidup
Kebijakan Enabling
Lingkungan
Peraturan factors
Organisasi

Fase 6 Fase 7 Fase 8 Fase 9


Implementasi Proses Evaluasi Evaluasi Dampak Evaluasi
Outcome

PROCEED

Sumber : Notoatmodjo 2005


85

7.1.1 Fase Diagnosis Sosial (Social Need Assessment)


Diagnosis sosial pada fase ini adalah proses mendapatkan karakteristik
masyarakat, persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas
hidupnya. Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk
meningkatkan kualitas hidup, sehingga melalui aspirasi tersebut dapat terwujud
partisipasi masyarakat. Pada fase diagnosis sosial ini akan merujuk dari hasil PL I
yaitu Pemetaan Sosial untuk mendapatkan karakteristik masyarakat Desa Jebed
Selatan.

Tabel 10 Karakteristik Masyarakat Desa Jebed Selatan


No. Jenis Karakteristik Data Pendukung
1 Perekonomian Sektor Pertanian Ketersediaan lahan mencapai 73,51
% dari luas wilayah desa.
2 Mata Pencaharian Mayoritas Petani 55,98 % atau 1260 jiwa dari 2251
dan Buruh Tani jiwa mata pencaharian sebagai
(homogen) petani (456 jiwa) dan buruh tani
(804 jiwa).
3 Tingkat Masih rendah Jumlah penduduk tamat SLTP ke
Pendidikan (mayoritas SLTP ke bawah sebesar 58,5 % (1626 jiwa
bawah) tamat SLTP dan 325 jiwa tamat SD).
4 Agama Islam 6909 jiwa (99,78 %) dari 6924 jiwa
dan banyaknya organisasi lokal
(majelis ta’lim/ kelompok pengajian/
yasinan, Ikatan Pemuda Masjid dan
perkumpulan kematian)
5 Kepercayaan Masih percaya Masyarakat masih mempercayai
adanya “mitos” adanya “mitos” tentang kesehatan
terutama “mitos ibu hamil”
6 Kesehatan Rendahnya Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat
Kesehatan Ibu dan rumah tangga
Anak (KIA) dan
rendahnya
perhatian kepada
lansia
Sumber : Data Pemetaan Sosial Desa Jebed Selatan, tahun 2006.

Berdasarkan hasil diagnosis karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan


diatas, dapat di simpulkan bahwa kepercayaan terhadap “mitos” masih sangat
kental di masyarakat Desa Jebed Selatan. Adanya “mitos” tersebut sangat
didukung dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. “Mitos”
86

tersebut sangat berdampak pada kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Di kalangan masyarakat yang masih mempercayai adanya “mitos ibu
hamil”, seperti ibu hamil tidak boleh keluar rumah karena takut kandungannya
diganggu oleh mahluk halus sampai dengan “mitos makan berpantang”, yaitu ibu
hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan cumi karena takut apabila kulit anaknya
hitam padahal kandungan protein dari ikan cumi sangat tinggi yang dibutuhkan
untuk perkembangan janin. Contoh “mitos ibu hamil” tersebut ternyata
menghambat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap kesehatan, seperti
memeriksakan kehamilannya dan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Dilihat dari mata pencahariannya, masyarakat Desa Jebed Selatan tergolong
masyarakat petani dan buruh tani. Karena pendapatan yang tergolong rendah dan
belum ada penyuluhan tentang kesehatan kerja bagi petani dan buruh tani,
sehingga membuat kebutuhan akan kesehatan belum menjadi prioritas bagi
keluarga mereka. Mereka juga berpendapat bahwa untuk mendapatkan akses
kesehatan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Kondisi tersebut sangat
dirasakan ibu hamil yang kepala keluarganya bekerja sebagai buruh tani, sehingga
tidak ada jalan lain untuk memeriksakan dan melakukan persalinan oleh dukun
bayi.
Dari diagnosis diatas, peserta FGD menyimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah yang mengakibatkan
masyarakat belum mempercayakan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Dari sikap dan perilaku masyarakat tersebut, belum bisa
mencerminkan perilaku sehat. Berdasarkan data diatas, peserta FGD
menyimpulkan bahwa kebutuhan yang sangat mendasar di masyarakat Desa Jebed
Selatan adalah Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan
memperoleh pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan masyarakat
dapat merubah pola pikirnya dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat.
Dengan mempunyai pola pikir paradigma sehat, maka masyarakat dapat
mencegah (preventif) terjadinya penyakit dan dapat meningkatkan kesehatannya
secara mandiri tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Jadi dengan
meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan maka dengan sendirinya
sikap dan perilaku masyarakat akan lebih responsif terhadap kesehatan sehingga
87

kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan terutama di


tingkat rumah tangga.

