Anda di halaman 1dari 16

LOMBA GEOSPASIAL INOVATIF NASIONAL2019

JUDUL
"Mitigasi Bencana Longsor dalam Pengembangan Smart City Berbasis Geospasial di
Sukabumi dengan Menggunakan SIG serta Penginderaan Jauh"
PENGEMBANGAN SMART CITY BERBASIS GEOSPASIAL UNTUK MITIGASI
BENCANA

Diusulkan oleh :
Martanti Aji Pangestu (03311840000046)
Mega Wulansari (03311840000017)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya
2019
FORMAT HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
1. Judul : Mitigasi Bencana Longsor dalam Pengembangan Smart City Berbasis
Geospasial di Sukabumi dengan Menggunakan SIG serta Penginderaan Jauh.
2. Sub tema : Pengembangan Smart City berbasis Geospasial untuk mitigasi
bencana
3. Ketua penulis : Martanti Aji Pangestu
4. Guru pembimbing : -
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim KTI dapat membuat karya tulis ini untuk
dapat mengikuti lomba yang diadakan oleh Universitas Gajah Mada yaitu Login 2019.
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi perlombaan Login 2019 dengan syarat-syarat
nya yang sudah tertera. Perlombaan karya tulis ilmiah ini guna dapat memunculkan gagasan
dan karya kreatif,inovatif, serta aplikatif dengan memanfaatkan kekuatan geospasial untuk
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam strategi smart city dengan integrasi geospasial
untuk menuju pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Abstrak
Berawal dari berita bencana tanah longsor di Sukabumi yang menewaskan banyak
korban dan menutup satu perkampungan adat, menggerakkan hati untuk dapat memberikan
kontribusi ide yang dapat membantu dalam mitigasi bencana tanah longsor terutama di
Sukabumi. Dari perlombaan ini juga bertujuan agar dapat membentuk pola piker masyarakat
akan pentingnya informasi geospasial dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk mitigasi
bencana untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam strategi smart city. Selain itu
penulis juga memiliki tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini yakni untuk memberikan
ide dan penyelesaian masalah dari persoalan mitigasi bencana di Indonesia yang dimana
bencana tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Metode penelitian yang kami ambil………
Hasil penelitian yang kami dapatkan bahwa tanah longsor ini dapat diprediksi melalui curah
hujan dan pergerakan tanah di daerah rawan bencana tanah longsor serta melalui jenis tanah
yang biasanya terkena bencana tanah longsor. Kesimpulan ……………

