Berpedoman dari masalah tersebut, maka perlu dilakukan perumusan Strategi dan
Program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi atau masalah di
masyarakat Desa Jebed Selatan melalui forum FGD.
Dalam forum FGD (focus group discussion) tersebut dilakukan proses
perencanaan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan stakeholders yang ada
di Desa Jebed Selatan. Forum tersebut dihadiri oleh stakeholders tingkat desa,
83
seperti perwakilan masyarakat Desa Jebed Selatan (tokoh masyarakat dan tokoh
agama), bidan desa (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) dan kader kesehatan.
Dalam forum tersebut, setelah Pengkaji memaparkan hasil evaluasi dan
identifikasi masalah di Desa Jebed Selatan kemudian Pengkaji tawarkan ke
peserta forum untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan tersebut dimaksudkan
untuk memperoleh prioritas masalah perencanaan promosi kesehatan.
Predisposing
Promosi factors
Kesehatan
Kualitas
Sehat
Hidup
Kebijakan Enabling
Lingkungan
Peraturan factors
Organisasi
PROCEED
tersebut sangat berdampak pada kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Di kalangan masyarakat yang masih mempercayai adanya “mitos ibu
hamil”, seperti ibu hamil tidak boleh keluar rumah karena takut kandungannya
diganggu oleh mahluk halus sampai dengan “mitos makan berpantang”, yaitu ibu
hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan cumi karena takut apabila kulit anaknya
hitam padahal kandungan protein dari ikan cumi sangat tinggi yang dibutuhkan
untuk perkembangan janin. Contoh “mitos ibu hamil” tersebut ternyata
menghambat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap kesehatan, seperti
memeriksakan kehamilannya dan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Dilihat dari mata pencahariannya, masyarakat Desa Jebed Selatan tergolong
masyarakat petani dan buruh tani. Karena pendapatan yang tergolong rendah dan
belum ada penyuluhan tentang kesehatan kerja bagi petani dan buruh tani,
sehingga membuat kebutuhan akan kesehatan belum menjadi prioritas bagi
keluarga mereka. Mereka juga berpendapat bahwa untuk mendapatkan akses
kesehatan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Kondisi tersebut sangat
dirasakan ibu hamil yang kepala keluarganya bekerja sebagai buruh tani, sehingga
tidak ada jalan lain untuk memeriksakan dan melakukan persalinan oleh dukun
bayi.
Dari diagnosis diatas, peserta FGD menyimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah yang mengakibatkan
masyarakat belum mempercayakan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Dari sikap dan perilaku masyarakat tersebut, belum bisa
mencerminkan perilaku sehat. Berdasarkan data diatas, peserta FGD
menyimpulkan bahwa kebutuhan yang sangat mendasar di masyarakat Desa Jebed
Selatan adalah Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan
memperoleh pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan masyarakat
dapat merubah pola pikirnya dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat.
Dengan mempunyai pola pikir paradigma sehat, maka masyarakat dapat
mencegah (preventif) terjadinya penyakit dan dapat meningkatkan kesehatannya
secara mandiri tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Jadi dengan
meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan maka dengan sendirinya
sikap dan perilaku masyarakat akan lebih responsif terhadap kesehatan sehingga
87
Kemudian dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan tersebut,
langkah selanjutnya adalah dari kedua faktor tersebut dibuat urutan berdasarkan
rangking kemungkinan untuk diubah. Urutan rangking tersebut sebagai berikut :
1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang
belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung
jawab.
3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas
4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan
Dari urutan rangking diatas, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk
rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :
Sasaran Primer : Ibu rumah tangga
Sasaran Sekunder : Anggota Keluarga (Ayah dan Anak)
Sasaran Tersier : Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan
89
Berdasarkan hasil analisis faktor pemungkin dan faktor penguat dapat ditetapkan
tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi
dan sumber daya, yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas
Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan tentang pelatihan partisipatif.
2. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan agar dapat mengeluarkan
kebijakan yang responsif terhadap kesehatan terutama terhadap
pengembangan PHBS tingkat rumah tangga.
lebih penting adalah orang yang mempunyai komitmen untuk membuat Desa
Jebed Selatan menjadi Desa Sehat.
2. Hambatan dari pelaksana program adalah komitmen mereka terhadap
keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat
pengetahuan masyarakat yang rendah.
Pada diagnosis kebijakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi dukungan dan
hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program.
Dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di masyarakat telah diatur
oleh kebijakan Menteri Kesehatan RI dalam bentuk Keputusan Menteri, yaitu :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/ MENKES/ SK/ X/ 2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ MENKES/ SK/ VIII/ 2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/ MENKES / SK/ X/ 2004 tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)
4. Kebijakan “Kabupaten Pemalang Sehat 2010”
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) telah didukung oleh Keputusan Menteri dan pemerintah daerah.