7.1.2 Fase Diagnosis Epidemiologi


Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang dan berdampak positif maupun negatif. Fokus pada fase
ini adalah mencari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup individu,
keluarga dan masyarakat. Pada kajian ini yang mendapatkan dampak dari masalah
tersebut adalah anggota keluarga pada tingkat rumah tangga.
Pada Tabel 11 telah ditunjukkan diagnosis masalah (hasil Peta Sosial), penyebab
masalah (hasil evaluasi strategi Promosi Kesehatan) dan kelompok yang terkena
masalah (tanggapan peserta FGD)

Tabel 11 Diagnosis Epidemiologi Promosi Kesehatan


Kelompok yang
Faktor Penyebab
Masalah terkena masalah
No. (Hasil Evaluasi Strategi Promosi
(Hasil Peta Sosial) (Tanggapan peserta FGD)
Kesehatan)
1 Kesehatan Ibu dan 1. Masih rendahnya tingkat 1. Ibu Rumah Tangga
Anak (KIA) kepedulian dan pengetahuan ibu 2. Ibu Hamil
rumah tangga tentang 3. Bayi
kesehatan. 4. Balita
2. Minimnya sarana dan prasarana 5. Anak
kesehatan.
3. Masih rendahnya kreativitas dan
inovasi dari petugas Puskesmas
4. Kurangnya perhatian dan
tanggung jawab dari petugas
Puskesmas, Bidan Desa dan
Kader Kesehatan yang
diwujudkan melalui kunjungan
rutin ke rumah warga
5. Tidak adanya pengawasan atau
monitoring dari petugas
Puskesmas setelah dilakukan
penyuluhan atau sosialisasi.

Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.


88

7.1.3 Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan


Pada fase ini tujuannya adalah mendiagnosis faktor perilaku dan faktor
lingkungan (fisik dan sosial) dari diagnosis epidemiologi (Tabel 11). Berdasarkan
pendapat dari peserta FGD dapat diidentifikasi, sebagai berikut :
1. Faktor Perilaku :
a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga
tentang kesehatan.
b. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas
c. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan
Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke
rumah warga
d. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah
dilakukan penyuluhan atau sosialisasi
2. Faktor Lingkungan :
Minimnya sarana dan prasarana kesehatan

Kemudian dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan tersebut,
langkah selanjutnya adalah dari kedua faktor tersebut dibuat urutan berdasarkan
rangking kemungkinan untuk diubah. Urutan rangking tersebut sebagai berikut :
1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang
belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung
jawab.
3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas
4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan

Dari urutan rangking diatas, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk
rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :
Sasaran Primer : Ibu rumah tangga
Sasaran Sekunder : Anggota Keluarga (Ayah dan Anak)
Sasaran Tersier : Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan
89

Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan perubahan perilaku dan lingkungan


yang ingin dicapai dalam Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

7.1.4 Fase Diagnosis Pendidikan dan Organisasional


Pada fase ini merujuk pada faktor pemudah (predisposing factors), faktor
pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).
Berdasarkan hasil analisis faktor pemudah (predisposing factors) dapat ditetapkan
tujuan pembelajaran/ pendidikan yang ingin dicapai, sebagai berikut :
1. Peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang hidup sehat terutama
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Anggota keluarga dapat mempraktekkan dan membudayakan hidup sehat.

Berdasarkan hasil analisis faktor pemungkin dan faktor penguat dapat ditetapkan
tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi
dan sumber daya, yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas
Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan tentang pelatihan partisipatif.
2. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan agar dapat mengeluarkan
kebijakan yang responsif terhadap kesehatan terutama terhadap
pengembangan PHBS tingkat rumah tangga.