Kata kunci : Sukabumi, Tanah Longsor, smart city, informasi geospasial,


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sukabumi adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat,Indonesia. Kota
ini merupakan kota dengan luas wilayah terkecil di Jawa Barat. Secara Geografis terletak di
bagian selatan Jawa Barat pada koordinat 106 ˚45’50” Bujur Timur dan 106˚45’10” Bujur
Timur, 6˚50’44” Lintang Selatan, di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang
ketingiannya 584 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 120 km dari Ibukota Negara
atau 96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Iklim di kota sukabumi sejak tahun 2013
diketahui cenderung basah. Berdasarkan hasil pemantauan, setiap bulan kota Sukabumi
terjadi hujan dengan intensitas tertentu. Curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari
dengan total 461 mm3 dengan jumlah hari hujan terdapat 26 hari. Sehingga bulan januari
menjadi bulan yang perlu diwaspadai oleh warga Sukabumi, mengingat bahwa kota sukabumi
menjadi daerah yang rawan bencana tanah longsor.
Tanah longsor sendiri merupakan suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan tanah. Hal ini diperlukan adanya informasi lebih awal untuk mitigasi bencana
tanah longsor agar dapat mengurangi resiko terjadinya bencana,sehingga tidak terlalu
mengganggu jalannya pemerintah untuk melakukan pembangunan kepada Negara dan
mewujudkan smart city.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini yang diangkat adalah sebagai berikut :
i. Apa penyebab terjadinya tanah Longsor?
ii. Apa jenis-jenis tanah longsor?
iii. Bagaimana mewujudkan smart city dalam mitigasi bencana?
1.3. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
i. Agar mengatahui apa saja penyebab terjadinya bencana tanah longsor
ii. Mengetahui bahwa tanah longsor terdapat beberapa jenis
iii. Dapat memberikan ide untuk mewujudkan smart city dalam mitigasi bencana
1.4. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
objek,daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek,daerah atau gejala yang sedang
dikaji. (Lilesand, et al., 1979)
Dalam penginderaan jauh ini memiliki beberapa komponen yang dibutuhkan
diantaranya adalah :
 Tenaga
Penginderaan jauh ini menggunakan tenaga yang dibagi menjadi dua yaitu
tenaga alami dan tenaga buatan. Tenaga alami sendiri meliputi sinar matahari dan
sinar bulan, sedangkan tenaga yang buatan meliputi sinar buatan. Jika pada
penginderaan jauh tersebut menggunakan sinar matahari maka disebut system pasif,
dan yang menggunakan tenaga buatan disebut system aktif. Fungsi dari sumber
energy ini adalah untuk memberikan sinar objek permukaan bumi dan memantulkan
pada alat pengamat.
 Atmosfer
Atmosfer ini mempengaruhi penginderaan jauh dalam hal penyerapan,
pemantulan,penghamburan, dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Pada jendela
atmosfer ini, akan melanjutkan energy yang ditangkap oleh mata. Yang dimaksud
oleh jendela atmosfer adalah bagian spectrum tampak mata yang sering digunakan.
 Objek
Objek disini merupakan komponen atau sesuatu yang akan menjadi sasaran
atau tujuan dalam penginderaan jauh. Contoh seperti atmosfer,hidrosfer, dan litosfer.
 Sensor
Yang dimaksud sensor disini adalah alat yang digunakan untuk merekam
objek di permukaan bumi. Sensor ini dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sensor fotografik : sensor yang berupa kamera dimana akan menghasilkan
foto atau citra.
2. Sensor elektromagnetik : sensor dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi
pada spectrum yang luas.
 Wahana
Wahana yang digunakan biasanya adalah pesawat terbang atau balon udara. Tapi pada
masa yang modern dan canggih ini wahana yang digunakan adalah berupa satelit.
 Citra/keluaran
Citra merupakan gambaran objek yang diteliti yang tampak pada hasil cetakan. Benda
yang tampak pada citra tersebut dapat dikenali melalui cirri-ciri nya, sebagai berikut
o Ciri spasial : berkaitan dengan ruang seperti bentuk,ukuran, bayangan, pola,
tekstur, situs, dan asosiasi
o Ciri temporal : cirri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat
perekaman
o Ciri spectral : cirri yang dihasilakn oleh tenaga elektromagnetik dengan benda
yang dinyatakan dengan rona dan warna.
Sedangkan citra sendiri dibagi menjadi dua yaitu citra foto dan citra non foto.
o Citra foto : citra yang dibuat dengan pesawat udara dengan kamera sebagai
alat dan menggunakan spektrum tampak mata dan perluasannya.
o Citra nonfoto : citra yang diperoleh dari pemotretan kamera tunggal
berdasarkan atas penyinaran dengan scanner untuk menghasilkan gambarnya.
Penginderaan jauh juga dimanfaatkan dalam berbagai bidang. BMKG adalah salah
satu instansi di Indonesia yang memanfaatkan penginderaan jauh. Mereka memanfaatkannya
melalui bidang meteorology dan klimatologi. Pada bidang meteorology dan klimatologi
penginderaan jauh dimanfaatkan untuk :
 Merekam pergerakan awan dan kondisi atmosfer
 Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan daerah
bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai siklon
 Mengetahui system atau pola angin permukaan
 Permodelan meteorology dan klimatologi
 Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan dan
kandungan air di udara
Selain di bidang meteorolo, juga dimanfaatkan melalui bidang geologi. Pada bidang
geologi, penginderaaan jauh dimantaatkan antara lain :
 Pemetaan struktur batuan di suatu wilayah
 Pemantauan wilayah rawan bencana geologi
 Pemetaan potensi sumber daya alam
 Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut
 Pemanfaatan dibidang pertahanan dan militer
 Pemantauan permukaan,disamping pemotretan dengan pesawat terbang dan aplikasi
SIG
2.1.2. Tanah Longsor
Indonesia terletak di daerah tropis yakni dengan curah hujan yang tinggi, dan
memiliki topografi yang bervariasi. Selain itu, posisiIndonesia yang terletak pada pertemuan
tiga lempeng besarr yaitulempeng benua Australia di Selatan, lempeng benua Eurasia di
Barat, dan lempeng Samudra Pasifik di Timur, sehingga ya barang tentu terbentuk jalur
gunung api yang aktif dan jalur gempa bumi. Indonesia sendiri menempati urutan ketiga
dengan tingkat terjadinya bencana tanah longsor. (BAKORNAS PB,2007)
Menurut Thomby (1954), Longsor merupakan gerakan massa dari rombakan batuan
yang tipe gerakannya meluncur atau menggeser,berputar yang disebabkan oleh gaya gravitasi
sehingga gerakannya lebih cepat dan kandungan airnya lebih sedikit.
Longsor terjadi juga disebabkan oleh beberapa factor. Menurut BAKORNAS
PB(2007) tanah longsor terjadikarena ada gangguan kestabilan pada tanah/ batuan penyusun
lereng. Penyebab longsor dapat debedakan menjadi :
A. Factor pengontrol gangguan kestabilan lereng
 Penggundulan hutan
 Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat
 Jenis tanah yang kurang padat
 Tanah longsor biasanya terjadi mulai dari bulan November, karena pada bulan
tersebut intensitas hujan meningkat
 Lereng atau tebing yang terjal
 Tanah longsor banyak terjadi di daerah lahan persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal
B. Proses pemicu longsoran
 Peningkatan kandungan air dalam lereng
 Getaran pada lereng
 Peningkatan beban
 Pemotongan kaki lereng
 Akubat susutnya muka air
Adapun jenis-jenis tanah Longsor. Menurut Bakornas PB(2007) dan Subowo(2003) longsor
dibagi menjadi :
 Longsoran translasi : bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir yang
berbentuk rata atau landai
 Longsoran rotasi : bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung
 Pergerakan blok : bergeraknya batuan pada bidang gelincir yang rata
 Runtuhan batu : sejumlah batuan besar atau materi yang lain bergerak kebawah
dengan cara jatuh bebas
 Rayapan tanah : tanah longsor yang bergerak lambat
 Aliran bahan rombakan : tanah yang bergerak ketika mendapat dorongan air.
2.1.3 Stabilitas Lereng
Stabilitas lereng ini berkaitan dengan gaya yang mendorong dan menahan tanah pada
daerah dengan perbedaan ketinggian. Pada tempat yang berbeda ketinggian permukaannya,
maka juga terdapat gaya dorong yang bekerja. Dalam menentukan kestabilan pada lereng,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
Faktor Keamanan (F) = …………………………………(1)
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