Tetapi dalam pelaksanaan di daerah belum mendapatkan dukungan penuh dari
kalangan legislatif dan eksikutif Kabupaten Pemalang berupa Peraturan Daerah.
Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan
Program Promosi Kesehatan, antara lain :
1. Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan
Terpadu.
Untuk lebih jelasnya kerangka logis Strategi dan Program Pemberdayaan
Masyarakat seperti ditunjukkan pada Tabel 12.
92
Tabel 12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan
Strategi dan Lokasi Sumber
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Pihak Terkait Jadwal
Program Kegiatan Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Strategi 1. Pelatihan Partisipatif 1. Meningkatkan 1. Tenaga Puskesmas Balai Desa 1. Dinas Kesehatan APBD Awal bulan
Peningkatan bagi Tenaga Kesehatan, ketrampilan dalam 2. Bidan desa Jebed Selatan Kabupaten Kabupaten Juli tahun
Kapasitas SDM Bidan desa, Tokoh Pemberdayaan 3. Tokoh Masyarakat Pemalang Pemalang 2008 –
dalam Program Masyarakat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama 2. Unsur Akademisi Tahun Akhir bulan
Pelatihan Agama dan Kader 4. Kader Kesehatan/ (Universitas) Anggaran Juni tahun
Partisipatif Kesehatan/ ibu-ibu TP- ibu-ibu TP-PKK 2008-2009 2009
PKK
2 Strategi 1. Revitalisasi Posyandu 1. Menghidupkan lagi 1. Kader Kesehatan Balai Desa 1. Dinas Kesehatan 1. APBD Awal bulan
Pemberdayaan 2. Pendidikan Anak Usia fungsi Posyandu yang dan anggota TP- Jebed Selatan Kabupaten Kabupaten Juli tahun
Masyarakat Dini (PAUD) berbasis sesungguhnya (5 meja) PKK Desa Jebed Pemalang Pemalang 2008 –
dalam Program Kesehatan 2. Memberikan Selatan 2. Penyuluh Tahun Akhir bulan
Pendidikan 3. Pendidikan Kesehatan pengetahuan anak-anak 2. Anak-anak di Lapangan Anggaran Juni tahun
Kesehatan Ibu dan Anak. tentang kesehatan bawah lima tahun Keluarga 2008-2009 2009
Terpadu dengan metode (terutama bagi Berencana 2. Swadaya
bermain. keluarga miskin) (PLKB)
3. Memberikan 3. Ibu Rumah Tangga. 3. Tokoh
pengetahuan kepada Ibu masyarakat dan
rumah tangga tentang tokoh agama
arti penting Kesehatan 4. Kader kesehatan/
Ibu dan Anak. ibu-ibu TP-PKK
5. LSM yang
concern terhadap
kesehatan
Sumber : Hasil Forum FGD, 2007
93
bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga
dalam proses pembelajaran tersebut peran pendidikan kesehatan sangat tepat.
Pendidikan Kesehatan merupakan bentuk upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku individu dan masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar individu dan masyarakat menyadari dan
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka. Sehingga
tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat
mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.
2. Kegiatan program.
Kegiatan dalam Program Kesehatan Terpadu, antara lain :
a) Posyandu
Walaupun kegiatan ini sudah ada sebelumnya akan tetapi kegiatannya terkesan
seadanya dan fungsi dari meja kelima tidak ada (tidak berfungsi). Oleh karena
itu dengan adanya revitalisasi dalam program dengan tujuan kelima meja
tersebut dapat berfungsi kembali.
b) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Kesehatan
Dalam forum FGD, peserta sangat mengharapkan apabila generasi muda
dalam hal ini adalah anak-anak yang masih kecil dari awal sudah diberikan
pembelajaran tentang kesehatan agar kelak dewasa anak tersebut mampu
mempraktekkan hasil pembelajaran tersebut. Mengakomodir keinginan
tersebut, kemudian diusulkan kegiatan PAUD yang berbasis kesehatan.
Konsepnya tetap tempat bermain hanya saja lebih banyak memberikan
informasi tentang kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan
anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain.
c) Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Perlunya kegiatan didasari oleh kondisi nyata masyarakat Desa Jebed Selatan
dalam memberikan ASI Eksklusif bagi anaknya dan pemberian asupan
makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna0 bagi anaknya sangat rendah. Oleh
karena itu perlunya memberikan kesadaran ibu rumah tangga melalui
pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentang arti penting ASI Eksklusif
dan gizi bagi anaknya.
95