7.1.5 Fase Diagnosis Administratif dan Kebijakan


Pada fase ini dilakukan analisis terhadap kebijakan, sumber daya dan
peraturan yang berlaku yang nantinya dapat memfasilitasi atau menghambat
pelaksanaan Program Promosi Kesehatan.
Pada diagnosis administratif dilakukan penilaian, sebagai berikut :
1. Sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan Program Promosi
Kesehatan adalah Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tenaga Kesehatan
Puskesmas, Bidan Desa, dan Kader Kesehatan/ Ibu-ibu TP-PKK, tetapi yang
90

lebih penting adalah orang yang mempunyai komitmen untuk membuat Desa
Jebed Selatan menjadi Desa Sehat.
2. Hambatan dari pelaksana program adalah komitmen mereka terhadap
keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat
pengetahuan masyarakat yang rendah.
Pada diagnosis kebijakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi dukungan dan
hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program.
Dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di masyarakat telah diatur
oleh kebijakan Menteri Kesehatan RI dalam bentuk Keputusan Menteri, yaitu :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/ MENKES/ SK/ X/ 2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ MENKES/ SK/ VIII/ 2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/ MENKES / SK/ X/ 2004 tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)
4. Kebijakan “Kabupaten Pemalang Sehat 2010”
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) telah didukung oleh Keputusan Menteri dan pemerintah daerah.
Tetapi dalam pelaksanaan di daerah belum mendapatkan dukungan penuh dari
kalangan legislatif dan eksikutif Kabupaten Pemalang berupa Peraturan Daerah.

7.2 Rancangan Strategi dan Program Promosi Kesehatan.


Setelah mendiagnosis kerangka PRECEDE, langkah selanjutnya peserta
FGD mulai merancang Strategi dan Program Promosi Kesehatan. Dari hasil
diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan telah didapat urutan masalah
sebagai berikut :
1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang
belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung
jawab.
3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas
91

4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan.

Tujuan dari Program Promosi Kesehatan, sebagai berikut :


1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.

Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan
Program Promosi Kesehatan, antara lain :
1. Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan
Terpadu.
Untuk lebih jelasnya kerangka logis Strategi dan Program Pemberdayaan
Masyarakat seperti ditunjukkan pada Tabel 12.
92

Tabel 12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan
Strategi dan Lokasi Sumber
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Pihak Terkait Jadwal
Program Kegiatan Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Strategi 1. Pelatihan Partisipatif 1. Meningkatkan 1. Tenaga Puskesmas Balai Desa 1. Dinas Kesehatan APBD Awal bulan
Peningkatan bagi Tenaga Kesehatan, ketrampilan dalam 2. Bidan desa Jebed Selatan Kabupaten Kabupaten Juli tahun
Kapasitas SDM Bidan desa, Tokoh Pemberdayaan 3. Tokoh Masyarakat Pemalang Pemalang 2008 –
dalam Program Masyarakat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama 2. Unsur Akademisi Tahun Akhir bulan
Pelatihan Agama dan Kader 4. Kader Kesehatan/ (Universitas) Anggaran Juni tahun
Partisipatif Kesehatan/ ibu-ibu TP- ibu-ibu TP-PKK 2008-2009 2009
PKK

2 Strategi 1. Revitalisasi Posyandu 1. Menghidupkan lagi 1. Kader Kesehatan Balai Desa 1. Dinas Kesehatan 1. APBD Awal bulan
Pemberdayaan 2. Pendidikan Anak Usia fungsi Posyandu yang dan anggota TP- Jebed Selatan Kabupaten Kabupaten Juli tahun
Masyarakat Dini (PAUD) berbasis sesungguhnya (5 meja) PKK Desa Jebed Pemalang Pemalang 2008 –
dalam Program Kesehatan 2. Memberikan Selatan 2. Penyuluh Tahun Akhir bulan
Pendidikan 3. Pendidikan Kesehatan pengetahuan anak-anak 2. Anak-anak di Lapangan Anggaran Juni tahun
Kesehatan Ibu dan Anak. tentang kesehatan bawah lima tahun Keluarga 2008-2009 2009
Terpadu dengan metode (terutama bagi Berencana 2. Swadaya
bermain. keluarga miskin) (PLKB)
3. Memberikan 3. Ibu Rumah Tangga. 3. Tokoh
pengetahuan kepada Ibu masyarakat dan
rumah tangga tentang tokoh agama
arti penting Kesehatan 4. Kader kesehatan/
Ibu dan Anak. ibu-ibu TP-PKK
5. LSM yang
concern terhadap
kesehatan
Sumber : Hasil Forum FGD, 2007
93