Dimana jika :
F > 1,0 ; lereng dalam keadaan mantap
F = 1 ; lereng dalam keadaan seimbang, dan siap untuk longsor
F < 1 ; lereng tidak mantap
(Puturuhu, 2015)
Dalam hal ini, juga terdapat factor beberapa factor yang mempengaruhi kemantapan
lereng yakni :
o Penyebaran batuan
o Struktur geologi
o Morfologi
o Iklim
o Tingkat pelapukan
o Hasil kerja manusia
Ada pula factor yang dapat menaikkan tagangan geser yakni :
o Pengurangan penyangga lateral
o Penambahan tegangan
o Gaya dinamik
o Pengangkatan atau penurunan regional
o Pemindahan penyangga
o Tegangan lateral
Selain itu, factor yang mengurangi kekuatan geser adalah sebagai berikut :
o Keadaan atau rona awal
o Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik
o Perubahan gaya antara butiran yang disebabkan pengaruh kandungan air dan tekanan
air pori
o Perubahan struktur
BAB III
METODOLOGI
3.1 Sumber Data
Sumber dari pembuatan peta ada dua macam data geografis yaitu sumber primer dan sumber
sekunder.

1. Sumber data primer adalah sumber data yang didapatkan dengan cara observasi secara
langsung di lapangan dengan cara pengukuran, pengamatan, pembuatan sketsa, dan
wawancara terhadap penduduk setempat.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi
secara tidak langsung, artinya data diperoleh dari foto, peta, dan dokumentasi yang
sudah ada pada suatu instansi terkait.
Dalam membuat ini, penulis menggunakan sumber sekunder. Dimana data diperoleh dari
berbagai instansi seperti BMKG serta jurnal-jurnbal yang telah melakukan penelitian.

3.2 Pengolahan Data


Data yang telah terkumpul dapat dianalisis dengan komputer dan hasilnya disimpan
dalam sebuah perangkat keras, selanjutnya hasil analisis data tersebut dicocokkan kembali
dengan keadaan di lapangan.

Tahap ini diawali dengan menyiapkan peta dasar untuk digandakan menjadi peta baru
yang akan digunakan untuk peta tematik. Proses menggambar peta dasar menjadi peta yang
baru dapat dilakukan dengan cara memfotokopi atau disalin/digambar pada kertas yang lain
dengan menggunakan pantograph, atau dengan garis-garis koordinat (kotak-kotak). Setelah
peta dasar selesai dibuat, langkah berikutnya adalah penyajian data dengan cara
menggambarkan simbol-simbol yang sesuai antara objek geografis di lapangan dengan objek
di peta. Misalnya simbol arsir bertingkat, simbol lingkaran, simbol batang, atau simbol
gambar. Simbol peta tematik hendaknya dirancang dengan baik, benar, dan sesuai, agar
tujuan pemetaan dapat tercapai, menarik, bersih, dan mudah dibaca.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA
a) Peta Morfologi Sukabumi

b) Data Curah Hujan Sukabumi


c) Kerentanan Gerakan Tanah Sukabumi Bulan Mei-Juni

Histogram perubahan luas daerah tingkat kerentanan gerakan tanah akibat pengaruh curah
hujan selama bulan Januari hingga Juni 1990.