7.2.1 Program Pelatihan Partisipatif


1. Latar Belakang Program
Upaya ini lebih ditujukan kepada pelaksana program seperti Tenaga
Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, dan
Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK agar lebih terampil.
2. Kegiatan program.
Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat,
Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK
3. Sasaran : Tenaga Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama, dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK
4. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab :
a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang
b) Unsur Akademisi (Universitas)
5. Lokasi Kegiatan : Desa Jebed Selatan
6. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 – akhir bulan Juni tahun 2009.
7. Sumber Dana : APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009
8. Tujuan : meningkatkan ketrampilan pelaksana program dalam melaksanakan
Pemberdayaan Masyarakat
Strategi dan Program Promosi Kesehatan tersebut tidak berhenti pada peningkatan
strata PHBS tingkat rumah tangga saja akan tetapi tetap diupayakan untuk
mengintervensi implementasi Promosi Kesehatan di kelima tempat (institusi
pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja, rumah tangga dan tempat umum) di
Desa Jebed Selatan.

7.2.2 Program Pendidikan Kesehatan Terpadu


1. Latar Belakang Program
Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi
(attitude), melainkan harus dikerjakan/ dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari
(practice). Oleh karena itu, hakekat Promosi Kesehatan ialah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri sesuai
dengan sosial budaya setempat. Dari hakekat tersebut, individu dan masyarakat
94

bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga
dalam proses pembelajaran tersebut peran pendidikan kesehatan sangat tepat.
Pendidikan Kesehatan merupakan bentuk upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku individu dan masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar individu dan masyarakat menyadari dan
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka. Sehingga
tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat
mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.
2. Kegiatan program.
Kegiatan dalam Program Kesehatan Terpadu, antara lain :
a) Posyandu
Walaupun kegiatan ini sudah ada sebelumnya akan tetapi kegiatannya terkesan
seadanya dan fungsi dari meja kelima tidak ada (tidak berfungsi). Oleh karena
itu dengan adanya revitalisasi dalam program dengan tujuan kelima meja
tersebut dapat berfungsi kembali.
b) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Kesehatan
Dalam forum FGD, peserta sangat mengharapkan apabila generasi muda
dalam hal ini adalah anak-anak yang masih kecil dari awal sudah diberikan
pembelajaran tentang kesehatan agar kelak dewasa anak tersebut mampu
mempraktekkan hasil pembelajaran tersebut. Mengakomodir keinginan
tersebut, kemudian diusulkan kegiatan PAUD yang berbasis kesehatan.
Konsepnya tetap tempat bermain hanya saja lebih banyak memberikan
informasi tentang kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan
anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain.
c) Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Perlunya kegiatan didasari oleh kondisi nyata masyarakat Desa Jebed Selatan
dalam memberikan ASI Eksklusif bagi anaknya dan pemberian asupan
makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna0 bagi anaknya sangat rendah. Oleh
karena itu perlunya memberikan kesadaran ibu rumah tangga melalui
pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentang arti penting ASI Eksklusif
dan gizi bagi anaknya.
95

3. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab :


a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang
b) Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
c) Tokoh masyarakat dan tokoh agama
d) Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK
e) LSM yang concern terhadap kesehatan
4. Lokasi Kegiatan : Balai Desa Jebed Selatan
5. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 – akhir bulan Juni tahun 2009.
6. Sumber Dana : Dana APBD Kabupaten Pemalang tahun anggaran 2008-2009
dan swadaya.

Anda mungkin juga menyukai