4.2 PEMBAHASAN
Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki morfologi berelief halus hingga sangat kasar
dengan kemiringan lereng datar hingga sangat terjal. Jika tanah semakin terjal (kemiringan
besar) maka potensi terjadinya longsor akan tinggi. Dengan demikian daerah yang terjal
harus sangat diperhatikan karena mudah sekali untuk longsor. Selain itu, factor curah hujan
yang turun juga merupakan factor terbesar dalam potensi terjadinya longsor. Proses pertama
terjadinya tanah longsor adalah proses resapan air hujan ke dalam tanah. Dimana peristiwa
meresapnya air ini nantinya akan mempengaruhi beban dalam tanah yang nantinya tanah
akan berada diambang batas maksimal dalam menampung air. Apabila air yang secara terus
menerus menerjang tanah sampai suatu ketika dapat menembus ke bagian tanah yang kedap
air serta berperan sebagai bidang penggelincir maka tanah akan menjadi licin. Tanah yang
licin inilah nantinya akan akan mengalami pergerakan yang amat cepat menuju ke bawah
apabila hujan deras terjadi. Tanah yang berada di permukaan akan mengalami pelapukan,
begitu juga struktur lapisan tanah yang berada di bawahnya begitu sampai dasar dari tanah.
Pada peristiwa pelapukan inilah yang nantinya akan menyebakan tanah bergerak mengikuti
lereng dan kemudian keluar lereng sehingga terjadilah tanah longsor.

Gerakan tanah umumnya terjadi pada lapisan tanah yang memiliki nilai kuat geser kecil dan
permeabilitas yang besar. Karakteristik curah hujan dan kejadian gerakan tanah di wilayah
Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa potensi gerakan tanah tinggi di wilayah bagian
utara terjadi selama periode curah hujan bulan Januari hingga April. Sedangkan kejadian
gerakan tanah di wilayah bagian selatan kemungkinan besar terasosiasi dengan curah hujan
harian bulan Juni. Diindikasikan bahwa hampir semua peristiwa gerakan tanah di wilayah
Kabupaten Sukabumi terjadi pada zona kerentanan menengah hingga tinggi, terutama di
wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cibadak dan Cisolok. Kejadian gerakan tanah pada zona
kerentanan rendah kemungkinan dipengaruhi oleh faktor aliran air permukaan. Peningkatan
luasan zona kerentanan gerakan tanah tinggi juga dapat terjadi pada saat mendekati akhir
periode bulan basah meskipun jumlah hujan harian semakin berkurang di wilayah ini.

Makalah ini memperlihatkan bahwa analisis kestabilan lereng suatu wilayah perlu
mempertimbangkan variasi kondisi keteknikan tanah secara spasial dan variasi curah hujan
secara temporal agar hasil analisis dapat digunakan untuk mengkaji dan memprediksi potensi
ancaman gerakan tanah secara lebih akurat untuk mitigasi bencana longsor.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan pembahasan, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Longsor diakibatkan olehbeberapa factor. Factor alam seperti curah hujan sangat
tinggi, pergerakan tanah, kemiringan lereng dan masih banyak lagi.
2. Dalam mengaplikasikan smart city, salah satu caranya dengan mitigasi bencana untuk
mengurangi jumlah korban jiwa dan jumlah fasilitas serta harta benda yang rusak
karena bencana tanah longosr dengan meperhatikan lebih daerah yang mempunyai
potensi longsor yang tinggi. Sehingga harus mendapatkan evakuasi sedini mungkin
jika longsor telah terdeteksi.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan berupa saran-saran sebagai
berikut :

Untuk melakukan mitigasi bencana longsor perlu diperhatikan daerah-daerah yang memiliki
kerentanan pergerakan tanah yang tinggi. Karena apabila tanah memiliki kerentana
pergerakan tanah yang tinggi maka potensi longsor dating sangat besar. Sehingga untuk
melakukan mitigasi agar tidak ada korban jiwa pemerintah perlu meperhatikan daerah
tersebut dalam segala kondisi.
DAFTAR PUSTAKA

Lilesand and Keifer. 1979. 1979.

Miswar, Deddy and Halengkara, Listumbinang. 2016. Pengantar Penginderaan Jauh. Yogyakarta :
MOBIUS, 2016.

PB, BAKORNAS. 2007. 2007.

Puturuhu, Ferad. 2015. Mitigasi Bencana dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2015.

Sugianti, Khori. 2016. Model Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Kabupaten Sukabumi Secara
Spasial dan Temporal. Bandung: Kompleks LIPI Gd. 70

Anda mungkin juga menyukai